Disusun oleh :
Kelompok 7
1. Aulia Restifani Aldhira (P213311180013)
2. Dinda Chairunnisa (P21331118021)
3. Hana Nisrina (P21331118039)
4. Nurullita Putri Aisha (P21331118059)
5. Varel Duta Alingga (P21331118077)
Jalan Hang Jebat III Blok F3, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
Jakarta 2019
PENGERTIAN TEORI KONFLIK
Teori konflik merupakan perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang
membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi yang berbeda
dengan kondisi semula. Teori ini berdasarkan pada pemilikan sarana produksi sebagai unsur pokok
pemisahan kelas dalam masyarakat.
Menurut teori Karl Marx pendekatan konflik terdiri dari 2 kelas yaitu :
Masyarakat didasarkan pada kepemilikan sarana dan alat produksi (properti). Berdasarkan teorinya,
Marx membedakan kelompok menjadi 2 yaitu :
1. Kelas Borjuis : kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yaitu perusahaan
sebagai modal dalam usaha.
2. Kelas Proletar : kelompok yang tidak memiliki suasana dan alat produksi maka hanya
menjual tenaga untuk memenuhi kebutuhan.
TEORI RALF DAHRENDORF
Menurut Dahrendorf tidak selalu pemilik sarana- sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada
abad kesembilan belas. Ia memaparkan perubahan yang terjadi di masyarakat industri semenjak abad
kesembilan belas. Diantaranya:
1. Dekomposisi modal
Menurut Dahrendorf timbulnya korporasi- korporasi dengan saham yang dimiliki oleh orang
banyak, dimana tak seorang pun memiliki kontrol penuh merupakan contoh dari dekomposisi
modal. Dekomposisi tenaga.
Di abad spesialisasi sekarang ini mungkin sekali seorang atau beberapa orang mengendalikan
perusahaan yang bukan miliknya, seperti halnya seseorang atau beberapa orang yang
mempunyai perusahaan tapi tidak mengendalikanya. Karena zaman ini adalah zaman keahlian
dan spesialisasi, manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai- pegawai untuk memimpin
perusahaanya agar berkembang dengan baik.
Pada akhir abad kesembilan belas, lahir kelas pekerja dengan susunan yang jelas, di mana para
buruh terampil berada di jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah.
Pertentangan kelas sebagai satu bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial.
Menurutnya, ada dasar baru bagi pembentukan kelas yaitu sebagai pengganti konsepsi
pemilikan sarana produksi dan sebagai dasar perbedaan kelas itu. Hubungan-hubungan
kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur bagi kelahiran kelas.
Dahrendorf mengakui terdapat perbedaan di antara mereka yang memiliki sedikit dan banyak
kekuasaan. Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis. Tetapi pada dasarnya tetap
terdapat dua kelas sosial yaitu, mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. Dalam analisisnya
Dahrendorf menganggap bahwa pertentangan kelompok mungkin paling mudah di analisis bila
dilihat sebagai pertentangan mengenai ligitimasi hubungan-hubungan kekuasaan. Dalam setiap
asosiasi, kepentingan kelompok penguasa merupakan nilai-nilai yang merupakan ideologi
keabsahan kekuasannya, sementara kepentingan-kepentingan kelompok bawah melahirkan
ancaman bagi ideologi ini serta hubungan-hubungan sosial yang terkandung di dalamnya.
Sumber : https://www.academia.edu/8893218/TEORI_KONFLIK_SOSIAL
Talcott Parsons
Talcott Parsons, adalah ahli sosiologi yang memberikan penjelasan mengenai teori struktural fungsional
sebagai bagian keseimbangan dalam institusi sosial, yang diakuinya akan eksis atau dikenal masyarakat
apabila berhasil menjalankan tugas serta fungsinya dengan baik, tanpa memberikan perbedaan
sedikitpun.
Robert K. Merton
Robert K. Merton, adalah tokoh sosiologi yang banyak menjelasakan tentang kelompok sosial, bahkan ia
sendiri menjelaskan anomi sebagai prilaku dalam penyimpangan sosial yang dapat menganggu hubungan
masyarakat. Pada dasarnya Robert memberikan pandangan bahwa struktural fungsional adalah
kehidupan masyarakat dalam kesimbangan sosial yang akan berjalan jika keteraturan sosial di fungsikan
dengan baik.
Dari penjelasan mengenai teori struktural fungsional menurut para ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa
teori ini mengemukakan bahwa masyarakat adalah bagian organisme yang akan memilih hidup dengan
kedamaian, ketentraman, dan ketenagan. Setiap masyarakat memiliki keinginan untuk menciptakan
kehidupannya dangan baik, yakni melalui cara berkelompok.
Padangan dalam teori struktural fungsional ini juga membawa manusia bahwa hidup ini tidak bisa terpisah
dari fakta sosial serta realitas sosial yang akan menjadi kesimbangan sosial jika masyarakat mau
bergabung menjadi satu, tanpa adanya persihan yang akan mendorong konflik sosial masyarakat.
A. DEFINISI
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah suatu penurunan dari normal terhadap eritrosit, jumlah haemoglobin dan
hematokrit yang disebabkan oleh perdarahan, berkurangnya produksi eritrosit atau peningkatan
penghancuran sel darah merah. (Sharon Mantik Lewis, 2000, hal. 736).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
Hb dan Ht di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin atau jumlah eritrosit lebih
rendah dari keadaan normal yaitu bila Hb berkurang dari 14 g/dl dan hematokrit kurang dari
41% pada pria atau Hb kurang dari 12 g/dl dan hematokrit kurang dari 37% pada wanita. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2000, hal. 547).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 ).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 ).
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari
12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester
II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi,
jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak
hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.
B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar
(1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
E. Lima zat gizi yang paling dibutuhkan saat hamil berikut ini:
1. Kalsium
Saat ibu hamil, kalsium dibutuhkan dalam jumlah yang tinggi. Sebab zat yang satu ini
dibutuhkan bayi dalam kandungan dalam proses pembentukan dan pertumbuhan gigi dan tulang.
Selain itu, kalsium yang cukup juga akan menjaga ibu dari penyakit tulang selama kehamilan
dan setelah melahirkan.
Jika ibu mengonsumsi cukup kalsium saat hamil, maka risiko penurunan kepadatan tulang akan
menurun. Selain itu, kalsium juga akan membantu menjaga tekanan darah ibu hamil lebih stabil
sehingga terhindar dari hipertensi
2. Zat besi
Zat besi ditubuhkan tubuh untuk membuat sel darah merah. Dan saat ibu tengah mengandung,
kebutuhan zat yang satu ini tentunya akan bertambah. Sebab janin juga membutuhkan pasokan
darah. Hal ini membuat kebutuhan zat besi ibu meningkat hingga dua kali lipat.
Dengan memenuhi asupan zat besi, ibu akan terhindari dari penyakit anemia. Risiko melahirkan
secara prematur pun akan menurun. Jika selama kehamilan ibu tidak mendapat cukup zat besi,
kamu mungkin akan lebih sering dan mudah merasa lelah. Selain itu, virus dan infeksi pun akan
lebih mudah menyerang
3. Asam folat
Zat gizi yang satu ini termasuk yang paling dibutuhkan ibu hamil. Asam folat pada ibu hamil
dapat membantu mencegah bayi dari kecacatan, termasuk kelainan pada otak dan sumsum tulang
belakang. Kemungkinan keguguran, kelahiran prematur dan anemia selama masa hamil pun
dapat ditekan jika ibu memiliki cukup asupan. Hal inilah yang menyebabkan asam folat sangat
penting bahkan sebelum ibu merencanakan kehamilan.
4. Protein
Jika ibu memiliki asupan protein yang cukup, maka tak perlu khawatir lagi tentang
perkembangan janin dalam perut. Sebab zat gizi yang satu ini dapat membantu dan
menyempurnakan pertumbuhan janin, bahkan hingga ia terlahir. Dalam jangka panjang, protein
yang sering dikonsumsi ibu saat hamil pun akan menjaga pertumbuhan bayi.
5. Vitamin
Ibu hamil harus banyak mendapatkan vitamin D. Karena vitamin yang satu ini dapat menjamin
pertumbuhan tulang dan gigi bayi yang tengah dikandung. Salah satu sumber vitamin D terbaik
adalah sinar matahari. Untuk itu, selalu sempatkan diri untuk berjemur di pagi hari, sebelum ibu
beraktivitas.
Selain vitamin D, ibu juga harus memperhatikan kecukupan vitamin C untuk tubuh. Vitamin C
berperan untuk meningkatkan kekebalan tubuh, menjaga kesehatan pembuluh darah serta
menjaga sel darah merah. Penyerapan zat besi pun semakin sempurna berkat vitamin C.
Pisang
Pisang adalah sumber zat besi dan mineral. Makan pisang saat sarapan dapat menjadi pilihan
tepat untuk mengobati atau mencegah anemia selama kehamilan
Kurma
Kurma dikenal karena kemampuannya dalam meningkatkan produksi hemoglobin. Anda bisa
mengonsumsi kurma sebagai camilan manis yang dapat meningkatkan produksi darah merah.
Oatmeal
Oatmeal dapat melawan anemia selama kehamilan. Selain mudah dicerna, oatmeal dapat
memberikan mineral yang diperlukan tubuh, bersama dengan zat besi.
Kacang-kacangan
Kacang-kacangan merupakan sumber zat besi untuk mencegah anemia. Ini juga bisa menjadi
camilan sehat yang menemani Anda saat bekerja atau beraktivitas di rumah.
Brokoli
Brokoli adalah sayuran berdaun hijau yang baik dikonsumsi saat hamil. Ini adalah sumber
vitamin, zat besi dan folat.
Daging merah
Daging merah dapat membantu Anda mendapatkan cukup zat besi untuk memerangi anemia
selama kehamilan. Kandungan zat besi dari sumber hewani lebih mudah diserap daripada sumber
nabati.
Bayam hijau
Bayam adalah makanan super untuk para ibu hamil. Bayam adalah pemasok zat besi dan folat
untuk memerangi anemia selama kehamilan.
Delima
Delima adalah sumber makanan yang kaya zat besi. Sertakan delima dalam menu harian Anda
jika Anda mencari solusi untuk memerangi anemia selama kehamilan.
Kismis
Kismis adalah buah anggur yang dikeringkan. Kismis akan menjadi pilihan yang baik untuk
melawan anemia selama kehamilan.
Kuning telur
Kuning telur mengandung banyak zat besi. Mengonsumsi telur dapat membantu menjaga
hemoglobin dalam jumlah normal.
Biji-bijian
Biji-bijian membantu Anda untuk tetap sehat dengan mencegah anemia selama kehamilan.
Semua jenis biji-bijian akan menjaga hemoglobin dalam jumlah normal.
Kerang
Kerang adalah makanan yang kaya zat besi. Masukkan kerang dalam menu harian Anda untuk
membantu mengatasi anemia selama kehamilan.
madu
Jika Anda mengalami anemia selama kehamilan, sertakan madu dalam menu harian Anda. Madu
adalah sumber zat besi yang dapat melawan anemia.
Jus jeruk
Jus jeruk merupakan sumber vitamin C, yang dapat membantu dalam penyerapan zat besi.
Mengonsumsi vitamin C dapat membantu memerangi anemia selama kehamilan.
Hubungan kasus anemia zat besi pada ibu hamil dengan teori konflik dan struktural
fungsional
Kasus :
Pemerintah dalam upaya menurunkan anemia zat besi pada ibu hamil dengan cara pemberian
Tablet Tambah Darah (TTD). Tetapi sayangnya, tingkat kepatuhan ibu hamil untuk mengonsumsi
tablet tambah darah demi mencegah anemia sangat rendah. Padahal, anemia pada ibu hamil
berdampak bukan hanya pada ibu tetapi juga pada janin. "Ibu yang menderita anemia berat
berisiko mengalami perdarahan saat persalinan dan kematian. Sementara bayinya beresiko lahir
dengan berat rendah serta prematur," kata dr. Elvina Karyadi, Direktur Micronutrient Initiave
Indonesia (MI). Menurut rekomendasi, ibu hamil minimal harus mengonsumsi 90 tablet tambah
darah yang dimulai sejak awal kehamilan sampai masa nifas. "Minum kurang dari 90 tablet tidak
akan berpengaruh pada anemianya," kata Elvina dalam acara paparan penelitian diseminasi
anemia pada ibu hamil yang diadakan MI dan Yayasan IBU di Jakarta, Rabu (29/8/12) .
Meskipun kebijakan suplementasi tablet tambah darah (TTD) sudah dicanangkan pemerintah
sejak tahun 1970-an tetapi prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih tinggi.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada tahun 2001, prevalensi anemia pada usia
subur sebesar 40 persen. Sementara hasil Riskesdas Kementerian Kesehatan tahun 2010
menunjukkan, 80 persen perempuan usia 10-59 tahun telah mendapatkan TTD tetapi hanya 18
persen saja yang rutin mengonsumsinya sesuai anjuran. Dalam salah satu penelitian yang
dilakukan Puslitkes Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bekerja sama dengan
MI tahun 2012 di empat kecamatan di Kabupaten Lebak dan Purwakarta diketahui kebanyakan
ibu hamil berhenti mengonsumsi TTD karena efek sampingnya seperti mual, muntah, dan
sembelit. Selain itu persoalan akses dan distribusi TTD juga masih menemui kendala di daerah
terpencil. Sejak bulan Maret 2012, MI bekerjasama dengan Yayasan IBU dan dinas kesehatan
provinsi melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil lewat penguatan program
suplementasi TTD. Pelaksanaan awal program ini dilakukan di Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat dan Kabupaten Lebak, Banten. Menurut direktur Yayasan IBU Ridwan Gustiana, tujuan
dari program tersebut adalah perluasan cakupan dan meningkatkan ketaatan ibu hamil dalam
mengonsumsi tablet tambah darah. "Tujuan utama dari program ini adalah perubahan perilaku ibu
hamil. Dari hasil survei di lapangan kami temui masih banyak persepsi salah di masyarakat
tentang anemia," kata Ridwan. Salah satu upaya yang sudah dilakukan antara lain peningkatan
pengetahuan petugas kesehatan mulai dari dokter puskesmas, bidan, hingga para kader posyandu.
"Cara berkomunikasi juga diperbaiki sehingga ibu hamil mendapat manfaat yang jelas tentang
manfaat konsumsi suplemen TTD," kata Ridwan.
Hubungan kasus dengan teori
Kasus ini sering terjadi dikalangan ibu hamil. Kasus ini bisa dimasukan kedalam dua teori diatas
tetapi lebih utama dan pas terhadap kasus ini adalah Teori Konfik. Karena, teori konfik itu
membahas tentang perubahan sosial yang terjadi melalui penyusuaian nilai-nilai yang membawa
perubahan, tetapi terjadi konflik yang menghasilkan kompromi yang berbeda dengan kondisi
semula. Dalam kasus ini terdapat perubahan sosial pada ibu hamil yang tidak lagi disiplin dalam
mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) yang sebenarnya dapat mengurangi tingkat anemia
pada ibu hamil. Berdasarkan kasus, ibu hamil tidak disiplin menkonsumsi Tablet Tambah Darah
yang amat penting untuk pemenuhan zat besi bagi ibu hamil dan janin. Kasus ini menjelaskan
bahwa tidak teraturnya ibu hamil dalam konsumsi TTD karena efek sampingnya seperti mual,
pusing dan muntah. Hal ini menyebabkan perubahan sosial bagi ibu hamil yang tidak ingin lagi
terartur dalam konsumsi TTD yang menyebabkan tingkat anemia pada ibu hamil tinggi.