Anda di halaman 1dari 13

TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL, TEORI KONFLIK, DAN KAITANNYA

DENGAN KASUS ANEMIA GIZI BESI PADA IBU HAMIL

MATA KULIAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI GIZI

Dosen Pengampu : Adilita Pramanti, S.Sos., M.Si.

Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Aulia Restifani Aldhira (P213311180013)
2. Dinda Chairunnisa (P21331118021)
3. Hana Nisrina (P21331118039)
4. Nurullita Putri Aisha (P21331118059)
5. Varel Duta Alingga (P21331118077)

Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II

Jalan Hang Jebat III Blok F3, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120

Jakarta 2019
PENGERTIAN TEORI KONFLIK
Teori konflik merupakan perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang
membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi yang berbeda
dengan kondisi semula. Teori ini berdasarkan pada pemilikan sarana produksi sebagai unsur pokok
pemisahan kelas dalam masyarakat.

TEORI KARL MARX


Dalam pandangan Karl Marx kehidupan sosial merupakan :

1. Masyarakat serbagai arena yang didalamnya terdapat berbagai bentuk pertetangan.


2. Negara dipandang sebagai pihak yang terlibat aktif dalam pertentangan dengan berbagai
pihak kepada kekuatan yang dominan.
3. Paksaan (coercion) dalam wujud hukum dipandang sebagai faktor utama untuk memelihara
lembaga-lembaga sosial, seperti milik pribadi (property), perbudakan (slavery), kapital yang
menimbulkan ketidaksamaan hak dan kesempatan. Kesenjangan sosial terjadi dalam
masyarakat karena bekerjanya lembaga paksaan tersebut yang bertumpu pada cara-cara
kekerasan, penipuan, dan penindasan. Dengan demikian, titik tumpu dari konflik sosial
adalah kesenjangan sosial.
4. Negara dan hukum dlihat sebagai alat penindasan yang digunakan oleh kelas yang berkuasa
(kapitalis) demi keuntungan pribadi.
5. Kelas-kelas dianggap sebagai kelompok-kelompok sosial yang mempunyai kepentingan
sendiri yang bertentangan satu sama lain.

Menurut teori Karl Marx pendekatan konflik terdiri dari 2 kelas yaitu :

Masyarakat didasarkan pada kepemilikan sarana dan alat produksi (properti). Berdasarkan teorinya,
Marx membedakan kelompok menjadi 2 yaitu :

1. Kelas Borjuis : kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yaitu perusahaan
sebagai modal dalam usaha.
2. Kelas Proletar : kelompok yang tidak memiliki suasana dan alat produksi maka hanya
menjual tenaga untuk memenuhi kebutuhan.
TEORI RALF DAHRENDORF
Menurut Dahrendorf tidak selalu pemilik sarana- sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada
abad kesembilan belas. Ia memaparkan perubahan yang terjadi di masyarakat industri semenjak abad
kesembilan belas. Diantaranya:

1. Dekomposisi modal

Menurut Dahrendorf timbulnya korporasi- korporasi dengan saham yang dimiliki oleh orang
banyak, dimana tak seorang pun memiliki kontrol penuh merupakan contoh dari dekomposisi
modal. Dekomposisi tenaga.

2. Dekomposisi Tenaga kerja

Di abad spesialisasi sekarang ini mungkin sekali seorang atau beberapa orang mengendalikan
perusahaan yang bukan miliknya, seperti halnya seseorang atau beberapa orang yang
mempunyai perusahaan tapi tidak mengendalikanya. Karena zaman ini adalah zaman keahlian
dan spesialisasi, manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai- pegawai untuk memimpin
perusahaanya agar berkembang dengan baik.

3. Timbulnya kelas menengah baru

Pada akhir abad kesembilan belas, lahir kelas pekerja dengan susunan yang jelas, di mana para
buruh terampil berada di jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah.

Pertentangan kelas sebagai satu bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial.
Menurutnya, ada dasar baru bagi pembentukan kelas yaitu sebagai pengganti konsepsi
pemilikan sarana produksi dan sebagai dasar perbedaan kelas itu. Hubungan-hubungan
kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur bagi kelahiran kelas.

Dahrendorf mengakui terdapat perbedaan di antara mereka yang memiliki sedikit dan banyak
kekuasaan. Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis. Tetapi pada dasarnya tetap
terdapat dua kelas sosial yaitu, mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. Dalam analisisnya
Dahrendorf menganggap bahwa pertentangan kelompok mungkin paling mudah di analisis bila
dilihat sebagai pertentangan mengenai ligitimasi hubungan-hubungan kekuasaan. Dalam setiap
asosiasi, kepentingan kelompok penguasa merupakan nilai-nilai yang merupakan ideologi
keabsahan kekuasannya, sementara kepentingan-kepentingan kelompok bawah melahirkan
ancaman bagi ideologi ini serta hubungan-hubungan sosial yang terkandung di dalamnya.
Sumber : https://www.academia.edu/8893218/TEORI_KONFLIK_SOSIAL

Teori Struktural Fungsional


Teori struktural fungsional seringkali disebut sebagai perspektif fungsionalisme adalah teori yang
mengemukakan tentang keseimbangan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kesimbangan ini
diperoleh karena masyarakat dianggap sebagai susunan organisme yang saling berkiatan antara satu
dengan lainnya. Organisme yang terbentuk dalam masyarakat menyebabkan adanya stabiltas tatanan
sosial yang di dapatkan dari berbegai bentuk lembaga sosial masyarakat, baik lembaga ekonomi, lembaga
politik, lembaga hukum, ataupun lembaga pendidikan.

Teori Struktural Fungsional Menurut Para Ahli


Emile Durkheim
Teori struktural fungsional menurut Emile Durkheim adalah susunan masyarakat sebagai bagian tatanan
sosial yang mengindikasikan bahwa memiliki hidup harmonis. Fungsionalisme fokus pada struktur sosial
yang levelnya makro dalam masyarakat, hal ini juga ia tegaskan bahwa masyarakat sebagai kenyataan
objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.

Talcott Parsons
Talcott Parsons, adalah ahli sosiologi yang memberikan penjelasan mengenai teori struktural fungsional
sebagai bagian keseimbangan dalam institusi sosial, yang diakuinya akan eksis atau dikenal masyarakat
apabila berhasil menjalankan tugas serta fungsinya dengan baik, tanpa memberikan perbedaan
sedikitpun.

Robert K. Merton
Robert K. Merton, adalah tokoh sosiologi yang banyak menjelasakan tentang kelompok sosial, bahkan ia
sendiri menjelaskan anomi sebagai prilaku dalam penyimpangan sosial yang dapat menganggu hubungan
masyarakat. Pada dasarnya Robert memberikan pandangan bahwa struktural fungsional adalah
kehidupan masyarakat dalam kesimbangan sosial yang akan berjalan jika keteraturan sosial di fungsikan
dengan baik.

Dari penjelasan mengenai teori struktural fungsional menurut para ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa
teori ini mengemukakan bahwa masyarakat adalah bagian organisme yang akan memilih hidup dengan
kedamaian, ketentraman, dan ketenagan. Setiap masyarakat memiliki keinginan untuk menciptakan
kehidupannya dangan baik, yakni melalui cara berkelompok.
Padangan dalam teori struktural fungsional ini juga membawa manusia bahwa hidup ini tidak bisa terpisah
dari fakta sosial serta realitas sosial yang akan menjadi kesimbangan sosial jika masyarakat mau
bergabung menjadi satu, tanpa adanya persihan yang akan mendorong konflik sosial masyarakat.

Hubungan antara teori konflik dan teori struktural fungsional


Didalam perspektif konflik, pada dasarnya masyarakat itu selalu dalam kondisi konflik. Karena
adanya kepentingan-kepentingan yang bertentangan inilah yang akhirnya juga bisa menimbulkan
konflik. Kepentingan yang bertentangan inilah yanga akhirnya juga bisa menimbulkan konflik.
Kepentingan yang bertentangan antar kelomook yang mendominasi dan didominasi. Dalam pandangan
Dahrendorf mengenai pengaturan pengaturan sosial untuk membentuk suatu struktural, pasti disana
terdapat kekuatan-kekuatan yang berupa konflik yang saling bertentangan karena adanya perbedaan-
perbedaan kepentingan akan memunculkan suatu kelompok konflik pada kelompok yang dikuasai.
Dalam teori sttuktural fungsional pun juga tak pernah bisaa terlepas dari sebuah ketagangan-
ketegangan atau gesekan-gesekan. Hal tersebut tentunya dapat dikatakan sebagai hal yang wajar
terjadi. Akan tetapi hal tersebut nantinya juga bisa teratasi dengan adanya penyesuaian-penyesuaian.
Dari berbagai asumsi, dikatakan bahwa dalam perspektif struktural fungsional , pada dasaranya
masyarakat itu memilikisebuah titik penyeimbang ketika ada sebuah konflik. Karena memang pada
dasarnya dalam teori ini masyarakat lebihditekankan untuk selalu tercipta konsensus dan keseriasan.
Jika didalam masyarakat itu ada konflik, itu hanyalah ketegangan ataupun penyimpanan yang pada
akhirnya nanti akan kembali pada kondisi konsensus maupu keseimbangan lagi. Sistem personal agar
bisa terintegrasi didalam sistem sosial serta bagaimana pula titik keseimbangan itu bisa tercipta. Dengan
menggunakan kedua mekanisasi ini , dimungkinkaan akan tercipta struktur yang padu dan harmonis
anatar sistem personal dengan sistem sosial. Selain itu ada juga kontrol sosial, maksudnya disini sangat
diperlukan kontrol yang dilakukan masyarakat kepada individu agar individu selalu berada didalam
koridor nilai nilai yang dianut masyarakat.karena bila individu bergerak diluar nilai nilai yang dianut
masyarakat, maka itu akan terjadi penyimpangan terhadap nilai nilai yang ada didalam masyarakat itu.
Dan bila itu tidak segera ditanggulangi, maka itu akan mengancam integrasi yang ada di masyarakat.

Teori Anemia Gizi Besi pada ibu Hamil


GANGGUAN SEL DARAH MERAH

A. DEFINISI

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah suatu penurunan dari normal terhadap eritrosit, jumlah haemoglobin dan
hematokrit yang disebabkan oleh perdarahan, berkurangnya produksi eritrosit atau peningkatan
penghancuran sel darah merah. (Sharon Mantik Lewis, 2000, hal. 736).

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
Hb dan Ht di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000).

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin atau jumlah eritrosit lebih
rendah dari keadaan normal yaitu bila Hb berkurang dari 14 g/dl dan hematokrit kurang dari
41% pada pria atau Hb kurang dari 12 g/dl dan hematokrit kurang dari 37% pada wanita. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2000, hal. 547).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 ).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 ).
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari
12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester
II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi,
jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak
hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar
(1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan
zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian
tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau
Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/
bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua
(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg
(20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2
gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan
mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri
dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk
meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat
usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat
besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi
perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba,
2001).
2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi
lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat
dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah,
kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan
oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada
beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat
membantu penderita ini.
D. GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
 Ibu mengeluh cepat lelah,
 Sering pusing,
 Mata berkunang-kunang,
 Malaise,
 Lidah luka,
 Nafsu makan turun (anoreksia),
 Konsentrasi hilang,
 Nafas pendek (pada anemia parah); dan
 Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E. Lima zat gizi yang paling dibutuhkan saat hamil berikut ini:

1. Kalsium

Saat ibu hamil, kalsium dibutuhkan dalam jumlah yang tinggi. Sebab zat yang satu ini
dibutuhkan bayi dalam kandungan dalam proses pembentukan dan pertumbuhan gigi dan tulang.
Selain itu, kalsium yang cukup juga akan menjaga ibu dari penyakit tulang selama kehamilan
dan setelah melahirkan.

Jika ibu mengonsumsi cukup kalsium saat hamil, maka risiko penurunan kepadatan tulang akan
menurun. Selain itu, kalsium juga akan membantu menjaga tekanan darah ibu hamil lebih stabil
sehingga terhindar dari hipertensi

2. Zat besi

Zat besi ditubuhkan tubuh untuk membuat sel darah merah. Dan saat ibu tengah mengandung,
kebutuhan zat yang satu ini tentunya akan bertambah. Sebab janin juga membutuhkan pasokan
darah. Hal ini membuat kebutuhan zat besi ibu meningkat hingga dua kali lipat.

Dengan memenuhi asupan zat besi, ibu akan terhindari dari penyakit anemia. Risiko melahirkan
secara prematur pun akan menurun. Jika selama kehamilan ibu tidak mendapat cukup zat besi,
kamu mungkin akan lebih sering dan mudah merasa lelah. Selain itu, virus dan infeksi pun akan
lebih mudah menyerang

3. Asam folat
Zat gizi yang satu ini termasuk yang paling dibutuhkan ibu hamil. Asam folat pada ibu hamil
dapat membantu mencegah bayi dari kecacatan, termasuk kelainan pada otak dan sumsum tulang
belakang. Kemungkinan keguguran, kelahiran prematur dan anemia selama masa hamil pun
dapat ditekan jika ibu memiliki cukup asupan. Hal inilah yang menyebabkan asam folat sangat
penting bahkan sebelum ibu merencanakan kehamilan.

4. Protein

Jika ibu memiliki asupan protein yang cukup, maka tak perlu khawatir lagi tentang
perkembangan janin dalam perut. Sebab zat gizi yang satu ini dapat membantu dan
menyempurnakan pertumbuhan janin, bahkan hingga ia terlahir. Dalam jangka panjang, protein
yang sering dikonsumsi ibu saat hamil pun akan menjaga pertumbuhan bayi.

5. Vitamin

Ibu hamil harus banyak mendapatkan vitamin D. Karena vitamin yang satu ini dapat menjamin
pertumbuhan tulang dan gigi bayi yang tengah dikandung. Salah satu sumber vitamin D terbaik
adalah sinar matahari. Untuk itu, selalu sempatkan diri untuk berjemur di pagi hari, sebelum ibu
beraktivitas.

Selain vitamin D, ibu juga harus memperhatikan kecukupan vitamin C untuk tubuh. Vitamin C
berperan untuk meningkatkan kekebalan tubuh, menjaga kesehatan pembuluh darah serta
menjaga sel darah merah. Penyerapan zat besi pun semakin sempurna berkat vitamin C.

F. 14 Makanan penangkal anemia untuk ibu hamil

Pisang

Pisang adalah sumber zat besi dan mineral. Makan pisang saat sarapan dapat menjadi pilihan
tepat untuk mengobati atau mencegah anemia selama kehamilan

Kurma

Kurma dikenal karena kemampuannya dalam meningkatkan produksi hemoglobin. Anda bisa
mengonsumsi kurma sebagai camilan manis yang dapat meningkatkan produksi darah merah.

Oatmeal

Oatmeal dapat melawan anemia selama kehamilan. Selain mudah dicerna, oatmeal dapat
memberikan mineral yang diperlukan tubuh, bersama dengan zat besi.

Kacang-kacangan

Kacang-kacangan merupakan sumber zat besi untuk mencegah anemia. Ini juga bisa menjadi
camilan sehat yang menemani Anda saat bekerja atau beraktivitas di rumah.
Brokoli

Brokoli adalah sayuran berdaun hijau yang baik dikonsumsi saat hamil. Ini adalah sumber
vitamin, zat besi dan folat.

Daging merah

Daging merah dapat membantu Anda mendapatkan cukup zat besi untuk memerangi anemia
selama kehamilan. Kandungan zat besi dari sumber hewani lebih mudah diserap daripada sumber
nabati.

Bayam hijau

Bayam adalah makanan super untuk para ibu hamil. Bayam adalah pemasok zat besi dan folat
untuk memerangi anemia selama kehamilan.

Delima

Delima adalah sumber makanan yang kaya zat besi. Sertakan delima dalam menu harian Anda
jika Anda mencari solusi untuk memerangi anemia selama kehamilan.

Kismis

Kismis adalah buah anggur yang dikeringkan. Kismis akan menjadi pilihan yang baik untuk
melawan anemia selama kehamilan.

Kuning telur

Kuning telur mengandung banyak zat besi. Mengonsumsi telur dapat membantu menjaga
hemoglobin dalam jumlah normal.

Biji-bijian

Biji-bijian membantu Anda untuk tetap sehat dengan mencegah anemia selama kehamilan.
Semua jenis biji-bijian akan menjaga hemoglobin dalam jumlah normal.

Kerang

Kerang adalah makanan yang kaya zat besi. Masukkan kerang dalam menu harian Anda untuk
membantu mengatasi anemia selama kehamilan.

madu

Jika Anda mengalami anemia selama kehamilan, sertakan madu dalam menu harian Anda. Madu
adalah sumber zat besi yang dapat melawan anemia.
Jus jeruk

Jus jeruk merupakan sumber vitamin C, yang dapat membantu dalam penyerapan zat besi.
Mengonsumsi vitamin C dapat membantu memerangi anemia selama kehamilan.

Hubungan kasus anemia zat besi pada ibu hamil dengan teori konflik dan struktural
fungsional
 Kasus :
Pemerintah dalam upaya menurunkan anemia zat besi pada ibu hamil dengan cara pemberian
Tablet Tambah Darah (TTD). Tetapi sayangnya, tingkat kepatuhan ibu hamil untuk mengonsumsi
tablet tambah darah demi mencegah anemia sangat rendah. Padahal, anemia pada ibu hamil
berdampak bukan hanya pada ibu tetapi juga pada janin. "Ibu yang menderita anemia berat
berisiko mengalami perdarahan saat persalinan dan kematian. Sementara bayinya beresiko lahir
dengan berat rendah serta prematur," kata dr. Elvina Karyadi, Direktur Micronutrient Initiave
Indonesia (MI). Menurut rekomendasi, ibu hamil minimal harus mengonsumsi 90 tablet tambah
darah yang dimulai sejak awal kehamilan sampai masa nifas. "Minum kurang dari 90 tablet tidak
akan berpengaruh pada anemianya," kata Elvina dalam acara paparan penelitian diseminasi
anemia pada ibu hamil yang diadakan MI dan Yayasan IBU di Jakarta, Rabu (29/8/12) .
Meskipun kebijakan suplementasi tablet tambah darah (TTD) sudah dicanangkan pemerintah
sejak tahun 1970-an tetapi prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih tinggi.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada tahun 2001, prevalensi anemia pada usia
subur sebesar 40 persen. Sementara hasil Riskesdas Kementerian Kesehatan tahun 2010
menunjukkan, 80 persen perempuan usia 10-59 tahun telah mendapatkan TTD tetapi hanya 18
persen saja yang rutin mengonsumsinya sesuai anjuran. Dalam salah satu penelitian yang
dilakukan Puslitkes Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bekerja sama dengan
MI tahun 2012 di empat kecamatan di Kabupaten Lebak dan Purwakarta diketahui kebanyakan
ibu hamil berhenti mengonsumsi TTD karena efek sampingnya seperti mual, muntah, dan
sembelit. Selain itu persoalan akses dan distribusi TTD juga masih menemui kendala di daerah
terpencil. Sejak bulan Maret 2012, MI bekerjasama dengan Yayasan IBU dan dinas kesehatan
provinsi melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil lewat penguatan program
suplementasi TTD. Pelaksanaan awal program ini dilakukan di Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat dan Kabupaten Lebak, Banten. Menurut direktur Yayasan IBU Ridwan Gustiana, tujuan
dari program tersebut adalah perluasan cakupan dan meningkatkan ketaatan ibu hamil dalam
mengonsumsi tablet tambah darah. "Tujuan utama dari program ini adalah perubahan perilaku ibu
hamil. Dari hasil survei di lapangan kami temui masih banyak persepsi salah di masyarakat
tentang anemia," kata Ridwan. Salah satu upaya yang sudah dilakukan antara lain peningkatan
pengetahuan petugas kesehatan mulai dari dokter puskesmas, bidan, hingga para kader posyandu.
"Cara berkomunikasi juga diperbaiki sehingga ibu hamil mendapat manfaat yang jelas tentang
manfaat konsumsi suplemen TTD," kata Ridwan.
 Hubungan kasus dengan teori

Kasus ini sering terjadi dikalangan ibu hamil. Kasus ini bisa dimasukan kedalam dua teori diatas
tetapi lebih utama dan pas terhadap kasus ini adalah Teori Konfik. Karena, teori konfik itu
membahas tentang perubahan sosial yang terjadi melalui penyusuaian nilai-nilai yang membawa
perubahan, tetapi terjadi konflik yang menghasilkan kompromi yang berbeda dengan kondisi
semula. Dalam kasus ini terdapat perubahan sosial pada ibu hamil yang tidak lagi disiplin dalam
mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) yang sebenarnya dapat mengurangi tingkat anemia
pada ibu hamil. Berdasarkan kasus, ibu hamil tidak disiplin menkonsumsi Tablet Tambah Darah
yang amat penting untuk pemenuhan zat besi bagi ibu hamil dan janin. Kasus ini menjelaskan
bahwa tidak teraturnya ibu hamil dalam konsumsi TTD karena efek sampingnya seperti mual,
pusing dan muntah. Hal ini menyebabkan perubahan sosial bagi ibu hamil yang tidak ingin lagi
terartur dalam konsumsi TTD yang menyebabkan tingkat anemia pada ibu hamil tinggi.

Anda mungkin juga menyukai