Oleh:
Muhammad Fadli
Darwinsyah Putra
Pembimbing :
Wahyu Lestari
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
paling sering terjadi pada LL, hingga 75% kasus namun tidak jarang juga terjadi
pada pasien BL. Ada juga referensi lain yang menyatakan sampai 50% LL dan
15% pasien BL dapat mengalami reaksi ENL.(6)
ENL biasanya mempengaruhi banyak organ dan mengakibatkan uveitis,
neuralitis, artritis, dactylitis, limfadenitis dan orchitis. ENL merupakan
kombinasi aktivasi seluler dan respons imunologis humoral terhadap M.leprae,
yang ditandai dengan pengendapan kompleks imun ekstra-vaskular yang
menyebabkan infiltrasi neutrofil dan aktivasi komplemen pada banyak organ. (6)
Tatalaksana pada ENL terdiri dari beberapa pilihan. Salah satunya,
pengobatan dengan kortikosteroid. Pengobatan dengan prednisolon merupakan
terapi pilihan untuk ENL jika thalomid tidak tersedia. Namun demikian, risko efek
samping kortikosteroid jangka panjang juga harus diperhatikan.(5)
2
LAPORAN KASUS POLIKLINIK
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan muncul bengkak merah kedua tangan dan
kaki.
3
4
tangan dan kaki, demam juga dirasakan yang hilang timbul dan rasa cepat
lelah.
N. auricularis magnus
1. Tidak ada/Menebal Nyeri Menebal
(dextra/sinistra)
N. ulnaris
2. (dextra/sinistra) Menebal/Tidak ada Nyeri Menebal
N. proneus comunis/
Poplitea lateralis
3. Tidak ada/Tidak ada Nyeri Tidak menebal
(dextra/sinistra)
N. tibialis posterior
4. Tidak ada/ Tidak ada Nyeri Tidak menebal
(dextra/sinistra)
6
2.6 Resume
Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien laki-laki usia 28 tahun di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDZA dengan keluhan bengkak merah di kedua
tangan dan kaki disertai nyeri, gatal muncul secara tiba-tiba. Pada regio antebrakii
tampak nodul eritematus, berbatas tidak tegas, tepi reguler, ukuran gutata, jumlah
multiple, dan distribusi regional bilateral. Tampak perbesaran N. aurikularis
magnus sinistra dan N. Ulnaris dekstra. Pemeriksaan Ziehl Neelsen BI: +1 dan
MI: 80%.
7
2.9 Tatalaksana
2.9.1 Sistemik:
- MDT pengobatan bulanan: hari pertama
- Rifampisin 600 mg
- Lampren 300 mg
- Dapson/DDS 100 mg
- MDT pengobatan harian: Hari ke-2 sampai 28
- Lampren 50 mg
- Dapson/DDS 100 mg
- Metil prednisolon 8 mg tab 3x1
- Natrium diklofenak 50 mg tab 2x1
- Mecobalamin 500 mg tab 1x1
- Ranitidin 150 mg tab 2x1
2.10 Edukasi
1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit pasien,
terutama cara penularan dan pengobatannya
2. Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk membantu mengawasi pasien
minum obat sehingga pengobatan yang diberikan tuntas sesuai waktu
pengobatan
3. Menjelaskan kepada pasien dan keluaga mengenai pentingnya asupan
nutrisi dan istirahat yang cukup.
4. Menjelaskan kepada pasien upaya pencegahan kecacatan
8
2.11 Prognosis
- Quo ad vitam : Dubia ad bonam
- Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanactionam : Dubia ad malam
ANALISA KASUS
Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien laki-laki usia 28 tahun di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDZA dengan keluhan bengkak merah di kedua
tangan dan kaki disertai nyeri, gatal muncul secara tiba-tiba. Pada regio antebrakii
tampak nodul eritematus, berbatas tidak tegas, tepi reguler, ukuran gutata, jumlah
multiple, dan distribusi regional bilateral. Tampak perbesaran N. aurikularis
magnus sinistra dan N. Ulnaris dekstra.
Diagnosis Morbus Hansen didasarkan pada penemuan 3 tanda kardinal,
dimana jika salah satunya terdapat pada pasien, sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis dari penyakit kusta. Tiga tanda kardinal tersebut, yaitu lesi kulit yang
anestesi, penebalan saraf perifer, dan ditemukannya M. lepra sebagai
bakteriologis positif. Pada kasus ini, dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang pada pasien ditemukan dua dari ketiga tanda kardinal
tersebut, yaitu penebalan syaraf perifer dan bakteriologis positif. Pasien
sebelumnya juga sudah didiagnosis morbus hansen dan mendapat pengobatan
MDT dan dinyatakan selesai. (6,7)
Reaksi lepra adalah gambaran dari episode akut hipersensitivitas terhadap
M. leprae yang menyebabkan gangguan dalam keseimbangan sistem imunologi.
Penderita penyakit kusta dapat mengalami reaksi kusta, yang merupakan suatu
reaksi kekebalan yang abnormal (respon imun seluler atau respon imun humoral),
dengan akibat yang merugikan penderita. Reaksi lepra dapat terjadi sebelum,
selama, atau sesudah pengobatan dengan obat kusta. Reaksi kusta dibagi menjadi
2 (dua) yaitu reaksi kusta tipe I dan reaksi kusta tipe II. (8)
9
10
Reaksi tipe 2 (ENL) dapat terjadi pada pasien dengan penyakit lepra jenis
multibasiler (LL dan BL). Mungkin terjadi sebelum, selama atau setelah
perawatan. Sampai 50% LL dan 15% pasien BL dapat mengalami reaksi ENL.
Serangan pada awalnya sering akut, namun mungkin akan berlangsung lama atau
berulang selama beberapa tahun dan akhirnya tenang namun berbahaya, terutama
di mata. ENL bermanifestasi paling umum sebagai nodul merah yang
menyakitkan pada wajah dan permukaan ekstensor anggota badan. Lesi mungkin
dangkal atau dalam, dengan supurasi, ulserasi atau indurasi ganas saat kronis.
ENL adalah gangguan sistemik yang menghasilkan demam dan malaise dan dapat
disertai dengan uveitis, dactylitis, artritis, neuritis, limfadenitis, myositis dan
orchitis. Neuritis syaraf perifer dan uveitis dengan komplikasi synechiae, katarak
dan glaukoma adalah komplikasi ENL yang paling serius. (9)
Pada kasus ini, sesuai dengan teori bahwa pasien muncul bengkak merah di
kedua tangan dan kaki disertai nyeri dan juga rasa gatal yang dialami sejak sekitar
2 bulan yang lalu yang muncul secara tiba-tiba, saat pasien merasa cepat lelah dan
11
banyak pikiran, dan berkurang ketika minum obat. Pasien juga mengeluhkan nyeri
pada sendi tangan dan kaki, demam yang hilang timbul dan cepat lelah..
Sebelumnya didiagnosis dengan morbus hansen. Selama 1 tahun ini pasien sudah
mengkonsumsi MDT Dewasa dan dinyatakan release from treatment. ENL adalah
respons spesifik lepra, yang memiliki beberapa ciri klinis dan histologis yang
sama dengan eritema nodosum. Mungkin terjadi sebelum, selama, atau setelah
pengobatan. (5)
Waktu rata-rata onset ENL mendekati 1 tahun setelah onset pengobatan.
Secara klinis, reaksi ini ditandai oleh nodul nyeri dan lunak, pink cerah, dermal
dan subkutan pada kulit normal, disertai dengan demam, anoreksia, dan malaise.
Arthralgias dan artritis lebih sering terjadi pada ENL daripada neuritis, adenitis,
orchitis / epididimitis, atau iritis, namun masing-masing jarang menjadi presentasi
awal. Keterlibatan ekstremitas atas dan bawah adalah tanda khas dan lesi di wajah
dapat terjadi pada separuh pasien. Lesi mungkin bersifat targetoid, vesikular,
pustular, ulseratif, atau nekrotik. (9)
Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin ditemukan peningkatan
leukosit (14.900 gr/dl). Pada pemeriksaan BTA ditemukan BI: +1 dan MI: 80%.
Pada ENL sering terjadi leukositosis neutrofilik. Hasil bakterial index leprae
adalah 1+ jika setidaknya 1 bacillus di setiap 100 bidang, 2+ jika setidaknya 1
bacillus di setiap 10 bidang, 3+ jika setidaknya 1 bacillus di setiap bidang, 4+ jika
setidaknya 10 bacilli di setiap bidang, 5+ jika edikitnya 100 bacilli di setiap
bidang, dan 6+ jika seetidaknya 1000 bacilli di setiap bidang. Morphological
index dihitung dengan menghitung jumlah BTA yang solid. Hanya basil solid
yang layak. Bukan hal yang aneh jika pewarnaan solid M. leprae muncul kembali
dalam waktu singkat pada pasien yang berhasil diobati dengan obat. Penting untuk
diketahui bahwa pengukuran MI bergantung pada variasi pengamat sehingga tidak
selalu dapat diandalkan. (5,8)
Tatalaksana pada ENL terdiri dari beberapa pilihan. Salah satunya,
pengobatan dengan kortikosteroid. Pengobatan dengan prednisolon merupakan
terapi pilihan untuk ENL. Pemberian prednisolon biasanya dimulai dengan dosis
30 mg hingga 60 mg per hari, dan ENL biasanya terkendali dalam waktu 24
hingga 72 jam. Dosis diturunkan 10 mg setiap minggunya hingga mencapai dosis
12
0,5-1,0 mg/kg.
Rifampisin
Biasanya
dapat
dibutuhkan
meningkatkan
selama 6
katabolisme.
bulan-2
Tipe I - Taper NSAID tahun.
perlahan.
Mungkin
Pengobatan
lebih lama
alternatif
atau
mungkin bisa
singkat
ditolerir
dengan baik.
Obat palingmanjur
jika tersedia dan tidak Median
dikontraindikasikan. durasi
Awalnya 1 dosis Jika thalidomide pengobatan
Tipe II 100-200 mg tidak tersedia, sekitar 5
perhari. Dosis 0,5-1,0 mg/kg/ tahun. Bisa
maintenance hari. bertahan
kisaran 50 mg selama 10
setiap hari sampai tahun
500 mg setiap hari
Penomena Mungkin
- Plasmap -
Lucio bermanfaat resis
4. Depkes RI. 2015. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
10. Van Brakel, W. H., Saunderson, P., Shetty, V., Brandsma, J. W., Post, E.,
Jellema, R., McKnight, J. International workshop on neuropathology in
leprosy—consensus report. Leprosy review. 2007; 78(4):416.
11. Natasja HJ, Van Veen, Diana NJ, Lockwood, Wim H, Van Brakel, et al.
Interventions for erythema nodosum leprosum. Lepr Rev. 2009; 80(1):355-
372.
15
16