Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakan adalah kebutuhan mutlak yang harus selalu diperhatikan dalam

pemeliharaan ternak ruminansia yaitu sapi, kerbau, kambing dan domba. Namun

ketersediaan pakan selalu menjadi kendala terutama di saat musim kemarau,

pakan berupa hijauan segar sulit didapatkan, yang ada hanya sisa-sisa tanaman

berupa jerami. Kegagalan pengembangan populasi ternak pada suatu wilayah

biasanya akibat dari kurang memperhitungkan daya dukung pakan yang tersedia

Padahal pakan merupakan input terbesar pada sistem peternakan. rendahnya

produktivitas ternak, diperlukan kajian mengenai potensi hijauan asal rumput dan

limbah tanaman pangan (Bahar, 2016).

Limbah tanaman jagung merupakan hijauan tersisa setelah hasil

pemanenan jagung. Limbah jagung dengan limbah yang paling banyak adalah

batang jagung (stover) dengan tingkat kecernaan yang rendah. Kulit jagung

merupakan limbah dengan jumlah terkecil namun memiliki kecernaan yang tinggi

dibanding limbah jagung lainnya. Karena banyaknya limbah hasil pertanian

berupa tanaman maka di inivasikanlah tanaman jagung ini agar dapat menjadi

berguna seperti dijadikan sebagai pakan ternak dengan membuatnya menjadi

jerami jagung. Jerami jagung merupakan jenis pakan dari limbah tanaman jagung

yang sudah dipanen. Nutrisi jerami jagung lebih tinggi dibandingkan dengan

jerami padi dan lebih disukai oleh sapi potong (Arifin, 2015).
Amoniasi adalah proses fermentasi hijauan yang di fungsikan sebagai

salah satu pengawetan kebutuhan hijauan bagi ternak pada musim kemarau

dengan memanfaatkan bakteri sebagai fermentasinya. Prinsip dari amoniasi adalah

memasukkan/menyisipkan nitrogen ke sela-sela sel jerami atau hay yang kadar

nitrogennya relative rendah. Dengan demikian, kadar nitrogen non-protein dari

jerami atau hay ini akan meningkat. Zat nitrogen ini akan berfungsi sebagai zat

makanan bagi mikroba retikulorumen yang akhirnya dapat berfungsi sebagai

sumber protein bagi ternak. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukanyya

praktek lapang Tatalaksana Padang Penggembalaan Peternakan Rakyat mengenai

pembuatan amoniasi jagung.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakannya praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

Peternakan Rakyat yaitu untuk mengetahui cara pembuatan amoniasi dengan baik

dan benar, serta dapat memanfaatkan limbah pertanian sebagai sumber pakan

ternak pada musim kemarau mendatang.

Kegunaan dilaksanakan praktikum Tatalaksana Padang Penggembalaan

mengenai amoniasi jagung agar menjadi sumber informasi ilmiah bagi mahasiswa

dan masyarakat dalam mengetahui cara membuat amoniasi jagung dengan baik

dan benar serta memanfaatkan limbah petanian sebagai bahan ketersediaan

hiajaun dimusim kemarau.


TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Jagung

Sumber : www.pioneer.com

Karakteristik Tanaman Jagung :

Ordo : Tripsaceae
Family : Poaceae
Sub-family : Panicoideae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu komoditas pertanian yang

memiliki arti strategis bagi perekonomian masyarakat baik sebagai pangan

maupun bahan baku industri. Perkembangan industri pengolahan makanan dan

pakan ternak menyebabkan peningkatan permintaan jagung di Indonesia. Pada

umumnya limbah pertanian seperti limbah tanaman jagung memiliki kualitas

yang rendah karena mengandung lignin dan silika yang relatif tinggi yang
membatasi kecernaannya, sehingga pemberiannya pada ternak perlu pengolahan

(Elihasridas dan Herawati, 2014).

Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional,

mengingatfungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan,

pakan,dan bahan baku industri. Dari seluruh kebutuhan jagung, 50% di antaranya

digunakan untuk pakan. Dalam lima tahun terakhir, kebutuhan jagung untuk

bahan baku industry pakan, makanan, dan minuman meningkat 10-15% per tahun.

Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian nasional mencapai Rp

9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi

demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan

subsector tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum

(Zubachtirodin dkk., 2016).

Potensi lahan untuk pengembangan jagung tersedia cukup luas, utamanya

pada lahan kering di luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Irian, dan Sulawesi.

Ada sekitar 6,96 juta hektar lahan yang terdapat di 14 provinsi tergolong

berpotensi untuk pengembangan jagung. Salah satu daerah di luar Jawa yang

memiliki lahan kering yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan

tanaman jagung adalah Sulawsi Selatan. Sulawesi Selatan terkenalsebagai daerah

penghasil utama jagung di Kawasan Timur Indonesia, dan menempati urutan ke-5

setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung dan Sumatera Utara (Biba, 2011).

Gambaran Umum Amoniasi

Ammonia merupakan pemberian senyawa N yang bertujuan meningkatkan

daya cerna kadar protein dan intake jerami. Ammonia merusak ikatan aster antara
karbohidrat structural dengan lignin dan membuat jerami lebih lunak sehingga

lebih disukai ternak dan memuaikan serat selulosa sehingga memudahkan

penetrasi enzim selulase dan meningkatkan kadar nitrogen sehingga kandungan

protein kasar meningkat (Rusdy dkk, 2019).

Amoniasi merupakan suatu proses pemotongan ikatan rantai dan

pembebasan selulosa serta hemisellulosa agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh

ternak. Ammonia (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan jerami.

Sehingga ikatan tersebut bias terlepas dan berganti ikatan dengan NH3. Pada saat

yang bersamaan, sellulosa serta hemisellulosa akan terlepas dari ikatan. Dengan

demikian sifat kecernaan dan kadar protein jerami juga meningkat. Tujuan

pembuatan amoniasi adalah untuk meningkatkan kualitas bahan pakan yang

rendah kandungan nutrisi dan daya cernanya (Syukur, 2016).

Fermentasi (Amoniasi fermentasi) merupakan salah satu upaya dalam

peningkatan kualitas bahan pakan ternak. Secara biokimia, fermentasi merupakan

pembentukan energi melalui senyawa organik, sedangkan aplikasi ke dalam

bidang industri diartikan sebagai proses mengubah bahan dasar menjadi produk

oleh massa sel mikrobia. Dan proses fermentasi dapat terjadi jika ada kontak

antara mikroorganisme penyebab fermentasi dengan subtrat organik yang sesuai

(Hastuti dkk, 2011).

Fungsi Zat Adiktif

Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan kedalam makanan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas makanan, menambah kelezatan, dan

mengawetkan makanan. Zat aditif ditambahkan dalam pengawetan sebagai


sumber energi dan makanan bagi bakteri untuk tetap bertumbuh sehingga

pangawetan hijauan dapat berlangsung dengan cepat (Fitriani dan Mukhyiddin,

2014).

Urea merupakan sumber nonprotein nitrogen (NPN) paling sering

digunakan sebagai pengganti pakan protein sejati, karena dapat menekan biaya

pakan ternak. Sebagian besar urea yang diproduksi, digunakan pada bidang

pertanian sebagai pupuk kimia. Namun, pada perkembangannya, urea juga

digunakan pada bidang peternakan sebagai bahan pakan tambahan (Yanuartono

dkk, 2017).

Pemberian pupuk urea dalam tanah mempengaruhi sifat kimia dan hayati

(biologi) tanah. Fungsi kimia dan hayati yang penting diantaranya adalah selaku

penukar ion dan penyangga kimia, sebagai gudang hara N, P, dan S, pelarutan

fosfat dengan jalan kompleksasi ion Fe dan Al dalam tanah dan sebagai sumber

energi mikroorganisme tanah (Riady, 2015).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Amoniasi

Masalah mendasar tentang pakan untuk mendukung produksi dan

produktivitas ternak ruminansia di Indonesia pada umumnya dikarenakan

rendahnya kualitas, kuantitas dan kontintuitas pakan hijauan. Kendala penyediaan

pakan hijauan berkualitas diantaranya, luas lahan yang semakin sempit dan

produksi hijauan yang dibatasi oleh musim, sehingga secara kontinyu tidak dapat

tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Produksi limbah pertanian

sampai saat ini masih merupakan produk yang belum dimanfaatkan secara baik,
sehingga perlu dikaji kemungkinan pemanfaatannya sebagai pakan ternak yang

optimal (Hanum dan Usman, 2011).

Nilai nutrisi yang terkandung dalam tanaman jagung sangat rendah

terutama tingginya kandungan serat kasar dan kandungan protein yang rendah.

Kandungan serat kasar yang tinggi menyebabkan rendahnya kecernaan limbah

tanaman jagung. Upaya untuk mengatasi keterbatasan limbah tanaman jagung

adalah dengan memberi perlakuan sebelum diberikan pada ternak atau melalui

proses pengawetan sehingga kandungan nutrisinya dapat ditingkatkan. Sehingga

digunakanlh etode amoniasi sebagai salah satu alternative pengawetan tanaman

jagung dengan penambahan urea sebagai zat aditif dan amoniasi ini dapat

menurunkan serat kasar pada tanaman jagung (Trisnadewi dkk, 2017).

Proses Pemberian Pada Ternak

Pemberian pakan kepada ternak dengan menambahkan pakan lain sebagai

bahan tambahan untuk mendukun kebutuhan nutrisi dari ternak dan salah satu

kombinasi bahan pakan yang diberikan yaitu jerami jagung dan dedak padi.

Proporsi jerami jagung dan dedak kasar yang seimbang yaitu dengan pemberian

jerami jagung sebanyak 75% dan dedak kasar sebanyak 25% yang dapat

menyediakan zat makanan yang cukup bagi pertumbuhan Aspergillus niger.

sehingga menghasilkan produksi enzim selulase yang tinggi yang digunakan

untuk merombak serat kasar. Selain itu, ketersediaan populasi kapang yang tinggi

dapat meningkatkan kandungan protein kasar substrat karena kapang merupakan

sumber protein tunggal (Semaun, 2013).


METODOLOGI PRAKTEK LAPANG

Waktu dan Tempat

Praktek Lapang Tatalaksana Padang Pengembalaan Peternakan Rakyat

mengenai Pembuatan Amoniasi Jerami Jagung dilaksanakan pada hari Jumat 15

Maret 2019 sampai Minggu 17 Maret 2019, pukul 08.00 WITA sampai selasai,

bertempat di Padang Penggembalaan Sapi Potong Sidenreng Rappang.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktek Lapang Tatalaksana Padang

Pengembalaan Peternakan Rakyat mengenai Pembuatan Amoniasi Jerami Jagung

yaitu kantong plastik (silo), parang/gunting, timbangan, dan tali raffia.

Bahan yang digunakan dalam dalam praktek Lapang Tatalaksana Padang

Pengembalaan Peternakan Rakyat mengenai Pembuatan Amoniasi Jerami Jagung

yaitu jerami jagung, air, dan pupuk urea.

Metode Praktek Lapang

Memotong jerami jagung kemudian menimbang jerami jagung.

Mencampur urea dengan air, lalu menyiram jerami jagung yang telah di potong-

potong dengan campuran air dan urea. Untuk menentukan banyaknya air yang

ditambahkan untuk mencapai kadar air yang diinginkan, terlebih dahulu harus

diketahui kadar air awal. Setelah itu Mengaduk campuran jerami jagung, air, dan

urea hingga merata. Setelah rata memasukkan jerami jagung hasil amoniasi

kedalam kantong plastik atau silo. Terakhir Menyimpan jerami dalam keadaan

kedap udara.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Mistar. 2015. Kiat Jitu Menggemukan Sapi Secara Maksimal. Agromedia
Pustaka. Jakarta Selatan.
Bahar. S. 2016. Teknologi Pengelolaan Jerami Jagung Untuk Pakan Ternak
Ruminansia. Buletin Pertanian Perkotaan. 6(2) : 25-31.
Elihasridas dan Herawati .R. 2014. Kecernaan in-Vitro Ransum Berbasis Limbah
Jagung Amoniasi dengan Berbagai Rasio Konsentrat untuk Ruminansi.
Jurnal Peternakan Indonesia. 16 (3) : 145-151.
Hanum Z dan Usma Y. 2011. Analisis Proksimat Amoniasi Jerami Padi dengan
Penambahan Isi Rumen. Agripet. 11 (1) : 39-44.
Hastuti. D, Nur. A.S, dan Iskandar. M.B. Pengaruh Perlakuan Teknologi Amofer
(Amoniasi Fermentasi) pada Limbah Tongkol Jagung sebagai Alternatif
Pakan Berkualitas Ternak Ruminansia. Mediagro. 7 (1) : 55 – 6.
Krisnamurthi. B. 2010. Manfaat Jagung dan Peran Produk Bioteknologi Serealia
dalam Menghadapi Krisis Pangan, Pakan dan Energi di Indonesia.
Prosiding Pekan Serealia Nasional.
Riady R.M. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum). Skripsi. Fakultas
Peternakan.Universitas Hasanuddin.
Semaun Rahmawati. 2013. Kecernaan In-Vitro Kombinasi Fermentasi Jerami
Jagung dan Dedak Kasar dengan Penambahan Aspergillus Niger. Jurnal
Galung Tropika, 2 (2) : 97-102.
Syukur Abdul. 2016. 99% Gagal Beternak Kambing. Penebar Swadaya. Jakarta.
Trisnadewi, A. A, Cakra., dan I W Suarna. 2017. Kandungan Nutrisi Silase Jerami
Jagung Melalui Fermentasi Pollard dan Molases. Majalah Ilmiah
Peternakan. 20 (2) : 55-59.
Wulandari. F dan Batoro J. J2016. Etnobotani Jagung (Zea mays L.) Pada
Mayarakat Lokal di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang. Jurnal Biotropika . 4 (1) : 17-24.
Yanuartono, Nururrozi. A, Indarjulianto. S, Purnamaningsih. H, dan Rahardjo. S.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 28 (1): 10 – 34.

Anda mungkin juga menyukai