Anda di halaman 1dari 15

ASSESMEN NYERI LEHER

Theresia Runtuwene
Pendahuluan
Asesmen Nyeri
Pengkajian Skala Nyeri

Pendahuluan
Nyeri leher (servikal) adalah nyeri yang dirasakan pada area leher yaitu dari atas ba
hu hingga bawah kepala (pangkal tengkorak). Tulang belakang leher adalah salah satu se
ndi yang paling mobile dan paling kompleks ditubuh. Rata-rata leher bergerak lebih dari
600 kali dalam satu jam, maka tidak mengherankan jika leher adalah sumberumum dari r
asa sakit. Nyeri leher bisa menyebar hingga kelengan, dada serta punggung bagian ata
s, akibatnya gerakan leher dan kepala menjadi terbatas dan aktivitas, sehari hari bisa me
njadi sulit dilakukan, Bermacam faktor dapat menyebabkan nyeri dan kekakuan pada leh
er. Ketegangan otot-otot leher yang berkepanjangan sebagai akibat dari stress, kecemsan,
dan kelelahan akan menimbulkan nyeri. Posisi leher dan kepala yang tidak benar bisa m
enyebabkan rudapaksa pada jaringan lunak dan spasme pada otot- otot belakang leher
(Samara D, 2007).
Iritasi pada radiks dapat disebabkan karena postural, proses degeneratif,dan spasme
terutama harus diperkirakan bila didapat nyeri unilateal atau akut. Proses degenerasi pad
a diskus intervertebralis disertai perubahan pada sendi, rudapaksa pada facet joint atau
jaringan lunak yang peka nyeri, iritasi akar saraf, umumnya didapatkan padapenderita us
ia lanjut yang mengalami nyeri atau kekakuan yang kronis, pergeseran jaringan pada bah
u juga dapat menyebabkan nyeri leher. Diagnosis nyeri leher dapat ditegakkan melalui as
esmen nyeri meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, tes khusus, pemeriksaan radiologi da
n EMG (Widyadharma, 2016)

Asesmen Nyeri
Asesmen nyeri adalah pengkajian yang dilakukan untuk mengetahui dan mengukur rasa
nyeri yang dialami oleh pasien.
Asesmen pasien terdiri atas 3 proses utama:
A. Mengumpulkan informasi dan data-data: dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksa
an penunjang/pemeriksaan yang lain
B. Melakukan analisis informasi dan data sehingga menghasilkan suatu diagnosa untukme
ngidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien
C. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah dii
dentifikasi.
Asesmen nyeri merupakan asesmen yang dilakukan terhadap pasien jika didapatkan datasub
yektif dan/atau data obyektif bahwa pasien mengalami nyeri.
Asesmen nyeri terdiri dari: (Rayland MR 2008; Yudiyanta, 2015)
1. Asesmen awal
Asesmen yang dilakukan pada awal ketika pasien datang ke rumah sakit
Tujuan dilakukannya asesmen awal adalah:
a. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien
b. Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
c. Menetapkan diagnosis awal
d. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
2. Asesmen ulang
Asesmen yang dilakukan pada pasien selama proses pelayanan pada interval tertentu ber
dasarkan kebutuhan dan rencana pelayanan atau sesuai kebijakan dan prosedur rumah sa
kit
Asesmen ulang merupakan kunci unluk memahami apakah keputusan pelayanan sudah te
pat dan efektif

A Mengumpulkan informasi dan data


 Anamnesis (sumber: Samara D, 2007, Widyadharma IP, 2016)
a. Keluhan utama
keluhan utama nyeri sertakan data lamanya keluhan nyeri tersebut

b. Riwayat Penyakit Sekarang


* Kapan rasa nyeri atau ketidaknyamanan muncul?
Onset nyeri akut atau kronik, traumatik atau non-traumatik
* Karakter dan derajat keparahan nyeni nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa seperti terbakar,
seperti dipukul, ditusuk, ditekan, dlitarik, rasa tidak nyaman, kesemutan, rasa baal, ras
a seperti kesetrum
* Pola penjalaran / penyebaran nyeri: apakah nyeri menjalar ke bagian tubuh lain?
- Dari leher kekepala
- Dari kepala menjalar kekuduk
- Dari leher kebahu,dan kelengan
* Durasi dan lokasi nyeri: berapa lama: <30 menit atau > 30 menit .
* Seberapa sering nyeri berlangsung, apakah terus menerus atau hilang timbul.
* Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan,baal, kesemutan, mual /muntah, atau
gangguan keseimbangan/kontrol motorik
* Faktor yang memperberat/memperburuk rasa nyeri seperti cahaya, gerakan, berbaring, r
obah posisi kepala,
* Faktor yang membuat nyeri berkurang/ memperingan seperti kompres hangat,aktifitas d
ikurangi, dipijat,dll
* Apa effek dari nyeri: seperti mual / muntah, napsu makan menurun, emosi, aktifitas be
rkurang, ganeguan tidur
* Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respons terhadap terap
i
* Gangguan /kehilangan fungsi akibat nyeri/luka.
* Penggunaan alat bantu, seperti neck collar
* Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktifitas hidup dasar (activityof
daily living)
* Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti adanya fraktur yangtid
ak stabil, gejala neurologis progresif cepat yang berhubungan dengan proses keganasa
n.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


* Riwayat penyakit dahulu: hipertensi, Diabetes Melitus, hiperurisemia dislipidemia,
trauma whiplash, trauma kepala/trauma leher
* Riwayat pembedahan/operasi

d. Riwayat Psikologis, sosial, ekonomi, dan budaya (Samara, 2007)


1. Riwayat konsumsi alkohol, merokok atau narkotika
2. Identifikasi pengasuh/perawat utama (primer) pasien
3. Identifikasi kondisi tempat tinggal pasien yang berpotensi menimbulkan eksaser
basi nyeri.
4. Pembatasan/restriksi partisipasi pasien dalam aktifitas sosial yang berpotensi me
nimbulkan stress. Pertimbangkan juga aktifitas penggantinya
5. Masalah psikiatri (misalnya depresi, cemas, ide ingin bunuh diri) dapat menim
bulkan pengaruh negatif terhadap motivasi dan kooperasi pasien dengan pro gr
am penanganan / manajemen nyeri ke depannya.Pada pasien dengan masalah psikia
tri, diperlukan dukungan psikiater/ psikofarmaka
6. Pekerjaan yang melibatkan gerekan beulang dan rutin, seperti mengangkat ben
da berat, membungkuk atau memutar kepala /leher, mengetik sambil menerima t
elepon dengan posisi kepala,leher yang sałah dan berlangsung lama merupakan peke
rjaan tersering yang berhubungan dengan nyeri leher
7. Tidak dapat bekerjanya pasien akibat nyeri dapat menimbulkan stres bagi pasi
en maupun keluarga

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Evaluasi riwayat medis keluarga terutama penyakit genetik
f. Riwayat Alergi makanan, obat dan alergen yang lain jika ada.
g. Riwayat Pengobatan
1. Daftar obat-obatan yang pernah dan sedang dikonsumsi pasien untuk mengura
ngi nyeri
2. Cantumkan juga mengenai dosis, tujuan minum obat, durasi, efektifitas dan
efek samping
3. Direkomendasikän untük imengurangi atau memberhentikan obat-obatan dengan
efek samping kognitif dan fisik

Pengkajian SKALA NYERI

Indikator tunggal yang paling penting untuk mengetahui intensitas nyeri adalah keluhan
pasien. Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakanoleh
pasien, pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif, maka pendekatan obyektif yang pali
ng mungkin adalah dengan menggunakan skala nyeri. Skala nyeri yang digunakan sebag
ai berikut: (Samara D, 2007; Yudiyanta, 2015; Pokdi nyeri,2011)
1. Numerical Rating Scale (NRS)
* Indikasi:digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang da
pat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakan
nya
* Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0-10: :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari)
4-6 : Nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktifitas sehari-hari)
7.9 : nyeri berat (tidak dapat mełakukan aktifitas sehari-hari)
10 : Nyeri sangat berat (tidak dapat dikontrol oleh pasien).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

None Miid Moderate Severe

2. Visual Analog Scale (VAS)


* Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang dapat
menilai intensitas nyerinya sendiri dengan melihat mistar nyeri yang diberikan pet
ugas
* Instruksi. petugas / dokter meminta pasicn menentukan intensitas nyerı yang dirasa
kan dengan mistar nyeri gambar wajah yang bisa dilambangkan dengan angka antar
a 0- 10
* Metode NRS dan VAS tidak dapat digunakan untuk semua pasien, karena skala ter
sebut tidak effektif pada pasien yang memiliki gangguan kognitif atau motorik, pasie
n yang tidak responsif, anak usia muda,pasien umur tua.Untuk pasien-pasien tersebut
bisa digunakan skala nyeri Wong Baker Faces Pain Scale

3. Wong Baker Faces Pain Scale ( Bieri D,1990)


* Indikasi: digunakan pada pasien (dewasa dan anak 3-9 tahun) yang tidakdapat men
ggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, pasien dewasa yang tidak kooperatif,
pasien lemah, pasien manula, pasien dengan gangguan konsentrasi, pasien nyeri heb
at pasien kritis
* Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk /memilih gambar mana yang paling sesu
ai dengan yang ia rasakan. tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri, petugas menilai i
ntensitas nyeri dengan cara melihat mimik wajah dan diberikan skor antara 0-10
0-1 : Sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali.
2-3 : Sedikit nyeri
4-5 : Cukup nyeri (nyeri dirasakan hilang timbul)
6-7 : Lumayan nyeri (nyeri dirasakan lebih banyak)
8-9 : nyeri dirasakanı secara keseluruhan
10 : Sangat nyeri dan menangis
Mimik wajah Aktivitas
0 = tanpa nyeri Waspada , senyum Tidak ada batasan aktivitas / a
ktivitas normal
1 = nyeri sekilas Tak ada canda, datar, serius Terasa nyeri tetapi tidak memba
tasi aktivitas
2 = nyeri ringan Dahi berkerut, bibir mencuc Dapat melakukan kebanyakan d
u, menahan nafas ari aktivitas dengan diselingi pe
riode istirahat
3 = nyeri sedang Hidung betkerunyut, bibir a Tidak mampu melakukan beber
tas terangkat, nafas cepat apa aktivitas karena nyeri
4 = nyeri berat Kedipan mata lambat, mulu Tidak mampu melakuakan aktiv
t membuka (terbuka) itas apapun karena nyerinya
5 = nyeri paling Mata menutup, mengerang, Tidak mampu melakukan aktivit
berat menangis as apapun karena nyerinya
(sumber: Bieri D, 1990; Raylene, 2008)

4. Asesmen nyeri menggunakan FLACC (face, Legs, activity, Cry, Consolability)


Pada anak usia <3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau untuk pasien pasien
anak yang tidak dapat dinilai dengan skala lain, digunakan FLACC Behavioral Tool.
FLACC singkatan dari Face, Legs, Activity, Cry, and Consolability. (Bieri D, 1990)
1. Indikasi digunakan pada pasien anak berusia 6 bulan -3 tahun.
2. Instruksi: perawat / dokter menilai intensitas nyeri dengan cara melihat mimic waj
ah, gerakn kaki, aktivitas, menangis,dan berbicara atau bersuara.

Indikasi anak usia< 3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau anak yang tidakda
pat dinilai dengan skala
tabel

5. Asesmen nyeri untuk pasien dengan perawatan intensif menggunakan Comfort Scale
COMFORT Scale
* indikasi untuk menilai derajat sedasi yang diberikan pada pasien anak dan dewasa diruang
intensif/ kamar operasi/ yang tidak dapat dinilai menggunakan visual analog scale atau wong
baket faces pain scale
* pemberian sedasi bertujuan untuk mengurangi agitasi, menghilangkan kecemasan dan
menyelaraskan nafas dengan ventilator. Tujuan dari penggunaan skala ini adalah untuk
pengenalan dini dari pemberian sedasi yang terlalu dalam ataupun tidak adekuat
Instruksi terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor 1-5 dengan skor total 9,45

kategori skor
Kewaspadaan 1. Tidur pulas / nyenyak
2. Tidur kurang nyenyak
3. Gelisah
4. Sadar sepenuhnya dan waspada
5. Sangat waspada

Ketenangan 1. Tenang
2. Agak cemas
3. Cemas
4. Sangat cemas
5. Panik

Distres pernapasan 1. Tidak ada respirasi dan tidak ada batuk


2. Respirasi spontan dengan sedikit/tidak ada respon
terhadap ventilasi
3. Kadang batuk atau terdapat tahanan terhadap ventilasi
4. Sering batuk, terdapat tahanan/ perlawanan terhadap
ventilator
5. Melawan secara aktif terhadap ventilator, batuk terus
menerus / tersedak
Menangis 1. Bernafas tenang tidak menangis
2. Terisak-isak
3. Meraung
4. Menangis
5. Berteriak
Gerakan 1. Tidak ada gerakan
2. Kadang bergerak perlahan
3. Sering bergerak perlahan
4. Gerakan aktif gelisah
5. Gerakan aktif gelisah…..

Tonus otot 1. Otot relaks sepenuhnya, tidak ada tonus otot


2. Penurunan tonus
3. Tonus otot normal
4. Peningkatan tonus otot dan fleksi jari tangan dan kaki
5. Kekakuan otot ekstensi dan fleksi jari tangan dan kaki

Tegangan wajah 1. Otot wajah sepenuhnya


2. Tonus otot wajah normal, tidak terlihat regangan otot
wajah yang nyata
3. Tegangan beberapa otot wajah terlihat nyata
4. Tegangan hampir diseluruh otot wajah
5. Seluruh otot wajah tegang meringis

Tekanan darah basal 1. Dibawah normal


2. Diatas normal konsisten
3. Peningkatan sesekali >15% diatas batas normal (1-3
diobservasi selama 2 menit)
4. Sering meningkat >15% diatas batas normal (1-3
diobservasi selama 2 menit)
5. Peningkatan terus-menerus >15%

Denyut jantung basal 1. Dibawah normal


2. Diatas normal konsisten
3. Peningkatan sesekali >15% diatas batas normal (1-3
diobservasi selama 2 menit)
4. Sering meningkat >15% diatas batas normal (1-3
diobservasi selama 2 menit)
5. Peningkatan terus-menerus >15%

Interpretasi :
Nilai 8-16 : mengindikasikan pemberian sedasi yang terlalu dalam
Nilai 17-26 : mengindikasikan pemberian sedasi yang sudah optimal
Nilai 27-45 : mengindikasikan pemberian sedasi yang tidak adekuat

(sumber: Tim Nyeri RSS, 2012; Fields HL, 1987)

Pemeriksaan Fisik: (Partoadmodjo L. 2006; Widyardharma IP, 2016; Douplas Au 2004;


Deardoff WW, 2013)
1. Pemeriksaan Umum
- Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh
- Ukurlah berat badan dan tinggi badan pasien
- Periksa apakah terdapat lesi/luka di kulit seperti jaringan parut ákibat operasi, hi
perpigmentasi, ulserasi, tanda bekas jarum suntik. Perhatikan juga adanya ketidak
segarisan tulang (malalignment), atrofi otot,fasikulasi, diskolorasi, dan edema.
2. Status Mental .
- Nilai orientasi pasien .
- Nilai kemampuan mengingat jangka panjang, pendek dan segera. .
- Nilai kemampuan kognitif
- Nilai kondisi emosional pasien, termasuk gejala-gejala depresi, tidak ada harapan,
atau kecemasan.

3. Pemeriksaan Sendi .
- Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
- Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi, perhatikan adanya keterbatasan ger
ak, diskinesis, raut wajah meringis atau asimetris .
- Nilai dan catat pergerakan pasif dari sendi yang terlihat abnormal dikeluhkan
oleh pasien (saat menilai pergerakan aktif, perhatikan adanya limitasi gerak raut
wajah meringis atau asimetris
- Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri
- Pemeriksaan stabilitas sendi untuk mengidentifikasi adanya cedera ligamen

4. Pemeriksaan Motorik
Nılai dan catat kekuatan motorik pasien denga menggunakan kriteria berikut
Derajat Detinisi
5 : tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu mclawan tahanan kuat
4 : Mampu melawat tahan ringan
3 : Mampu bergerak melawan gravitasi
2 : Mampu bergerak / bergeser kekiri dan kekanan, tetapi tidak mampu
melawan gravitas
1 : Terdapat kontraksi otot (insneksi/palpasi), tidak menghasilkan pergera
kan
0 : Tidak terdapat kontraksi otot

5. Pemeriksaan Sensorik Kuantitatif (Deardoff WW, 2013)


* Pemeriksaan sensorik mekanik (tidak nyeri): getararn
* Pemeriksaan sensorik mekanik (nyeri): tusukan jarum, tekanan
* Pemeriksaan sensasi suhu (dingin, hangat, panas)
* Pemeriksaan sensasi persepsi

6. Pemeriksaaan Neurologis lainnya (Douglas AB, 2004) .


* Evaluasi nervus kranial I-XII, terutama jika pasien mengeluh nyeri wajah atau
servikal dan sakit kepala
* Palpasi otot-otot trapesius, spinatus, infraspinatus, supraspinatus, sternokleidomast
oideus
* Periksa reflek otot, nilai adanya asimetris dan klonus untuk mencetuskar klonus
membutuhkan kontraksi4 otot

refleks Segmen spinal


biceps C5
brakioradialis C6
triceps C7
Tendon patella L4
Hamstring medial L5
Achilles S1

* Nilai adanya refleks Babinski dan Hoffman (hasil positif menunjukkan lesi up
per motor neuron)
* Nilai gaya berjalan pasien dan identifikasi defisit serebelum dengan melakukan
tes dismetrik (tes pergerakan jari - ke - hidung, pergerakan tumit ke- tibia), tes
disdiadokokinesia, dan tes keseimbangan (Romberg dan Romberg modifikasi)

7. Pemenksaan Khusus .
* Terdapat 5 tanda non organik pada pasien dengan gejala nyeri tetapi tidak dite
mukan etiolagi secara anatomi, pada beberapa pasien dengan 5 tanda ini ditemu
kan mengalami hipokondriasis, histeria dan depresi.
* Kelima tanda ini adalah
1. Distribusi nyeri superfisial atau non anatomi
2. Gangguan sensorik atau motorik non-anatomik
3. Verbalisasi berlebihan akan nyeri (over-reaktil)
4. Reaksi nyeri yang berleblhan saat menjalani tes/pemeriksaan nyeri
5. Keluhan akan nyeri yang tidak konsisten (berpindah-pindah) saat gerakan yang
sama dilakukan pada posisi yang berbeda (distraksi)

8. Tes Provokasi ( Cleland J, 2005: Childs ID,et al 2008, Tulaar ABM, 2008) .
* Tes lhermitte: Dengan mengegunakan kedua tangan yang saling ditangkupkan, te
kan kepala pasien ke bawah Saat kepala ditekan ke bawah akan timbul rasa sep
erti dialini aliran listrik. Bila terdapat peningkatan nyeri di bagian servikal atau
ekstremitas atas, perhatikan distribusi/penjalarannya karena hal tersebut memiliki
nilat lokalisasi secara neurologis
Tes Lhermitte yang positid mengindikasikan adanya penekanan medula spinalis
akibat trauma, tumor medula spinalis, spondilosis servikalis, bahkan defisiensi vit
amin B12 .
* Tanda Spurling: Kepala ditekan ke bawah lalu dianterolecksikan ke salah satu
sisi. Bila positif, akan timbul nyeri radikular di sisi yang sakit.
Tanda Spurling yang positif mengindikaskan adanya radikulopati. Penjalaran nyer
inya sesuai dengan dermatom radiks yang terkena .
* Tes distraksi leher : Pemerksa meniegang kepala pasien di bawalh oksiput dan
dagu lalu kepala di angkat ke atas. Tes positit bila gerak mengangkat kepala ke
atas menycbabkan pengurangan kcluhan nyeri dan kesemutan.
* Tes Adson: Tidak begitu spesilik. Biasanya dilakukan pada kecurigaan kasus tho
racic outlet syndrome. Pada pasien dengan posisi duduk atau berdiri, tarik salah
satu lengannya ke bawah belakang Palpasi pulsasi arteri radialis lengan tersebut.
Minta pasien menaruk nafas, mengangkat dagu, dan memalingkan kepalanya ke
sisi yang sama dengan lengan yang ditarik sambil tetap meraba pulsasi arteri ra
dialis. Melemahnya pulsasi aneri radialis mengindikasikan suatu thoracic outlet
syndrome,
* Tes Valsava : Pasien disuruh mengejan sewaktu la menahan napasnya. Tes ini
positif apabila timbul nyeri radikular yang berpangkal di tingkat leher dan menja
lar ke lengan. Dengan tes ini tekanan intratekal ditinggikan, Bilamana didapatkan
proses desak ruang di kanalis vertebralis bagian servikal, maka dengan ditingkat
kannya tekanan intratekal akan bangkit nyeri radikular
* pemeriksaan elektromiografi (EMG) (Raylene MR, 2008).
- Membantu mencari penyebab nyeri akut/kronik pasien
- Mengidentifikasi area persarafan/cedera otot fokal atau difus yang terkena
- Mengidentifikasi atau menyingkirkan kemungkinan yang berhubungan dengan
rehabilitasi, injeksi, pembedahan, atau terapi obat .
- Membantu menegakkan diagnosis
- Pemeriksaan serial membantu pemantauan pemulihan pasien dan respons ter
hadap terapi
- Indikasi: kecurigaan saraf terjepit, mono/poli neuropati, radikulopati

* Pemeriksaan Radiologi (Partoadmodjo L,2006, Widyadhaim Borenstein, 2012)


A. Pemilihan pemeriksaan
a. Pasien nyeri dengan kecurigaan penyakit degeneratif tulang belakang
b. Pasien dengan kecurigaan adanya neoplasma, infeksi tulang belakang penya
kit inflamatorik, dan penyakit vaskular
c. Pasien dengan defisit neurologis motorik, kolon, kandung kemih, atau ereksi
d. Pasien dengan riwayat pembedahan tulang belakang
e. Gejala nyeri yang menetap < 4 minggu
B. Pemilihan pemeriksaan radiologi, bergantung pada lokasi dan karakteristik nyeri.
a. Foto polos: untuk skrining inisial pada tulang belakang (fraktur, ketidaksega
risan vertebrata, spondilolistesis, spondilolisis, neoplasma).
b. MRI (gold standart) : dalam mengevaluasi tulang belakang (herniasi diskus
stenosis spinal, osteomielitis, infeksi ruang diskus, keganasan, kompresi tula
ng belakang, infeksi),
c. CT-scan: evaluasi trauma tulang belakang, herniasi diskus, stenosis spinal.
d. Radionuklida bone-scan: sangat bagus dalam mendeteksi perubaha metabolis
me tulang (mendeteksi osteomielitis dini, fraktur kompresi yang kecil/minim
al, keganasan primer, metastatis tulang)
 Asesmen Psikologi dan sosial ekonomi (Samara D, 2007)
Adalah pengkajian terhadap status psikologis pasien dan pengkajian terhadap status
sosial ekonomi yang bisa mempengaruhi keadaan pasien
a Nilai mood pasien, apakah dalam kondisi cemas, ketakulan, depresiata berpotensi
agresif, menyakiti dirisendii atau orang lain
b. Nilai adanya gangguan tidur, masalah terkait pekerjaan
c. Nilai adanya dukungan sosial, interaksi sosial

 Asesmen sistem organ yang komprehensif (Samara D, 2007) .


a. Evaluasi gejala kardiovaskuler, psikiatri, pulmonal, gastrointestinal, neurolo reum
atologi, genitourinaria, endokrin dan muskuloskeletal
b. Gejala konstitusional: penurunan berat badan, nyeri malam hari, keringat malam
dan sebagainya

B. Analisa informasi data


Setelah data komprehensif yang sudah dikumpulkan,baik berupa data subjektif maupun
data obyektif, maka dilakukan analisa informasi dan data. Bagian ini terdiri dari penul
isan ringkasan, penyusunan daftar masalah, membuat pengkajian dari masing-masing m
asalah (diagnosa dan diagnosa banding) .

C. Membuat Rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang tel
ah diidetifikasi.
Rencana pelayanan meliputi : rencana diagnosis, rencana terapi, rencana monitoring, d
an encana edukasi.

Tabel 3. Diagnosis Banding Nyeri Leher


(sumber: Yudiyanta, 2015: Finkelstein J,2012; Borenstein D, 2012)
Etiologi Ciri Anamnesis Pemeriksaan fisik penting Pemeriksaan
tambahan
Spondilosis * nyeri tumpul leher * nyeri tekan pada garis
tengah leher
* umur tua Foto rontgen
* penurunan ROM aktif
*nyeri acci[ita; dan atau cervikal
dan pasif
gejala radikuler
Hernia diskus * rasa terbakar atau tin * penurunan ROM aktif
cervikal gling di ekstrimitas
* penurunan refleks ten MRI
* nyeri saat leher diger don dalam
akan
* penurunan kekuatan
* kelemahan ekstremitas otot pada ekstremitas atas
atas
* uji spuring positif
* nyeri leher tajam
* uji lhermitte positif
* uji valsava positif
Keseleo dan * nyeri tumpul leher ya * ROM normal * foto rontgen
cedera servi ng intermitten servical normal
* berkurangnya lordosis
kal atau kurangnya
* berhubungan dengan leher
lordosis
pekerjaan atau postural
* ketegangan yang dapat
* CT scan un
* riwayat trauma dipalpasi
tuk konfirmasi
* spasme otot * edema akut cedera

* nyeri axial skeletal di


ffuse
Fibromialgia *ROM pasih normal
* gangguan tidur
*titik-titik nyeri
* kelelahan
* nyeri tumpul * ROM aktif dan pasif * peningkatan
yang berkurang faktor rematik
Atritis * kekakuan pagi hari
dan LED
* inflamasi sendi lain
inflamatori * keterlibatan sendi lain
*HLA B27 posi
tif
Penjalaran * gejala dari organ lain * ROM normal * foto rontgen,
EKG dan MRI
nyeri * temuan pemeriksaan
fisik dan organ lain
Etiologi Ciri Anamnesis Pemeriksaan fisik penting tambaharn .Nyeri tumpul leher . N
yeri tekan pada garis tengah leher Foto rontgen Umur tua Nyeri occipital dan atau Pe
nurunan ROM aktif gejala radikuler Rasa terbakar atau tingling di ekstrimitas Nyeri s
aat leher digerakkan Spondilosis servikal dan pasif Hernia Diskus Cervikat . Penuruna
n ROM aktif MRI Penurunan reflex tendon dalam

Kelemahan ekstrimitas.Penurunan kekuatan atas e Nyeri leher Tajam otot pada ekstrim
itas atas e Uji Spurlig positif Uji Lhermitte positif Uji Valsava positif ROM normal o
Berkurangnya lordosisservical norn Nyeri tumpul leher yang Foto rontger intermiten e
seleo dan idera ervikal berthutbuigan dengean atau kurangr leher pekerjaan ataupostura
lKetegangan yang dapatlordosis Riwayat trauma dipalpasi o CT scan untu e spasme ot
o -Edema akut konfirmasi c Nyeri axial skeletal diffuse .ROM pasif normal Fibromial
gia . Gangguan tidur Titik-titik nyeri Kelelahan . Nyeri tumpu . Kekakuan paari berk
urang .keterlibatan sendi lainInflamasi sendi lain ROM aktif dan pasif yang.Peningkata
n Artritis rematik dan t HLA B27 posit Foto rontgent,EKG inflamatori ROM normal
Penjalaran yeri Gejala dari organ lainTemuan pemeriksaan fisik dari organ lain ftar Pu
staka Bieri D, Reeve RA, Champion CD, Addicoat L, Ziepler JB. 1990. The faces pa
in scale f

Anda mungkin juga menyukai