Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN ASESMEN NYERI

Rumah sakit Rosela


2021
BAB I
DEFINISI

A. Asesmen pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk
membuat keputusan terkait status kesehatan pasien, kebutuhan perawatan, intervensi
dan valuasi.
B. Asesmen awal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi
yang mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran, patensi jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi.
C. Asesmen ulang adalah asesmen yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya
perubahan pada kondisi pasien, berupa perburukan/ perbaikan kondisi, menilai
efektifitas intervensi sebelumnya dan menilai kemungkinan membutuhkan tambahan
intervensi.
D. Asesmen Awal Pasien Rawat Inap adalah tahap awal dari proses dimana dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya mengevaluasi data pasien dalam 24 jam
pertama sejak pasien masuk rawat inap atau bisa lebih cepat tergantung kondisi
pasien dan dicatat dalam rekam medis
E. Asesmen Awal Pasien Rawat Jalan adalah tahap awal dari proses dimana dokter
perawat dan tenaga kesehatan lainnya mengevaluasi data pasien yang tidak dilakukan
rawat inap, yaitu di poliklinik maupun di IGD.
F. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan
jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang
merasakan seolah-olaj terjadi kerusakan jaringan ( interactional association for the study of
pain ).
G. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas, memiliki hubungan
temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit.
H. Nyeri Kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri kronik
yang terus menerus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan sering sekali tidak
diketahui penyebabnya yang pasti.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup pelayanan nyeri meliputi pelayanan bagi pasien-pasien di Unit Gawat
Darurat, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap dan unit Kamar Operasi Rumah Sakit
Rosela.
A. Pelaksanaan Asesmen Nyeri
Semua pasien yang datang ke Rumah Sakit baik rawat inap maupun rawat jalan harus
di skrining untuk rasa sakit dan dilakukan Asesmen apabila ada rasa nyerinya.
Asesmen awal dan ulang dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan rasa sakit,
pasien dapat diobati di Rumah Sakit atau dirujuk untuk pengobatan.

B. Tindak Lanjut Asesmen Nyeri


Bila pasien di obati di Rumah Sakit, dilaksanakan asesmen yang lebih komprehensif.
Asesmen disesuaikan dengan umur pasien, intensitas dan kualitas nyeri, antara lain;
karakter nyeri, frekuensi, lokasi dan durasi.

C. Dokumentasi Hasil Asesmen Nyeri


Hasil asesmen nyeri dicatat sedemikian rupa sehingga memfasilitasi asesmen ulang
yang teratur dan tindak lanjut sesuai kriteria yang dikembangkan oleh Rumah Sakit
dan kebutuhan pasien.

3
BAB III
TATA LAKSANA

A. Asesmen Awal Nyeri


1. Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Onset nyeri akut atau kronik, traumatik atau non traumatik.
2) Karakter dan derajat keparahan nyeri, nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa
terbakar, tidak nyaman, kesemutan, neuralgia.
3) Pola penjalaran/ penyebaran nyeri.
4) Durasi dan lokasi nyeri.
5) Gejala lain yang menyertai; kelemahan, kesemutan, mual/ muntah,
gangguan keseimbangan/ kontrol motorik.
6) Faktor yang memperberat atau meringankan.
7) Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respon
terapi.
8) Gangguan/ kehilangan fungsi akibat nyeri/ luka.
9) Penggunaan alat bantu.
10) Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktivitas hidup
dasar (activity of daily living).
b. Riwayat pembedahan/ penyakit dahulu
c. Riwayat psikososial
a) Riwayat konsumsi alkohol, merokok atau narkotika.
b) Indentifikasi kondisi tempat tinggal pasien yang berpotensi menimbulkan
eksaserbasi nyeri.
c) Pembatasan/ restriksi partisipasi pasien dalam aktivitas sosial yang
berpotensi menimbulkan pengaruh negative terhadap motivasi dan
kooperasi pasien dengan program penanganan / manajemen nyeri ke
depannya. Pada pasien dengan masalah psikiatri, diperlukan dukungan
psikoterapi / psikofarmaka.
d) Tidak dapat bekerjanya pasien akibat nyeri dapat menimbulkan stress
bagi pasien / keluarga.
d. Riwayat pekerjaan
Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dan rutin, seperti mengangkut
benda berat, membungkuk atau memutar merupakan pekerjaan tersering yang
berhubungan dengan nyeri punggung.

4
e. Riwayat obat-obatan dan alergi
1) Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi nyeri.
2) Termasuk mengenai dosis, tujuan minum obat, efektifitas, dan efek
samping.
f. Riwayat keluarga
Evaluasi riwayat medis terutama penyakit genetik.
g. Asesmen system organ yang komprehensif
1) Evaluasi gejala kardiovaskular psikiatri pulmoner, gastrointestinal,
neurologi, reumatologi, genitourinaria, endokrin dan musculoskeletal.
2) Gejala kontitusional penurunan berat badan, nyeri malam hari, keringat
malam, dan sebagainya.

2. Metode Asesmen Nyeri


a. Asesmen Nyeri menggunakan Numeric rating Scale
1) Indikasi digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 3 tahun yang
dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang
dirasakannya.
2) Instruksi pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
a) 0 = tidak nyeri
b) 1 – 3 = nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat berkomunikasi
dengan baik)
c) 4 – 6 = nyeri sedang (secara obyektif pasien menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyerim atau mendeskripsikan, dapat mengikuti
perintah dengan baik).
d) 7 – 9 = nyeri berat (secara obeyktif pasien terkadang tidak mengikuti
perintah tapi maish respon terhadap tindakan dan menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikan dan tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas, distraksi).
e) 10 = nyeri yang sangat (pasien sudah tidak dapat mendeskripsikan
lokasi nyeri, tidak dapat berkomunikasi, memukul).
b. Asesmen Nyeri menggunakan Wong Baker FACES Pain Scale
1) Indikasi: pada pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.
2) Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk/ memilih gambar mana yang
paling sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi
nyeri.
a) Gambar 0 : Tidak merasa nyeri

5
b) Gambar 1 : Sedikiti rasa nyeri
c) Gambar 2 : Nyeri ringan
d) Gambar 3 : Nyeri sedang
e) Gambar 4 : Nyeri berat
f) Gambar 5 : Nyeri sangat berat

c. Asesmen Nyeri menggunakan FLACC Scale


1) Indikasi: untuk anak < 3 tahun.
2) Instruksi: pasien dilihat ekspresi dan gerakan motoriknya. Terdapat 5
katagori penilaian.
a) Nilai 0 = tidak nyeri
b) Nilai 1 – 3 = nyeri ringan.
c) Nilai 4 – 6 = nyeri sedang.
d) Nilai 7–10 = nyeri berat sekali.

KRITERIA SKOR
1 2 3 Nilai
Face (wajah) Tidak ada Sesekali Dagu gemetaran
ekpresi meringis/ secara berkala/
tertentu/ mengerutkan konstan, rahang
senyum kening, mengepal
menarik diri
tidak tertarik
Legs (kaki) Posisi normal Gelisah, Menendang atau
atau santai kawatir, menarik kaki
tegang
Activity Berbaring Mengeliat, Melengkung,
(Aktifitas) tenang, posisi mondar- kaku atau
normal, mandir, menyentak
bergerak tegang
dengan mudah
Cry (Tangis) Tidak ada Mengerang/ Menangis secara
teriakan merintih, terus-menerus,
(terjaga atau sesekali menjerit/ isak
tertidur mengeluh tangis, sering
mengeluh
Consolability Puas/ senang, Sesekali Sulit untuk
(bersuara) santai diyakinkan dihibur atau
dengan merasa nyaman

6
sentuhan,
pelukan/
diajak bicara,
di alihkan

d. Asesmen Nyeri menggunakan COMFORT Scale


1) Indikasi: pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang kamar operasi atau
ruang rawat inap yang tidak dapat menggunakan Numeric Rating Scale
atau Wong – Baker FACES Scale.
2) Instruksi: terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki 1 – 5
dengan skor total antara 9 – 45
a) Kewaspadaan
b) Ketenangan
c) Distress pernafasan
d) Menangis
e) Pergerakan
f) Tonus otot
g) Tegangan wajah
h) Tekanan darah basal
i) Denyut jantung basal

Table 3.1 COMFORT Scale


Kategori Skor Tanggal Waktu
Kewaspadaan 1. Tidur pulas / nyenyak
2. Tidur kurang nyenyak
3. Gelisah
4. Sadar sepenuhnya dan waspada
5. Hiper alert
Ketenangan 1. Tenang
2. Agak cemas
3. Cemas
4. Sangat cemas
5. Panik
Distress 1. tidak ada respirasi spontan dan
pernafasan tidak ada batuk
2. Respirasi spontan dengan sedikit/
tidak ada respon terhadap ventilasi
3. Kadang-kadang batuk atau terdapat
tahanan terhadap ventilasi
4. Sering batuk, terdapat tahanan/

7
perlawanan terhadap ventilator
5. Melawan secara aktif terhadap
ventilator, batuk terus-menerus/
tersedak
Menangis 1. Bernafas dengan tenang, tidak
menangis
2. Terisak-isak
3. Meraung
4. Menangis
5. Berteriak
Pergerakan 1. Tidak ada pergerakan
2. Kadang-kadang bergerak perlahan
3. Sering bergerak perlahan
4. Pergerakan aktif/ gelisah
5. Pergerakan aktif termasuk badan
dan kepala
Tonus otot 1. Otot relaks sepenuhnya tidak ada
tonus otot
2. Penurunan tonus otot
3. Tonus otot normal
4. Peningkatan tonus otot dan rileks
jari tangan dan kaki
5. Kekakuan otot ekstrim dan rileks
jari tangan dan kaki
Tegangan 1. Otot wajah relaks sepenuhnya
wajah 2. Tonus otot wajah yang nyata
3. Tegangan beberapa otot wajah
terlihat nyata
4. Tegangan hampir di seluruh otot
wajah
5. Seluruh otot wajah tegang meringis
Tekanan darah 1. Tekanan darah di bawah batas
basal normal
2. Tekanan darah berada di batas
normal secara konsisten
3. Peningkatan tekanan sesekali 
15% di atas batas normal ( > 3 kali
dalam observasi selam 2 menit )
4. Seringnya peningkatan tekanan

8
darah  15% di atas batas normal (>
3 kali dalam observasi selam 2
menit )
5. Peningkatan tekanan darah terus
menerus  15%
Denyut basal 1. Denyut jantung di bawah batas
normal
2. Denyut jantung berada di batas
normal secara konsisten
3. Peningakatan denyut jantung
sesekali  15% di atas batas normal
( 1 – 3 kali dalam observasi selama
2 menit )
4. Seringnya peningkatan denyut
jantung  15% di atas batas normal
( > 3 kali dalam observasi selama 2
menit )
5. Peningakatan denyut jantung terus
menerus  15%
Skor Total

Pada pasien pengaruh obat anestesi, asesmen dan penanganan nyeri


dilakukan dengan cara pasien menunjukkan respon berbagai ekspresi tubuh
atau verbal akan rasa nyeri.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Tanda vital; tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu tubuh
2) BB dan TB
3) Periksa head to toe; apakah terdapat luka di kulit seperti jaringan parut
akibat operasi, ulserasi, tanda bekas jarum suntik, ketidaksegarisan tulang
(malalignment), atrofi otot, fasikulasi, dislklororasi, dan edema.
b. Pemeriksaan sendi
1) Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
2) Nilai dan cacat pergerakan aktif semua sendi, perhatikan adanya
keterbatasan gerak, diskinesis, raut wajah meringis, atau asimetris.
3) Nilai dan cacat pergerakan pasif dari sendi yang terlibat abnormal/
dikeluhkan oleh pasien (saat menilai pergerakan aktif). Perhatikan adanya
limitsu gerak raut wajah meringis, atau asimetris.

9
4) Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri.
5) Pemeriksaan stabilitas sendi untuk mengidentifikasi adanya cedera
ligamen
c. Pemeriksaan motorik
Nilai dan catat kekuatan motorik pasien dengan kriteria dibawah ini
Tabel 3.2 Derajat kekuatan Motorik
Derajat Definisi
5 Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan tahanan
kuat
4 Mampu melawan tahanan ringan
3 Mampu bergerak melawan gravitasi
2 Mampu bergerak / bergeser ke kiri dan kanan tetapi tidak
mampu melawan gravitasi
1 Terdapat kontaksi otot ( inspkesi / palpasi ), tidak menghasilkan
pergerakan
0 Tidak terdapat kontraksi otot

d. Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan: sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum, pin prick), gerakan dan
suhu
1) Pemeriksaan sensorik mekanik tidak nyeri; getaran
2) Pemeriksaan sensorik mekanik nyeri; tusukan jarum, tekanan
3) Pemeriksaan sensasi suhu; dingin, hangat, panas.
4) Pemeriksaan sensasi persepsi

e. Pemeriksaan neurologis
1) Evaluasi nervus krania I – XII, terutama jika pasien mengeluh nyeri wajah
atau servikal dan sakit kepala
2) Pemeriksaan refleks otot, nilai adanya asimetris dan klonus. Untuk
mencetuskan klonus membutuhkan kontraksi > 4 otot
3) Nilai adanya refleks babinskin dan Hoflimen (hasil positif menunjukkan
lesi upper motor neuron).
4) Nilai gaya berjalan pasien dan identifikasi defisit serebelum dengan
melakukan tes dismetrik (tes pergerakan jari – ke – hidung, pergerakan
tumit – ke – tibia ), tes disdiadokokinesia, tes keseimbangan (Romberg
dan Romberg modifikasi).
Tabel 3.3 Pemeriksaan Refleks
Refleks Segmen spinal
Biseps C5
Brakioradialis C6
Triseps C7

10
Tendon patella I4
Hamstring medial I5
Achilles S1

f. Pemeriksaan khusus
1) Terdapat 5 tanda non – organik pada pasien dengan gejala nyeri tetapi
tidak ditemukan etiologi secara anatomi. Pada beberapa pasien dengan 5
tanda ini ditemukan mengalami hipokondriasis, histeria, dan depresi.
2) Kelima tanda ini adalah :
a) Distribusi nyeri superfisial atau non anatomik
b) Gangguan sensorik atau motorik non anatomik
c) Verbalisasi berlebihan akan nyeri (over reaktif)
d) Reaksi nyeri yang berlebihan saat menjalani tes pemeriksaan nyeri
e) Keluhan akan nyeri yang tidak konsisten (berpindah-pindah) saat
gerakan yang sama dilakukan pada posisi yang (distriksi)

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektromiografi
1) Membantu mencari penyebab nyeri akut / kronik pasien
2) Mengidentifikasi area persarafan / cedera otot fokal atau difus yang
terkena
3) Mengidentifikasi atau menyingkirkan kemungkinan berhubungan dengan
rehabilitasi, injeksi, pembedahan atau obat
4) Membantu menegakkan diagnosis
5) Pemeriksaan serial membantu pemantauan pemulihan pasien dan respon
terhadap terapi
6) Indikasi kecerugiaan saraf terjepit, mono - / poli – neurpati, radikulopati
b. Pemeriksaan radiologi
1) Pasien nyeri dengan kecurigaan penyakit degeneratif tulang belakang
2) Pasien dengan kecurigaan adanya neoplasma, infeksi tulang belakang,
penyakit inflamatorik dan penyakit vaskuler
3) Pasien dengan defisit neurologis motorik, kolon, kandung kemih, atau
ereksi
4) Pasien dengan riwayat pembedahan tulang belakang
5) Gejala nyeri yang menetap > 4 minggu

B. Asesmen Nyeri Akut


1. Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi < 6 minggu :
2. Asesmen nyeri dimulai dari anamnesis hingga pemeriksaan penunjang

11
3. Jenis nyeri :
a. Nyeri somatik :
1) Diakibatkan adanya kerusakan jaringan yang menyebabkan pelepasan zat
kimia dari sel yang cedera dan memeditasi inflamasi dan nyeri melalui
nosiseptor kulit
2) Karakter onset cepat, terlokalisasi dengan baik, dan nyeri bersifat tajam,
menusuk atau seperti ditikam
3) Contoh : nyeri akibat laserasi, sprain, fraktur, dislokasi
b. Nyeri visceral :
1) Nosiseptor visceral lebih sedikit dibandingkan somatic sehingga jika
terstimulasi akan menimbulkan nyeri yang kurang bisa dilokalisasi,
bersifat difus tumpul, seperti ditekan benda berat
2) Penyebab: iskemi/ nekrosis, inflamasi, peregangan ligament, spasme otot
polos, distensi organ berongga/ lumen
3) Biasanya disertai dengan gejala otonom, seperti mual, muntah, hipotensi,
bradikardia, berkeringat
c. Nyeri neuropatik
1) Berasal dari cedera jaringan saraf
2) Sifat nyeri : rasa terbakar nyeri menjalar, kesemutan, ( nyeri saat
disentuh ), hiperalgesia
3) Gejala nyeri biasanya dialami pada bagian distal pada bagian cedera
( sementara pada nyeri nosiseptif, nyeri dialami pada tempat cederanya)
4) Biasanya diderita oleh pasien dengan diabetes, multiple selerosis, herniasi
diskus, AIDS, pasien yang menjalani kemoterapi/ radioterapi

C. Asesmen Nyeri Kronik


1. Nyeri kronik : nyeri yang persisten/ berlangsung > 6 minggu
2. Asesmen nyeri :
Meliputi; anamnesis dan pemeriksaan fisik (karakteristik nyeri, riwayat
manajemen nyeri sebelumnya), pemeriksaan penunjang: radiologi
3. Jenis nyeri :
a. Nyeri neuropatik :
1) Disebabkan oleh kerusakan atau disfungsi sistem somatosensorik:
neurpoati DM, neuralgia trigeminal, neuralgia pasca herpetik
2) Karakteristik: nyeri parsisten, rasa terbakar, terdapat penjalaran nyeri
sesuai dengan persyarafannya, faal, kesemutan.
b. Nyeri otot: tersering adalah nyeri miofasial

12
1) Mengenai otot leher, bahu, lengan, punggung bawah, panggul dan
ekstremitas bawah
2) Nyeri dirasakan akibat disfungsi pada 1 atau lebih jenis otot, berakibat
kelemahan, keterbatasan gerak
3) Biasanya muncul akibat aktivitas pekerjaan yang repetitive
c. Nyeri inflamasi (dikenal juga dengan istilah nyeri nosiseptif)
1) Karakteristik: pembengkakan, kemerahan, panas pada tempat nyeri.
Terdapat riwayat cedera / luka
2) Contoh : artritis, infeksi, cedera jaringan (luka), nyeri pasca operasi
d. Nyeri mekanis/ kompresi :
1) Diperberat dengan aktivitas, dan nyeri berkurang dengan istirahat.
Misalnya; nyeri punggung dan leher (berkaitan dengan strain/ sprain,
ligament/ otot ), degenerasi diskus, osteoporosis dengan fraktur
kompresi, fraktur.
2) Merupakan nyeri nosiseptif

D. Asesmen Nyeri Pada Pediatrik


1. Nilai karakteristik nyeri
2. Lakukan pemeriksaan medis dan penunjang yang sesuai
3. Evaluasi kemungkinan adanya keterlibatan mekanisme nosiseptik dan
neuropatik
4. Kaji factor yang mempengaruhi nyeri pada anak.

E. Asesmen Nyeri Lanjut Usia (  65 tahun ).


1. Pada lansia, prevalensi nyeri dapat meningkat hingga 2 kali lipatnya
dibandingkan dewasa muda
2. Penyakit yang sering menyebabkan nyeri pada lansia adalah arthritis, kanker,
neuralgia, trigeminal, neuralgia pasca herpatik, polimialgia, dan penyakit
degeneratif.
3. Lokasi yang sering mengalami nyeri, sendi utama/ penyangga tubuh, punggung,
tungkai bawah dan kaki
4. Asesmen nyeri pada geriatric yang valid, reliable dan dapat diaplikasikan
menggunakan Function Pain Scale seperti dibawah ini :
Table 3.8 Function Pain Scale
Skala Nyeri keterangan
0 Tidak nyeri
1 Dapat ditoleransi (aktivitas tidak terpengaruh)
2 Dapat ditoleransi (beberapa aktivitas sedkit terganggu)
3 Tidak dapat ditoleransi (tetapi dapat menggunakan telepon,

13
menonton TV atau membaca)
4 Tidak dapat ditoleransi (tidak dapat menggunakan telepon,
menonton TV atau membaca)
5 Tidak dapat ditoleransi (dan tidak dapat berbicara karena
nyeri).
Skor normal / yang diinginkan: 0 – 2

F. Asesmen ulang
Asesmen ulang sebaiknya dilakukan dengan interval yang teratur, disamping itu
asesmen ulang dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
menunjukkan adanya rasa nyeri, antara lain:
1. Panduan umum; pada pemberian parenteral setelah 30 menit, pada pemberian oral
setelah 60 menit sedangkan pada intervensi non farmakologi setelah 30 – 60 menit
2. Pada pasien yang mengeluh nyeri 1 jam setelah tatalaksana nyeri atau setiap 4 jam
pada pasien yang sadar.
3. Pada pasien yang menjalani prosedur tindakan yang menyakitkan
4. Saat sebelum transfer dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit.
5. Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang
setiap 8 menit setelah pemebrian nitrat atau obat-obatan intravena.
6. Pada nyeri akut/ kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1 jam setelah
pemberian obat nyeri.
7. Saat derajat nyeri meningkatkan hebat secara tiba-tiba, terutama bila sampai
menimbulkan perubahan tanda vital.

G. Nyeri skala berapa yang harus di konsulkan

BAB IV
DOKUMENTASI

1. SPO Manajemen Nyeri


2. SPO Manajemen Nyeri dengan Kondisi Khusus
3. Formulir Rencana Perawatan Pasien Nyeri Kronik

14
REFERENSI

1. Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization. Pain: current


understanding of Assessment, Management and Treatments, Nations
Pharmaceutical Council, Inc : 2001.

2. Wallace MS, Stats PS. Pain Medicine and Management: Just The Facts.
Mograwhill ; 2005.

3. National Institute of Health Warren Grant Magnuson Clinical Center. Pain


Intensity Instruments : Numeric Rating Scale: 2003.

4. Wong D, Whaley L. Clinical Handbook of Pediatric Nursing Edisi ke-2. St. Louis :
C.V. Mosby Company ; 1996.

5. Ambuel, Hamlett KW, Marx CM, Blumer JL. Assering Distress in Pediatric
Intensive Care Environments : The COMFORT Scale. J. Paed Psych. 1192; 17: 95.

6. Pain Management. www.hospitalsoup.com, diakses tanggal 23 Februari 2012.

7. Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Health Care Guideline :


Assessment and Management of Acute Pain. Edisi ke-6. ICSI ; 2008.

8. Pain Management Task Group of the Hull & East Riding Clinical Policy Forum.
Adult Pain Management Guidelines. NHS ; 2006.

9. Institute for Clinical Systems Improvement ( ICSI ). Health Care Guideline :


Assessment and Management of Chronic Pain. Edisi ke-5. ICSI ; 2011.

10. Agroff CE, McCleane G. Pain Management Secrets : Questions you will be Asked.
Edisi ke-3. Philadelphia : Mosby Elsevier ; 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai