Theresia Runtuwene
Pendahuluan
Asesmen Nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
Pendahuluan
Nyeri leher (servikal) adalah nyeri yang dirasakan pada area leher yaitu dari atas ba
hu hingga bawah kepala (pangkal tengkorak). Tulang belakang leher adalah salah satu se
ndi yang paling mobile dan paling kompleks ditubuh. Rata-rata leher bergerak lebih dari
600 kali dalam satu jam, maka tidak mengherankan jika leher adalah sumberumum dari r
asa sakit. Nyeri leher bisa menyebar hingga kelengan, dada serta punggung bagian ata
s, akibatnya gerakan leher dan kepala menjadi terbatas dan aktivitas, sehari hari bisa me
njadi sulit dilakukan, Bermacam faktor dapat menyebabkan nyeri dan kekakuan pada leh
er. Ketegangan otot-otot leher yang berkepanjangan sebagai akibat dari stress, kecemsan,
dan kelelahan akan menimbulkan nyeri. Posisi leher dan kepala yang tidak benar bisa m
enyebabkan rudapaksa pada jaringan lunak dan spasme pada otot- otot belakang leher
(Samara D, 2007).
Iritasi pada radiks dapat disebabkan karena postural, proses degeneratif,dan spasme
terutama harus diperkirakan bila didapat nyeri unilateal atau akut. Proses degenerasi pad
a diskus intervertebralis disertai perubahan pada sendi, rudapaksa pada facet joint atau
jaringan lunak yang peka nyeri, iritasi akar saraf, umumnya didapatkan padapenderita us
ia lanjut yang mengalami nyeri atau kekakuan yang kronis, pergeseran jaringan pada bah
u juga dapat menyebabkan nyeri leher. Diagnosis nyeri leher dapat ditegakkan melalui as
esmen nyeri meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, tes khusus, pemeriksaan radiologi da
n EMG (Widyadharma, 2016)
Asesmen Nyeri
Asesmen nyeri adalah pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui dan mengukur rasa
nyeri yang dialami oleh pasien.
Asesmen pasien terdiri atas 3 proses utama:
A. Mengumpulkan informasi dan data-data: dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksa
an penunjang/pemeriksaan yang lain
B. Melakukan analisis informasi dan data sehingga menghasilkan suatu diagnosa untukme
ngidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien
C. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah dii
dentifikasi.
Asesmen nyeri merupakan asesmen yang dilakukan terhadap pasien jika didapatkan datasub
yektif dan/atau data obyektif bahwa pasien mengalami nyeri.
Asesmen nyeri terdiri dari: (Rayland MR 2008; Yudiyanta, 2015)
1. Asesmen awal
Asesmen yang dilakukan pada awal ketika pasien datang ke rumah sakit
Tujuan dilakukannya asesmen awal adalah:
a. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
b. Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
c. Menetapkan diagnosis awal
d. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
2. Asesmen ulang
Asesmen yang dilakukan pada pasien selama proses pelayanan pada interval tertentu ber
dasarkan kebutuhan dan rencana pelayanan atau sesuai kebijakan dan prosedur rumah sa
kit
Asesmen ulang merupakan kunci unluk memahami apakah keputusan pelayanan sudah te
pat dan efektif
Indikator tunggal yang paling penting untuk mengetahui intensitas nyeri adalah keluhan
pasien. Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakanoleh
pasien, pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif, maka pendekatan obyektif yang pali
ng mungkin adalah dengan menggunakan skala nyeri. Skala nyeri yang digunakan sebag
ai berikut: (Samara D, 2007; Yudiyanta, 2015; Pokdi nyeri,2011)
1. Numerical Rating Scale (NRS)
* Indikasi:digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang da
pat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakan
nya
* Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0-10: :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari)
4-6 : Nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktifitas sehari-hari)
7.9 : nyeri berat (tidak dapat mełakukan aktifitas sehari-hari)
10 : Nyeri sangat berat (tidak dapat dikontrol oleh pasien).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indikasi anak usia< 3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau anak yang tidakda
pat dinilai dengan skala
tabel
5. Asesmen nyeri untuk pasien dengan perawatan intensif menggunakan Comfort Scale
COMFORT Scale
* indikasi untuk menilai derajat sedasi yang diberikan pada pasien anak dan dewasa diruang
intensif/ kamar operasi/ yang tidak dapat dinilai menggunakan visual analog scale atau wong
baket faces pain scale
* pemberian sedasi bertujuan untuk mengurangi agitasi, menghilangkan kecemasan dan
menyelaraskan nafas dengan ventilator. Tujuan dari penggunaan skala ini adalah untuk
pengenalan dini dari pemberian sedasi yang terlalu dalam ataupun tidak adekuat
Instruksi terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor 1-5 dengan skor total 9,45
kategori skor
Kewaspadaan 1. Tidur pulas / nyenyak
2. Tidur kurang nyenyak
3. Gelisah
4. Sadar sepenuhnya dan waspada
5. Sangat waspada
Ketenangan 1. Tenang
2. Agak cemas
3. Cemas
4. Sangat cemas
5. Panik
Interpretasi :
Nilai 8-16 : mengindikasikan pemberian sedasi yang terlalu dalam
Nilai 17-26 : mengindikasikan pemberian sedasi yang sudah optimal
Nilai 27-45 : mengindikasikan pemberian sedasi yang tidak adekuat
3. Pemeriksaan Sendi .
- Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
- Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi, perhatikan adanya keterbatasan ger
ak, diskinesis, raut wajah meringis atau asimetris .
- Nilai dan catat pergerakan pasif dari sendi yang terlihat abnormal dikeluhkan
oleh pasien (saat menilai pergerakan aktif, perhatikan adanya limitasi gerak raut
wajah meringis atau asimetris
- Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri
- Pemeriksaan stabilitas sendi untuk mengidentifikasi adanya cedera ligamen
4. Pemeriksaan Motorik
Nılai dan catat kekuatan motorik pasien denga menggunakan kriteria berikut
Derajat Detinisi
5 : tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu mclawan tahanan kuat
4 : Mampu melawat tahan ringan
3 : Mampu bergerak melawan gravitasi
2 : Mampu bergerak / bergeser kekiri dan kekanan, tetapi tidak mampu
melawan gravitas
1 : Terdapat kontraksi otot (insneksi/palpasi), tidak menghasilkan pergera
kan
0 : Tidak terdapat kontraksi otot
* Nilai adanya refleks Babinski dan Hoffman (hasil positif menunjukkan lesi up
per motor neuron)
* Nilai gaya berjalan pasien dan identifikasi defisit serebelum dengan melakukan
tes dismetrik (tes pergerakan jari - ke - hidung, pergerakan tumit ke- tibia), tes
disdiadokokinesia, dan tes keseimbangan (Romberg dan Romberg modifikasi)
7. Pemenksaan Khusus .
* Terdapat 5 tanda non organik pada pasien dengan gejala nyeri tetapi tidak dite
mukan etiolagi secara anatomi, pada beberapa pasien dengan 5 tanda ini ditemu
kan mengalami hipokondriasis, histeria dan depresi.
* Kelima tanda ini adalah
1. Distribusi nyeri superfisial atau non anatomi
2. Gangguan sensorik atau motorik non-anatomik
3. Verbalisasi berlebihan akan nyeri (over-reaktil)
4. Reaksi nyeri yang berleblhan saat menjalani tes/pemeriksaan nyeri
5. Keluhan akan nyeri yang tidak konsisten (berpindah-pindah) saat gerakan yang
sama dilakukan pada posisi yang berbeda (distraksi)
8. Tes Provokasi ( Cleland J, 2005: Childs ID,et al 2008, Tulaar ABM, 2008) .
* Tes lhermitte: Dengan mengegunakan kedua tangan yang saling ditangkupkan, te
kan kepala pasien ke bawah Saat kepala ditekan ke bawah akan timbul rasa sep
erti dialini aliran listrik. Bila terdapat peningkatan nyeri di bagian servikal atau
ekstremitas atas, perhatikan distribusi/penjalarannya karena hal tersebut memiliki
nilat lokalisasi secara neurologis
Tes Lhermitte yang positid mengindikasikan adanya penekanan medula spinalis
akibat trauma, tumor medula spinalis, spondilosis servikalis, bahkan defisiensi vit
amin B12 .
* Tanda Spurling: Kepala ditekan ke bawah lalu dianterolecksikan ke salah satu
sisi. Bila positif, akan timbul nyeri radikular di sisi yang sakit.
Tanda Spurling yang positif mengindikaskan adanya radikulopati. Penjalaran nyer
inya sesuai dengan dermatom radiks yang terkena .
* Tes distraksi leher : Pemerksa meniegang kepala pasien di bawalh oksiput dan
dagu lalu kepala di angkat ke atas. Tes positit bila gerak mengangkat kepala ke
atas menycbabkan pengurangan kcluhan nyeri dan kesemutan.
* Tes Adson: Tidak begitu spesilik. Biasanya dilakukan pada kecurigaan kasus tho
racic outlet syndrome. Pada pasien dengan posisi duduk atau berdiri, tarik salah
satu lengannya ke bawah belakang Palpasi pulsasi arteri radialis lengan tersebut.
Minta pasien menaruk nafas, mengangkat dagu, dan memalingkan kepalanya ke
sisi yang sama dengan lengan yang ditarik sambil tetap meraba pulsasi arteri ra
dialis. Melemahnya pulsasi aneri radialis mengindikasikan suatu thoracic outlet
syndrome,
* Tes Valsava : Pasien disuruh mengejan sewaktu la menahan napasnya. Tes ini
positif apabila timbul nyeri radikular yang berpangkal di tingkat leher dan menja
lar ke lengan. Dengan tes ini tekanan intratekal ditinggikan, Bilamana didapatkan
proses desak ruang di kanalis vertebralis bagian servikal, maka dengan ditingkat
kannya tekanan intratekal akan bangkit nyeri radikular
* pemeriksaan elektromiografi (EMG) (Raylene MR, 2008).
- Membantu mencari penyebab nyeri akut/kronik pasien
- Mengidentifikasi area persarafan/cedera otot fokal atau difus yang terkena
- Mengidentifikasi atau menyingkirkan kemungkinan yang berhubungan dengan
rehabilitasi, injeksi, pembedahan, atau terapi obat .
- Membantu menegakkan diagnosis
- Pemeriksaan serial membantu pemantauan pemulihan pasien dan respons ter
hadap terapi
- Indikasi: kecurigaan saraf terjepit, mono/poli neuropati, radikulopati
C. Membuat Rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang tel
ah diidetifikasi.
Rencana pelayanan meliputi : rencana diagnosis, rencana terapi, rencana monitoring, d
an encana edukasi.
Kelemahan ekstrimitas.Penurunan kekuatan atas e Nyeri leher Tajam otot pada ekstrim
itas atas e Uji Spurlig positif Uji Lhermitte positif Uji Valsava positif ROM normal o
Berkurangnya lordosisservical norn Nyeri tumpul leher yang Foto rontger intermiten e
seleo dan idera ervikal berthutbuigan dengean atau kurangr leher pekerjaan ataupostura
lKetegangan yang dapatlordosis Riwayat trauma dipalpasi o CT scan untu e spasme ot
o -Edema akut konfirmasi c Nyeri axial skeletal diffuse .ROM pasif normal Fibromial
gia . Gangguan tidur Titik-titik nyeri Kelelahan . Nyeri tumpu . Kekakuan paari berk
urang .keterlibatan sendi lainInflamasi sendi lain ROM aktif dan pasif yang.Peningkata
n Artritis rematik dan t HLA B27 posit Foto rontgent,EKG inflamatori ROM normal
Penjalaran yeri Gejala dari organ lainTemuan pemeriksaan fisik dari organ lain ftar Pu
staka Bieri D, Reeve RA, Champion CD, Addicoat L, Ziepler JB. 1990. The faces pa
in scale f