Anda di halaman 1dari 26

PATOFISIOLOGI

“penyakit infeksi sistem pencernaan atas”

Anggota kelompok :

Riski alfika sari (2018 31 045)

Ulvisari (2018 31 050)

Windi (2018 31 051)

Dosen pengampu:

Kasyani, S,Gz, MPH

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN BAITURAHIM JAMBI

PRODI S1 ILMU GIZI


DEFINISI PENYAKIT INFEKSI

Menurut Potter & Perry (2005) adalah Proses Infasi oleh mikroorganisme
dan berpoliferasi didalamtubuh yang menyebabkan sakit. Sedangkan
menurut Kozier, et al (1995) penyakit infeksi adalah Invasi tubuh oleh mo
dan berproliferasi dalam jaringantubuh.

SISTEM PENCERNAAN ATAS.

Sistem pencernaan itu terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus halus,
usus besar, rektum lalu anus. Namun sistem pencernaan atas hanya terdiri
dari mulut, esofagus, dan lambung.

1. MULUT.

Mulut merupakan bagian dari tubuh kita yang sangat vital, sebab
disanalah tempat masuknya makanan yang kita makan. Oleh sebab itu
kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut sangatlah penting. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit gigi dan mulut,
antara lain seperti diet yang tidak sehat, mengkonsumsi minuman
alkohol dan merokok yang berbahaya dan berlebihan, dan kebersihan
mulut yang tidak terawat, jamur dan bakteri. Beberapa macam
penyakit gigi dan mulut yang biasa dijumpai antara lain :

1. Penyakit periodontal (gingvitis&periodontitis).

Adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi.


Pemyakit periodontal hanya dapat mengenai gingiva (gingvitis) atau
dapat menyerang struktur yang lebih dalam (periodontitis).

A. GINGIVITIS
Inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di
sekitar gigi atau jaringan gingiva (Nevil, 2002).Disebabkan 2 faktor
: primer (plak), skunder (kerbersihan mulut & genetik). Bakteri-
bakteri dalam plak terbentuk, menyebabkan gusi-gusi meradang
(merah dan bengkak) dan seringkali dengan mudah berdarah
sewaktu menyikat gigi. Jika gingivitis dibiarkan dan tidak dirawat
maka akan berlanjut menjadi infeksi gusi yang serius yaitu
periodontitis.

B. PERIODONTITIS

Periodontitis adalah peradangan yang mengenai jaringan


pendukung gigi, disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat
menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligamen periodontal,
tulang alveolar dan disertai dengan pembentukan poket.
Periodontitis menyebabkan perusakan jaringan yang permanen
yang dikarakteristikkan dengan inflamasi kronis, migrasi epitelium
penyatu ke apikal, kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang
alveolar.

Pada orang dengan periodontitis, lapisan bagian dalam dari gusi


dan tulang menjauh dari gigi-gigi dan membentuk kantong-kantong
(pockets). Ruang-ruang kecil ini antara gigi-gigi dan gusi-gusi
mengumpulkan puing-puing (kotoran) dan dapat menjadi
terinfeksi. Sistem imun tubuh melawan bakteri-bakteri
ketika plaque menyebar dan tumbuh di bawah garis gusi.

 ETIOLOGI PENYAKIT PERIODONTAL

Penyebab utama penyakit periodontal adalah adanya


mikroorganisme yang berkolonisasi di dalam plak gigi.
Kandungan dari plak gigi adalah berbagai jenis
mikroorganisme, khususnya bakteri sisanya adalah jamur,
protozoa dan virus. Peningkatan jumlah organisme Gram
negatif di dalam plak seperti Porphiromonas gingivalis,
Actinobacillus actinomycetemcomitans, Tannerela
forsythia dan Treponema denticola menginisiasi infeksi
periodontal.
 GAMABARAN KLINIS
1. Inflamasi gingiva dan perdarahan

Inflamasi gingiva merupakan tanda yang penting dalam


penyakit periodontitis, manifestasi dari inflamasi menjadi
kurang nyata dengan perkembangan periodontitis. Biasanya
gingiva berwarna pink, konturnya selalu normal, tidak akan
ada perdarahan saat probing dilakukan dan pasien tidak ada
keluhan perdarahan sewaktu menyikat gigi. Kehadiran dan
keparahan inflamasi gingiva bergantung pada status oral
hygiene penderita, sewaktu oral hygiene buruk, inflamasi
gingiva terlihat nyata dan terjadinya perdarahan saat
menyikat gigi.

2. Pembentukan poket

Pengukuran poket merupakan pemeriksaan yang penting


sewaktu diagnosis periodontal tetapi harus diintepretasi
bersama dengan inflamasi gingiva dan pembengkakan, dan
bukti radiografi kehilangan tulang alveolar. Secara teoritis,
jika tidak ada pembengkakan gingiva, suatu poket dengan
kedalaman lebih dari 2 mm mengindikasi migrasi apikal
dari epitel sulkular.

3. Mobiliti gigi
4. Migrasi gigi

Pergerakan gigi dari posisi asli dalam lengkung rahang


merupakan gambaran dari penyakit periodontal. Posisi gigi
yang sehat dipelihara oleh keseimbangan dari lidah, bibir,
dan daya oklusal. Sewaktu jaringan pendukung hilang, daya-
daya tersebut menentukan pola migrasi gigi.

5. Kehilangan tulang alveolar


6. Halitosis.

Metabolisme dari berbagai bakteri oral, terutama bakteri


Gram-negatif anaerob dalam saliva, sewaktu bereaksi
dengan substrat di dalam mulut, contohnya debris makanan
dan plak, dapat menghasilkan campuran yang mengandung
sulfur seperti hidrogen sulfida dan methylmercaptan yang
mengeluarkan bau yang tidak menyenangkan dalam mulut
dan ketika bernafas.

 DIAGNOSIS

Diagnosis periodontal -> ringkasan informasi dari riwayat


medis dan gigi, dikombinasikan dengan temuan-temuan dari
pemeriksaan klinis dan radiografi.

 PENCEGAHAN

Cara terbaik mencegah penyakit periodontal adalah menjaga


kebersihan mulut dengan baik secara konsisten seperti
menyikat gigi secara teratur.

C. GLOSSITIS

Glossitis merupakan suatu kondisi peradangan yang terJadi pada


lidah yang ditandai dengan terJadinya deskuamasi papila filiformis
sehingga menghasilkan daerah kemerahan yang mengkilat. Glossitis
bisa akut atau kronis. Penyakit ini Juga merupakan kondisi murni dari
lidah itu sendiri atau merupakan cerminan dari penyakit tubuh
yang penampakannya ada pada lidah. Biasanya kondisi ini bisa
menyerang pada semua tingkatan usia. Tetapi nampaknya kelainan ini
sering menyerang pada laki- laki dibandingkan pada wanita.

 KLASIFIKASI GLOSSITIS
a. Atrhopic glossitis.

Ditandai dengan kondisi lidah yang kehilangan rasa karena


degenerasi ujung papil (bagian menonjol pada selaput yang
berlendir di bagian atas lidah). Perasaan lidah terbakar yang
menyebar ke bagian mulut lain yang biasanya dipicu oleh
adanya ulserasi. Lidah terlihat licin dan mengkilat baik seluruh
bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang
paling sering biasanya adalah kekurangan zat besi. Jadi
banyak didapatkan pada penderita anemia.
b. Herpetic geometric glossitis
Terdapat retakan pada dorsum lidah yang bercabang-cabang.

c. Benign migratory glossits.


Ditandai dengan eritema yang dikelilingi garis putih
serpiginosa dan hiperkeratotik.
d. Median rhomboid glossits.
Ditandai dengan kemerahan dan hilangnya papillae di
bagian dorsum lidah di garis tengah di depan papillae
sirkumvalata.

 ETIOLOGI GLOSSITIS
Penyebab glossitis bermacam-macam, bisa lokal dan
sistemik. Penyebab glossitis dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Penyebab Lokal
 bakteri dan infeksi Virus,
trauma atau iritasi mekanis dari sesuatu yang terbakar, gigi
atau peralatan gigi. iritasi lokal seperti dari tembakau,
alkohol dan makanan yang pedas ataupun makan yang
berbumbu,
 alergi dari pasta gigi dan obat kumur.
2. Penyebab sistemik
 kelainan nutrisi, penyakit kulit dan infeksi sistemik,
 keadaan kekurangan gigi (malnutrisi yaitu
kurangnya asupan vitamin, penyakit kulit seperti oral
lichen planus, erythema multiforme, aphthous ulcers,
and pemphigus vulgaris,
 infeksi seperti syphilis and human immunodeficiency
virus. (HIV)

Kadangkala penyebab dari glossitis ini adalah keturunan.


Suatu pemeriksaan yang mendalam merupakan hal yang
perlu dilakukan guna untuk mendapatkan penyebab dari
glossitis ini secara pasti. Kadangkala bila penyebabnya tidak
Jelas dan tidak ada kemaJuan setelah dilakukan perawatan,
maka perlu dilakukan biopsi. Pada beberapa kasus, glositis
akan menyembuh pada pasien dengan rawat Jalan. Rawat
inap diperlukan bila pembengkakan pada lidah ini
membesar dan menghalangi Jalannya udara yang kita hisap.

 GAMBARAN KLINIS GLOSSITIS


Tanda dan gejala dari glossitis ini bervariasi oleh karena
penyebab yang bervariasi pula dari kelainan ini. tanda
dasar kelainan ini adalah bahwa lidah menjadi berubah
warnanya dan terasa nyeri. warna yang dihasilkan
bervariasi dari gelap merah sampai dengan merah terang.
Lidah yang terkena mungkin akan terasa nyeri dan
menyebabkan sulitnya untuk mengunyah, menelan atau
untuk berbicara. Lidah yang mempunyai kelainan
ini permukaannya akan terlihat halus. terdapat beberapa
ulserasi atau borok yang terlihat pada lidah ini.
Kondisi ini biasanya memperlihatkan gejala rasa perih,
sakit, terbakar, atau panas pada permukaan lidah. Glossitis
dapat disebabkan oleh berbagai hal dan terapi yang
diberikan sangat tergantung dari penyebab utamanya

 DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis dimulai dari anamnesis. Dari
anamnesis, dapat ditemukan keluhan nyeri lidah, sulit untuk
mengunyah, menelan atau untuk bercakap cakap.
Lidah yang mempunyai kelainan ini permukaannya
akan terlihat halus (pada anemia pernisiosa). Dapat
ditemukan beberapa ulserasi atau borok yang terlihat pada
lidah ini, lidah terlihat bengkak serta adanya perubahan
warna lidah, lidah berwarna pucat pada penderita
anemia pernisiosa dan berwarna merah gelap bila
penyebab glossitis adalah kekurangan Vitamin B yang lain.
Penyebab glossitis secara pasti dicari melalui pemeriksaan
yang mendalam, seperti biopsi.
 PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi
peradangan. Pengobatan glositis tergantung pada
penyebabnya. Antibiotik digunakan untuk pengobatan
infeksi bakteri.
Bila penyebabnya adalah defisiensi besi, maka
diperlukan supplement yang memadai yaitu harus diberikan
zat besi yang merupakan ciri defisiensi utama dari glossitis
ini. Penatalaksanaan pembengkakan dan rasa tidak nyaman
di mulut dilakukan dengan pemberian obat-obatan secara
oral. Obat kumur yaitu campuran setengah teh baking soda
dan dicampur dengan air hangat akan membantu keadaan
ini.
Bila pembengkakan dirasakan parah, bisa diberikan
kortikosteroid.Topikalkortikosteroid juga mungkin berguna
untuk penggunaan sesekali misalnya. triamcinolone dalam
pasta gigi yang diterapkan beberapa kali sehari ketika
diperlukan. Kebersihan mulut yang baik sangat penting.
0indari iritasi seperti tembakau, panas, pedas makanan dan
alkohol.

 PENCEGAHAN
a. Kebersihan rongga mulut merupakan hal yang harus dilakukan.
b. Sikat gigi dan penggunaan dental floss atau benang gigi
merupakan suatu keharusan.
c. Jangan lupa untuk membersihkan lidah setelah makan.
d. Kunjungi dokter gigi secara teratur.
e. Jangan gunakan bahan bahan obat atau makanan yang
merangsang lidah untuk ter'adi iritasi atau agent sensitisasi.
bahan bahan ini termasuk makanan yang panas dan beralkohol.
f. Hentikan merokok dan hindari penggunaan tembakau dalam
jenis apapun.
g. Sebaiknya segera konsultasi ke dokter bila gangguannya
bertambah parah.
h. Bila lidah sudah mengkalangi jalan nafas oleha karena proses
enlargement, bila hal ini terjadi, mutlak diperlukan perawatan
yang lebih intensif.
2. ESOFAGUS.
Merupakan suatu saluran yang menghubungkan mulut dan
lambung. Tidak terjadi proses pencernaan disini. Hanya sebagai
penyalur makanan dari mulut ke lambung.

A. ESOFAGITIS, adalah suatu keadaan dimana mukosa


esofagus mengalami peradangan, dapat terjadi secara
akut maupun kronik. Esofagitis kronis adalah
peradangan di esophagus yang disebabkan oleh luka
bakar karena zat kimia yang bersifat korosif, misalnya
berupa asam kuat, basa kuat dan zat organik.
 KLASIFIKASI
a. Esofagitis Peptik (Refluks) duodenum esofagus. Cairan ini
mengandung asam, pepsin, atau cairan empedu. Inflamasi
mukosa esofagus yang disebabkan oleh refluks cairan
lambung.
b. Esophagitis Refluks Basa
Terjadinya refluks cairan dari duodenum langsung ke
esofagus, misalnya pada pos gastrektomi total dengan
esofagoduodenostomi atau esofagojejenostomi.
c. Esofagitis Infeksi
- Esophagitis Candida (Monialisis) Terjadi karena
gangguan system kekebalan motilitas esofagus
- Esophagitis Herpes Disebabkan oleh infeksi virus
herpes zoster/herpes simpleks
d. Esophagitis yang disebabkan oleh bahan kimia
- Esophagitis Korosif Terjadi karena masuknya bahan
kimia yang korosif ke dalam esofagus. Hal ini
biasanya terjadi karena kecelakaan atau dalam usaha
bunuh diri.
- Esophagitis karena obat (pil esophagitis)
Disebabkan oleh pil atau kapsul yang ditekan karena
tertahan di esofagus dan kemudian mengakibatkan
timbulnya iritasi dan inflamasi.

 ETIOLOGI
a. Hiatal hernia
b. Medikamentosa yang dapat mengiritasi esofagus,
termasuk di dalamnya:
 NSAID, misalnya aspirin, ibuprofen, atau naproxen
 Obat untuk osteoporosis (bifosfonat), seperti
alendronate, ibandronate, atau risedronate
 Antibiotic, seperti tetrasiklin atau klindamisin
 Obat lainnya, seperti mycophenolate atau quinidine
c. Vitamin dan mineral supplements, seperti vitamin C, Fe,
dan potassium pills.
d. Infeksi. Orang yang memiliki system imun rendah
berisiko mengalami esophagitis, seperti orang yang
mengidap HIV, diabetes, gangguan ginjal, lanjut usia, dan
orang yang mengonsumsi steroid.
e. Terapi radiasi
f. Scleroderma
g. Alergi makanan, khususnya seafood, susu, kacang, kedelai,
atau telur

 GAMBARAN KLINIS

• Heartburn

• Nyeri ketika menelan

• Sulit saat menelan makanan atau minuman

• Nyeri dada (mirip dengan nyeri dada pada serangan jantung)


• Batuk Terkadang dapat ditemukan keluhan berikut: Mual
atau muntah, Demam, Belly pain.

 PENATALAKSANAAN

Pemberian obat penekan asam lambung dapat dilakukan untuk


menekan asam lambung dan risiko refluks asam. Pada
esofagitis akibat infeksi jamur, pemberian obat antijamur dapat
menyembuhkan infeksi jamur pada esofagus ini.
Jika terjadi penyempitan saluran kerongkongan yang cukup
parah, maka kemungkinan dokter akan melakukan
pembedahan untuk melebarkan esofagus.

 PENCEGAHAN

Hindari merokok , jaga berat badan dalam rentang berat


badan ideal. Gunakan obat penekan asam lambung. Jangan
mencoba menelan bahan korosif yang dapat melukai esofagus.

Apabila menderita refluks asam lambung, terdapat beberapa


hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi refluks asam.
Misalnya dengan cara menaikkan posisi kepala saat tidur dan
menghindari makan sebelum jam tidur.

B. KANKER ESOFAGUS, Kanker esofagus merupakan


keganasan yang terjadi pada esofagus. Keganasan yang
paling sering menyerang adalah jenis karsinoma
epidermoid. Sedangkan jenis lainnya leomiosarkoma,
fibrosarkoma, atau melanoma malignum tapi sangat
jarang terjadi. 4 Kanker esofagus adalah karsinoma yang
berasal dari epitel berlapis gepeng yang melapisi lumen
esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam
(mukosa) dan tumbuh higga ke dalam lapisan
submukosa dan lapisan otot.

 KLASIFIKASI KANKER ESOFAGUS, Kanker esofagus dibagi


berdasarkan jenis sel yang terlibat. Mengetahui jenis kanker
esofagus yang anda miliki membantu menentukan pilihan
perawatan yang harus anda jalani. Jenis kanker esofagus
antara lain:

1. Adenocarcinoma dimulai dari sel kelenjar penghasil


lendir di dalam esofagus. Adenocarcinoma terjadi paling
sering pada bagian bawah esofagus.

2. Squamous cell carcinoma. Kanker ini rata dan tipis di


permukaan esofagus. Squamous cell carcinoma sering
terjadi di bagian tengah esofagus. Squamous cell carcinoma
adalah kanker esofagus yang umum di seluruh dunia.
3. Jenis langka lainnya. Kanker esofagus langka antara lain
choriocarcinoma, lymphoma, melanoma, sarcoma dan
kanker sel kecil.

 STADIUM KANKER ESOFAGUS, Ada empat stadium kanker


esophagus yaitu:

1. Stadium I. Kanker ditemukan hanya pada lapisan-lapisan


atas dari sel-sel yang melapisi esophagus.

2. Stadium II. Kanker melibatkan lapisan-lapisan yang lebih


dalam dari lapisan esophagus, atau ia telah menyebar ke
nodus-nodus limfa yang berdekatan. Kanker masih belum
menyebar ke bagian-bagian lain tubuh.

3. Stadium III. Kanker telah menyerang lebih dalam


kedalam dinding esophagus atau telah menyebar ke
jaringan-jaringan atau nodus-nodus limfa dekat esophagus.
Ia masih belum menyebar ke bagian-bagian lain tubuh.

4. Stadium IV. Kanker telah menyebar ke bagian-bagian lain


tubuh. Kanker esophagus dapat menyebar hampir kemana
saja dalam tubuh, termasuk hati, paru-paru, otak, dan
tulang-tulang.

 ETIOLOGI
Pada karsinoma esofagus tidak diketahui adanya satu
faktor tunggal yang menyebabkan terjadinya kanker ini.
Beberapa sumber mengatakan bahwa iritasi kronik
misalnya merokok, minum alkohol, kebiasaan minum panas
dan faktor diit pada beberapa penderita dapat menimbulkan
terjadinya karsinoma. Sedangkan sumber lain mengatakan
bahwa berdasarkan pengalaman menunjukan kebanyakan
penderita yang menderita karsinoma di esofagus
mempunyai riwayat penyakit corrosive injuries yang lama,
striktura kronis dan akhalasia.

 GAMBARAN KLNIS, Tanda dan gejala kanker esofagus


antara lain:
o Sulit menelan.
o Hilang berat badan secara tiba-tiba.
o Nyeri pada dada.
o Lelah.
o Ulsertiva esofagus tahap lanjut.
o Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan
akhirnya dengan cairan.
o Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa
nyeri saat menelan.
o Nyeri atau begah substernal, regurgitasi makanan
yang tak tercerna dengan bau nafas dan akhirnya
cegukan.
o Mungkin terjadi hemoragi, dan kehilangan berat
badan dan kekuatan secara progresif akibat
kelaparan.Pada tahap awal, kanker ini sering tanpa
tanda atau gejala

 DIAGNOSIS, Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan


dengan anamnesis dan pemeriksaan penunjang termasuk
didalamnya imaging studies dan endoskopi.

1. Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED


meningkat, terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat
dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami
peningkatan.

2. Imaging studies

a. Barium swallow Pada uji ini, cairan yang disebut barium


di telan. Barium akan melapisi dinding esofagus. Ketika
dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan membentuk
esofagus dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk
melihat apakah ada kelainan pada permukaan dinding
esofagus. Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk
melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian kecil tumor,
dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium
tidak dapat digunakan untuk menentukan seberapa jauh
kanker telah bermetastase.

b. CT Scan, CT Scan biasanya tidak digunakan untuk


mendiagnosis kanker esofagus, tetapi CT Scan dapat
membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker
esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi dimana kanker
esofagus berada dan dapat membantu dalam menentukan
apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk
kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien diminta
untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian
usus dapat terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan
pada daerah sekitarnya.

3. Endoskopi

a. Upper Endoscopy, Endoskopi merupakan uji diagnostic


yang paling utama untuk mendiagnosis kanker esofagus.
Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker
melalui selang dan melakukan biopsy terhadap jaringan
kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker
yang tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah
diambil kemudian dikirim ke laboratorium, dan dengan
bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan
tersebut merupakan jaringan yang bersifat ganas (kanker).
Jika kanker esophagus menutupi lumen esophagus, maka
lumen tersebut dengan bantuan alat dan endoskopi dapat
dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.

b. Endoscopic ultrasound, Merupakan jenis endoskopi


yang menggunakan gelombang suara untuk melihat gambar
bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna
untuk menentukan ukuran dari kanker esofagus dan
seberapa jauh kanker tersebut telah menyebar ke jaringan
lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman
untuk digunakan.

4. Bronkoskopi dan Mediastinokopi Bronkoskopi, biasanya


dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga tengah
dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah
terkena dan untuk membantu dalam menentukan apakah
lesi dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan
untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus
dan struktur mediastinal lain

 PENCEGAHAN

Tembakau dan alkohol adalah faktor risiko utama dalam


pengembangan sel skuamosa kanker
esophagus,penghentian tembakau dan alkohol secara
signifikan dapat mengurangi resiko terjadinya kanker ini.
Buah buahan dan sayur sayuran yang segar dibandingkan
dengan asupan makanan tinggi nitrosamine atau yang
terkontaminasi dengan racun bakteri atau jamur dapat
menurunkan risiko sekitar 50%.

3. LAMBUNG

Lambung adalah salah satu organ pencernaan pada manusia.


Fungsi lambung yaitu untuk menyimpan makanan sementara
dan mengolah makanan tersebut agar dapat masuk ke usus
kecil.

A. GASTRITIS, terdapat 4 definisi tentang penyakit ini:

1. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan


submukosa lambung (Sudoyo, 2006).

2. Gastitisadalah suatu peradangan mukosa lambung yang


dapat bersifat akut, kronik, difus, atau lokal yang di
sebabkan oleh bakteri atau obatobatan (Price, 2005).

3. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung.


Gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau
indigesti (Mansjoer, 2001).

4. Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa


lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
Erosi karena perlukaan hanya pada bagian
mukosa(Inayah, 2004).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa


gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan
submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau
lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan
lain, sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan atau
perlukaan yang menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan
tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa
dispepsia atau indigesti.

 KLASIFIKASI

1. Gastritis Akut Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa


lambung pada sebagian besar merupakan penyakit yang ringan
dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang
manifestasi klinisnya adalah:

a) Gastritis akut erosif Disebut erosif apabila kerusakan


yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris
(otot-otot pelapis lambung).

b) Gastritis akut hemoragic Disebut hemoragic karena pada


penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung
dalan berbagai derajat dan terjadi erosi 15 yang berarti
hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa
tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung
tersebut. ( Hirlan, 2001)

2. Gastritis Kronis Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis


adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga
perbedaan sebagai berikut :

a) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ;


edema , serta perdarahan dan erosi mukosa.

b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh


lapisan mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan
ulkus dan kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini
merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal
dan sel chief.
c) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya
nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular,
tipis, dan hemoragik.

 ETIOLOGI
Menurut Muttaqin(2011) Penyebab dari gastritis antara
lain :
1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid /
OAINS (indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat),
sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi
(mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan
digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.

2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.

3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H.


heilmanii, streptococci, staphylococci, proteus spesies,
clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan secondary
syphilis.

4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus

5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan


phycomycosis

6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,


trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal,
kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks
ususlambung.

7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan


berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan
alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam
empedu ( komponen penting alkali untuk aktivasi
enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambungsehingga menimbulkan respon peradangan
mukosa.

9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan


aliran darah ke lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan
keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan
umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan
respon peradangan pada mukosa lambung.

 Gambaran klinis pada gastritis yaitu:

1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:

a) Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan


hemoragi.

b) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,


kelesuan, mual, dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.

c) Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.

d) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang


mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
18 e) Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun
nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari.
(Smeltzer, 2001)

2. Gastritis Kronis Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus


asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada
gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun
), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau
mual dan muntah. (Smeltzer dan Bare, 2001)

 DIAGNOSIS
1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas.
2. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang
hiperemik
3. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida

4. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci


untuk perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi
perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera

5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa


karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis.

6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan


adanya darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster,
contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan
asam noktura

7. Penyebab ulkus duodenal.

8. Feses: tes feses akan positifH. PyloryKreatinin : biasanya


tidak meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.

 Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:


Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien
untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala
berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi,
maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas.
Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang
sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

a) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum


(missal : alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi
alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer
b) Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari
karena bahaya perforasi.

terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan


sedative, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi
fiberopti mungkin diperlukan.. Gastritis kronis diatasi
dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat,
mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory
data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau
amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ). Pasien
dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin
B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor
instrinsik(Smeltzer, 2001).

 Pencegahan
Jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan atau
minuman pedas dan asam. Hindari makanan berlemak,
karena lemak memang sulit dicerna oleh lambung. Selain
itu, tekstur makanan sebaiknya lembut (lunak)., Sering
mengkonsumsi air putih, karena bisa mengurangi sifat asam
dari makanan atau minuman tersebut. Kurangi
mengkonsumsi minuman teh, kopi atau soft drink. Porsi
makanan sebaiknya tidak terlalu banyak, tetapi sedikit
dengan frekuensi sering., Bila harus mengkonsumsi obat-
obatan penahan nyeri (analgetik), maka sebaiknya diminum
setelah makan dan tidak dalam keadaan kosong (Supriatna,
2009).

B. GASTEONTERITIS, Gastroenteritis adalah radang dari


lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan
atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585).

Menurut WHO (1997) diare adalah buasngair besar atau cair


lebih dari tiga kali. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa gastroentritis adalah peradangan pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare yaitu buang air besar
lebih dari 3 x dengan konsistensi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah (Ngatiyah, 1997).

 Etiologi, Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa


faktor (Nelson, 1998: 20) yaitu:
1. Faktor infeksi, Infeksi bakteri, Infeksi virus,Infeksi
parasite
2. Faktor mal absorbs

3. Faktor makanan Makanan yang basi, makanan yang


beracn dan seseorang yang alergi terhadap makanan
yang dapat menyebabkan diare.

4. Faktor psikologi Rasa takut dan cemas dapat menjadi


pencetus terjadinya diare.

 Gambaran Klinis -> Gambaran klinis diare menurut


(Sighmun,2000;283) adalah:
1. Gelisah
2. Suhu tubuh meningkat
3. Anus dan daerah sekitarnya lecet.
4. Tinja cair, warna = kehijau-hijauan, disertai
lendir dan darah
5. Muntah
6. Berat badan menurun
7. Dehidrasi
 Diagnosis
1. Pemeriksaan labolatorium
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa
dalam dasar astrup bila menentukan PH,
keseimbangan, analisa gas darah /astrup, bila
memungkinkan
c. Pemeriksaan kadar umum untuk mengetahui fungsi
ginjal
2. Pemeriksaan elektrolit Untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada
pasien gastroenteritis kronik

 Penatalaksanaan, gastroenteritis akut karena infeksi pada


orang dewasa terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab
infeksi.
3. Memberikan terapi simtomatik
4. Memberikan terapi definitif.

Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang


penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan
Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya
rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja.
Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik
(0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik.
Pada keadaan gastroenteritis akut awal yang ringan
dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya
jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.
Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung
dengan cara/rumus:

Metode Pierce Berdasarkan keadaan klinis, yakni:


* gastroenteritis ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* gastroenteritis sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* gastroenteritis ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

 Pencegahan
 Tidak berbagi penggunaan peralatan makan dan mandi
dengan orang lain.
 Membersihkan barang yang diduga telah terkontaminasi
virus atau bakteri.
 Menghindari konsumsi makanan mentah atau belum terlalu
matang.
 Membersihkan kamar mandi dan dapur secara rutin,
terutama gagang pintu, dudukan toilet, peralatan masak,
dan lantai dapur.
 Mengonsumsi air minum kemasan dan menghindari
penggunaan es batu saat Anda sedang bepergian. Anda juga
dianjurkan menggunakan air kemasan untuk menggosok
gigi saat bepergian.
DAFTAR PUSTAKA

Berkowitz, Aaron. Alih bahasa oleh Hartono Andry. 2013. Lecture


Notes Patofisiolgi Klinik. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.

https://prodiaohi.co.id/gingivitis-atau-periodontitis

Langlais RP, Miller CS. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang
lazim. Alih bahasa. Susetyo B. Jakarta- Hipokrates. 2001: 46.

Pindborg Jens J. Kanker dan Prakanker Rongga Mulut. Alih bahasa -


Lilian Yuwono. Jakarta EGC : 2009.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4580822/

http://eprints.ums.ac.id/31251/3/4._BAB_2.pdf

https://emedicine.medscape.com/article/174223-overview

https://www.webmd.com/digestive-disorders/esophagitis#1

Jamil, Syamsul. 2010. Karsinoma Esofagus.

Gay D eslichk Ph. D, Mmed Sc. Esophageal Cancer: A Historical


Perspective. Sciene direct.

How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life.


Clinical and Experimental Gastroenterology, p.97.

Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education.


2015;42(7):504-8.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing;
2009.

Depkes RI., 2012. Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi.


http://www.depkes.go.id/index.php

Riddle, M., DuPont, H. and Connor, B. (2016). ACG Clinical Guideline:


Diagnosis, Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections
in Adults. The American Journal of Gastroenterology, 111(5),
pp.602-622

Anda mungkin juga menyukai