Anda di halaman 1dari 3

�Dari seluruh deretan daftar khalifah bani Umayyah, Umar seperti jenis yang

berbeda. Ia telah berhasil memberikan secercah harapan bahwa keadilan masih mungkin
untuk ditegakkan di dunia Islam.�
Seperti terjadi revolusi, begitu Umar menjabat, semua kebijakan dari pusat
kekuasaan Dinasti Umayyah berubah dan berbanding terbalik dengan sebelumnya.
Beberapa gubernur yang dianggapnya curang atau korup segera ia berhentikan.
Termasuk apabila kecurangan itu terjadi pada kelompok non-Muslim, seperti yang
terjadi di beberapa kawasan di Eropa. Umar merombak banyak hal, termasuk permusuhan
bani Umayyah terhadap Ahl Bait Rasulullah Saw. Salah satu contohnya adalah tradisi
bani Umayyah yang mengharuskan para khotib mencaci maki Ali bin Abi Thalib ketika
khotbah Shalat Jumat, Umar melarang kebiasaan buruk tersebut.[5] Dan Tanah Fadak
yang semula di eksploitasi oleh bani Umayyah dikembalikan kepada bani Hasyim
sebagai hak atas Sayidah Fatimah binti Rasulullah SAW.[6]

[5] [5] Lihat, Akbar Shah Najeebabadi, The History Of Islam; Volume Two, Riyadh,
Darussalam, 2000, Hal. 198

[6] Tanah Fadak adalah tanah milik Rasulullah Saw yang beliau berikan kepada
Syaidah Fatimah Az Zahra. Tanah ini kemudian dikelolan, dan berdasarkan perintah
Nabi Saw, hasilnya diberikan kepada kaum yang membutuhkan dari kalangan Bani Hasyim
dan orang-orang yang membutuhkan lainnya. Ketika masa Dinasti Umayyah, tanah ini
diambil oleh Marwan bin Hakam, dan Bani Hasyim tidak lagi mendapatkan bagiannya.
Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, pengaturan atas tanah ini dikembalikan
sebagaimana semula.

Umar bin Abdul Aziz Khulafah Rasyidin Kelima


https://ganaislamika.com/dinasti-umayyah-18-umar-bin-abdul-aziz-khulafah-rasyidin-
kelima/
Khulafah Rasyidin Kelima

Akbar Shah Najeebabadi, The History Of Islam; Volume Two, Riyadh, Darussalam, 2000,
Hal. 198

�Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Ini adalah surat dari hamba
Allah, Sulaiman pemimpin kaum Muslimin, kepada Umar bin Abdul Aziz. Aku sudah
menunjuk anda sebagai penggantiku untuk menjadi khalifah, dan anda akan digantikan
oleh Yazid bin Abdul Malik. Wahai manusia, dengarkanlah dia dan patuhilah; takutlah
pada Allah dan hindari perselisihan, agar musuh tidak mengambil keuntungan dari
kalian.�
Ibid, hal. 71
Penguasa di Nusantara yang Pertama Memeluk Islam
SM Said
Sabtu, 7 Maret 2015 - 05:00 WIB
https://daerah.sindonews.com/read/973087/29/penguasa-di-nusantara-yang-pertama-
memeluk-islam-1425640005

pada sekitar tahun 717 M, diberitakan ada sebanyak 35 kapal perang dari dinasti
Umayyah dengan hadir di Sriwijaya. Hal ini semakin mempercepat perkembangan Islam
di Sriwijaya (Sumber : Sejarah Umat Islam; karangan Prof Dr Hamka)

Pada tahun 717 sebanyak 35 kapal perang dari dinasti Umayyah dengan Kholifah yang
bernama Sulaiman (715-717M) ada di Srivijaya

Pada tahun 717 sebanyak 35 kapal perang dari dinasti Umayyah dengan Kholifah yang
bernama Sulaiman (715-717M) hadir di Srivijaya [3] dan menjadikan percepatan
perkembangan agama Islam yang sudah terjadi interaksi pada tahun-tahun terakhir.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Melayu_Kuno
Dikisahkan oleh Tabari, bahwa ketika menjelang wafatnya Sulaiman sempat
mempertimbangkan untuk mengangkat putranya yang masih kecil sebagai khalifah untuk
menggantikannya. Ia bertanya tentang perkara ini pada penasehatnya bernama Raja�
bin Haywah, dan Raja� tidak sependapat dengan usulan tersebut. Kemudian Sulaiman
bertanya lagi, �bagaimana dengan Dawud bin Sulaiman?� � putranya yang saat itu
sedang mengemban misi melakukan ekspedisi militer ke Kontantinopel. Raja� juga
tidak sepakat, karena tidak ada yang tahu nasibnya, apakah ketika itu Dawud masih
hidup ataukah sudah mati.
The History of al-Tabari, Vol. XXIV., The Empire in Transition; The Caliphates of
Sulayman, �Umar, and Yazid, Translated by David Stephan Powers, State University of
New York Press, 1990, hal. 70

https://www.medcom.id/ramadan/pernak-pernik-ramadan/aNrwvLEb-surat-menyurat-
khalifah-islam-dan-raja-nusantara
Surat Menyurat Khalifah Islam dan Raja Nusantara
Ramadan ramadan 2017 Sobih AW Adnan � 09 Juni 2017 04:29

medcom.id, Jakarta: Pertemuan Islam dan Indonesia bukan perkara yang baru seumur
jagung. Sudah beratus tahun lampau, keduanya saling mewarnai.

Sejarawan Italia, Gerolamo Emilio Gerini dalam Futher India and Indo-Malay
Archipelago (1909) menyebutkan, sepanjang dekade 606-699 sudah banyak masyarakat
Arab yang bermukim di Nusantara. Para pendatang itu, menyebar dari pusat kejayaan
Islam di masa sahabat hingga kekhalifahan.

Bukan cuma itu, Abd Rabbih dalam Al-Iqdul Farid (940) mengatakan bahwa kedua
pemimpin wilayah itu saling kontak melalui surat-menyurat.

Raja ke-3 Sriwijaya Sri Indrawarman, misalnya, pernah mengirim pesan untuk Khalifah
Umar ibn Abdul Aziz dengan penggalan redaksi sebagai berikut:
Dari Rajadiraja yang adalah keturunan seribu raja
Kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain dengan Tuhan.

Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang
tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan.

Saya ingin Anda mengirimkan seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan
menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.

Jajar Burhanddin dalam Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslim (2012)
mengatakan, dalam surat itu Sri Indrawarman menyebut diri sebagai 'Raja
Nusantara'(the King of Hind). Sementara ia menyapa Umar ibn Abdul Aziz sebagai
'Raja Arab'.

Secara tidak langsung, keakraban keduanya sudah tersirat.

"Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam pada abad ke-13, hubungan Timur Tengah
menjadi semakin mapan. Kehadiran ulama dari dunia Islam yang lebih besar, khususnya
Mekkah, merupakan langkah penting dalam memperkenalkan Islam ke Nusantara," tulis
Jajat.

Bahkan, dalam Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nsantara abad XVII & XVIII
(2013), Azyumardi Azra mengatakan, Sriwijaya tidak sekali dua berkirim pesan kepada
khalifah Islam di Syiria.

Begitu juga Zainal Abidin Ahmad dalam Ilmu politik Islam V: Sejarah Islam dan
Umatnya Sampai Sekarang (1979). Ia juga mengisahkan, permintaan Sri Indrawarman
untuk dikirimkan seorang pendakwah itu dipenuhi. Kehadiran bangsa Persia dan muslim
Arab ke Sriwijaya membuat raja tersebut memeluk Islam pada tahun 718.

"Pengislaman Sri Indrawarman ini adalah hasil usaha surat-menyurat Khalifah Umar
dan raja itu," tulis Zainal.

Tapi, Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dalam Sejarah Umat Islam (1980) mencatat,
penyebaran Islam di Sriwijaya sudah dimulai sekitar tahun 717.

"Diberitakan ada 35 kapal perang dari Dinasti Umayyah berkunjung ke Sriwijaya dan
semakin mempercepat perkembangan Islam di kerajaan tersebut," tulis HAMKA.

Anda mungkin juga menyukai