TERMINOLOGI MEDIK
PENYAKIT KARDIOVASKULER
Dosen pengampu : Dr. M. Caecilia Nanny S. Hadirahardja, M.Sc. Apt.
Nama
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah tentang “Penyakit
Kardiovaskuler” ini mampu kami selesaikan tepat waktu. Meskipun kami
menyadari bahwa masih banyak kesalahan didalamnya. Tidak lupa pula kami
ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. M. Caecilia Nanny S. Hadirahardja,
M.Sc. Apt. yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
PENDAHULUAN
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac
yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini
mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan
pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal
dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang
60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke
seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan
kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam penyakit kardiovaskuler beserta
obatnya.
2. Untuk mengetahui analisa tentang kasus kardiovaskuler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etiologi
Berdasarkan American Heart Association (2014) faktor- faktor penyebab
penyakit kardiovaskuler adalah sebagai berikut:
a) Diet tidak sehat
Diet lemak jenuh, dan kolesterol mengakibatkan penyakit
kardiovaskuler. Selain itu, terlalu banyak garam (sodium) dalam makanan
bisa menaikkan kadar tekanan darah.
b) Kurang aktivitas
Tidak cukup aktivitas fisik mengakibatkan penyakit
kardiovaskuler, hal ini juga dapat meningkatkan kemungkinan memiliki
kondisi medis lain yangmerupakan faktor resiko, termasuk obesitas,
tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.
c) Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Obesitas dikaitkan dengan
kadar kolesterol dan trigliserida yang lebih tinggi dan menurunkan kadar
kolesterol "baik". Selain penyakit kardiovaskuler, obesitas juga bisa
menyebabkan tekanan darah tinggi dan diabetes.
d) Alkohol
Konsumsi alkohol bisa menaikkan kadar tekanan darah dan
beresiko terkena penyakit kardiovaskuler. Ini juga meningkatkan kadar
trigliserida, suatu bentuk kolesterol, yang bisa mengeraskan arteri.
e) Merokok
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah, yang
meningkatkan resiko kondisi jantung seperti aterosklerosis dan serangan
jantung. Selain itu, nikotin meningkatkan tekanan darah, dan karbon
monoksida mengurangi jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Paparan
asap rokok orang lain dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler
bahkan untuk bukan perokok.
f) Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama penyakit
kardiovaskuler. Ini adalah kondisi medis yang terjadi saat tekanan darah di
arteri dan pembuluh darah lainnya terlalu tinggi. Tekanan darah tinggi
sering disebut "silent killer" karena banyak orang tidak memperhatikan
gejala sinyaldarah tinggi. Menurunkan tekanan darah dengan perubahan
gaya hidup atau dengan pengobatan bisa mengurangi resiko penyakit
kardiovaskuler dan serangan jantung.
g) Kolesterol tinggi
Kolesterol adalah zat berlemak, seperti lemak yang dibuat oleh hati
atau ditemukan pada makanan tertentu. Jika mengkonsumsi lebih banyak
kolesterol daripada yang bisa digunakan tubuh, kolesterol ekstra bisa
terbentuk di dinding arteri, termasuk di jantung. Hal ini menyebabkan
penyempitan arteri dan bisa menurunkan aliran darah ke jantung, otak,
ginjal, dan bagian tubuh lainnya. Kolesterol tinggi adalah istilah yang
digunakan untuk kadar low-density lipoprotein, atau LDL, yang dianggap
"buruk" karena dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler. Kadar
kolesterol lipoprotein high-density yang lebih tinggi, atau HDL, dianggap
"baik" karena memberikan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskuler.
h) Diabetes
Diabetes mellitus juga meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler. Tubuh membutuhkan glukosa (gula) untuk energi. Insulin
adalah hormon yang dibuat di pankreas yang membantu memindahkan
glukosa dari makanan yang ke sel tubuh. Jika menderita diabetes, tubuh
tidak cukup membuat insulin, tidak dapat menggunakan insulin sendiri
dengan baik. Diabetes menyebabkan gula terbentuk di dalam darah.
Resiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler bagi orang dewasa
dengan diabetes adalah dua sampai empat kali lebih tinggi daripada orang
dewasa yang tidak menderita diabetes.
i) Genetika dan riwayat keluarga
Faktor genetik kemungkinan berperan dalam tekanan darah tinggi,
penyakit kardiovaskuler, dan kondisi terkait lainnya. Namun,
kemungkinan juga bahwa orang-orang dengan riwayat penyakit
kardiovaskuler keluarga memiliki lingkungan yang sama dan faktor
potensial lainnya yang meningkatkan resikonya. Resiko penyakit
kardiovaskuler bisa meningkat bahkan lebih bila faktor keturunan
dikombinasikan dengan pilihan gaya hidup yang tidak sehat, seperti
merokok dan makan makanan yang tidak sehat.
j) Usia
Resiko penyakit kardiovaskuler meningkat seiring bertambahnya usia.
k) Ras atau etnisitas
Pada tahun 2013 penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama
kematian di Amerika Serikat untuk kulit putih non-Hispanik, kulit hitam
non-Hispanik, dan Indian Amerika. Bagi orang Hispanik, dan orang
Amerika Asia dan Kepulauan Pasifik, penyakit kardiovaskuler adalah
yang kedua setelah kanker sebagai penyebab kematian.
2.2 Tata Laksana Terapi
1. Aritmia
a. Bradikardi
b. Takikardi
(PERKI, 2015)
3. Hiperlipidemia
4. Hipertensi
Obat pilihan pertama
Defibrilasi lebih dari 3 kali Teruskan CPR CPR dilanjutkan Ditangani seperti
Re asses ritme, jika VF/PVT Intubasi/ventilasi penderita sindrom
teruskan Akses IV koronar akut
Konfirmasi asistole Pencarian dan
penanangan kemungkinan
Teruskan CPR penyebab
I
Intubasi/ventilasi Pencarian dan
Akses IV penanangan kemungkinan
penyebab Epinefrin 1 mg IV
I 1 mg IV
Epinefrin (diulang setiap 3-5 menit)
(diulang setiap 3-5 menit)
atau Vasopresin 40 unit Penggunaan pacu
IV (sekali saja) transkutan Atropin 1 mg IV jika
(diulang setiap 3-5 menit
tidak lebih dari total 0,04
Resume usaha untuk Epinefrin 1 mg IV mg/kg)
defibrilasi (dalam 30-60 (diulang setiap 3-5 menit)
menit)
Atropin 1 mg IV jika
Antiaritmia : (diulang setiap 3-5 menit
tidak lebih dari total 0,04
Amiodaron, lidokain, mg/kg)
magnesium, prokainamid,
buffer
Pemberian cairan
Hipotensi
Dobutamin
Pertimbangkan dosis
rendah kortikosteroid jika
terdapat absolut atau
relatif insufisiensi adrenal
(hidrokortison 300mg IV/
2) Aritmia Ventrikuler
a) Ventrikular Prematur Kompeleks (PVC)
2. Gagal Jantung
a. Definisi
Gagal jantung (heart failure [HF]) merupakan gangguan yang kompleks
dan progresif sehingga jantung tidak mampu memompa darah secara efisien
untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Sukandar et al, 2013)
.
b. Patofisiologi
b) Beta Bloker
Beta bloker juga menghambat pelepasan renin sehingga menghambat
aktivasi sistem RRA. Akibatnya terjadi penurunan hipertrofi miokard,
apoptosis dan fibrosis miokard, dan remodeling miokard, sehingga
progresi gagal jantung akan terhambat dan dengan demikian
memburuknya kondisi klinik juga akan terhambat (Gunawan, 2016).
Obat Dosis awal Dosis target
Bisoprolol 1,25 mg od 10 mg od
Metoprolol Succinate 12,5-25 mg od 200 mg od
(metropolol CR/XL)
Karvedilol 3,125 mg bid 25 mg bid
Nebivolol 1,25 mg od 10 mg qd
(ESC, 2016)
c) Antagonis Aldosteron
Aldosteron memacu remodeling dan disfungsi ventrikel melalui
peningkatan preload dan efek langsung yang menyebabkan fibrosis
miokard dan proliferasi fibroblas. Karena itu antagonis efek aldosteron
akan mengurangi progresi remodeling jantung (Gunawan, 2016).
Obat Dosis Awal Dosis Target
Eplerenon 25 mg od 50 mg od
Spironolakton 25 mg od 25-50 mg od
(Perki, 2015)
e) Diuretic
f) Vasodilator
3. Hiperlipidemia
a. Definisi
Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol,
kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserid. Ketidaknormalan lipid plasma
dapat menyebabkan pengaruh buruk terhdap koroner, serebro vaskuler, dan
penyakit pembuluh arteri perifer (Sukandar et al, 2013).
b. Patofisiologi
Kolesterol, trigliserid, dan fosfolipid dibawa dalam darah dalam bentuk
kompleks lipid dan protein, dikenal sebagai lipoprotein.
LDL teroksidasi mempengaruhi respon inflamasi yang dimediasi oleh
beberapa zat kimia penarik dan sitokin.
Lesi aterosklerosis diduga berkembang dari transport dan retensi LDL
plasma melalui lapisan sel endotelial ke dalam matriks ekstraseluler daerah
subendotelial.
c. Terapi farmakologi
a) Resin asam empedu
Mekanisme kerjanya mengikat asam empedu dalam lumen saluran
cerna, dengan gangguan stimulasi terhadap sirkulasi enterohepatik asam
empedu, yang menurunkan penyimpanan asam empedu dan merangsang
hepatik sintesis asam empedu dari kolesterol. Contoh obat :
No. Nama obat Dosis
1. Kolesteramin 12-24 gram dibagi menjadi 1-4 dosis sehari
2. Kolestipol 1-2 kali sehari, setiap minum 2 gram
(Sukandar et al, 2013)
b) Niasin
Mekanisme kerjanya mengurangi sintesis hepatik VLDL, yang akan
mengarah pada pengurangan sisntesis LDL. Niasin juga meningkatkan
HDL dengan mengurangi katabolismenya. Dosis niasin 2 gram tiga kali
sehari (Sukandar et al, 2013).
c) Inhibitor HMG COA reduktase (Statin)
Mekanisme kerjanya menghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril
koenzim A (HMG-CoA) reduktase, mengganggu konversi HMG-CoA
reduktase menjadi mevalonat, tahap yang menentukan dalam biosintesis
kolesterol de-novo. Contoh obat :
No. Nama obat Dosis
1. Atorvastatin 1 kali sehari 10-20 mg
2. Simvastatin 1 kali sehari 10-20 mg
3. Lovastatin 1 kali sehari 10-20 mg, setiap sore
4. Pravastatin 1 kali sehari 10-40 mg, setiap malam
(Sukandar et al, 2013)
d) Asam fibrat
Mekanisme kerjanya mengurangi sintesis VLDL . Contoh obat :
No. Nama obat Dosis
1. Gemfibrozil 1,2 gram dibagi menjadi 2 dosis atau 1 kali
sehari 900 mg pada sore hari
2. Fenofibrat 1 kali sehari 200 mg
3. Klofibrat 2 gram dibagi menjadi beberapa dosis
(Sukandar et al, 2013)
e) Ezemtimib
Mekanisme kerjanya mengganggu absorbsi kolesterol dari
membran fili saluran cerna. Dosisnya 10 mg per hari, diberikan dengan
atau tanpa makan (Sukandar et al, 2013).
d. Terapi non farmakologi
1. Therapeutic Lifestyle Change (TLC) dimulai sejak awal kunjungan ke
dokter dan termasuk terapi diet, pengurangan berat badan, dan
peningkatan aktifitas fisik.
2. Terapi diet yang objektif adalah menurunkan langsung konsumsi lemak
total, lemak jenuh dan kolesterol untuk mendapatkan berat badan yang
sesuai.
3. Peningkatan konsumsi serat larut dalam bentuk oat, pektin, gum yang
membantu menurunkan kolesterol total.
4. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten
(Sukandar et al, 2013).
b. Patofisiologi
Hipertensi primer : Asupan natrium dan peningkatan sirkulasi hormon
natriuretik yang menginhibisi transpor natrium intraseluler, menghasilkan
peningkatan reaktivitas vaskuler dan tekanan darah.
Hipertensi sekunder : Adanya penyakit ginjal kronik dan renovaskuler.
c. Terapi farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah >
6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat
≥ 2. Antihipertensi hanya menghilangkan gejala tekanan darah tinggi dan
tidak penyebabnya. Maka, obat pada hakikatnya harus diminum seumur
hidup, tetapi setelah beberapa waktu dosis pemeliharaan pada umumnya
dapat diturunkan (Tjay and Rahardja, 2002). Adapun obat-obat antihipertensi,
yaitu :
a) Diuretik
b) Β-Blocker
Obat Dosis
Propranolol Dua kali sehari, setiap minum 40-80 mg
hidroklorida
Asebutolol 1 kali sehari 400 mg atau 2 kali sehari, setiap minum
200 mg
Atenolol 1 kali sehari 50-100 mg
Bisoprolol fumarat 1 kali sehari 5 mg
Metoprolol 100 mg perhari atau dibagi setiap 12 jam
Nadolol 40-320 mg per hari
c) Penghambat Andenoreseptor Α (Α -Bloker)
h) Reserpin
Obat Dosis
Hidralazin 40 – 50 mg dibagi beberapa dosis
Minoksidil 1 kali sehari 40-50 mg
(Sukandar et al, 2013)
j) Inhibitor Simpatetik Postganglion
Mekanisme kerjanya mengosongkan norepinefrin dari terminal saraf
simpatetik postganglionik dan inhibisi pelepasan norepinefrin terhadap
respon stimulasi saraf simpatetik. Hal ini mengurangi curah jantung dan
resistensi vaskuler perifer. Contoh obat :
Obat Dosis
Guanethidin 1 kali sehari 25 – 50 mg
(Sukandar et al, 2013)
5. Iskemia jantung
a. Definisi
Penyakit Iskemik Jantung (PIJ), dikenal juga penyakit arteri koroner
(PAK), didefinisikan sebagai kekurangan oksigen dan penurunan atau tiak
adanya aliran darah ke miokardium yang disebabkan oleh penyempitan atau
terhalangnya arteri koroner. PIJ dapat terjadi pada gejala koroner akut
(GKA), yang melibatkan angina pectoris tidak stabil dan infark miokardinal
akut (IMA) berhubungan dengan perubahan EKG baik peningkatan pada
bagian ST (STEMI) atau peningkatan bagian non-ST (NSTEMI). PJI dapat
muncul juga sebagai miokard infark (MI) didiagnosis hanya oleh penanda
biokimia, angina eksersional stabil kronis, iskemia tanpa gejala, atau iskemia
disebabkan vasospasmus arteri koroner (angina prinzmetal atau varian)
(Sukandar et al, 2013).
b. Patofisiologi
Faktor utama miokardial tergantung oksigen (MV02) adalah denyut
jantung, kontraktilitas, dan tekanan darah pada dinding intramiokardial
selama sistol. Tekanan darah pada dinding dipertimbangkan sebagai
faktor yang paling penting. Karena akibat dari PIJ terjadi peningkatan
kebutuhan oksigen yang disuplai, perubahan dalam MV02 berperan pada
terjadinya iskemik dan gangguan yang terjadi tersebut bermaksud untuk
mengurangi perubahan tersebut.
System koronari normal terdiri dari banyak epikardial atau permukaan
pembuluh (R1) yang memberikan tahanan kecil pada aliran miokardial
dan arteri intramiokardial dan arteriol (R2) yang bercabang ke dalam
jaringan kapiler tebal untuk mensuplai aliran darah dasar. Dibawah
kondisi normal, tahanan R2 lebih besar dari pada R1. Aliran darah
miokardial berhubungan secara terbalik dengan tahanan arteriol dan
berhubungan langsung dengan tekanan yang mengatur coroner (Sukandar
et al, 2013).
c. Terapi Farmakologi
a) Senyawa Pemblok ß-Bloker
Mekanisme kerja obat-obat Senyawa Pemblok ß-Bloker dengan
cara menekan efek hormone epinefrin atau adrenalin, yaitu hormone yang
berperan dalam membuka sirkulasi darah sehingga membuat jantung
berdenyut lebih lambat dan mengurangi beban jantung untuk menyuplai
darah agar tekanan darah bisa diturunkan. Selain itu, penghambat beta
berguna untuk melebarkan pembuluh darah agar sirkulasi darah berjalan
lancar. Macam – macam obat :
Nama Obat Dosis
Propanolol Dosis HT dan jantung : 0,2-0,5mg/kgBB (dewasa 10-20mg)
per 6-8 jam dapat ditingkatkan sampai dengan maksimal
1,5mg/kgBB (maksimal 80mg) per 6-8 jam jika perlu. Sediaan
tab 10mg, 40mg.
Atenolol Dosis : 0,5 – 1 mg/kgBB (dewasa 25-50mg) per 12-24 jam.
Sediaan tab 50 mg, 100 mg
(Sukandar et al, 2013)
b) Nitrit
Mekanisme kerja nitrit yang bekerja dengan cara melebarkan
pembuluh darah, sehingga memperlancaraliran darah dan mempermudah
jantung untuk memopa darah. Macam – macam obat :
Nama Obat Dosis
Isosorbide Dosis : sub lingual : 0,1 – 0,2 mg/KgBB onset kerja ± 5-10
dinitrat menit (max 10 mg). berikan setiap 5 menit s/d keluhan nyeri
dada mereda maksimal 3 kali pemberian, setelah itu jika tak
teratasi pertimbangkan nitrat injeksi jika tak ada kontra
indikasi. Sediaan tab 5 mg, 10 mg, 20 mg.
Glyceryl Dosis : sub lingual : 1 tab 0,5 mg per kali pemberian.
trinitrat Oral : 5-15 mg/ hari dibagi 2-3 dosis. Sediaan tab sub lingual
0,5 mg.
(Sukandar et al, 2013)
6. Henti kardiopulmonari
a. Definisi
Cardiopulmonary arrest atau henti kardiopulmonari adalah tertundanya
sirkulasi dan ventilasi spontan secara tiba-tiba akibat gangguan jantung dan
pernafasan (Cardiac or Respiratory Event). Resusitasi kardiopulmonari
(Cardiopulmonary Resuscitation, CPR) menghasilkan ventilasi dan sirkulasi
buatan hingga dapat membantu kerja jantung (Advanced Cardiac Life
Support, ACLS) dan menghasilkan sirkulasi secara spontan (Sukandar et al,
2013).
b. Patofisiologi
Henti kardiopulmonari pada orang dewasa umumnya terjadi akibat
aritmia. Aritmia yang terjadi adalah fibrilasi ventrikel (VF) dan takikardia
ventrikel tanpa denyut (PVT). Pada anak-anak, henti kardiopulmonari
seringkali menjadi kejadian akhir dari syok progresif atau gagal pernafasan
(Sukandar et al, 2013).
c. Terapi Farmakologi
a) Epinefrin dapat diberikan dalam dosis yang identik dengan dosis untuk
pengobatan VF dan PVT.
b) Atropin sulfat dapat menghambat efek depresan asetilkolin sehingga
menurunkan tonus parasimpatik. Dosis yang direkomendasikan 1 mg
IV, dapat diulang setiap 3-5 menit hingga dosis total mencapai 0,04
mg/kg. dosis kurang dari 0,5 mg harus dihindari untuk mencegah
bradikardia paradoksik (Sukandar et al, 2013).
d. Terapi Nonfarmakologi
Pasien yang mengalami VF harus memperoleh minimal tiga kali
defibrilasi elektrik sebesar 200 joule untuk sentakan pertama dan 200-
360 joule untuk sentakan kedua dan ketiga, jika tiga kali defibrilasi
elektrik tidak berhasil, pasien harus menerima CPR selama 1 menit.
Hipotermia dapat melindungi pasien dari luka otak besar (cerebral
injury) dengan menekan terjadinya reaksi kimia yang etrjadi setelah
kembalinya aliran darah sehabis henti jantung (Sukandar et al, 2013).
7. Stroke
a. Definisi
Stroke adalah penurunan fungsi sistem syaraf utama secara tiba-tiba yang
berlangsung secara 24 jam dan diperkirakan berasal dari pembuluh darah.
Serangan iskemia sementara atau Transient ischemic attacks (TIAs) adalah
penurunan fungsi iskemia sistem syaraf utama iskemia menurun selama
kurang dari 24jam dan biasanya kurang dari 30 menit (Sukandar et al, 2013).
b. Patofisiologi
Faktor Risiko Stroke
Faktor risiko tidak dapat dimodifikasi untuk stroke antara lain
peningkatan usia, laki-laki, ras (Amerika-Afrika, Asia, Amerika Latin)
dan turunan.
Faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi antara lain hipertensi dan
penyakit jantung (contohnya penyakit jantung koroner, gagal jantung,
hipertropi ventrikel kiri, fibrilasi atrial).
Faktor risiko lainnya antara lain serangan iskemia sementara, diabetes
mellitus, dislipidemia dan merokok (Sukandar et al, 2013).
Stroke Iskemia
Sejumlah 88% dari semua stroke adalah stroke iskemia dan disebabkan
oleh pembentukan thrombus atau emboli yang menghambat arteri
serebral. Aterosklerosis serebral adalah faktor penyebab dalam
kebanyakan masalah stroke iskemia, walaupun 30% tidak diketahui
etiologinya. Emboli dapat muncul dari arteri intra- dan ekstra- kranial.
Duapuluh persen stroke emboli muncul dari jantung.
Pada aterosklerosis karotid, plak dapat rusak karena paparan kolagen,
agregasi platelet dan pembentukan thrombus. Bekuan dapat
menyebabkan hambatan sekitar atau terjadi pelepasan dan bergerak ke
arah distal, pada akhirnya akan menghambat pembuluh serebral.
Dalam masalah embolisme kardiogen, aliran darah yang dapat berhenti
dalam atrium atau ventrikel mengarah ke pembentukan bekuan lokal
yang dapat pelepasan dan bergerak melalui aorta menuju sirkulasi
serebral.
Hasil akhir pembentukan thrombus dan embolisme adalah hambatan
arteri, penurunan aliran darah serebral dan penyebab iskemia dan
akhirnya infark distal mengarah hambatan (Sukandar et al, 2013).
Stroke Pendarahan
Sejumlah 12% stroke adalah stroke pendarahan dan termasuk
pendarahan subarakhnoid, pendarahan intra-serebral, dan subdural
hematomas. Pendarahan subarakhnoid dapat terjadi dari luka berat atau
rusaknya aneurisme intrakranial atau cacat arteriviona. Pendarahan
intraserebral terjadi ketika pembuluh darah rusak dalam parenkim otak
menyebabkan pembentukan hematoma. Subdural hematomas
kebanyakan terjadi karena luka berat.
Adanya darah dalam parenkim otak menyebabkan kerusakan pada
jaringan sekitar melalui efek masa dan komponen darah yang
neurotoksik dan produk urainya. Penekanan terhadap jaringan yang
dikelilingi hematoma dapat mengarah pada iskemia sekunder.
Kenatian dini karena stroke pendarahan kebanyakan disebabkan oleh
peningkatan kerusakan dalam tekanan intrakranial yang mengarah
pada herniasi dan kematian (Sukandar et al, 2013).
c. Terapi Farmakologi
Stroke Iskemia
Alteplase diawali dalam 3 jam munculnya gejala telah diperlihatkan
mengurangi cacat hebat disebabkan stroke iskemia. CT scan harus
dilakukan untuk mencegah pendarahan sebelum terapi dimulai. Pasien harus
diketahui termasuk kriteria inklusi secara spesifik dan bukan kriteria ekslusi.
Dosis 0,9mg/kg (maksimum 90mg) diberikan secara infus intravena sampai
1jam setalah bolus 10% dosis total diberikan sampai 1 menit, terapi
antikoagulan dan antiplatelet seharusnya dihindarkan selama 24jam dan
pendarahan pasien harus dipantau lebih dekat lagi (Sukandar et al, 2013).
Stroke Pendarahan
Saat ini tidak ada strategi farmakologi standar untuk penanganan
pendarahan intraserebral. Panduan medis untuk penatalaksaan tekanan
darah, meningkatkan tekanan intrakranial dan komplikasi medis lain pada
penderita akut di unti perawatan neurointensive seharusmya dijalankan.
Pendarahan subarakhnoid disebabkan aneurisme berhubungan dengan
kejadian iskemia serebral tertunda dalam dua minggu setelah terjadinya
pendarahan. Vasopasmus vaskulatur serebral diduga bertanggung jawab
untuk iskemia tertunda dan terjadi antara 4 dan 21 hari setelah pendarahan.
Bloker kanal kasium nimopidin direkomendasikan untuk mengurangi
kejadian dan keparahan penurunan neurologi efek dari iskemia tertunda.
Nimopidin 60 mg setaip 4jam seharusnya diawali dengan diagnosis dan
berkelanutan untuk 21 hari pada semua pasien pendarahan subarakhnoid.
Jika hipotensi terjadi, dosis dikurangi hingga 30 mg setiap 4 jam sementara
itu volume intravaskuler dipertahankan (Sukandar et al, 2013).
Obat-Obat Untuk Penanganan Stroke
a) Antikoagulan
1. Antikoagulan yang bekerja langsung
Mekanisme kerja : menghambat kerja faktor pembekuan, yaitu protein
dalam tubuh yang berperan dalam proses pembekuan darah
Heparin
Obat Dosis
Heparin-Natrium/-Kalsium Profilaksis “Heparinisasi Dosis Rendah” :
10000-15000 U.I/hari s.k.
Penggunaan sistemik: 20000-30000
Fragmen Heparin U.I./hari i.v (perpanjangan masa
tromboplastin parsial sekitar 1.5-2 kalinya)
Heparinoid : Danaparoid, Hirudin, Lepirudin, Desirudin
Obat Dosis
Danaparoid Bergantung pada bobot dan indikasi
Lepirudin Mula-mula 0,4mg/kg i.v sebagai bolus,
kemudian 0,15mg/kg BB/jam (perpanjangan
sampai 1,5 - 3 kali)
Desirudin 2 x 15 mg/ hari
(Sukandar et al, 2013)
c) Fibrinolitik
Mekanisme Kerja :
tPa : satu satunya fibrinolitik langsung yang mengikat pada fibrin dan
mengaktifkan plasminogen yang terikat di trombus pemecahan
trombus fibrin yang tidak larut menjadi hasil uraian fibrin.
Streptokinase : zat yang didapat dari streptococcus β-hemolyticus, yang
membentuk kompleks dengan plasminogen dan melepaskan plasmin
aktif.
Urokinase : didapat dari urin manusia, membentuk kompleks dengan
plasminogen dan melepaskan plasmin aktif.
APSAC : membentuk kompleks dengan plasminogen dan melepaskan
plasmin aktif.
Obat Dosis
tPa 0.9 mg/kg melalui pembuluh darah (intra venous) selama 60
menit dengan dosis 10% diberikan sebagai bolus awal
selama 1 menit.
Streptokinase Dewasa (i.v): 1,5 juta unit sebagai dosis tunggal melalui
infus selama 1 jam segera setelah onset atau timbulnya
gejala.
Urokinase 1-2 juta unit infus diberikan sekali dalam waktu 15-30
menit.
(Sukandar et al, 2013)
8. Syok
a. Definisi
Syok merupakan kondisi manifestasi perubahan hemodinamik (contoh,
hipotensi, takikardia, rendahnya curah jantung dan oliguria) disebabkan oleh
defisit volum intravaskuler, gagal pompa miokardia (syok kardiogenik) atau
vasodilatasi perifer (septik, anafilaktik atau syok neurogenik). Pada situasi ini
perfusi jaringan tidak adekuat sebagai hasil dari kegagalan sirkulasi
(Sukandar et al, 2013).
b. Patofisiologi
Syok merupakan hasil dari kegagalan sistem sirkulasi untuk
mengantarkan oksigen (O2) yang cukup ke jaringan tubuh secara normal
atau berkurangnya konsumsi O2. Mekanisme umum patofisiologi dari
jenis syok yang berbeda-beda hampir sama kecuali kejadian awalnya.
Syok hipovolemik dikarakterisasi oleh defisiesi volum intravaskuler
karena kerkurangan eksternal atau redistibusi internal dari air
ekstraselular. Syok tipe ini dapat diperburuk oleh hemorrhage, luka
bakar, trauma, operaso, obstruksi intestinal dan dehidrasi dari hilangnya
cairan, pemberian yang berlebihan dari diuretik loop dan diare serta mual
yang parah. Hipovolemia relatif terhadap syok hipovolemik dan terjadi
selama vasodilatasinya signifikan yang disertai anafilaksis, sepsis dan
syok neurogenik.
Penurunan tekanan darah dikompensasikan oleh meningkatnya aliran
keluar simpatetik, aktivasi sitem renin-angiotensin dan faktor humoral
lainnya yang menstimulasi vasokonstriksi perifer. Akibatnya,
vasokonstriksi mendistribusikan kembali darah ke kulit, otot skelet,
ginjal dan saluran gastrointestinal (GI) menuju organ vital (contoh,
jantung, otak) dalam usahanya memelihara oksigenasi, nutrisi dan fungsi
organ (Sukandar et al, 2013).
c. Terapi Farmakologi
1. Dopamin
Mekanisme kerja : digunakan sebagai vasopresor utama pada septik syok
karena obat ini meningkatkan BP melalui peningkatan kontraktilitas
mikoardial dan vasokonstriksi. Dosis : Dosis awal (dewasa), 2-5
mcg/kgBB/menit, tingkatkan secara bertahap hingga 5–10 mcg/kgBB/menit
(Sukandar et al, 2013).
2. Dobutamin
4. Fenilefrin
Mekanisme kerja : merupakan obat yang agonis α1 utama dan dapat
meningkat BP melalui vasokonstriksi, meningkatkan kontraktilitas dan CO.
Dosis : dosis dimulai 0,5 mcg/kgBB/menit (Sukandar et al, 2013).
5. Epinefrin
Mekanisme kerja : Vasokonstriktor (menyempitkan pembuluh darah),
melemaskan otot-otot saluran pernafasan. Dosis : (IM): 0,5 mg diberikan
setiap 5 menit hingga ada tanda-tanda pemulihan kondisi pasien dari syok
anafilaktik. (IV): 0,5 mg suntik perlahan hingga perbaikan kondisi
(Sukandar et al, 2013).
9. Tromboemboli vena
a. Definisi
Tromboemboli vena (TEV) dihasilkan dari pembentukan bekuan dalam
sirkulasi vena dan gejala thrombosis vena dala, (TVD) dan embolisme
pulmoner (EP) (Sukandar et al, 2013).
b. Patofisiologi
Tiga komponen utama yaitu vena static, luka veskuler dan hiperkoagu
labilitas berperan utama pada pembentukan thrombus.
1) Vena static melambatkan aliran darah pada vena dalam pada kaki dihasilkan
dari kerusakan katup vena, hambatan pembuluh darah, watu tidak bergerak
yang lama, atau peningkatan viskositas darah.
2) Luka pembuluh darah dapat dihasilkan dari operasi ortopedik(contoh:
pergeseran lutut dan panggul) luka berat (trutama retak panggul, pinggul
atau kaki) atau penggunaan kateter vena.
3) Tingkat hiperkoagulasi mencakup malignansi, resisten protein C, deisiensi
protein C, protein S atau antitrombin (Sukandar et al, 2013).
c. Terapi
a) Heparin tidak terfraksinasi (HTF) Unfractionated
Heparin mencegah pertumbuhan dan propagasi pembentukan
thrombus dan penguraian bekuan oleh sistem trombolisis yang dimiliki
pasien. Dosis didasarkan pada bobot baadan sebenarnya, Loading dosenya
80-100 unit/kg (maksimum 10.000 unit) diikuti oleh infus IV continue pad
tingkat awal 17020 unit/kg/jam (maksimum 2300 unit/jam).
b) Heparin Bobot Molekul Rendah
Regimen dosis subkutan didasarkan ole bobot badan dan bermaca-
macam tergantung sediaan dan indikas. Dosis yang dianjurkan untuk
pengobatan TVD dengan atau tanpa EP adalah :
Obat Dosis
Enoxapin (Lovenox®) 1 mg/kg setiap 12 jam atau 1,5 mg setip
24 jam
Dalteparin (Fragmin®) 100 unit/kg setiap 12 jam atau 200
unti/kg tiap 24 jam
Tinzaparin (Innohep®) 175 unit/kg setiap 24 jam.
®
c) Danaparoid (Natrium Danaparoid/Orgaran ) aktivitas anitkoagulannya
dihantarkan melalui interaksinya dengan antitrombin.
®
d) Fondaparinu(Natrium Fondaparinu/Arikstra ) adalah inhibitor selektif
untuk factor Xa, obat ini berikatan dengan antitrombin, mempercepat
aktivitasnya. Dosisnya adalah 7,5 mg subkutan sekali sehari.
e) Inhibitor Trombin Langsung, obat ini berkemampuan untuk menghambat
baik thrombin yang bersirkulasi dan terikat bekuan, sehingga obat ini lebih
menguntungkan lebih dari HTF dan HBMR.
Obat Dosis
Lepirudin (Refludan®) 0,4 mg/kg IV bolus perlahan diikuti oleh 0.15
mg/kg/jam infus IV berkelanjutan.
Argatroban 2 µg/kg/menit dengan infus IV kontinu
Bivalirudin (Anginaks®) Infus bolus 1 mg/kg diikuti infus $ jam dengan dosis
2,5 mg/kg/jam
Desirudin (Iprivask®) 15 mg subkutan setiap 12 jam
ANALISA KASUS
Kasus
Tn. M (47 tahun/ 64 kg) datang ke rumah sakit dengan keluhan mual,
muntah, pusing, dan perih lambung. Sebelumnya pasien memiliki riwayat
hipertensi dan diabetes melitus, saat diperiksa tekanan darahnya oleh dokter
160/90 mmHg. Pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan yang cenderung
asin dan manis. Kemudian pasien disarankan untuk rawat inap oleh dokter.
Subjektif
Nama : Tn. M
Umur : 47 tahun
Keluhan : Mual, muntah, pusing, dan perih lambung
Objektif
Analisa DRP
DRP ada indikasi tanpa obat : -
DRP ada obat yang terbalik : -
DRP dosis terlalu rendah :
- Ranitidin digunakan 2 x 1 injeksi sehari (dosis terlalu
rendah)
DRP dosis terlalu tinggi :
- Ramipril digunakan dosis 2,5 mg/ hari (dosis terlalu tinggi)
DRP gagal menerima obat : -
DRP reaksi efek samping : -
DRP interaksi obat :
Obat yang berinteraksi Potensi interaksi obat Solusi
Candesartan - ramipril Meningkatkan resiko Menggunakan kombinasi
hipotensi, hiperkalemia, dan obat yang lain
gangguan ginjal
Ramipril - furosemid Meningkatkan resiko Monitor secara rutin
hipotensi akut, infusiensi tekanan darah pasien
ginjal
Ramipril - metformin Ramipril meningkatkan Monitor secara rutin
toksisitas metformin dan kadar glukosa pasien
meningkatkan resiko
hipoglikemia
Candesartan - Candesartan meningkatkan Monitor secara rutin
Furosemid dan furosemid menurunkan kadar potasium pasien
kadar serum potasium
DRP ada obat tanpa indikasi : -
Plan
Terapi farmakologi
Menurunkan dosis ramipril menjadi 1,25 mg/hari
Menaikkan dosis ranitidin menjadi 3-4 x sehari 50 mg.
Menyarakan dokter untuk mengganti obat atau mengatur jarak minum
obat untuk obat yang memiliki interaksi dan mengurangi terapi yang
memiliki khasiat sama yang diminum secara bersamaan
KIE
Menjelaskan kepada pasien mengenai obat yang diresepkan
danpenggunaannya yang tepat, seperti nama obat, besarnya dosis,
frekuensi penggunaan.
Disarankan untuk pasien mengkonsumsi permen apabila mengalami
gejala hipoglikemia, salah satunya pusing dan lemas.
Pasien disarankan untuk memakai sandal pada saat berjalan, karena
dikhawatirkan pasien tidak menyadari adanya luka apabila berjalan
tidak menggunakan sandal.
Pasien disarakan untuk rutin mengecek tekanan darah dan kadar
glukosa darah.
Monitoring
Monitoring tekanan darah
Monitoring glukosa darah
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. 2014. Heart Disease and Stroke Statistics. AHA
Statistical Update, p. 205.
Streiff, M.B, Agnelli, G, Connors, J.M. 2016. Guidance for the treatment of deep
vein thrombosis and pulmonary embolism. J Thromb Thrombolysis. 41.
Fihn, S.D., et al. 2012. Guidline For The Diagnosis And Management Of Patients
With Stable Ischemic Heart Disease. Circulation. 126(25).
Anderson, D., Larson, D., Bluhm, J., Charipar, R., Fiscus, L., Hanson, M. 2012.
Diagnosis And Initial Treatment Of Ischemic Stroke. Institute for clinical
systems improvement. 1.
European Society of Cardiology (ESC). 2016. Guideline for the Diagnosis and
Treatment of Acute and and Chronic Heart Failure.
Tjay T.H. dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Jakarta : PT. Gramedia