Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan
ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan.Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen
utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23
tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status
kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu
melahirkan, prevalensi gizi kurang dan umur angka harapan hidup.Angka
kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup
(2002–2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997)
menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup
meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan
hidup meningkat dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun
(2003).Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah menurun
dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen (2004).
Bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi
yaitu terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan
bahkan ada yang diatas 40% yaitu di provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan
Papua. Kasus gizi buruk umumnya menimpa penduduk miskin/tidak mampu.
Di sisi lain masalah baru gizi seperti kegemukan, terutama di wilayah
perkotaan cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup masyarakat.
Angka kesakitan yang tinggi terjadi pada anak-anak dan usia di atas 55 tahun,
dengan tingkat morbiditas lebih tinggi pada wanita dibanding pria.

1
Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas
pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir
seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia
adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling
6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di
semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat
dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak
transportasi.Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang
terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan
kesehatan perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penyelenggaraan Poskesdes ?
2. Bagaimana Pembinaan dan Peningkatan Poskesdes ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa memahami mengenai konsep Poskesdes.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana penyelenggaraan Poskesdes
b. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana pembinaan dan peningkatan
Poskesdes.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyelenggaraan Poskesdes
Pos Kesehatan (Poskesdes) adalah Upaya Kesehatan Bersumber
daya Msyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
desa.Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan
pertemuan antara upaya masyarakat dan dukungan pemerintah.
Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, preventif,dan kuratif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan
kader atau tenaga sukarela lainnya.
Pembentukan POSKESDES didahulukan pada desa yang tidak
memiliki rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu (PUSTU), dan
bukan ibu kota kecamatan atau ibu kota kabupaten. POSKESDES di
harapkan sebagai pusat pengembangan dan kordinator berbagai UKBM
yang dibutuhkan masyarakat desa, misalnya POS Pelayanan Terpadu atau
POSYANDU dan warung obat desa (WOD).

1. Kegiatan Poskesdes
Kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa yang
dilaksanakan di Poskesdes adalah :
1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, bersalin, dan nifas
a. Pemeriksaan kehamilan, meliputi pemeriksaan tinggi fundus uteri,
pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran tinggi badan,
penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah serta
pendeteksian dini tanda-tanda bahaya pada kehamilan melalui
Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K).
b. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah tetanus
pada saat proses persalinan.
c. Pemberian tablet tambah darah (Fe) untuk mencegah timbulnya
anemia/kurang darah.

3
d. Penyuluhan atau konseling tentang gizi dan kehamilan serta KB
setelah persalinan.
e. Penyelenggaraan kelas ibu hamil.
f. Penanganan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
g. Pertolongan persalinan aman, termasuk pencegahan infeksi.
h. Kunjungan ibu nifas.
i. Rujukan ke Puskemas/rumah sakit untuk kasus kehamilan/
persalinan/nifas yang tidak dapat ditangani di Poskesdes.

2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui


a. Penyuluhan tentang cara menyusui dan perawatan bayi yang benar.
b. Penyuluhan tentang gizi bagi ibu menyusui dan KB setelah persalinan
c. Penyuluhan tentang penanganan permasalahan kesehatan bayi dan
anak balita.

3) Pelayanan kesehatan untuk anak


a. Perawatan bayi baru lahir.
b. Pemeriksaan kesehatan anak.
c. Pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak balita.
d. Pemberian lima imunisasi dasar lengkap.
e. Penyuluhan gizi pada anak.
f. Penanganan permasalahan kesehatan pada anak.

4) Penemuan dan penanganan penderita penyakit


a. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB), serta penyakit tidak menular dan faktor
risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang
berisiko.
b. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB, penyakit tidak menular serta
faktor-faktor risikonya (termasuk kurang gizi).

4
c. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan melalui metode simulasi.

2. Waktu dan Tempat


Sesuai dengan fungsi Poskesdes sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan guna lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat maka pelayanan dilaksanakan setiap hari.
Poskesdes perlu memiliki tempat pelayanan kesehatan dasar.
Pelayanan kegiatan Poskesdes dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan :
1) Gedung Polindes yang ada, yang dikembangkan menjadi Poskesdes.
2) Sarana gedung yang tersedia, seperti Balai Desa, Balai Pertemuan
Desa, dan lain-lain.
Selain memanfaatkan gedung tersebut, pengadaan tempat dan
pembangunan Poskesdes dapat diupayakan dengan alternatif pembiayaan
melalui swadaya masyarakat, donatur/ dunia usaha/swasta, dan fasilitasi
Pemerintah (Pusat atau Daerah).
Pembangunan Poskesdes dengan fasilitasi pemerintah
diperuntukkan bagi desa yang belum memiliki bangunan poskesdes,
dengan persyaratan sebagai berikut.
1) Kriteria Umum
a. Masyarakatnya tidak mampu membangun secara swadaya
b. Tersedia tanah/lahan yang tidak bermasalah atau bukan lahan
sengketa
c. Beberapa pertimbangan lokasi, antara lain :
1. Ketersediaan lahan di tengah pemukiman warga
2. Mudah dijangkau oleh masyarakat (transportasi)
3. Keamanan petugas kesehatan terjamin
4. Tidak berdekatan dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
d. Adanya kesepakatan dalam pembangunan poskesdes yang didasari
oleh musyawarah masyarakat desa
2) Kriteria Teknis
a. Luas bangunan

5
1. Luas ruangan/bangunan disesuaikan ketersediaan lahan sambil
memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan/ kegiatan dan
hal-hal yang berkaitan pemenuhan kebutuhan, baik perempuan
maupun laki-laki, termasuk ibu hamil, usia lanjut, dan
penyandang cacat.
2. Jumlah ruangan dan kebutuhan sarana disesuaikan dengan
jenis pelayanan/kegiatan yang dilaksanakan.
3. Pembangunan Poskesdes yang baru diprioritaskan
menggunakan bahan bangunan yang berasal dari daerah
setempat.
4. Bentuk luar dari Poskesdes dapat disesuaikan dengan model
rumah adat setempat.
b. Denah tata ruang Rancangan tata ruang/bangunan Poskesdes
disesuaikan dengan fungsi sarana pelayanan kesehatan dan
memperhatikan pemenuhan kebutuhan, baik perempuan maupun
laki-laki, termasuk ibu hamil, usia lanjut, dan penyandang cacat.
Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan. Di dalam Poskesdes,
ruangan atau tempat yang ada dapat berfungsi sebagai :
1. Tempat pendaftaran
2. Tempat tunggu
3. Ruang pemeriksaan
4. Ruang tindakan (persalinan)
5. Ruang rawat inap persalinan
6. Ruang petugas
7. Tempat konsultasi (gizi, sanitasi, dll)
8. Tempat obat
9. Ruang Laktasi
10. Kamar mandi dan toilet

3. Peralatan dan Logistik


Poskesdes perlu dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut :
1) Peralatan

6
a. Peralatan Medis disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan
yang disediakan.
b. Peralatan non medis disesuaikan kebutuhan, seperti meubelair,
sarana pencatatan, sarana komunikasi, sarana transportasi, media
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), dan lain-lain.
c. Membuat surat pernyataan untuk tidak mengalihfungsikan peralatan
yang juga ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan dan
diketahui oleh Bupati/Walikota. Pemenuhan peralatan Poskesdes
dapat dilaksanakan melalui:
a) Pemanfaatan alat yang telah ada di Polindes.
b) Swadaya masyarakat di bawah pengawasan dan pembinaan
Puskesmas.
c) Bantuan donatur/dunia usaha/swasta di bawah koordinasi Dinas
Kesehatan setempat.
d) Pengadaan alat Poskesdes dengan fasilitasi Pemerintah (Pusat
atau Daerah).
2) Obat-obatan
Jenis dan jumlah obat-obatan yang perlu disediakan Poskesdes
sesuai dengan jenis pelayanan yang diselenggarakan, yang
penetapannya berkoordinasi dengan Puskesmas setempat. Penyediaan
obat Poskesdes dapat dilaksanakan dengan :
a. Swadaya masyarakat di bawah pengawasan dan pembinaan
Puskesmas.
b. Bantuan donatur/dunia usaha/swasta dengan pengawasan dan
pembinaan Dinas Kesehatan setempat.
c. Fasilitasi pemerintah (Pusat atau Daerah) melalui Puskesmas.

4. Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana


Terselenggaranya pelayanan Poskesdes melibatkan banyak pihak.
Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam
menyelenggarakan Poskesdes sebagai berikut.
1) Tenaga Poskesdes

7
a. Tugas masing-masing pelaksana sesuai dengan kompetensi,
kemampuan dan kewenangannya.
a) Bidan :
Memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat
 Melakukan pengamatan epidemiologis sederhana terhadap
penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB),
penyakit tidak menular dan faktor risikonya (termasuk
status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
 Melakukan penanggulangan penyakit, terutama penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB,
serta penyakit tidak menular dan faktor-faktor risikonya
(termasuk kurang gizi).
 Melaksanakan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana
serta kegawatdaruratan kesehatan melalui metode simulasi.
 Melakukan pencatatan pelaporan terkait pelayanan
kesehatan dasar yang diberikan.
b) Kader Kesehatan :
 Membantu Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat.
 Melakukan pengamatan epidemiologis sederhana terhadap
penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB),
penyakit tidak menular dan faktor risikonya (termasuk
status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
 Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam
mengembangkan Poskesdes.
 Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan.
b. Tenaga pelaksana Poskesdes, baik tenaga kesehatan maupun kader
kesehatan, terlebih dahulu mendapatkan pelatihan/orientasi tentang
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dari institusi yang
berwenang.

8
2) Petugas Puskesmas
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Poskesdes
minimum satu kali dalam sebulan. Peran petugas Puskesmas sebagai
berikut.
a. Memberikan bimbingan dan pembinaan kader kesehatan dan
tenaga kesehatan dalam penyelenggaraan Poskesdes.
b. Menyelenggarakan pelatihan atau penyegaran atau orientasi bagi
kader kesehatan dan tenaga kesehatan Poskesdes.
c. Melakukan analisis hasil kegiatan Poskesdes, menyusun rencana
kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan
Poskesdes bekerja sama dengan Forum Desa.
d. Menerima konsultasi/rujukan dalam menangani berbagai kasus
kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh pelaksana
Poskesdes.
e. Mendukung pemenuhan/pengadaan alat dan obat-obatan yang
dibutuhkan Poskesdes (jika diperlukan).
f. Melakukan konsultasi kepada Dinas Kesehatan setempat mengenai
permasalahan yang dihadapi di Poskesdes baik dari segi tenaga,
peralatan dan sarana lain serta dana.

5. Pembiayaan
1) Sumber Biaya
Pembiayaan Poskesdes berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a) Masyarakat
1) luran pengguna/pengunjung Poskesdes.
2) luran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat.
3) Sumbangan/donatur dari perorangan atau kelompok masyarakat.
4) Mobilisasi dana sosial lainnya.
b) Swasta
dunia usaha peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat
menunjang pembiayaan Poskesdes. Bantuan yang diberikan dapat

9
berupa dana, sarana, prasarana, atau tenaga, yakni sebagai
sukarelawan Poskesdes.
c) Hasil Usaha
Pengelola dan kader kesehatan Poskesdes dapat melakukan usaha
mandiri, yang hasilnya disumbangkan untuk biaya pengelolaan
Poskesdes.
d) Pemerintah
Bantuan dari pemerintah terutama diharapkan pada tahap awal
pembentukan, yakni berupa dana stimulan atau bantuan lainnya dalam
bentuk sarana dan prasarana Poskesdes.
2) Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana
a. Pemanfaatan Dana Dana yang diperoleh Poskesdes, digunakan
untuk membiayai kegiatan Poskesdes, antara lain untuk:
 Biaya operasional Poskesdes.
 Bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan.
 Modal usaha.
b. Pengelolaan Dana Pengelolaan dana dilakukan oleh pengelola dan
kader kesehatan Poskesdes. Dana harus disimpan di tempat yang
aman dan jika mungkin mendatangkan hasil. Untuk keperluan biaya
rutin disediakan kas kecil yang dipegang oleh kader kesehatan yang
ditunjuk. Setiap pemasukan dan pengeluaran harus dicatat dan
dikelola secara bertanggung jawab.
c. Pola Tarif Penetapan tarif pelayanan di Poskesdes dilakukan
melalui musyawarah masyarakat desa dengan fasilitasi Puskesmas,
dan ditetapkan dengan Surat Keputusan kepala Desa. Prinsip yang
perlu dipegang adalah bahwa besaran tarif tidak membebani
masyarakat dan dapat digunakan untuk operasional Poskesdes.

6. Pencatatan dan Pelaporan


a. Pencatatan Pencatatan dilakukan oleh kader kesehatan dan tenaga
kesehatan segera setelah kegiatan dilaksanakan. Pencatatan dilakukan
dengan menggunakan format yang ada, antara lain:

10
1) Buku catatan sasaran Poskesdes, yang mencatat jumlah seluruh
warga dan masyarakat sekitarnya.
2) Buku catatan rekapitulasi kegiatan pelayanan Poskesdes.
3) Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh
Poskesdes.
4) Buku catatan kegiatan usaha, apabila Poskesdes menyelenggarakan
kegiatan usaha.
5) Buku pengelolaan keuangan.
6) Dan lain-lain sesuai kegiatan yang dilaksanakan dan kebutuhan
Poskesdes yang bersangkutan.
b. Pelaporan Kegiatan yang menyangkut pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan Poskesdes, tetap harus dilaporkan oleh tenaga Poskesdes
dengan mengacu format pelaporan Puskesmas disesuaikan dengan
kegiatan di Poskesdes. Pelaporan dilakukan minimal satu bulan sekali
pada saat diselenggarakannya Lokakarya Mini Puskesmas. Setiap
Puskesmas harus menunjuk petugas yang bertanggung jawab untuk
melakukan pembinaan pencatatan dan pelaporan terkait dengan
pelayanan kesehatan dasar di Poskesdes. Berkaitan dengan
pertanggungjawaban administrasi dan keuangan, Poskedes melaporkan
kepada Pengurus Poskesdes dan Kepala Desa.

B. Pembinaan dan Peningkatan Poskesdes


Pembinaan Poskesdes dilaksanakan secara terpadu dengan lintas
sektor. Pembinaan teknis kesehatan dilakukan oleh Puskesmas, sedangkan
hal-hal non-teknis kesehatan dilakukan oleh Pemerintahan Desa, Forum Desa
Siaga Aktif dan lintas sektor di tingkat Kecamatan.
Pembinaan Poskesdes meliputi peningkatan pengetahuan baik petugas
kesehatan, kader kesehatan, pembinaan administrasi, termasuk pengelolaan
keuangan. Pembinaan ini ditujukan untuk keberlangsungan operasional dan
berfungsinya Poskesdes. Pembinaan tersebut ditujukan pada pengelolaan
sumberdaya Poskesdes, yang terdiri dari dana, sarana penunjang, dan

11
sumberdaya manusia. Pembinaan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari
desa sampai pusat oleh berbagai pemangku kepentingan (stakeholder).
Adapun peran pembina Poskesdes tersebut sebagai berikut.
1) Kepala Desa
a. Memberikan produk hukum guna kelancaran operasional Poskesdes.
b. Menggalang Kader kesehatan dan tenaga PKK.
c. Mengupayakan infrastruktur Poskesdes.
d. Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat dan swasta.
e. Menggalang dan mengalokasikan dana anggaran desa untuk
pengembangan Poskesdes serta desa dan kelurahan siaga aktif.
f. Memasukkan perencanaan Poskesdes yang termasuk dalam
perencanaan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dalam
musyawarah rencana pembangunan desa.
g. Membahas secara musyawarah bersama dengan warga, Forum Desa
Siaga Aktif serta pemangku kepentingan terkait dalam kegiatan
musyawarah masyarakat desa.
h. Melaksanakan pembinaan administrasi.
2) Lintas Sektor di Desa
a. Mengkoordinasikan program/kegiatan sektor dengan
program/kegiatan Poskesdes.
b. Ikut menciptakan suasana kondusif bagi kelancaran pelaksanaan
Poskesdes.
3) Petugas Puskesmas
a. Melaksanakan monitoring, pembinaan, dan evaluasi berkaitan
dengan teknis medis (pelatihan, supervisi, dsb).
b. Melaksanakan advokasi kepada pejabat dan kelompok potensial
lainnya.
c. Menggalang informasi kesehatan dari hasil pelaporan.
d. Melakukan fasilitasi pelayanan kesehatan apabila diperlukan.
4) Camat
a. Mengkoordinasikan seluruh potensi yang ada.
b. Mengupayakan infrastruktur Poskesdes.

12
c. Menggalang dana untuk operasional Poskesdes serta pengembangan
desa dan kelurahan siaga aktif.
d. Membahas perencanaan Poskesdes bersama dengan forum desa
tingkat kecamatan serta pemangku kepentingan terkait berdasarkan
pelaporan yang disampaikan oleh forum dan kelurahan siaga aktif
tingkat desa.
e. Menggalang kader kesehatan dan tim penggerak PKK.
f. Melaksanakan pembinaan administrasi.
5) Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
a. Mengembangkan komitmen dan kerjasama Tim di tingkat
kabupaten/kota dalam rangka pengembangan Poskesdes.
b. Optimalisasi fungsi Puskesmas (dan jaringannya) sehingga mampu
melaksanakan pelayanan kesehatan dengan baik.
c. Optimalisasi fungsi Rumah Sakit sehingga mampu melaksanakan
pelayanan rujukan dengan baik.
d. Menyelenggarakan pelatihan/orientasi bagi petugas kesehatan dan
kader kesehatan.
e. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan)
tingkat kabupaten/kota dalam rangka pengembangan Poskesdes.
f. Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, bimbingan dan
evaluasi teknis terhadap Poskesdes.
g. Menyediakan dukungan anggaran dan sumberdaya bagi
kesinambungan dan kelestarian Poskesdes dan pengembangan desa
dan kelurahan siaga aktif.
h. Memasukkan perencanaan Poskesdes yang termasuk dalam
perencanaan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dalam
musyawarah rencana pembangunan Kabupaten/Kota.
i. Membahas perencanaan Poskesdes bersama dengan Kelompok Kerja
Operasional (Pokjanal) Desa dan kelurahan siaga aktif tingkat
Kabupaten/Kota serta pemangku kepentingan terkait berdasarkan
pelaporan yang disampaikan oleh forum desa dan kelurahan siaga
aktif tingkat kecamatan.

13
6) Peran Dinas Kesehatan Provinsi
a. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi
dalam rangka pengembangan Poskesdes.
b. Membantu dinas kesehatan kabupaten/kota mengembangkan
kemampuan melalui pelatihan/orientasi.
c. Membantu dinas kesehatan kabupaten/kota mengembangkan
kemampuan Puskesmas (dan jaringannya) dan rumah sakit dalam
rangka pengembangan Poskesdes.
d. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan)
pada tingkat provinsi dalam rangka pengembangan Poskesdes.
e. Bersama dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pemantauan,
bimbingan dan evaluasi teknis terhadap Poskesdes.
f. Menyediakan dukungan sumberdaya dan stimulan.
g. Membahas perencanaan Poskesdes bersama dengan Pokjanal Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif tingkat Provinsi serta pemangku
kepentingan terkait berdasarkan pelaporan yang disampaikan oleh
Pokjanal dan kelurahan siaga aktif tingkat Kabupaten/Kota.
7) Peran Kementerian Kesehatan
a. Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem
informasi/pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.
b. Menyelenggarakan pelatihan/orientasi.
c. Menyediakan dukungan sumberdaya dan stimulan.
d. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.
e. Membahas perencanaan Poskesdes bersama Pokjanal Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif secara berjenjang.

C. Indikator keberhasilan Poskesdes


Guna mengukur keberhasilan pelaksanaan Poskesdes, dapat dilihat
dari komponen sistem Poskesdes, yaitu input dan output menurut tujuan,
sasaran, fungsi, dan pelayanan yang diberikan. Indikator yang ditetapkan

14
harus mempunyai daya ungkit terhadap pembangunan kesehatan masyarakat
di wilayahnya. Adapun indikator tersebut adalah:
Input :
f. Jumlah kader aktif.
g. Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia.
h. Tersedianya sarana (alat dan obat).
i. Tersedianya tempat pelayanan.
j. Tersedianya dana operasional Poskesdes.
k. Tersedianya data (catatan jumlah bayi di imunisasi, jumlah kematian).
Output :
1. Cakupan ibu hamil yang dilayani (K4).
2. Cakupan persalinan yang dilayani (Linakes).
3. Cakupan kunjungan neonatus (KN2).
4. Cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
5. Cakupan BBLR yang dirujuk.
6. Jumlah bayi dan anak Balita BB tidak naik (T) ditangani.
7. Cakupan imunisasi.
8. Cakupan pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
Cakupan keluarga yang dibina sadar gizi.
9. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak
menular tertentu yang menjadi masalah setempat.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara
mandiri. Sebuah Desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut
telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
(Depkes, 2007).
Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal
luas oleh masyarakat yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat
Desa, Pondok Persalinan Desa (Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan
Jamban Keluarga dan lain-lain (Depkes, 2007).

B. Saran
Agar masyarakat sehat, maka dilingkungan kita haruslah dibentuk
poskesdes yang bisa memberikan pelayan kesehatan, juga perlu sumber daya
yang mampu di bidang kesehatan
1. Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang
bidan), dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang kader.
2. Untuk penyelenggaraan pelayanan Poskesdes harus tersedia sarana fisik
bangunan, perlengkapan, dan peralatan kesehatan. Guna kelancaran
kornunikasi dengan masyarakat dan dengan sarana kesehatan (khususnya,
Puskesmas), Poskesdes seyogianya memiliki juga sarana komunikasi
(telepon, ponsel, atau kurir).
3. Pembangunan sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai
cara, yaitu dengan urutan alternatif sebagai berikut :

16
a) Mengembangkan Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang telah ada
menjadi Poskesdes,
b) Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya Balai RW,
Balai Desa, Balai Pertemuan Desa, dan lain-lain.
c) Membangun baru, yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat
atau Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

17

Anda mungkin juga menyukai