Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Banyak kendala dan hambatan yang kami alami dalam penyusunan makalah
ini, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya segala
kendala dan hambatan dapat diatasi.
Kami menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini, untuk itu
kami mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan petunjuk dan arahan,
baik berupa kritik maupun saran kepada kami agar makalah ini menjadi lebih baik
lagi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi banyak
orang.
Penyusun,
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3.5. Untuk mengetahui faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan
berwirausaha.
1.3.6. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari
berwirausaha.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan
faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi di antaranya model
peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi
kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi oleh lingkungan, organisasi,
dan keluarga.
Pribadi:
-Pencapaian
locus of
control
-Toleransi
-Pengambil Lingkungan:
risiko - Peluang
-Nilai-nilai Inovasi - Model
Pribadi: peranan
- Pengambil - Aktivitas
risiko
- Ketidakpuas
an
- Pendidikan Lingkungan:
Kejadian
Sosiologi: - Kompetisi
- Sumber
- Jaringan daya
kelompok - Inkubator
- Orang tua - Kebijakan
- Keluarga
Implementasi
Pribadi:
- Wirausahaw
an
Lingkungan:
- Pemimpin
- Pesaing
- Manajer
- Pelanggan
- Komitmen Pertumbuhan
Organisasi: - Pemasok
- Investor
- Kelompok
Bankir
- Strategi
- Struktur
- Budaya
- Produk
4
Pertama, fase inovasi. Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan
adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi dan lingkungan. Faktor
individu yang memengaruhi inovasi adalah pencapaian locus of control,
toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman.
Sementara itu, faktor eksternal yang berasal dari lingkungan yang
memengaruhi inovasi adalah peluang, model peran, dan aktivitas.
Kedua, fase kejadian pemicu. Setelah berinovasi semakin merangsang
untuk terus berproses dan timbulah kejadian pemicu. Kejadian pemicu
dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosiologi, dan lingkungan. Faktor pribadi yang
memengaruhi kejadian pemicu meliputi pencapaian locus of control, toleransi,
pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, keberanian
menghadapi risiko, ketidakpuasan dan usia. Sementara itu, faktor lingkungan
yang memicu terdiri atas peluang, model peran, aktivitas, persaingan, sumber
daya, inkubator, dan kebijakan pemerintah. Selanjutnya, faktor sosiologi yang
memicu terdiri atas jaringan kelompok, orang tua, keluarga, dan model peran.
Ketiga, fase implementasi. Setelah ada pemicu, maka dalam
implementasinya dipengaruhi oleh faktor pribadi, lingkungan, dan sosiologi.
Faktor pribadi yang memengaruhi implementasi terdiri atas visi, komitmen,
manajer, pemimpin, dan wirausahawan. Faktor lingkungan yang memengaruhi
implementasi terdiri atas pesaing, pelanggan, pemasok, investor, bankir,
inkubator, sumber daya, dan kebijakan pemerintah. Faktor sosiologi yang
memengaruhi implementasi meliputi: jaringan, kelompok, orang tua, keluarga,
dan model peran.
Keempat, fase pertumbuhan. Implementasi mendorong pertumbuhan.
Pada fase pertumbuhan dipengaruhi oleh pribadi, organisasi, dan lingkungan.
Faktor pribadi yang memengaruhi pertumbuhan terdiri atas visi, komitmen,
manajer, pemimpin, dan kewirausahawanan. Faktor organisasi yang
memengaruhi pertumbuhan kewirausahaan meliputi: kelompok, strategi,
struktur, budaya, dan produk. Sementara itu, faktor yang memengaruhi yang
berasal dari lingkungan terdiri atas: pesaing, pelanggan, pemasok, investor, dan
bankir.
5
Orang yang berhasil dalam kerwirausahaan adalah orang yang dapat
menggabungkan nilai, sifat utama (pola sikap), dan perilaku dengan bekal
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan praktis. Jadi, pedoman,
pengharapan, dan nilai, baik yang berasal dari pribadi maupun kelompok,
berpengaruh untuk membentuk perilaku kewirausahaan.
6
Beberapa wirausaha ada juga yang mengikuti model pemasaran dan cenderung
berperan sebagai pengikut pasar (market follower) dan beberapa perusahaan
lagi mengikuti kehendak pedagang pengumpul.
Kemudian, tahap berikutnya adalah menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda melalui ide-ide sendiri sampai terus berkembang. Pada tahap ini,
wirausaha biasanya mulai bosan dengan proses produksi yang ada,
keingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada mulai timbul
sehingga tercipta semangat dan keinginan untuk mencapai hasil yang lebih
unggul. Pada tahap ini organisasi usaha juga mulai diperluas dengan skala yang
lebih luas, penciptaan produk sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan
kebutuhan konsumen, serta adanya keinginan untuk menjadi penantang,
bahkan pemimpin pasar. Produk-produk unik yang digerakkan oleh pasar
mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada.
Beberapa industri kecil, misalnya industri kecil sepatu dan konveksi mulai
menantang pasar, sedangkan industri lainnya menggunakan teknik produksi
tradisional dan semi modern masih menjadi pengikut pasar.
Dilihat dari prosesnya, Zimmerer (1996:15-16 dalam Suryana, 2008)
membagi perkembangan kewirausahaan ke dalam dua tahap, yaitu :
(1) Tahap awal (perintisan).
(2) Tahap pertumbuhan.
7
menengah diarahkan untuk
jangka panjang. Sama seperti tahap awal.
Pengambilan risiko moderat
dengan tingkat toleransi yang
tinggi terhadap perubahan dan Kapasitas untuk menempa
kegagalan. selama pertumbuhan cepat,
Kapasitas untuk menemukan kemurnian organisasi dan
ide-ide inovatif yang memberi kemampuan berhitung.
kepuasan kepada konsumen. Pengetahuan manajeral dan
Pengetahuan teknik dan pengalaman dengan
pengalaman inovasi pada menggunakan orang lain dan
bidangnya. sumber daya yang ada.
C. Sifat untuk Desain: C. Sifat untuk Desain:
Struktur pola yang sederhana Struktur yang fungsional atau
dan luas dengan jaringan kerja vertikal, akan tetapi saluran
komunikasi yang luas secara komunikasi informal sering
horizontal. digunakan.
Otoritas pengambilan Mendelegasikan otoritas
keputusan dimiliki oleh pengambilan keputusan
wirausaha. kepada manajer level kedua.
Informasi dan sistem kontrol Kuasi formal (yaitu tidak
personal. terlalu kompleks atau bekerja
sama) dalam beroperasi
8
risiko, baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi
risiko, langkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha,
mengorganisasikan, dan menjalankannya. Agar usaha tersebut berhasil, selain
harus bekerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha harus mampu
mengembangkan hubungan, baik dengan mitrausaha maupun semua pihak
yang terkait dengan kepentingan perusahaan.
9
Zimmerer (1996 dalam Suryana, 2008) mengemukakan beberapa
faktor yang menyebabkan seorang wirusaha mengalami kegagalan dalam
menjalankan usaha barunya, yaitu:
Tidak kompeten dalam hal manajerial, yaitu tidak memiliki kemampuan
serta pengetahuan dalam mengelola usaha yang dapat menjadi faktor
penyebab utama perusahaan kurang berhasil.
Kurang berpengalaman, baik dalam kemampuan memvisualisasikan
usaha, Teknik, mengkoordinasikan, mengelola sumber daya manusia,
dan mengintegrasikan operasi perusahaan.
Kurang dapat mengenalikan keuangan. Yaitu kurang mampunya/
kekeliruan dalam memelihara aliran kas, mengatur pengeluaran dan
penerimaan secara cermat.
Gagal dalam perencanaan, perencanaan adalah titik awal dari suatu
kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan, maka akan mengalami
kesulitan dalam hal pelaksanaan.
Lokasi yang kurang memadai. Lokasi yang tidak strategis dapat
menyebabkan perusahaan sukit beropersi karena kurang efisien.
Kurangnya pengawasan peralatan. Kurangnya pengawasan dapat
menyebabkan penggunaan peralatan (fasilitas) perusahaan menjadi
tidak efektif dan tidak efisien.
Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Hal ini apat
mengakibatkan usaha yang dijalankan menjadi labil dan gagal. Sikap
setengah hati menyebabkan kemungkinan gagal menjadi lebih besar.
Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/ transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang dalam hal kesiapan untuk menghadapi dan
melakukan perubahan tidak akan menjadi wirausaha yang sukses.
Kesuksesan dapat diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan
mampu membuat peralihan setiap waktu.
Selain faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam
berwirausaha, Zimmerer (1996 dalam Suryana, 2008) mengemukakan
10
beberapa potensi yang menyebabkan seseorang mundur dari
kewirausahaan, yaitu:
Pendapatan yang tidak menentu. Dalam hal berbisnis, tidak ada jaminan
untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Kondisi
yang tidak menentu inilah yang dapat seseorang mundur dari
berwirausaha.
Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi
usaha baru sangatlah tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (dalam
Suryana, 2008), tingkat kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai
78%.
Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja
sendiri, mulai dari pembelian, pengolahan penjualan, dan pembukuan.
Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha
mengakibatkan orang mengurungkan niatnya untuk menjadi wirausaha.
Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan
semacam itu sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.
Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya telah
berhasil. Kualitas yang tidak segera meningkat dalam usaha dapat
menyebabkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
Selain itu, Heidjrachman Ranu Pandojo (1982, dalam Alma, 2008)
menuliskan bahwa sifat-sifat kelemahan orang kita berakar pada kehidupan
tanpa pedoman dan tanpa orientasi yang tegas. Lebih rinci kelemahan
tersebut ialah:
Sifat mentalitet yang meremehkan mutu.
Sifat mentalitet yang suka menerabas.
Sifat tak percaya kepada diri sendiri.
Sifat tak disiplin.
Sifat mentalitet yang suka mengabaikan tanggung-jawab yang kokoh.
Di samping faktor-faktor yang telah dipaparkan sebelumnya,
kemampuan seorang wirausaha untuk memperoleh kesuksesan juga
11
dipengaruhi oleh lingkungan dan pola Pendidikan yang diperoleh dari orang
tua.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor pemicu kewirausahaan dan model proses kewirausahaan yang
dikemukakan Carol Noore yaitu: fase inovasi, fase kejadian pemicu, fase
implementasi, dan fase pertumbuhan. Di dalam kewirausahaan pun tak terlepas
dari proses kewirausahaan. Proses pertumbuhan kewirausahaan pada usaha
kecil memiliki tiga ciri penting, yaitu: Tahap imitasi dan duplikasi, tahap
duplikasi dan pengembangan, dan tahap menciptakan sendiri barang dan jasa
baru yang berbeda. Sedangkan perkembangan kewirausahaan dibagi ke dalam
dua tahap, yaitu: Tahap awal (perintisan), tahap pertumbuhan.
Selain itu, terdapat karakteristik yang diperlukan untuk mencapai
pengembangan keberhasilan berwirausaha yaitu seseorang harus memiliki ide
atau visi bisnis yang jelas serta kemauan dan keberanian untuk menghadapi
risiko, baik waktu maupun uang. Begutu pula di dalam kewirausahaan terdapat
faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan maupun kegagalan seseorang
dalam berwirausaha.
Faktor yang menyebabkan keberhasilan berwirausaha, yaitu:
kemampuan dan kemauan, tekad yang kuat dan kerja keras, dan mengenal
peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada kesempatan. Sedangkan
faktor yang menyebabkan kegagalan berwirausaha, yaitu: kurangnya
penguasaan dalam hal manajemen, kurang pengalaman dalam industri,
kekurangan modal, perencanaan bisnis kurang matang, kurang jelas, tidak
realistis dalam menetapkan tujuan, tidak berhasil menarik konsumen,
pertumbuhan tidak terkendali, lokasi kurang cocok, keuangan kurang control,
serta persediaan barang kurang mencukupi.
Dalam berwirausaha pun tak terlepas dari keuntungan dan kelebihan.
Keuntungan berwirausaha di antaranya ialah otonomi, tantangan awal dan
perasaan motif berprestasi, kontrol finansial. Sedangkan kerugiannya, yaitu
13
pengorbanan personal, beban tanggung jawab, dan kecilnya margin keuntungan
dan besarnya kemungkinan gagal.
3.2 Saran
Dalam menghadapi proses berwirausaha diperlukan sikap penerimaan
dan menjadikan setiap tantangan pada proses berwirausaha sebagai pengalaman
berharga yang akan memajukan usaha.
14
DAFTAR PUSTAKA
15