Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Gaya Belajar

Gaya belajar dapat didefinisikan sebagai cara seseorang dalam menerima hasil belajar
dengan tingkat penerimaan yang optimal dibandingkan dengan cara yang lain. Setiap orang
memiliki gaya belajar masing-masing. Pengenalan gaya belajar sangat penting. Bagi guru
dengan mengetahui gaya belajar tiap siswa maka guru dapat menerapkan tekhnik dan strategi
yang tepat baik dalam pembelajaran maupun dalam pengembangan diri. Hanya dengan
penerapan yang sesuai maka tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Seorang siswa juga harus
memahami jenis gaya belajarnya. Dengan demikian, ia telah memiliki kemampuan mengenal
diri yang lebih baik dan mengetahui kebutuhannya. Pengenalan gaya belajar akan
memberikan pelayanan yang tepat terhadap apa dan bagaimana sebaiknya disediakan dan
dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung optimal.

Secara realita jenis gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari beberapa gaya
belajar. Di sini kita mengenal ada tiga gaya belajar, yaitu: gaya belajar visual, auditori, dan
kinetetik. Masing-masing gaya belajar terbagi dua, yaitu: yang bersifat eksternal (tergantung
media luar sebagai sumber informasi) dan yang bersifat internal (tergantung pada
kemampuan kita bagaimana mengelola pikiran dan imajinasi) (Didang, 2006).

B. Macam-Macam Gaya Belajar

1. VISUAL (Visual Learners)


Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan.
Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya
belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa
mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai
gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran)
secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat
terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah
artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif
terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah
menginterpretasikan kata atau ucapan.

Ciri-ciri gaya belajar visual ini yaitu :


1. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
2. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
3. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman
lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
4. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat
pasif dalam kegiatan diskusi.
5. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
6. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
7. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
Kendala dalam gaya belajar visual seperti terlambat menyalin pelajaran di papan tulis,
dan tulisannya berantakan sehingga tidak mudah terbaca. Siswa yang mempunyai gaya
belajar visual umumnya lebih suka melihat daripada mendengarkan, umumnya mereka
cenderung teratur, rapi dan berpakaian indah.

2. AUDITORI (Auditory Learners )


Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa
memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar
menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan.
Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi
itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya
bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam
bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.

Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu :


1. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang
didiskusikan dalam kelompok/ kelas
2. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
3. Cenderung banyak omong
4. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang
dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
5. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
6. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
7. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti
hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll

Kendala dalam gaya belajar auditorial ini adalah anak sering lupa apa yang dijelaskan
guru. Sering keliru apa yang disampaikan oleh guru, dan juga sering lupa membuat tugas
yang diperintahkan melalui lisan. Siswa yang menyukai gaya belajar auditorial umumnya
tidak suka membaca buku petunjuk. Dia lebih suka bertanya untuk mendapatkan informasi
yang diperlukannya.

3. KINESTETIK (Kinesthetic Learners)


Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang
bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa
mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua
orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat
penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja,
seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca
penjelasannya.

Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu :


1. Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar
2. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
3. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru
menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
4. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
5. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
6. Menyukai praktek/ percobaan
7. Menyukai permainan dan aktivitas fisik

Kendala dalam gaya belajar kinestetik seperti anak cenderung tidak bisa diam. Siswa
yang dengan gaya belajar seperti ini tidak dapat belajar di sekolah-sekolah yang bergaya
konvensional dimana guru menjelaskan dan anak duduk diam. Siswa akan lebih cocok
berkembang bila di sekolah dengan sistem active learning, di mana anak banyak terlibat
dalam proses belajar. Siswa yang menyukai gaya belajar kinestetik umumnya lebih suka
bergerak dan tidak betah duduk lama serta sering menundukkan kepala saat mendengarkan.

4. Gaya Belajar Global

Anak yang memiliki gaya belajar global cenderung melihat segala sesuatu secara
menyeluruh, dengan gambaran yang besar, namun demikian mereka dapat melihat hubungan
antara satu bagian dengan bagian yang lain. Anak global juga dapat melihat hal-hal yang
tersirat, serta menjelaskan permasalahan dengan katakatanya sendiri. Mereka dapat melihat
adanya banyak pilihan dalam mengerjakan beberapa tugas sekaligus.

Anak dengan gaya belajar global dapat bekerja sama dengan orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan fleksibel. Mereka senang bekerja keras untuk menyenangkan hati
orang lain, senang memberi dan menerima pujian, bahkan anak global cenderung melupakan
lebih banyak dorongan semangat dalam memulai mengerjakan sesuatu. Mereka menerima
kritikan secara pribadi. Mereka akan mengalami kesulitan bila harus menjelaskan sesuatu
tahap demi tahap.

Orang gaya belajar global dominan biasanya kurang memiliki kerapian, walau
sebenarnya mereka memiliki keinginan besar untuk membersihkan tempat belajarnya. Namun
sering kali keinginannya kurang terlaksana, akhirnya kertas-kertas tetap berantakan. Untuk
mengatasi hal ini sebaiknya orang global belajar untuk menyederhanakan sistemnya dengan
menyediakan map-map berwarna dengan kategori tertentu untuk menyiapkan kertas-kertas
yang menumpuk.

Pikiran anak global dominan tidak pernah bisa fokus pada suatu masalah, pikirannya
memikirkan banyak hal sepanjang waktu. Apabila orang global mengerjakan tugas kedua
meskipun tugas pertamanya belum selesai, untuk mengatasi keadaan ini sebaiknya mereka
bekerja sama dengan orang lain, dengan janji saling menolong dalam menyelesaikan tugas
sebelum mengerjakan yang lain, mereka akan mudah berkonsentrasi bila ada seseorang yang
bekerja bersamanya
5. Gaya Belajar Analitik

Anak yang memiliki gaya belajar analitik dalam memandang sesuatu cenderung lebih
terperinci, spesifik dan teratur. Namun mereka kurang bisa memahami masalah secara
menyeluruh.

Dalam mengerjakan tugas analitik akan mengerjakan tugasnya secara teratur, dari satu
tahab ke tahab berikutnya. Mereka memiliki kecenderungan untuk mengerjakan satu tugas
dalam satu waktu, dan mereka belum akan mengerjakan tugas lain sebelum tugas pertamanya
selesai. Mereka membutuhkan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas mereka, karena
mereka tidak ingin ada satu bagian yang terlewatkan.

Anak yang memiliki cara berfikir secara analitik seringkali memikirkan sesuatu
berdasarkan logika. Selain itu mereka menikai fakta-fakta yang terjadi melebihi perasaannya.
Mereka dapat menemukan fakta-fakta namun seringkali mereka tidak mengetahui gagasan
utamanya. Sehingga kadang dia tidak mengerti maksud dan tujuan dia dalam mengerjakan
sesuatu. Anak yang memiliki gaya belajar analitik sangat sulit belajar karena biasanya
pikirannya hanya terfokus pada satu masalah saja. Untuk mengatasi keadannya ini, sebaiknya
seorang analitik belajar sendirian, baru bergabung dengan temannya untuk bersosialisasi
setelah selesai belajar.

Anak analitik dapat bekerja maksimal bila ada metode yang konsisten dan pasti dalam
mengerjakan sesuatu, apabila dia bisa menciptakan sistem sendiri dalam belajar. Untuk itu
jadwal harian sangat membantu anak analitik merasakan adanya struktur dan hal-hal yang
bisa diramalkan, sehingga mereka dapat menentukan dan memenuhi sasaran yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai