Anda di halaman 1dari 10

Model Pembelajaran Kooperatif : pengertian, berbagai tipe pembelajaran

kooperatif (STAD, NHT, TAI, TPS)

Belajar dalam kelompok bukanlah hal yang baru dalam proses belajar
mengajar konvensional. Dahulu dikenal belajar kelompok di luar kelas yang disebut
study club menggunakan waktu di luar jam pelajaran yang reguler, kadangkala
belajarnya di rumah-rumah secara bergiliran terutama sekali menjelang ulangan. Di
lain hal, setiap kali seorang guru atau dosen menugaskan sekelompok peserta didik
untuk menyelesaikan tugas terkait dengan mata pelajaran para siswa berinisiatif
untuk belajar kelompok. Dalam praktiknya nilai yang diperoleh teman yang bekerja
keras sama dengan yang hanya sekadar ikut kelompok belajar. Kebersamaan ini
dalam pandangan sekarang dikatakan kooperatif. Istilah pembelajaran kooperatif
dalam wacana bahasa Indonesia dikenal dengan pembelajaran secara kelompok.

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Istilah kooperatif berbeda dengan kolaboratif dilihat dari kedudukan formal


proses pembelajaran. Pada kooperatif berlaku di sekolah dengan fokus di kelas-
kelas menurut satuan pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan menengah atas.
Belajar kolaboratif berlaku pada kegiatan diklat atau pendidikan dan latihan dengan
para pesertanya umumnya sudah dewasa dan mempunyai profesi. Ditinjau dari sisi
kerja sama atau belajar kelompok tidak ada beda dari keduanya.

Menurut Kauchak dan Eggen (dalam Putra, 2001:9) pembelajaran


kooperatif merupakan strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk belajar secara kolaborasi dalam
mencapai tujuan. Menurut Scot, pembelajaran kooperatif merupakan suatu proses
penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan mahasiswa
bekerja sama alam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

Benner (dalam Suwangsih, 2001:1) menyatakan bahwa pembelajaran


kooperatif menyangkut teknik pengelompokan yang di dalamnya mahsiswa bekerja
terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang pada umumnya
terdiri dari 4-5 orang.

Watson membatasi pembelajaran kooperatif sebagai lingkungan belajar di


mana mahasiswa bekerjs sama dalam kelompok kecil yang kemampuannya
berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas akademik.

Slavin (1995) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu model


pembelajaran di mana mahsiswa bekerja dalam satu kelompok yang heterogen yang
anggotanya terdiri atas 4-6 orang. Heterogenitas ditinjau dari jenis kelamin, etnis,
prestasi akademik maupun status sosial.

Djajadisastra mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah metode kerja


kelompok atau lazimnya metode gotong royong yang merupakan suatu metode
mengajar di mana mahasiswa disusun dalam kelompok-kelompok pada waktu
menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas.

Surakhmad mengemukakan bahwa kerja kelompok dipakai untuk


merangkum pengertian di mana mahasiswa dalam satu kelas dipandang sebagai
suatu kesatuan tersendiri atau dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil untuk
mencapai tujuan tertentu dengan gotong royong.

Mahmud mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah


merupakan pondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan prestasi mahsiswa.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran di mana mahasiswa


dikelompokkan dalam tim kecil dengan tingkat kemampuan berbeda untuk
meningkatkan pemahaman tentang suatu pokok bahasan, di mana masing-masing
anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar apa yang di ajarkan dan
membantu temannya untuk belajar sehingga tercipta suatu atmosfer prestasi.
Belajar dikatakan belum selesai bila masih ada anggota kelompok yang belum
menguasai materi. Saling bekerja sama dan saling mengoreksi antaranggota
kelompok dengan tujuan mencapai hasil belajar yang tinggi.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua kerja kelompok sebagai
pembelajaran kooperatif. Karena untuk pembelajaran kooperatif ada lima unsur
dasar sebagai ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu:

(1) saling ketergantungan positif, Dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan


kelompok sangat tergantung dari usaha setiap anggotanya. Oleh karenanya, antara
siswa yang satu dengan siswa yang lainnya saling membutuhkan. Setiap siswa
bekerja demi tercapainya tujuan yang sama.

(2) tanggung jawab perseorangan, Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur
yang pertama. Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik untuk kelompoknya.

(3) tatap muka, Setiap kelompok harus di berikan kesempatan untuk bertatap muka
dan berdiskusi. Kegiatan Interaksi ini akan memberikan para siswa untuk dapat
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggotanya. Inti dari sinergi ini
adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan
masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman
keluarga, sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini
akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota
kelompok. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal
dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi personal.

(4) komunikasi antaranggota, Tidak setiap siswa mempunyai keahlian seperti ini.
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung dari kemampuan mereka dalam
mengutarakan pendapat dan kesediaan para anggoatanya untuk saling mengahrgai
pendapat anggota yang lain.

(5) evaluasi proses kelompok, Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk menevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka
agar selanjutnya bisa bekerjasama lebih efektif.

Ada beberapa alternatif dalam pembentukan kelompok yaitu: kartu


pengelompokan, puzzle, menemukan sahabat dan keluarga fiktif terkenal, label
nama, hari kelahiran, kartu remi, sebut angka, rasa permen, pilih benda-benda yang
mirip, materi mahasisawa. Ini adalah pembentukan kelompok dengan cara diundi
tanpa membedakan tingkat kemampuan mahasiswa, jenis kelamin atau faktor-
faktor lain sehingga dalam satu kelompok bisa terdapat siswa yang pandai, dan
siswa yang kurang pandai. Bisa juga terjadi satu kelompok hanya laki-laki saja atau
perempuan saja. Kelompok seperti ini jelas kurang efektif karena tidak tercipta
heterogenitas, baik dari segi kemampuan mahasiswa atau jenis kelamin.

Pembentukan kelompok dapat didasarkan atas kemampuan akademik dan


ini mudah serta objektif caranya. Diawali dengan mengurutkan ranking mahasiswa
dari nomor 1 sampai dengan 25. Langkah kedua mengambil mahasiswa nomor 1,
12, 13, 25, Kelompok ke II mengambil mahasiswa no 2,11, 14, 24, dan seterusnya.
Kelompok mahasiswa ada empat kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 1
(tinggi), 12, 13 (menengah), 25 (rendah). Pemilihan ini atas dasar jenis kelaminnya,
dan tidak berat sebelah. Jadi tiap kelompok terdiri dari satu orang dari mahasiswa
yang pintar, dua orang dari mahasiswa yang sedang, dan satu orang dari mahasiswa
yang berprestasi rendah.

Ada keunggulan kelompok heterogen yaitu: memberikan kesempatan


kepada mahasiswa untuk saling belajar dan saling mendukung, meningkatkan relasi
dan interaksi antar ras, etnik, agama, dan gender. Memudahkan pengelolaan kelas
karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan tinggi maka dosen
mendapatkan asisten untuk setiap tiga orang.

Ada keberatan dari pihak mahasiswa yang berkemampuan tinggi yang


merasa tidak mendapat apa-apa dari kegiatan belajarnya, padahal dengan kegiatan
membantu teman-temannya itu maka akan semakin mantap pengetahuan yang
dimilikinya. Di sisi lain pembelajaran kooperatif terbagi dua bagian yaitu kelompok
jangka pendek dan kelompok jangka panjang. Kelompok jangka pendek jangka
waktunya bekerja di dalam kelompok hanya itu saja sehingga mahasiswa
mempunyai banyak kesempatan berinteraksi dengan temannya. Kelompok jangka
panjang waktu bekerjanya lama karena periode bekerja dalam kelompok untuk
kegiatan lainnya, di mana antar anggota kelompok akan lebih banyak lagi saling
mengenal dengan baik dan terbiasa dengan cara belajar teman-temannya. Hanya
saja akan dihinggapi rasa bosan karena dalam diskusi bertemu dengan muka-muka
itu saja.

B. Kelebihan dan Kelemahan Model Kooperatif

Kelebihan dan kelemahan model kooperatif ada beberapa hal antara lain:

a) Membiasakan mahasiswa untuk bersikap tegas dan terbuka


b) Membiasakan mahasiswa untuk menemukan konsep sendiri dan berpikir kritis
dalam memecahkan suatu masalah
c) Menumbuhkan semangat persaingan yang positif dan kontruktif karena dalam
kelompoknya masing-masing mahasiswa akan lebih giat dan sungguh-sungguh
dalam bekerja
d) Menciptakan kreativitas mahasiswa untuk belajar sehingga tercipta suasana
belajar yang kondusif
e) Menanamkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi karena mahasiswa
yang pandai dalam kelompoknya dapat membantu rekan-rekannya yang
kurang pandai terutama dalam mempertahankan nama baik kelompoknya
f) Memudahkan dosen dalam mencapai tujuan pembelajaran kooperatif mudah
diterapkan di lapangan
g) Menumbuhkan kreativitas dosen dalam menciptakan alat-alat dan media
pembelajaran yang sederhana dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari
h) Diperlukan waktu yang lebih lama agar proses diskusi lebih leluasa
i) Bila ada sebagian mahasiswa belum terbiasa belajar kelompok sehingga
merasa asing dan sulit untuk menguasai konsep
j) Jika terjadi persaingan negatif antarmahsiswa dalam kelompok atau
antarkelompok maka hasilnya akan lebih buruk
k) Jika ada mahasiswa yang pemalas atau yang ingin berkuasa dalam kelompok
besar kemungkinan akan memengaruhi peranan kelompoknya sehingga usaha
kelompok tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Kelemahan model ini dapat dihindari dengan jalan: masing-masing anggota
kelompok bertanggung jawab pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan
kelompok dan harus mempelajari materi secara keseluruhan.

C. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif


a. Tipe STAD (Students Teams-Achievement Divisions)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
dikembangkan oleh Robert Slavin dkk. Model pembelajaran kooperatif tipe
STAD termasuk yang paling sederhana yang menekankan pada aktivitas dan
interaksi diantara mahasiswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam
memahami suatu materi pelajaran. Ada tujuh komponen yang mendukung
model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:
1) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
2) Persiapan pembelajaran termasuk di dalamnya pembentukan kelompok,
presentasi tugas mahasiswa, dan persiapan kuis
3) Kepastian bahwa mahasiswa telah memahami isi materi pelajaran
4) Pembentukan kelompok pada STAD terdiri dari mahasiswa yang
heterogen
5) Kuis individual yang dilakukan dalam rangka meyakinkan keberhasilan
mahasiswa dalam belajar dan sebagai indikator tangung jawab mahasiswa
6) Kemajuan skor secara individual
7) Pengakuan dan hadiah terhadap kelompok

Tahapan-tahapan yang dilalui dalam model pembelajaran kooperatif tipe


STAD adalah:

1) Tahap penyajian materi


2) Tahap kerja kelompok
3) Tahap tes individu
4) Tahap perhitungan skor perkembangan individu
5) Tahap penghargaan
Dosen dalam tahap penyajian materi yaitu menginformasikan materi yang
akan dipelajari dan mengingatkan kembali kepada mahasiswa tentang materi
prasyarat yang telah dipelajari agar mahasiswa dapat menghubungkan materi
yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam
mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal berikut:

a) Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan


dipelajari mahasiswa dalam kelompok
b) Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan hafalan
c) Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol
pemahaman mahasiswa
d) Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau salah
e) Beralih kepada materi selanjutnya apabila mahasiswa telah memahami
permasalahan yang ada

Pada tahap kerja kelompok, mahasiswa dikelompokkan 4-5 orang kelompok


heterogen setiap kelompok mengerjakan tugas Lembar Kerja Mahasiswa atau
yang lainnya secara bersama-sama agar setiap mahasiswa dalam kelompok
tersebut memahami materi yang dibahas. Dalam hal ini dosen sebagai
fasilitator memantau dan memberikan bantuan bagi kelompok yang
memintanya.

Tahap tes individu yakni dilakukan secara pembelajaran selesai mengenai


materi yang telah dibahas sebelumnya. Skor yang didapat oleh individu didata
dan dikelompokkan sesuai kelompoknya masing-masing. Dari hasil ini dapat
diketahui apa yang telah didapat oleh individu selama belajar dalam
kelompok.

Tahap perhitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar setiap


mahasiswa terpacu untuk meraih prestasi yang maksimal. Nilai tes diperoleh
atas jawaban yang benar, cara menghitung skor perkembangan individu
berdasarkan skor awal mahasiswa.

b. NHT (Numbered Heads Together)


Numbered Heads Together atau kepala bernomor diperkenalkan oleh Spencer
Kagan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut, dengan langkah-langkah berikut:
a) Siswa dibagi dalam kelompok yang heterogen, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor,
b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan,
c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya,
d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka,
e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian mnunjuk nomor yang lain,
f) Kesimpulan.

c. TAI (Team Assisted Individualization)


Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran
individual.
Model pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 tahapan dalam pelaksanaannya,
yaitu : (1) Placement Test; (2) Teams; (3) Teaching Group; (4) Student
Creative; (5) Team Study; (6) Fact Test;(7) Team Score dan Team
Recognition; dan (8) Whole-Class Unit. Berikut penjelasannya satu per satu:
(1) Placement Test
Pada langkah ini guru memberikan tes awal (pre-test) kepada siswa. Cara ini
bisa digantikan dengan mencermati rata-rata nilai harian atau nilai pada bab
sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat mengetahui kelemahan
siswa pada bidang tertentu.
(2) Teams
merupakan langkah yang cukup penting dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif TAI. Pada tahap ini guru membentuk kelompok-kelompok yang
bersifat heterogen yang terdiri dari 4 - 5 siswa.
(3) Teaching Group
Guru memberikan materi secara singkat menjelang pemberian tugas kelompok.
(4) Student Creative
Pada langkah ketiga, guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi bahwa
keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan
kelompoknya.
(5) Team Study
Pada tahapan team study siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-
tugas dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Pada tahapan ini guru juga
memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan,
dengan dibantu siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus di
dalam kelompok tersebut yang berperan sebagai peer tutoring (tutor sebaya).
(6) Fact test
Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa,
misalnya dengan memberikan kuis, dsb..
(7) Team Score dan Team Recognition
Selanjutnya guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan
“gelar” penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan
kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
Misalnya dengan menyebut mereka sebagai “kelompok OK”, kelompok
LUAR BIASA”, dan sebagainya.
(8) Whole-Class Units
Langkah terakhir, guru menyajikan kembali materi oleh guru kembali diakhir
bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di kelasnya.

d. TPS (Think Pair Share)


Model ini diperkenalkan oleh Frank Lyman pada tahun 1985. Pembelajaran
TPS (Think Pair Share) ini dirancang untuk memengaruhi pada interaksi siswa.
Berikut adalah langkah-langkahnya:
a) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b) Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru
c) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang)
dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
d) Guru memimpin pleno kecil diskusi kelompok tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya
e) Berawal dari kegiatan tersebut, mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
f) Guru memberi kesimpulan
g) Penutup.

Anda mungkin juga menyukai