Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS II

“Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Plasenta Previa dan Solusio Plasenta”

DISUSUN OLEH :

PSIK 4A KELOMPOK 5

1. Siti Rohimi Zamzam 1610201017


2. Elena Nabila 1610201018
3. Nurul Cahyani R 1610201019
4. Bety Rinda Setyowati 1610201020
5. Devi Anugraheni 1610201021
6. Rizal sopo yo jenenge karo nim e piro ??

S1-ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya sehingga
laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
Keperawatan Maternitas dengan Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan Plasenta Previa dan
Solusio Plasenta. Makalah ini disusun secara sederhana sehingga dapat memudahka pembaca
untuk mengerti dan memahami nya.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih terdapat kekurangan,
oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat diterima, dipelajari dan
bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa dan pembaca di kalangan masyarakat serta dapat
digunakan sebagai acuan dengan penyusunan makalah yang lainnya.

Yogyakarta 17 Mei 2018

Penulis
Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan
dengan Negara anggota ASEAN. Berbagai faktor yang terkait dengan risiko terjadinya
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui,
namun demikian jumlah kematian masih tetap tinggi (DEPKES RI, 2005).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membuat asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan perdarahan karena Plasenta Previa di ruang An-Nisa RS.
PKU Muhammadiyah Surakarta. Karena penulis berharap ibu yang hamil dengan plasenta
previa dan rutin memeriksakan kehamilannya segera mendapatkan deteksi dini dan
penanganan agar dapat mengatasi komplikasi yang terjadi serta dapat meminimalkan bayi-
bayi agar tidak lahir secara premature atau preterm.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ibu hamil dengan Plasenta Previa ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Ibu hamil dengan Solusio Plasenta ?
3. Bagaimana prinsip perawatan ibu hamil dengan plasenta previa ?
4. Bagaimana prinsip perawatan ibu hamil dengan solusio plasenta ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan plasenta previa dan solusi
plasenta ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan pasenta previa dan solusio plasenta pada
ibu hamil.
2. Mengetahui prinsip perawatan ibu hamil dengan solusio plasenta dan plasenta previa.
3. Mampu membuat asuhan keperawatan kepada ibu hamil dengan plasenta previa dan
solusio plasenta
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengerti
a. Plasenta Previa

Perdarahan Antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan usia 20 minggu
dengan insiden 2-5%. (Alamsyah, 2012).

Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah
anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak segera
mendapatkan penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu
penyebabnya adalah plasenta previa. (Wiknjosastro, 2008).

Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. (Nugroho, 2012)

Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan secara pasti, namun kerusakan dari
endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap
sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa.

Terjadinya plasenta previa terdapat beberapa faktor penyebab diantaranya: usia ibu yang
lanjut meningkatkan risiko plasenta previa, multipara, terutama jika jarak antara kelahirannya
pendek, riwayat seksio sesarea, primigravida dua, bekas aborsi, kelainan janin, leiloma uteri,
risiko relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali lipat akibat merokok. (Cunningham,
2005).

b. Solusio Plasenta

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester 3 kehamilan, walaupun dapat pula terjadi
setiap saat dalam kehamilan. Plasenta dapat terlepas selurunya (solusio plasenta totalis),
sebagian (solusio plasenta parsialis) atau hanya sebagian kecil pinggir plasenta (rupture sinus
marginalis).

Secara klinis solusio plasenta dibagi dalam (1) solusio plasenta ringan, (2) solusio plasenta
sedang, (3) solusio plasenta berat. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda-tanda kliniknya ,
hal ini sesuai dengan derajat terlepasnya plasenta.(Bambang Karsono,2002)
Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya
pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif Mansjoer. 2001)

Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang
tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas
sebelum kala III. (Dr. Chrisdiono. M. Achadiat,SP.2003)

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin
lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa jenis
perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan uterus
dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah
tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta
menyebabkan
B. Pathways
a. Patofisiologi Plasenta Previa

Dalam trimester ketiga kehamilan dan mungkin juga lebih awal yaitu sejak usia
kehamilan sekitar 20 minggu, tepat dimana plasenta berimplantasi pada bagian bawah rahim
mulai mengalami pelebaran atau peregangan oleh sebab isthmus uteri telah mulai melebar ke
atas dan membentuk segmen bawah rahim. Sebagaimana diketahui plasenta berimplantasi
pada desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian plasenta. Dengan melebarnya isthmus
uteri menjadi segmen bawah rahim lambat laun peregangan pada dinding rahim
menyebabkan beberapa pembuluh darah cabang-cabang arteria spiralis yang mengalirkan
darah dari dinding rahim melalui desidua basalis kedalam ruang intervillus terputus dan
terjadilah perdarahan. Darah tersebut melalui jalan keluar melalui vagina.

Peristiwa pembentukan segmen bawah rahim merupakan fenomena tetap pada setiap
kehamilan. Oleh sebab itu perdarahan pada plasenta previa adalah hal yang tidak mungkin
dapat dicegah (unavoidable bleeding). Perdarahan ditempat itu relativ dipermudah dan
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks keduanya mengandung sangat
sedikit unsur otot sehingga tidak mampu berkontraksi seperti halnya segmen atas rahim
(corpus uteri) dan karenanya pembuluh darah yang terputus tidak mudah bisa tertutup dengan
sempurna. Perdarahan akan berhenti karena ada sistem pembekuan yang bekerja, namun jika
laserasi mengenai sinus yang besar plasenta maka perdarahan akan berlangsung lebih banyak
dan lebih lama.

Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung berkelanjutan secara


bertahap dan perlahan, laserasi baru akan terjadi dan perdarahan pun akan berulang sekalipun
tanpa sebab misalnya karena trauma atau koitus. Darah yang keluar berwarna merah segar
tanpa disertai rasa nyeri.

Perdarahan pertama biasanya sedikit tapi cenderung lebih banyak pada perdarahan ulang.
Oleh sebab itu untuk mencegah syok perlu diambil tindakan antisipasi. Perdarahan pertama
sudah bisa terjadi pada trimester kedua tapi lebih sering dalam trimester ketiga. Segmen
bawah rahim yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan trofoblast. Oleh karenanya lebih
mudah dan sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta pada kasus plasenta previa.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh karena kekurangan elemen
otot yang terdapat disana.
Kedua kondisi ini berpontesi meningkatkan kejadian perdarahan pada plasenta previa,
misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar terlepas dengan sempurna, atau terjadi
perdarahan dalam kala empat karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik atau atonia.

b. Patofisiologi Solusio Plasenta

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun
tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban
masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot
uterus.
Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak
biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali
menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan
jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke
dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang
akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi
hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus,
akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karana syok dan
pembekuan intravaskuler.
Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih
dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat
fatal. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin. Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan
darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya Solutio plasenta sampai
selesai, makin hebat umumnya komplikasinya. (Arif Mansjoer. 2001)
Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua kemudian
terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat ke endometrium. Akibatnya, proses
ini pada tahapnya yang paling awal memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang
menyebabkan pemisahan, penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di dekatnya.
Pada tahap awal mungkin belum ada gejala klinis.
Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga menyebabkan
hematom retroplasenta, yang sewaktu membesar semakin banyak pembuluh darah dan
plasenta yang terlepas. Bagian plasenta yang memisah dengan cepat meluas dan mencapai
tepi plasenta. Karena masih teregang oleh hasil konsepsi, uterus tidak dapat beronntraksi
untuk menjepit pembuluh darah yang robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta.
Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya
muncul sebagai perdarahan eksternal, atau mungkin tetap tertahan dalam uterus.
 Pathways Plasenta Previa
 Pathways Solusio Plasenta
C. Prinsip Perawatan
 Plasenta Previa
Ibu hamil yang dicurigai atau diketahui mengalami plasenta previa tidak boleh
dilakukan pemeriksaan dalam ataupun pemasangan tampon vagina. Hal ini berisiko bagi ibu,
karena dapat memperbanyak perdarahan dan menimbulkan infeksi. Penatalaksaaan terhadap
plasenta previa sangat tergantung pada beberapa hal berikut, yaitu jumlah perdarahan yang
terjadi, umur kehamilan, dan jenis plasenta previa itu sendiri. Ibu harus segera dikirim ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah dan operasi. Untuk
pencegahan terhadap syok hipovolemik dapat dilakukan pemasangan infus dengan
menggunakan jarum besar, lalu dilakukan pemberian cairan NaCl/RL sebanyak 2 -3 kali
jumlah perkiraan darah yang hilang.

Menurut Nugroho (2010), penatalaksanaan plasenta previa adalah:


1. Bila usia kehamilan kurang 37 minggu atau berat badan janin kurang 2500 gram.
a. Perdarahan sedikit, Keadaan ibu dan janin baik maka biasanya penanganan
konservatif sampai usia kehamilan aterm.
b. Tirah baring,
c. Bila selama 3 hari tidak ada perdarahan pasien mobilissasi secara bertahap,
d. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada perdarahan pasien boleh pulang,
e. Pasien dianjurkan agar tidak coitus, tidak bekerja keras dan segera kerumah sakit
jika terjadi perdarahan.

2. Bila usia kehamilan 37 minggu atau lebih dan berat badan janin 2500 gram.
a. Pada kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri
kehamilan, baik secara pervaginam atau perabdominal.
b. Persalinan dengan sectio caesaria diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik
janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis dimana perbukaan.
 Solusio Plasenta
a. Rujuk.
Penatalaksanaan kasus solusio plasenta harus dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih
lengkap, jadi tidak boleh dilakukan pada fasilitas kesehatan primer dengan peralatan terbatas.
b. Resusitasi cairan.
Sebelum melakukan tindakan lainnya resusitasi cairan harus dilakukan terlebih dahulu yaitu
dengan pemasangan infus NaCl/RL sebanyak 2 -3 kali jumlah perdarahan. Ketuban dapat
segera dipecahkan untuk mengurangi regangan uterus tanpa memperdulikan apakah
persalinan pervaginam atau operasi sesar.
c. Periksa Koagulopati.
Lakukan juga uji pembekuan darah sederhana untuk mengetahui ada tidaknya koagulopati
(gangguan pembekuan darah). Apabila terdapat koagulopati, berikan darah lengkap (whole
blood) segar. Apabila tidakada, bisa memilih salah satu di antara berikut ini, berdasarkan
ketersediaannya: fresh frozen plasma (FFP), packed red cel (PRC), kriopresipitat,
ataukonsentrasitrombosit

Apabila belum terdapat tanda-tanda syok, atau perdarahan masih ringan hingga sedang,
maka tindakan yang akan dilakukan tergantung pada denyut jantung janin sebagai berikut:
a. Apabila denyut jantung janin terdengar normal, persalinan dilakukan secara operasi
sesar.
b. Apabila denyut jantung janin terdengar tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari
180/menit): lakukan persalinan pervaginam atau oprasi sesar bila persalinan
pervaginam tidak memungkinkan.
c. Apabiladenyutjantungjanintidakterdengar, namunnadidantekanandarahibu normal:
persalinandilakukanpervaginam.
d. Apabila denyut jantung janin tidak terdengar dan tekanan darah ibu rendah: segera
pecahkan ketuban dengan kokher: lalu lahirkan pervaginam
a. Jika kontraksi rahim jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin.
b. Jika rahim masih kenyal, tebal, dan tertutup, lakukan operasisesar.

Apabila sudah ada tanda-tanda syok hipovolemik yang terjadi akibat perdarahan hebat
baik nyata terlihat atau tersembunyi, maka janin harus segera dilahirkan, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Apabila pembukaan telah lengkap, janin dilahirkan dengan cara ekstraksi vakum
b. Apabila pembukaan belum lengkap, janin dilahirkan dengan cara operasisesar

Operasi histerektomi atau pengangkatan rahim mungkin juga akan dilakukan apabila
pendarahan yang terjadi akibat solusio plasenta ini tidak bisa dikendalikan.
D. Asuhan Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan Ibu dengan Plasenta Previa

Ny.K hamil 23 minggu G2P1A0 Pasien mengatakan pada tanggal 22 April 2013 ketika
bekerja di pabrik, keluar flek-flek darah berwarna merah segar dicelana dalamnya pada sore
hari tanggal 28 April 2013 pasien mengalami perdarahan lagi dengan warna darah yang sama
Darah mengalir dikakinya berwarna merah segar, namun tidak disertai nyeri dengan jumlah
kadang sedikit kadang banyak. Pengeluaran darah tidak pasti, kadang ketika tiduran ataupun
ketika beraktivitas seperti BAK maupun duduk. Pasien mengatakan merasa takut dan sangat
gelisah jika terjadi apa-apa dengan janin dan kesehatannya pasien juga tampak banyak
bertanya hingga akhirnya pada pukul 20.30 WIB dibawa ke RS.PKU Muhammadiyah
Surakarta oleh suaminya. Hasil pemeriksaan Lab TTV : TD : 110/70 mmhg N : 80 x/menit S
: 36,5˚C RR : 24x/menit Hemoglobin : 9,1 g/dL Hematokrit : 32,8 %.
No Sign & Symtoms Diagnosa Keperawatan
1. Ds : Pasien mengatakan Risiko syok hipovolemik
mengeluarkan darah warna merah Domain 11 : Keamanan/perlindungan
terang namun tidak disertai nyeri Kelas 2 : Cedera Fisik

Do : Keluar cairan pervaginam


(darah merah segar, bau amis,
dengan jumlah sebanyak ±30 cc)
Pasien tampak lemah, dan merasa
badannya lemes ditandai dengan
Hemoglobin : 9,1 g/dL

2. Ds : Pasien mengatakan tidak Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan


tahu tentang pendarahan yang
kurang informasi
dialami
Domain 5 : persepsi/kognisi
Do : Pasien tidak pernah Kelas 4 : kognisi
mengikuti diskusi kesehatan

3. Ds : Pasien mengatakan merasa Ansietas berhubungan dengan perubahan


takut dan sangat gelisah jika
besar status kesehatan da fungsi peran
terjadi apa-apa dengan janin dan
kesehatannya Domain 9 : coping/tolerans stress
Kelas 2 : respon coping
Do : Pasien tampak banyak
bertanya tentang plasenta previa
No Diagnosa NOC NIC Rasionalisasi
keperawatan
1. Risiko syok Setelah dilakukan tindakan Pencegahan syok 1. Memantau
hipovolemik asuhan keperawatan selama 2 1. monitor sirkulasi bagaimana
x 24 jam keparahan (tekanan darah, perubahan tanda-
kehilangan darah dengan warna kulit, tanda yang dapat
kriteria hasil : temperatur kulit, menunjukan status
1. Kehilangan darah yang bunyi jantung, nadi kesehatan pasien
terlihat (5) dan irama, saat ini.
2. Pendarahan vagina (5) kekuatan dan
3. Penurunah tekanan kualitas nadi 2. Berfungsi agar
darah siastole (5) perifer dan mengetahui
4. Penurunan diastole (5) pengisian kapiler bagaimana keadaan
5. Penurunan hemoglobin 2. monitor terhadap pernafasan yang
(5) adanya tanda berpegaruh
6. Penurunan hemotokrit ketidakadekuatan terhadap pasokan
(5) perfusi oksigen ke oksigen didalam
jaringan (respon darah,yang jika
terhadap stimulus, kurang akan
peningkatan menyebabkan
kecemasan, indikasi status
perubahan status kesehatan yang
mental, agitasi, memperparah,
oliguria, dan aktral pastikan pasien
teraba dingin dan tidak kekurangan
warna kulit tidak oksigen dalam
sama dan merata. tubuhnya.
3. Monitor suhu dan
3. Perubahan suhu
status respirasi.
dan respirasi
4. Monitor hasil
merupakan
laboraturium
beberapa vital sign
terutama nilai Hgb
yang dapat
dan Hct, profil
pembekuan AGD, menunjukan
laktat, elektrolit, perubahan dalam
kultur dan kimia tubuh
darah.
4. Berfungsi untuk
memantau status
kesehatan
mengenai
komponen dalam
darah, pastikan
bahwa hasilnya
dalam keadaan
normal

2. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan Pendidikan kesehatan 1. Menjelaskan dan


pengetahuan asuhan keperawatan selama 2 1. Tentukan menjadikan tolak
berhubungan x 24 jam Pengetahuan pengetahuan ukur bagaimana
dengan Kehamilan dengan kriteria kesehatan dan gaya upaya pengetahuan
kurang hasil : hidup perilaku saat atas kesehatan
informasi 1. Pentingnya perawatan ini pada yang sudah
sebelum melahirkan individu,keluarga diterpakan ,dan
sesering mungkin dan kelompok memberikan
(skala 5) sasaran pengetahuan lebih
2. Pentingnya pendidikan untuk
kesehatan sebelum 2. Rumuskan tujuan meningkatkan
melahirkan (skala 5) dalam program status kesehatan
3. Tanda-tanda peringatan pendidikan 2. Berguna
komplikasi kehamilan kesehatan memfokuskan
(skala 5) (tersebut) suatu yang akan
4. Perubahan anatomi dan dicapai dalam
3. Berikan ceramah
fisiologis kehamilan penerapan
untuk
(skala 5) kesehatan yang
menyampaikan
5. Strategi untuk lebih baik
informasi dalam
menyeimbangkan jumlah besar 3. Menggunakan
aktivitas dan istirahat [pada] waktu yang metode tersebut
(skala 5) tepat maka akan mudah
diterima dalam
4. Libatkan individu,
penyampaian
keluarga, dan
informasi kepada
kelompok dalam
banyak orang,
perencanaan dan
tekankan bagian
rencana
yang paling
implementasi gaya
penting
hidup atau
meningkatkan
modivikasi
kesehatan
perilaku kesehatan
4. Berguna untuk
membantu
5. Rencana tindak
peningkatan
lanjut jangka
kesehatan secara
panjang untuk
menyeluruh dan
memperkuat
dapat saling
perilaku kesehatan
memahami
atau adaptasi
tindakan yang akan
terhadap gaya
diterpkan bersama
hidup
5. Merencanakan
untuk tetap
menerapkan
pengetahuan dalam
tindakan yang
nyata yang
bermanfaat
meningkatkan
status kesehatan
dan
mempertahankanny
a dalam tindakan
secara
berkelanjutan

3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan 1. Berguna untuk


berhubungan asuhan keperawatan selama 2 1. Gunakan membuat klien
dengan x 24 jam pendekatan yang merasa nyaman
perubahan Tingkat Kecemasan dengan tenang dan saat mengutarakan
besar status kriteria hasil : meyakinkan apa yang sedang
kesehatan da 1. Tidak dapat 2. Berada disisi klien menjadi
fungsi peran beristirahat (skala 5) untuk keakutannya/ yang
2. Distress (skala 5) meningkatkan rasa dialami
3. Rasa takut yang aman dan 2. Menjalin hubungan
disampaikan secara mengurangi saling percaya agar
lisan (skala 5) ketakutan perawat mudah
4. Rasa cemas yg 3. Dorong keluarga mengajarkan atau
disampaikan secara untuk mengintrusikan
lisan (skala 5) mendampingi klien teknik relaksasi
5. Kesulitan dalam dengan cara yang 3. Agar kelurga
menangani masalah tepat mampu menjadi
(skala 5) 4. Identifikasi pada distraksi atas
saat terjadi tekanan yang
perubahan tingkat dirasakan dan
kecemasan sekaligus sebagai
5. Berikan aktivitas pemantau agar
pengganti untuk klien tidak terlalu
mengurangi berfikir tinggi yang
tekanan memacu tingkat
6. Intruksikan klien stressor
untuk 4. Berguna untuk
menggunakan mengetahu
teknik relaksasi keadaan pasien saat
terjadi peningkatan
kecemasan sejak
dini
5. Sebagai pengalihan
atas kecemaan
yang dirasakan
6. Agar klien dapat
melakukan teknik
relaksasi mandiri
saat merasa ada
kecemasan muncul
2. Asuhan Keperawatan Ibu dengan Solusio Plasenta

Ny. T GII PI A0 umur 30 tahun, hamil 37 minggu, datang kebidan dengan keluhan
perdarahan pervagina memerah kehitaman,nyeri perut menetap, merasakan mual dan muntah
gerakan janin melemah. Hasil pemeriksaan DJJ (+), palpasi ditemukan perut teraba keras TD
160/110, Nadi 85 x/menit, Suhu 36,5C.

No Sign & Symtoms Diagnosa Keperawatan


1. Ds : Nyeri b.d Agen Cedera
Palpasi perut teraba keras
(Domain 12.
Kenyamanan Kelas 1.
Do :
Ibu datang dengan keluhan Nyeri perut menetap. Kenyamanan Fisik)

2. Ds : Risiko Syok
Palpasi perut teraba keras.
Hipovolemia
Do : (Domain 11.
Ibu datang dengankeluhan
Keamanan/Perlindungan
perdarahanpervaginammerahkehitaman.
Kelas 2. Cedera Fisik)

No Diagnosa NOC NIC Rasionalisasi


keperawatan
1. Nyeri b.d SetelahdilakukanAsuhanKeper Manajemen Nyeri : 1. Untuk mengetahui
Agen awatandalam 2x24 Jam, 1. Lakukan nyeri secara
Cedera Pasiendiharapkan pengkajian nyeri menyeluruh agar
:KontrolNyeri komperhensif yang tau langkah
1. Menggunakan tindakan meliputi lokasi, intervensi yang
pengurangan nyeri karateristik, onset, tepat untuk
tanpa Analgesik (5) frekuensi, kualitas, mengatasi nyeri.
2. Mengenali apa yang intensitas, dan 2. Agar Pasien bisa
terkait dengan gejala faktor pencetus. mengatasi nyeri
nyeri (5) 2. Ajarkan tehnik non secara mandiri atau
farmakologi seperti dengan bantuan
(biofeedback, keluarga tanpa
teens, hipnosis, bantuan petugas
relaksasi, kesehatan.
bimbingan 3. Agar keluarga
antisipatif, terapi dapat membantu
musik, terapi pasien dalam
aktifitas, mengatasi nyeri
akupressure, yang dapat datang
pijatan) sewaktu-waktu.
3. Kolaborasi dengan 4. Agar kualitas nyeri
pasien, orang dapat berkurang
terdekat dan tim sehingga pasien
kesehatan lain merasa lebih
untuk memilih dan nyaman
mengimplementasi
kan tindakan
penurunan nyeri
non farmakologi
sesuai kebutuhan.
4. Kurangi/eleminasi
faktor-faktor yang
dapat mencetuskan
atau meningkatkan
nyeri (mis.
Ketakutan,
kelelahan, keadaan
monoton dan
kurang
pengetahuan)
2. Risiko Syok SetelahdilakukanAsuhanKeper Pencegahan Syok : 1. Untuk mengetahui
Hipovolemi awatandalam 2x24 Jam, 1. Monitor terhadap potensi terjadi
a Pasiendiharapkan adanya respon syok.
:KeparahanKehilanganDarah kompensasi awal 2. Karena dalam
1. KehilanganDarah yang syok (mis. Tekanan keadaan supine
terlihat (5). darah normal, mual dengan kaki yang
2. Perdarahan Vagina (5) dan muntah.) lebih tinggi dapat
2. Posisikan pasien meningkatkan
dalam posisi supine aliran darah
dengan posisi kaki menuju tempat
ditinggikan. yang lebih tinggi
3. Anjurkan pasien dan meningkatkan
dan keluarga kenyaman.
mengenali faktor- 3. Agar pasien dan
faktor pemicu keluarga lebih
syok. sigap dalam
4. Anjurkan pasien menangani jika
dan keluarga adanya indikasi
mengenal langkah- syok.
langkah yang harus 4. Agar pasien dan
dilakukan terhadap keluarga dapat
timbulnya gejala melakukan
syok pertolongan
pertama pada
pasien saat terjadi
syok
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Plasenta Previa adalah perdarahan antepartum pada trimester ketiga. Perdarahan yang
terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum.
Letak placenta tidak semestinya, yaitu dekat jalan keluar bayi atau bahkan menutupi jalan
keluar bayi.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri
sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat janin di atas 500 gr.
Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang memberi nutrisi kepada janin)
dari tempat perlekatannya di dinding uterus (rahim) sebelum bayi dilahirkan.
Tanda dan gejala solusio plasenta dan plasenta previa yaitu : pada awalnya kejadian ini
tak memberikan gejala apapun.
Komplikasi pada plasenta previa yaitu Perdarahan dan syok,Infeksi,Laserasi
serviks,Plasenta akreta,Prematuritas atau lahir mati. Sedangkan, Komplikasi pada solusio
plasenta yaitu Langsung (immediate) : perdarahan, infeksi, emboli dan syok abtetric. Tidak
langsung (delayed) : couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan
post partum, hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum, nikrosis korteks neralis,
menyebabkan anuria dan uremia, kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik
atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap bahasan makalah yang
telah di jelaskan. Pada kesempatan lain akan saya perbaiki yang kurang tepat berdasarkan
sumber bacaan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

https://mediskus.com/plasenta-previa

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0ahUKEwirz
uLzou7ZAhXLqI8KHV2KAjUQFggwMAE&url=http%3A%2F%2Feprints.ums.ac.id%2F25
812%2F20%2FNASKAH_PUBLIKASI.pdf&usg=AOvVaw1mFI71CtOlviJviSvWdhh_

http://eprints.ums.ac.id/9062/1/J500050021.pdf

https://mediskus.com/solusio-plasenta
https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-dengan-solusio-plasenta/5898/2
https://www.scribd.com/doc/228242574/SOAL-KASUS-Solusio-Plasenta

Anda mungkin juga menyukai