L
L
Gaya belajar dapat didefinisikan sebagai cara seseorang dalam menerima hasil belajar
dengan tingkat penerimaan yang optimal dibandingkan dengan cara yang lain. Setiap orang
memiliki gaya belajar masing-masing. Pengenalan gaya belajar sangat penting. Bagi guru
dengan mengetahui gaya belajar tiap siswa maka guru dapat menerapkan tekhnik dan strategi
yang tepat baik dalam pembelajaran maupun dalam pengembangan diri. Hanya dengan
penerapan yang sesuai maka tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Seorang siswa juga harus
memahami jenis gaya belajarnya. Dengan demikian, ia telah memiliki kemampuan mengenal
diri yang lebih baik dan mengetahui kebutuhannya. Pengenalan gaya belajar akan
memberikan pelayanan yang tepat terhadap apa dan bagaimana sebaiknya disediakan dan
dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung optimal.
Secara realita jenis gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari beberapa gaya
belajar. Di sini kita mengenal ada tiga gaya belajar, yaitu: gaya belajar visual, auditori, dan
kinetetik. Masing-masing gaya belajar terbagi dua, yaitu: yang bersifat eksternal (tergantung
media luar sebagai sumber informasi) dan yang bersifat internal (tergantung pada
kemampuan kita bagaimana mengelola pikiran dan imajinasi) (Didang, 2006).
Kendala dalam gaya belajar auditorial ini adalah anak sering lupa apa yang dijelaskan
guru. Sering keliru apa yang disampaikan oleh guru, dan juga sering lupa membuat tugas
yang diperintahkan melalui lisan. Siswa yang menyukai gaya belajar auditorial umumnya
tidak suka membaca buku petunjuk. Dia lebih suka bertanya untuk mendapatkan informasi
yang diperlukannya.
Kendala dalam gaya belajar kinestetik seperti anak cenderung tidak bisa diam. Siswa
yang dengan gaya belajar seperti ini tidak dapat belajar di sekolah-sekolah yang bergaya
konvensional dimana guru menjelaskan dan anak duduk diam. Siswa akan lebih cocok
berkembang bila di sekolah dengan sistem active learning, di mana anak banyak terlibat
dalam proses belajar. Siswa yang menyukai gaya belajar kinestetik umumnya lebih suka
bergerak dan tidak betah duduk lama serta sering menundukkan kepala saat mendengarkan.
Anak yang memiliki gaya belajar global cenderung melihat segala sesuatu secara
menyeluruh, dengan gambaran yang besar, namun demikian mereka dapat melihat hubungan
antara satu bagian dengan bagian yang lain. Anak global juga dapat melihat hal-hal yang
tersirat, serta menjelaskan permasalahan dengan katakatanya sendiri. Mereka dapat melihat
adanya banyak pilihan dalam mengerjakan beberapa tugas sekaligus.
Anak dengan gaya belajar global dapat bekerja sama dengan orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan fleksibel. Mereka senang bekerja keras untuk menyenangkan hati
orang lain, senang memberi dan menerima pujian, bahkan anak global cenderung melupakan
lebih banyak dorongan semangat dalam memulai mengerjakan sesuatu. Mereka menerima
kritikan secara pribadi. Mereka akan mengalami kesulitan bila harus menjelaskan sesuatu
tahap demi tahap.
Orang gaya belajar global dominan biasanya kurang memiliki kerapian, walau
sebenarnya mereka memiliki keinginan besar untuk membersihkan tempat belajarnya. Namun
sering kali keinginannya kurang terlaksana, akhirnya kertas-kertas tetap berantakan. Untuk
mengatasi hal ini sebaiknya orang global belajar untuk menyederhanakan sistemnya dengan
menyediakan map-map berwarna dengan kategori tertentu untuk menyiapkan kertas-kertas
yang menumpuk.
Pikiran anak global dominan tidak pernah bisa fokus pada suatu masalah, pikirannya
memikirkan banyak hal sepanjang waktu. Apabila orang global mengerjakan tugas kedua
meskipun tugas pertamanya belum selesai, untuk mengatasi keadaan ini sebaiknya mereka
bekerja sama dengan orang lain, dengan janji saling menolong dalam menyelesaikan tugas
sebelum mengerjakan yang lain, mereka akan mudah berkonsentrasi bila ada seseorang yang
bekerja bersamanya
5. Gaya Belajar Analitik
Anak yang memiliki gaya belajar analitik dalam memandang sesuatu cenderung lebih
terperinci, spesifik dan teratur. Namun mereka kurang bisa memahami masalah secara
menyeluruh.
Dalam mengerjakan tugas analitik akan mengerjakan tugasnya secara teratur, dari satu
tahab ke tahab berikutnya. Mereka memiliki kecenderungan untuk mengerjakan satu tugas
dalam satu waktu, dan mereka belum akan mengerjakan tugas lain sebelum tugas pertamanya
selesai. Mereka membutuhkan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas mereka, karena
mereka tidak ingin ada satu bagian yang terlewatkan.
Anak yang memiliki cara berfikir secara analitik seringkali memikirkan sesuatu
berdasarkan logika. Selain itu mereka menikai fakta-fakta yang terjadi melebihi perasaannya.
Mereka dapat menemukan fakta-fakta namun seringkali mereka tidak mengetahui gagasan
utamanya. Sehingga kadang dia tidak mengerti maksud dan tujuan dia dalam mengerjakan
sesuatu. Anak yang memiliki gaya belajar analitik sangat sulit belajar karena biasanya
pikirannya hanya terfokus pada satu masalah saja. Untuk mengatasi keadannya ini, sebaiknya
seorang analitik belajar sendirian, baru bergabung dengan temannya untuk bersosialisasi
setelah selesai belajar.
Anak analitik dapat bekerja maksimal bila ada metode yang konsisten dan pasti dalam
mengerjakan sesuatu, apabila dia bisa menciptakan sistem sendiri dalam belajar. Untuk itu
jadwal harian sangat membantu anak analitik merasakan adanya struktur dan hal-hal yang
bisa diramalkan, sehingga mereka dapat menentukan dan memenuhi sasaran yang jelas.