Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KERJA PRAKTIK

TINJAUAN PELAKSANAAN DINDING GESER PADA


PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG
ADMINISTRASI KAMPUS B UIN RADEN FATAH
JAKABARING PALEMBANG

DISUSUN OLEH
CITRA AMALIA
03011181621035

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang merupakan
Universitas Islam Negeri yang ada di kota Palembang Sumatera Selatan. Pada
tahun 2014 Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang berubah menjadi
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang yang kita kenal sekarang
sebagai UIN Raden Fatah Palembang. Dalam hal ini UIN Raden Fatah Palembang
terus meningkatkan fasilitas dan kualitasnya sebagai perguruan tinggi yang
menyandang status universitas. Hal ini diwujudkan dengan merenovasi dan
membangun gedung perkuliahan yang baru untuk memfasilitasi mahasiswa UIN
Raden Fatah Palembang.

UIN Raden Fatah Palembang membangun kampus B di jalan Pangeran Ratu


Jakabaring Palembang. Di lahan seluas 15 hektar ada 9 gedung yang sedang
dibangun yakni gedung pusat administrasi, gedung fakultas tarbiyah, gedung
fakultas ekonomi dan bisnis islam sebanyak 2 gedung, gedung perpustakaan
pusat, gedung laboratorium terpadu, fakultas psikologi, dan fakultas sains dan
teknologi sebanyak 2 gedung yang masing-masing terdiri dari 4 lantai dengan
fasilitas yang sedang direncanakan dengan baik.

Pembangunan kampus B UIN Raden Fatah Jakabaring Palembang dibangun


oleh perusahaan BUMN PT. Nindya Karya Persero sebagai kontraktor dan PT.
Deta Dekon sebagai konsultan pengawas. Dalam pembangunannya harus
melewati pengawasan yang ketat, pelaksanaan yang baik dan sesuai dengan
aturan-aturan yang berlaku dimulai dari struktur bawah, struktur atas sampai
finishing. Pada konstruksi atas gedung Administrasi terdapat dinding geser di
setiap sisi gedung tersebut sebanyak enam buah pada setiap lantai dengan bentuk
menyiku pada setiap sudut bangunan, dan pada bagian lift juga terdapat dinding
geser dengan empat tipe dinding geser dengan ukuran dan komposisi penulangan
yang berbeda-beda di setiap tipenya. Dinding geser pada gedung administrasi ini
dibuat untuk memberikan perkuatan terhadap gaya geser terhadap gedung yang

Universitas Sriwijaya
3

diakibatkan oleh angin, gaya gempa, ataupun gaya yang diberikan oleh
pergerakan tanah dasar. Mengingat gedung tersebut dibangun diatas tanah rawa
yang di urug, dan memiliki kualitas tanah dasar yang kurang baik serta tidak stabil
yang akan menimbulkan gaya lateral terhadap bangunan. Maka dari itu
perencanaan terhadap dinding geser harus direncanakan dengan baik dan juga
pada proses pembangunannya harus dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan
gambar rencana yang ada agar fungsi dari dinding geser tersebut dapat berjalan
dengan baik dan dapat meminimalisir kerusakan pada saat gedung menerima gaya
geser yang besar.

Dari latar belakang ini maka dipilih fokus dari laporan kerja praktik yang
akan dibuat yaitu Tinjauan Pelaksanaan dan Perhitungan Struktur Dinding Geser
pada Proyek Pembangunan Gedung Administrasi Kampus B UIN Raden Fatah
Jakabaring Palembang. Laporan ini akan membahas secara rinci dan
komprehensif pelaksanaan dinding geser setinggi 4 lantai dan juga manageman
proyek yang ada di proyek tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang didapat dari latar belakang di atas, yaitu :

1. Bagaimana tahapan-tahapan pelaksanaan struktur dinding geser pada Proyek


Pembangunan Gedung Administrasi kampus B Universitas Islam Raden
Fatah Jakabaring Palembang ?
2. Bagaimana penjadawalan dan organisasi proyek yang ada pada proyek
tersebut ?

1.3. Tujuan
Maka tujuan dari kerja praktik ini, adalah :

1. Meninjau prosedur pelaksanaan pekerjaan struktur dinding geser dimulai


dari perakitan besi tulangan, pemasangan besi tulangan, pemasangan
bekisting, pengecoran, pelepasan bekisting, perawatan dan grouting hasil
pengecoran.

Universitas Sriwijaya
4

2. Meninjau apakah waktu pelaksanaan sesuai dengan kurva s atau tidak dan
bagaimana struktur organisasi pada proyek tersebut.

1.4. Metode Pengumpulan Data


Metodologi penulisan laporan kerja praktek ini adalah dengan pengumpulan
data dan dianalisis serta dibandingkan dengan kondisi realitas yang ada
dilapangan. Adapun data-data diperoleh dengan beberapa cara, yaitu :

1. Data Primer
Merupakan data yang didapat secara langsung di lapangan, yaitu:
a. Observasi
Tinjauan dan penglihatan langsung di proyek secara nyata
b. Wawancara dan Konsultasi
Mengajukan Tanya-jawab dengan pihak yang berada di proyek, dalam
hal ini para pegawai PT NINDYA KARYA (Persero) Tbk seperti
pengawas lapangan, para engineer, serta penanggung jawab HSE, dll.

2. Data Sekunder
Merupakan data yang didapat dari dokumen yang diberikan oleh pihak
proyek yang sesuai dengan kebutuhan penulisan laporan kerja praktik. Dapat juga
berasal dari literatur luar seperti jurnal, buku, maupun prosiding yang terkait
dengan proyek apabila adanya keterbatasan data dari proyek secara langsung.

1.5. Ruang Lingkup Penulisan


Batasan dari laporan kerja praktik yang akan dibuat yaitu pada pelaksaaan
pekerjaan, kendala pada saat pekerjaan, serta perhitungan struktur dinding geser
yang ada pada Proyek Pembangunan Gedung Administrasi Universitas Islam
Raden Fatah Jakabaring Palembang. Perhitungan gaya geser gempa serta
perhitungan struktur dinding geser dilakukan dengan menggunakan aplikasi
SAP2000.

Universitas Sriwijaya
5

1.6 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah penyusunan laporan kerja praktek ini maka disajikan
dalam 6 bab yang tersusun dalam sistematika penulisan laporan kerja praktek ini
adalah :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah,
maksud dan tujuan penulisan, metode pengumpulan data, ruang lingkup
pembahasan dan sistematika penulisan laporan kerja praktik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


Pada bab ini membahas mengenai landasan teori tentang hal yang
berkaitan dengan struktur dinding geser serta teori pelaksanaan yang diperoleh
dari berbagai literatur.

BAB III DESKRIPSI PROYEK


Pada bab ini membahas mengenai data-data umum proyek, data teknis
proyek. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, struktur organisasi proyek, dan
jadwal pelaksanaan.

BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pada bab ini membahas tahapan pelaksanaan konstruksi struktur dinding
geser.

BAB V TINJAUAN MANAJEMEN PROYEK


Pada bab ini membahas tentang bagaimana penjadwalan pada proyek
tersebut dan susunan organisasi pada proyek tersebut.

BAB VI PENUTUP
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan yang berisi hasil kerja praktik
dan saran untuk proyek tersebut.

Universitas Sriwijaya
6

DAFTAR PUSTAKA
Bab ini berisikan referensi-referensi yang digunakan untuk mengambil
hasil dari seluruh hasil tinjauan dan disertai saran yang berguna untuk
menyelaraskan dengan hasil perhitungan teoritis yang digunakan.

Universitas Sriwijaya
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

3.1 Metode Penjadwalan Proyek


Dalam perencanaan penjadwalan proyek merupakan salah satu hal yang
penting, yang didalamnya memberikan infromasi prihal jadwal rencana dan
kemajun proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa tenaga kerja, peralatan,
material, biaya, serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk
menyeesaikan proyek tersebut. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan metode
untuk membuat penjadawalan proyek antara lain sebagai berikut :

3.1.1 Barchart
Barchart diperkenalkan oleh HL Gantt dan Fredick W. Taylor pada tahun
1917 dalam bentuk bagan balok dengan bagan balok sebagai representasi dari
durasi setiap kegiatan. Format bagan balok yang dibuat harus informatif, mudah
dipahami, dan efektif untuk komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan
sederhana.
Menyusunbarchart dapat dibuat secara manual atau dengan menggunakan
komputer. Bagan ini tersusun pada koordinat X dan Y. Pada sumbu tegak lurus X,
tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu atau bulan. Waktu mulai dan waktu
akhir masing-masing pekerjaan adalah ujung kiri dan kanan dari balok - balok
yang bersangkutan, sedangkan pada sumbu horizontal Ydicatat pekerjaan atau
elemen atau paket kerja dari hasil penguraian lingkup suatu proyek, dan digambar
sebagai balok. Pada waktu membuat barchart telah diperhatikan urutan kegiatan,
meskipun belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain.
Pada hal ini apabila terjadi keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan
dikoreksi menjadi sukar untuk dilakukan. ( Husen, 2009 )

3.1.2 Kurva S (Hanumm Curve)


Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm
atas pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek.
Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan

Universitas Sriwijaya
8

bobot pekerjaan yang dipresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh


kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai
kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari
sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan proyek. Indikasi
tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam
pengendalian proses pengendalian proyek. Perbaikan lebih lanjut dapat
menggunakan metode lain yang dikombinasikan, misalnya metode barchart atau
network planning dengan memperbaharui sumber daya maupun waktu pada
masing-masing pekerjaan. Menyusun Kurva S untuk membuat penjadwalan,
jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing kegiatan pada suatu metode
diantara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya
dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi
karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada
pertengahan meningkat dalam jumlah cuku besar, lalu pada akhir proyek volume
kegiatan kembali mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang
dilakukan dapat perhitungan persentase berdasarkan biaya per item Universitas
Sumatera Utara pekerjaan atau kegiatan dibagi total anggaran atau berdasarkan
volume rencana dari komponen kegiatan terhadap volume total kegiatan. Secara
umum langkah-langkah menyusun kurva S adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pembobotan pada setiap item pekerjaan.
b. Bobot item pekerjaan dihitung berdasarkan biaya item pekerjaan dibagi
biaya total pekerjaan dikalikan 100%.
c. Setelah bobot masing-masing item dihitung, lalu distribusikan bobot
pekerjaan selama durasi masing-masing aktivitas.
d. Setelah itu jumlah bobot dari aktivitas tiap periode waktu tertentu,
dijumlahkan secara kumulatif.
e. Angka kumulatif pada setiap periode ini diplot pada sumbu y (ordinat)
dalam grafik dan waktu pada sumbu x (absis).
f. Menghubungkan semua titik didapat kurva S. Pada umumnya kurva S diplot
pada barchart, dengan tujuan untuk mempermudah melihat kegiatan-
kegiatan yang masuk dalam suatu jangka waktu tertentu pengamatan
progress pelaksanaan proyek. ( Husen, 2009 )

Universitas Sriwijaya
9

3.2 Kontrak Proyek Konstruksi


Dalam proyek konstruksi memiliki istilah kontrak yang disebut kontrak
penawaran bersaing, dimana kontrak penawaran bersaing terbagi menjadi dua
jenis. (Husen, 2009)
3.2.1 Kontrak Lumpsump
Kontrak lumpsump merupakan kontrak dimana biaya yang harus
dikeluarkan pemilik proyek berupa suatu jumlah tetap yang didapat dari
perhitungan seluruh aspek pekerjaan sesuai dokumen kontrak, seperti gambar
desain, spesifikasi umum dan teknis, serta aturan – aturan administratif lainnya.
Kontrak lumpsump memiliki karakteristik dimana jumlah biaya yang ditetapkan
sudah memperhitungkan kesulitan – kesulitan dilapangan serta biaya – biaya tak
terduga, sehingga tidak ada biaya tambahan lagi untuk kondisi tersebut, resiko
bagi pemilik proyek kecil, biaya yang harus disediakan diketahui dari awal, dan
bagi pekerjan penggalian tnah dan pekerjaan pondasi kontrak ini tidak cocok
untuk volume pekerjaan tersebut.
3.2.2 Kontrak Unit Price
Didasari atas estimasi volume pekerjaan yang telah diklasifikasi bersama –
sama pemilik proyek dengan jumlah biaya per unit pekerjaan dan memiliki
karaktristik estimasi volume pekerjaan dihitung oleh wakil pemilik proyek seperti
konsultan pengawas bersama kontraktor. Biaya pada awal proyek tidak dapat
ditentukan secara pasti karena volume pekerjaan juga tidak pasti. Perlu
pengawasan ketat karena pembayaran dilakukan atas volume aktual yang harus
disepakati bersama. Biaya akhir yang telah ditetatpkan dengan resikonya
ditanggung bersama berdasarkan kesepakatan yang diperoleh.

3.3Metode Pelaksanaan Konstruksi Gedung


Metode konstruksi merupakan hal inovasi teknologi yang dibutuhkan oleh
persyaratan kontrak. Metode yang dipilih harus disesuaikan dengan kadaan
lingkungan proyek. Salah satu aspek yang ada pada konstruksi gedung adalah
pekerjaan beton bertulang dimana pekerjaan ini meliputi pekerjaan yang
berhubungan dengan pencetakan beton bertulang mulai dari merangkai

Universitas Sriwijaya
10

pembesian, cetakan, pengecoran beton, dan pembukaan cetakan. Dinding geser


merupakan bagian struktur yang terbuat dari struktur beton bertulang.
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang harus dilakukan dengan cara disetujui oleh
direksi atau konsultan pengawas. Hal yang harus diperhatikan dalam
pengangkutan beton ialah tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan –
bahan, tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton
yang sudah dicordan yang akan dicor, dana nilai slump untuk berbagai pekerjaan
beton harus memeuhi SK SNI T- 15.1919.03. cetakan dan acuan beton.
Pengeoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis direksi atau
konsultan pengawas. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan
berjalan diatas penulangan. Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka
tempat penghentian harus disetujui oleh direksi atau konsultan pengawas. Untuk
melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan yang
mengeras harus dibersihkan dan diberi guratan agar permukaannya menjadi kasar
kemudian diberi additive yang memperlambat proses pengersan, untuk pekerjaan
dinding geser dan kolom adukan tidak boleh dicurahkan dari kertinggian yang
lebih tinggi dari 1,5 meter.
Perawatn beton merupakan hal yang penting untuk dilakukan pada saat
dilapangan. Beton harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling
sedikit 14 hari. Dalam hal ini cara yang dilakukan untuk perawatan beton ialah,
dipergunakan karung goni yang selalu basah sebagai penutup beton, hasil
permukaan beton yang memiliki rongga yang mengakibatkan permukaan tidak
rata, dan bahkan memperlihatkan bagian tulangan struktur tersebut maka harus
dibongkar kembali baik seluruh maupun ssebagian sesuaikebutuhan menurut
acuan dan pengarahan dari direksi dan konsultan pengawas, untuk selanjutnya
diganti atau diperbaiki segera atas resiko pemborong.( Sibi, 2018 )

3.3.1. Pemeriksaan Mutu dan Pengujian


Pelaksanaan sistem pengendalian kualitas dijelaskan secara lengkap pada
Kontrak. Manajemen Konstruksi dan Tim Teknis akan memeriksa setiap item
pekerjaan untuk dievaluasi pada setiap aspek.Standar yang akan digunakan pada

Universitas Sriwijaya
11

pekerjaan tersebut sesuai Kontrak, sehingga Kontraktor mengajukan ke


Manajemen Konstruksi dan Tim Teknis, peralatan yang digunakan.Standar lain
dapat juga digunakan yang terutama tertera didalam spesifikasi atau yang disetujui
secara tertulis oleh Manajemen Konstruksi dan Tim Teknis.Disetiap masalah
dimana kualitas dari perencanaan atau material dan metode pengambilan sampel
dan pengujian yang tidak dijelaskan dalam spesifikasi, maka dibutuhkan tes
standar, sebagai berikut:
a. AASHTO American Associate of State Highway and Transportation
Officials
b. ASTM American Society for Testing and Materials
c. JIS Japan Industries Standard
d. SNI Standar Nasional Indonesia
e. Standar lain yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi dan Team Teknis.

Tabel 3.1. merupakan tabel inspeksi pekerjaan sesuai rencana mutu pekerjaan
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Inspeksi
No. Cek Parameter/Dimensi Alat yang dipakai
Pekerjaan
1 Pekerjaan Slump, kuat desak beton, Alat Slump, Cetakan
Beton dimensi Benda Silinder, visual,
meteran
Sumber : Sibi, 2018

Berikut cara pengujian mutu dalam pelaksanaan, akan diuraikan sebagai berikut
menurut Sibi, 2018 :

a. Pekerjaan Cor
Sebelum mulai pekerjaan cor dan setelah persetujuan semua material cor.
Kontraktor akan membuat dan menguji dibawah pengawasan Manajemen
Konstruksi dan Tim Teknis. Dan percobaan pengujian campuran semua tipe
atau kelas cor akan dilakukan pada tabel 3.2 :

Universitas Sriwijaya
12

Tabel 3.2 percobaan pengujian campuran semua tipe atau kelas cor akan
dilakukan.
Material Dan Pengujian Frekwensi Pengujian
Semen - Kontraktor akan menyampaikan total
semen yang akan dikirim atau setiap
jumlah.
- Mill Certificate - pengiriman ditentukan/ persetujuan oleh
- Chemical Analysis Manajemen Konstruksi dan Tim Teknis.
Aggregate Kasar - Sebelum tiap pengujian
- Gradasi - Setiap material yang dikirim ke lapangan
- Kandungan lumpur - Setiap saat bila sumber material ada
perubahan.
- Berat Jenis
- Peresapan air
- Keausan/abrasi
Aggregate Halus
- Gradasi - Sebelum tiap pengujian
- Kandungan lumpur - Setiap material yang dikirim ke lapangan
- Berat Jenis - Setiap saat bila sumber material ada
perubahan
- Peresapan air
- Keausan/abrasi
Beton/Cor - Setiap pendatangan cor pada bagian
pekerjaan.
- pengujian kuat desak - Tiap adukan cor yang akan ditransport
dari Batching plant, set sample kubus
beton
untuk tiap 5 m3 beton campuran yang
dicor atau yang ditentukan dalam
spesifikasi
- Kandungan air - Setiap percobaan campuran (trial mix)
tiap tipe cor

Sumber : Sibi, 2018

b. Prosedur Pengujian Slump Beton


Menurut Sibi, 2018 slump beton merupakan penurunan ketinggian pada pusat
permukaan atas beton yang diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat.
Hasil uji slump digunakan dalam pekerjaan, perencanaan campuran beton dan

Universitas Sriwijaya
13

pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan. Berikut adalah


langkah kerja pengujian slump beton :

1) Membasahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembab, tidak


menyerap air dan kaku. Cetakan harus ditahan secara kokoh di tempat
selama pengisian, oleh operator yang berdiri di atas bagian injakan. Isi
cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis berisi sepertiga dari volume cetakan.
2) Memadatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan batang
pemadat. Sebarkan penusukan secara merata di atas permukaan setiap
lapisan.
3) Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di
atas cetakan sebelum pemadatan dimulai. Bila pemadatan menghasilkan
beton turun dibawah ujung atas cetakan, menambahkan adukan beton
untuk tetap menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan.
4) Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, meratakan permukaan beton pada
bagian atas cetakan dengan cara menggelindingkan batang penusuk di
atasnya. Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat
dalam arah vertikal secara-hati hati. Angkat cetakan dengan jarak 300 mm
dalam waktu 5 ± 2 detik.
5) Setelah beton menunjukkan penurunan pada permukaan, ukur segera
slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan
dan bagian pusat permukaan atas beton.

c. Pengujian Kuat Tekan Beton


Menurut Sibi, 2018 dalam pengujian kuat tekan beton ada beberapa hal yang
harus di persiapkan, antara lain :
1) Penyedia Jasa harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan
benda uji beton dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil
adalah nilai rata-rata dari dua nilai kuat tekan benda uji dalam satu set
benda uji yang terdiri dari 3 benda uji, yang selisih nilai antara keduanya <
5% untuk satu umur, untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis
komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.

Universitas Sriwijaya
14

2) Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus


menyediakan benda uji beton berupa kubus 150 x 150 x 150 mm, dan
harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus
dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan
kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di
laboratorium.
3) Untuk pencampuran secara manual, maka pada pekerjaan beton dengan
jumlah masing- masing mutu beton < 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji
untuk setiap maksimum 5 m3 beton pada interval yang kira-kira sama,
dengan minimum satu hasil uji tiap hari.
4) Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat
hasil untuk masing-masing umur. Apabila pekerjaan beton mencapai
jumlah > 60 m3, maka untuk setiap maksimum 10 m3 beton berikutnya
setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
5) Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton
dengan jumlah masing-masing mutu < 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji
untuk setiap maksimum 15 m3 beton pada interval yang kira-kira sama,
dengan minimum satu hasil uji tiap hari.
6) Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat.
Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3, maka untuk setiap
maksimum 20 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus
diperoleh satu hasil uji.

d. Pekerjaan Penulangan
Baja tulangan harus bebas dari karat, oli, lumpur, dan lain – lain yang
berpengaruh terhadap struktur. Semua gambar penulangan, daftar tulangan dan
rencana pembentukan harus dimintakan persetujuan Manajemen Konstruksi
dan Tim Teknis sebelum pemotongan, pembengkokkan dan pemasangan di
lapangan. ( Sibi, 2018 )

Universitas Sriwijaya
15

3.4. Dinding Geser


3.4.1. Pengertian Dinding Geser
Secara garis besar dinding geser adalah suatu bagian dari struktur atas yang
berbentuk dinding beton yang berfungsi sebagai penahan gaya geser terhadap
gempa bumi, gaya lateral dan beban lainnya dan biasanya terdapat pada bangunan
bertingkat dan bangunan tinggi. Efek beban lateral pada beban struktur sangat
penting diperhatikan pada bangunan bertingkat maupun bangunan bertingkat
tinggi. Penting diprhitungkan bagaiman struktur menahan gaya lateral yang
mempengaruhi desain elemen struktur vertikal dan horizontal. Rangka-rangka
dapat kurang efisien sebagai pemikul beban lateral dibanding dengan dinding
geser atau bracing diagonal. Gedung-gedung bertingkat menengah dan tinggi
seringkali mempunyai rangka dasar yang diperkaku pada tepi. ( Karna, 2015 )

3.4.2. Jenis Dinding Geser


Menurut Karna, 2015 terdapat berbagai jenis dinding geser antara lain
sebagai berikut :
a. Bearing Wall
Struktur dinding pemikul yang berarti memanfaatkan dinding sebagai
penopang beban pada bangunan dengan penambahan fungsi struktural pada
dinding agar dapat menahan beban seperti kolom dan balok yang dapat
menahan beban gravitasi. Karena penyaluran beban vertikal diterima oleh
dinding maka bentuk denah perlantai biasanya dibuat tipikal atau sama di
setiap lantai gedung tersebut.ketebalan dinding ini juga sangat diperhatikan,
dengan menyusun ketebalan dinding di lantai dasar biasanya memiliki tebal
yang lebih besar dari dinding di lantai berikutnya, karena dinding di lantai
dasar menerima beban dari struktur di lantai atas. Semakin keatas ketebalan
dinding semakin menipis sesuai dengan beban gravitasi yang dipikul.
b. Frame wall
Dinding geser pada jenis ini merupakan dinding yang menahan gaya lateral
dan gaya geser yang biasa di letakkan pada tepi-tepi bangunan bagian luar
sebagai dinding luar dan sebagai pengaku. Biasanya dinding tersebut berada

Universitas Sriwijaya
16

diantara dua kolom struktur dan matrial yang dipakai adalah beton
bertulang.
c. Core wall
Merupakan dinding yang berada di dalam gedung yang biasanya
difungsikan sebagai poroslift ataupun dinding tangga yang berfungsi sebagai
pengaku bangunan gedung untuk memenuhi kekakuan linier yang
diperlukan struktur bangunan. Core wall diletakkan searah memanjang
tinggi bangunan. Penggunaan core wall juga dapat menahan gaya puntir
(torsi) akibat eksentrisitas beban atau eksentrisitas struktur. Dari segi bentuk
core wall terdiri dari empat macam yaitu berbentuk segi empat, segi tiga,
lingkaran, dan core wall dengan dua cell dengan pengaku di tengahnya.
Dari keempat bentuk ini memiliki fleksibilitas dan efisiensi yang berbeda
pada struktur bangunan. Kontruksi core wall dapat berupa baja, beton
bertulang, ataupun komposit.

3.4.3. Fungsi Dinding Geser


Menurut Karna 2015 dinding geser memiliki fungsi sebagai berikut:
a. kekuatan
Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang diperlukan untuk
melawan kekuatan gempa horizontal. Ketika dinding geser cukup kuat,
mereka akan mentransfer gaya horizontal ini ke elemen berikutnya dalam
jalur beban di bawah mereka, seperti dinding geser lainnya, lantai, pondasi
dinding, lembaran atau footings.
b. Kekakuan
Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap atau
lantai di atas dari sisi goyangan yang berlebihan. Ketika dinding geser
cukup kaku, mereka akan mencegah membingkai lantai dan atap anggota
dari bergerak dari mendukung mereka. Juga, bangunan yang cukup kaku
biasanya akan menderita kerusakan kurang nonstruktural.

3.4.4. Elemen Struktur Dinding Geser

Universitas Sriwijaya
17

Menurut Imran dkk pada tahun 2008 pada umumnya dinding geser
dikategorikan berdasarkan geometrinya, yaitu sebagai berikut:
a. Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio
hw/Iw ≥ 2, di mana desain dikontrol terhadap perilaku lentur
b. Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/Iw≤
2, di amna desain dikontrol terhadpa eprilaku lentur
c. Coupled shear wall (dinding berangkai), di mana momen guling yang
terjadi akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding geser yang
dihubungkan dengan balok-balok penghubung sebagai gaya tarik dan tekan
yagn bekerja pada masing-masing dasar dinding tersebut.
Shear wall atau lebih dikenal dengan istilah dinding geser adalah element
struktur berbentuk dinding beton bertulang yang berfungsi untuk menahan gaya
geser dan lateral akibat gempa bumi. Dalam merencanakan dinding geser, perlu
diperhatikan bahwa dinding geser yang berfungsi untuk menahan gaya lateral
yang besar akibat beban gempa tidak boleh runtuh akibat gaya lateral. Oleh karena
ini, dinding geser harus didesain untuk mampu menahan gaya lateral yang
mungkin terjadi akibat beban gempa di mana berdasarkan SNI 03-2847-2013
pasal 14.5.3.1, tebal minimum dinding geser (td) tidak boleh kurang dari 100 mm
atau 10 cm.

Dalam pelaksanaannya dinding geser selalu dihubungkan dengan sistem


rangka pemikul momen. Dinding struktural yang biasa digunakan pada gedung
tinggi adalah dinding geser kantilever, dinding geser berangkai, dan sistem
rangka-dinding geser atau dual system. Kerja sama antara sistem rangka penahan
momen dan dinding geser merupakan suatu keadaan khusus, di mana dua struktur
yang berbeda sifat dan perilakunya digabungkan sehingga diperoleh struktur yang
lebih ekonomis. Kerja sama ini dapat dibedakana menjadi beberapa macam sistem
struktur berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 3.49-52 yaitu :

a. Sistem ganda yaitu sistem struktur yang merupakan gabungan dari sistem
rangka momen dengan dinding geser atau bresing. Rangka pemikul momen
sekurnag-kurangnya mampu menahan 25% dari gaya lateral dan sisanya
ditahan oleh dinding geser. Nilai koefisien modifikasi respons (R) yang

Universitas Sriwijaya
18

direkomendasikan untuk sistem ganda dengan Sistem Rangka Pemikul


Momen Khusus adalah 7.
b. Sistem interaksi dinding geser dan rangka yaitu sistem struktur yang
merupakan gabungan dari sistem rangka beton bertulang dan dindng geser
biasa. Nilai R yang direkomendasikan untuk sistem interaksi dinding geser
dan rangka adalah 4,5.
c. Sistem rangka gedung yaitu sistem struktur yang memiliki rangka ruang
pemikul beban gravitasi secara lengkap. Pada sistem ini, gaya lateral akibat
gempa yang terjadi dipikul oleh dinding geser atau rangka bresing.

Universitas Sriwijaya
19

BAB III
DESKRIPSI PROYEK

2.1. Data-Data Proyek


Data proyek terdiri dari data umum dan data teknis proyek. Data umum
proyek merupakan data identitas proyek sedangkan data teknis proyek merupakan
data mengenai perencanaan pekerjaan teknis proyek. Berikut adalah gambaran
umum Proyek Pembangunan Gedung Administrasi Universitas Islam Raden Fatah
Jakabaring Palembang.

2.1.1. Data-Data Umum


Informasi secara umum tentang Proyek Pembangunan Gedung Administrasi
Universitas Islam Raden Fatah Jakabaring Palembang, ini dapat dijelaskan dengan
keadaan sebagai berikut :
Nama Pekerjaan : Constructing of Nine (9) Nine Buildings
and Supporting Infrastructure of UIN
Raden Fatah Palembang.
Lokasi Proyek : Jalan Pangeran Ratu, Kec. Seberang Ulu 1,
Kota Palembang, Provinsi Sumatera
Selatan.
Pemilik Proyek : Universitas Islam Raden Fatah Palembang.
Nomor Kontrak : B-1163/Un.09/17.02/KU.02/10/2018
Nilai Kontrak : Rp. 289.618.674.000,00,-
Sifat Kontrak : Unit Price (Harga Satuan)
Sumber Dana : Islamic Development Bank
Tahun Anggaran : 2018
Waktu Pelaksanaan : 480 hari kalender
Kontraktor Pelaksana : PT Nindya Karya (Persero)
Konsultan MK : PT Deta Decon
Konsultan Perencana : PT Patroon Arsindo

Universitas Sriwijaya
20

2.1.2. Data-Data Teknis


Data teknis proyek adalah data-data peralatan dan material yang digunakan
dalam pelaksanaan proyek. Data teknis proyek ini adalah sebagai berikut:
Gedung yang ditinjau : Gedung Administrasi
Pondasi : Tiang Pancang squarepile 400 mm (DDT70
Ton) L = 32 m
Konstruksi bangunan : Beton Bertulang
Jumlah Lantai : 4 Lantai
Luas Bangunan : 4617,52m²
Tinggi bangunan : 19,21 m
Dinding : Batu Bata Ringan dan beton bertulang
Mutu Beton (fc’) : K-350
Mutu Baja (fy) : BJTD (400 Mpa)
Selimut Beton : 40 mm

Dinding geser pada gedung administrasi kampus B UIN Raden Fatah


Jakabaring Palembang dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini dimana terlihat
terdapat 6 dinding geser yang ada di setiap lantai dan satu dinding geser pada
bagian lift yang. Gambar tampak dan denah di lampirkan pada lampiran 1, 2 dan 3

Gambar 2.1. Gedung Administrasi Kampus B UIN Raden Fatah Jakabaring


Palembang

Universitas Sriwijaya
21

2.2. Lokasi Proyek


Proyek ini terletak di Jalan Pangeran Ratu, Kec. Seberang Ulu 1, Kota
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Peta lokasi dan gambar Site Plan proyek
pembangunan Gedung Administrasi Universitas Islam Raden Fatah Jakabaring
Palembang dapat dilihat pada foto (a) dan (b) Gambar 2.1. berikut ini :

(a)

(b)
Gambar 2.2. Peta Lokasi Pelaksanaan dan Gambar Site Plan Proyek
Constructing of Nine (9) Nine Buildings and Supporting Infrastructure of UIN
Raden Fatah Palembang.

Universitas Sriwijaya
22

BAB IV

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Pekerjaan persiapan


Dalam melakukan pekerjaan pelaksanaan pembuatan dinding geser hal yang
harus kita persiapkan meliputi persiapan material yang akan digunakan dalam
pembuatan dinding geser, alat – alat yang menunjakan berlangsungnya pekerjaan
pembuatan dinding geser agar mempercepat dan mempermudah proses pekerjaan
dinding gesesr, dan juga pekerja yang akan mengerjakan pembuatan dinding geser
yang disesuaikan dengan tingkat keahlian pekerja itu sendiri.

4.1.1.Persiapan Material Bangunan


Dalam pekerjaan proyek pembangunan, material menjadi suatu hal yang
penting. Kualitas material sangat berpengaruh terhadap mutu pekerjaan yang
diharapkan karena mutu yang sesuai dengan perencanaan akan membuat
bangunan tahan dan mencapai umur rencana. Adapun material-material yang
digunakan dalam proyek pembangunan gedung Administrasi Kampus B UIN
Raden Fatah Jakabaring Palembang terkhusus konstruksi dinding geser adalah
sebagai berikut:
a. Beton Ready Mixed
Beton sebagai bahan utama konstruksi yang merupakan campuran dari
semen, agregat halus, agregat kasar, serta air dan bahan admixture. Bahan
admixture yang digunakan sebagai pengencer beton adalah dari batching
plantNindya Beton menggunakan RTD dan water reduced, superplasticizer,
accelerator. Batching plant dari merah putihmenggunakan edmixture
retarder.Beton ready mixed yang dipakai pada proyek ini yaitu berasal dari
tiga batching plantyakni PT Semen Merah Putih, PT Nindya Beton, dan PT
Maju Mix. Mutu beton yang dipakai untuk pengecoran konstruksi dinding
geser yaitu fc’ 29,5 Mpa atau K-350.
b. Baja Tulangan
Material ini merupakan material yang ditempatkan khusus di wilayah
proyek dengan skala banyak karena merupakan material yang pengadaannya

Universitas Sriwijaya
23

didatangkan dari luar kota. Baja tulangan yang dipakai pada proyek ini
adalah :
1. Tulangan Baja Ulir diameter D10, D13, D16,dan D22
2. Merupakan tulangan yang permukaannya diberi sirip teratur dengan
pola tertentu. Tulangan baja ulir yang digunakan pada konstruksi
dinding geser yaitu BJTD 40 dengan diameter ≥ 10 mm seperti yang
ditunjukkan pada foto Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Baja tulangan ulir

c. Formwork Bekisting

Pada konstruksi dinding geser dan kolom besar, diperlukan bekisting


sebagai formwork. Formwork Bekisting merupakan bekisting yang panel –
panelnya telah di pabrikasi dan pada saat dilapangan hanya tinggal di rakit
saja sesuai dengan kebutuhan. Tebal multiplek panel yang digunakan pada
proyek ini setebal 12 mm. Pada proyek ini bekisting ini pengadaanya
dengan sistem menyewa beberapa unit dan pemakaiannya dapat dilakukan
berulang, jadi apabila salah satu dinding geser sudah di cor dan sudah siap
untuk di lepas bekistingnya,formwork ini dapat dipergunakan oleh dinding
geser yang lain.Formwork terdiri dari beberapa bagian yakni panel
multipleks yang dilengkapi denganframe, pengunci antar panel, dan
penyangga atau pipe support. Bagian – bagian foamwork bekisting pada
proyek ini dapat dilihat pada foto (a) (b) (c) Gambar 4.2.

Universitas Sriwijaya
24

(a) (b) (c)

Gambar 4.2. Bagian – Bagian Foamwork Bekisting

d. Kawat Bendrat

Kawat ini digunakan untuk mengikat tulangan satu dan lainnya agar dapat
membentuk rangkaian tulangan yang dikehendaki sesuai dengan gambar
kerja. Diperlukan jumlah yang banyak dan harus dipegang oleh tiap
pekerja pemasang besi tulangan. Kawat bendrat yang digunakan pada
proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Kawat Bendrat


e. Beton deking

Beton deking merupakan beton yang berbentuk pasta semen, yang terbuat
dari campuran pasir, semen, dan air yang dcampurkan secara merata
setelah itu dicetak dengan bentuk silinder dengan ketebalan 4 cm pengikuti
ketebalan selimut beton dengan diameter 5 cm, dilengkapi dengan kawat
bendrat di tengahnya dibirkan menjuntai keluar sebagai media pengikat ke

Universitas Sriwijaya
25

permukaan luar pembesian dinding geser yang sudah selesai dirakit. Beton
deking yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Kawat Bendrat


f. Tie Rod

Tie rod merupakan besi berdiameter 13 mm yang memiliki drat yang


digunakan untuk mengunci sisi luar dan sisi dalam dinding geser agar
dinding geser dapat memiliki sisi yang rapi dan lurus serta tidak ada
gelombang pada sisi luar dan dalam dinding geser. Tie Rod yang
digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Tie Rod


g. Pipa PVC

Pipa PVC ini digunakan untuk penyelubung besi tie rod yang diletakkan
didalam bagian dinding geser. Pipa ini berdiameter 3/4 “ atau 1,905 cm

Universitas Sriwijaya
26

dan panjangnya setebal dinding geser. Pipa PVC yang digunakan pada
proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Pipa PVC

h. Paku

paku digunakan untuk mengikatkan unting – untuk pada panel bekisting


dengan ukuran 7 cm.Paku yang digunakan pada proyek ini dapat dilihat
pada Gambar 4.7

Gambar 4.7. Paku

4.1.2. Persiapan Peralatan


Dalam pembangunan proyek, pengadaan alat pekerjaan di lapangan
dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan agar efisien dari segi waktu
kerja. Peralatan mencakup dari peralatan yang bisa dibawa oleh pekerja sampai
dengan alat berat yang berada di lingkungan kerja proyek.

Universitas Sriwijaya
27

a. Crane dan Concrete Bucket


Crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut barang atau
material berat. Crane ini berkapasitas 45 ton dapat mengangkut alat dan
material seperti bucket cor beton, bekisting, rangkaian besi tulangan,
perancahdll. Lokasicrane harus diletakkan di permukaan tanah yang datar,
stabil, dan cukup keras agar tidak terjadi penurunan pada tanah dan
mengakibatkan craneterguling saat sedang beroprasi.
Concrete bucket adalah wadah yang digunakan untuk mengangkutan beton
dari concrete mixer truck sampai ke tempat pengecoran dengan kapasaitas
0,8 m3. Concrete bucket diangkut menggunakan crane dengan cara
pengerjaan satu orang bertugas sebagai operator concrete bucket yang
bertugas untuk membuka atau mengunci katup agar adukan beton tidak
tumpah pada saat dibawa ke area pengecoran dengan crane. Cranedan
Concrete Bucketyang digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada foto (a)
dan (b) pada Gambar 4.8.

(a)

(b)
Gambar 4.8. Crane dan Concrete Bucket

Universitas Sriwijaya
28

b. Ekskavator
Ekskavatormerupakan alat berat yang memiliki loader beroda crawler
berkapasitas 20 ton,digunakan untuk mengangkut barang atau material
seperti pasir, kayu, semen dll. Jarak angkut yang tidak terlalu jauh dan juga
dapat meratakan serta memadatkan tanah lunak.Kapasitas bucket0,91 m3.
Ekskavatoryang digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Ekskavator


c. Concrete Mixer Truck
Concrete mixer truck adalah suatu kendaraan truk khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer yang fungsinya untuk mengaduk atau mencampur
campuran beton ready mixed. Concrete mixer truck digunakan untuk
mengangkut adukan beton dari tempat pencampuran (batching plant) ke
lokasi proyek. Kapasitas yang dapat ditampug oleh Concrete Mixer Truck
sebesar 7m3. Selama pengangkutan, mixer terus berputar agar beton tetap
homogen dan tidak mengeras. Concrete mixer truckyang digunakan pada
proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Concrete Mixer Truck

Universitas Sriwijaya
29

d. Water Pass
Water Passadalah alat ukur optis untuk mengukur sudut horizontal dan beda
tinggi. Water Pass yang digunakan pada proyek ini adalah topcon AT B4
dengan spesifikasi pembesaran lensa 24 kali, ketelitian 0,5 mm dan
minimum fokus 0,3 m. Alat ini digunakan untuk penentuan titik-titik untuk
pondasi pembuatan tanda/marking pada kolom atau dinding sebagai acuan
pekerjaan, menentukan elevasi untuk lantai atapun pada saat pengecoran
lantai, mengecek ketinggian penulangan agar sesuai rencana serta dapat
digunakan dalam pengecekan settlement atau penurunan bangunan.Water
Pass di proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11. Water Pass


e. Concrete Vibrator
Concrete vibrator adalah alat yang berfungsi untuk menggetarkan adukan
beton pada saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan dan
tidak terdapat rongga-rongga udara diantara beton yang dapat menyebabkan
terjadinya keropos pada beton. Concrete Vibrator ini memiliki getaran
200-400 Hz. Cara kerjanya, lengan vibrator dicelupkan pada adukan beton
secara meratadan bertahap setiap selesai menuangkan seluruh isi dari bucket
concrete ke dalam bagian diding geser. Alat concrete vibrator yang
digunakan pada proyek inidapat dilihat pada Gambar 4.12

Universitas Sriwijaya
30

Gambar 4.12. Concrete Vibrator


f. Bar Cutter
Bar cutter yaitu alat pemotong baja tulangan. Pada proyek ini digunakan
bar cutter listrik. Keuntungan dari bar cutter listrik dibandingkan bar cutter
manual adalah bar cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan
diameter maksimum 32 mm dan dengan mutu baja yang cukup tinggi, di
samping itu juga dapat mempersingkat waktu pengerjaan. Pemotongan
untuk tulangan yang mempunyai diameter besar dilakukan satu per satu.
Sedangkan untuk baja yang diameternya lebih kecil, pemotongan dapat
dilakukan beberapa 3-4 buah sekaligus sesuai dengan diameter besi yang
dipotong. Pengoperasian pada alat ini juga memerlukan perhatian khusus
dikarenakan apabila operator tidak memperhatikan penggunaan bar cutter
maka dapat membahayakan keselamatan kerja. Alat bar cutter yang
digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Bar Cutter

Universitas Sriwijaya
31

f. Bar Bender
Bar Bendermerpakan alat pembengkok besi yang didukung dengan tenaga
listrik untuk menghidupkannya, alatini dapat membengkokkan besi secara
cepat dan akurat dengan diameter maksimum 32 mm. Alat ini dapat
membengkokkan besi dengan diameter yang besar agar mempermudah
proses pabrikasi pembesian. Dengan menggunakan bar bender dapat
mempersingkat waktu pengerjaan pabrikasi pembesian karena dalam satu
kali pembengkokan dapat membengkokkan 3-4 buah besi dengan ukuran
dan bentuk yang sama. Alat bar bender yang digunakan pada proyek ini
dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Bar Bender

g. Bor listrik
Bor listrik merupakan alat untuk melubangi panel bekisting, lubang tersebut
digunakan untuk memasukkan besi tie rod. Alat bor listrikyang digunakan
pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15. Bor Listrik

Universitas Sriwijaya
32

h. Linggis
Linggis merupakan alat yang terbuat dari baja berbetuk panjang yang
digunakan untuk membongkar bekisting. Alat linggisyang digunakan pada
proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Linggis

i. Palu
Palu merupakan alat yang memiliki tongkat dan memiliki kepala untuk
penumbuk, teerbuat dari baja yang digunaan untuk membongkar bekisting
dan memasukkan paku ke panel bekisting atau kayu. Alatpaluyang
digunakan pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Palu

Universitas Sriwijaya
33

4.2. Teknik Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Geser


Adapun kegiatan pelaksanaan pekerjaan dinding geser pada proyek
pembangunan gedung administrasi kampus B UIN Raden Fatah Palembang antara
lain:

a. Penulangan Dinding Geser


b. Pemasangan Bekisting Dinding Geser
c. Pengecoran Dinding Geser
d. Pelepasan Bekisting Dinding Geser
e. Perawatan dan Grouting Dinding Geser

4.2.1 Penulangan Dinding Geser

Dinding geser pada proyek ini disebut sebagai shear wallterletak pada siku
– siku bangunan dan terletak pada bagian lift sebagai dinding lift. Shear wallatau
biasa disebut dinding geser berperan sebagai sentral bangunan, penahan gaya
lateral dan penahan pinggir bangunan sehingga harus diperhitungkan secara teliti
detail penulangannya agar tidak terjadi kegagalan konstruksi. Sebagai contoh,
penulangan pada dinding geser di lantai dasar sampai dengan lantai empat pada
masing-masing dinding gesersebagai berikut:

Gambar detail penulangan dinding geser dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5.

Pada lantai 1

➢ Shear Wall SW-1


D16-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-2
D16-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-3
D16-100 sebagai tulangan utama atau vertikal

Universitas Sriwijaya
34

D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal


D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-4
D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang

Pada lantai 2

➢ Shear Wall SW-1


D16-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-2
D16-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-3
D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-4
D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang

Pada lantai 3

➢ Shear Wall SW-1


D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-2
D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal

Universitas Sriwijaya
35

D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal


D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-3
D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-4
D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal

Pada lantai 4

➢ Shear Wall SW-1


D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-2
D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-3
D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal
D10-200 sebagai tulangan penyengkang
➢ Shear Wall SW-4
D13-100 sebagai tulangan utama atau vertikal
D10-200 sebagai tulangan sengkang atau horizontal

Urutan penulangan dinding geser adalah sebagai berikut:

1. Pemasangan Tulangan Vertikal Dinding geser


Pada tahap pemasangan tulangan vertikal meneruskan dari tulangan overstek
sepanjang 40D dari pile cap, jadi penentuan as dinding geser tidak
memerlukan theodolite karena as dan posisi dinding geser telah tertandai
pada saat pembuatan pile cap dak pemasangan overstek dari pile cap untuk

Universitas Sriwijaya
36

disambungkan ke tulangan vertikal dinding geser. Kolom yang berada di sisi


dinding geser proses perakitan penulangannya bersaaman dengan proses
perakitan penulangan dinding geser.
Langkah-langkah pemasangn tulangan vertikal:
a. menegakkan besi baja berdiameter 16 mm sejajar denganoverstek yang
telah diikatkan sebelumnya dari pile cap, dan dikat dengan kawat bendrat
setiap jarak 200 mm dari bawah sampai dengan bagian atas dinding
geser.
b. Menyusun tulangan vertikal dimulai dari sisi bagian depan dilanjutkan
sisi bagian lapis kedua sampai tulangan vertikal atau tulangan utama
dinding geser dan kolom semuanya terpasang dan terikat dengan baik
dan kuat. Jarak antar tulangan vertikal sebesar 100 mm. Berikut tulangan
vertikal pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Tulangan Vertikal Dinding Geser

2. Perakitan Tulangan Horizontal Dinding Geser


Perakitan tulangan dilakukan pada saat tulangan vertikal telah dipasang.
Besi tulangan horizontal berdiameter 10 mm yang dipasang tegak
lurusdengan posisi melintanng dari tulangan vertikal.Mengikat
menggunakan besi – besi tersebut dengan kawat bendrat.

Universitas Sriwijaya
37

Langkah-langkah perakitan dinding geseradalah sebagai berikut:


a. Meletakkan tulangan horizontal yang ujung kanan dan kirinya telah di
bengkokkan sepanjang 6Dsecara tegak lurus dengan tulangan vertikal.
b. Kemudian mengikat tulangan horizontal dan vertikal dengan
menggunakan kawat bendrat. Jarak antar tulangan horizontal sebesar 200
mm dari bagian bawah sampai bagian atas dinding geser.
c. Melakukan hal tersebut di sisi luar dan sisi dalam dinding geser. Berikut
tulangan vertikal pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19. Perakitan Tulangan Horizontal Dinding Geser

3. Pemasangan Tulangan Penyengkang


Pamasangan tulangan penyengkang dilakukan pada saat tulangan vertikal
dan horizontal telah dipasang. Besi tulangan penyengkang berdiameter 10
mm yang dipasang tegak lurus dari tulangan vertikalsebelumnya diikat
menggunakan kawat bendrat dengan tulangan vertikal dan horizontal.
Langkah-langkah perakitan dinding geseradalah sebagai berikut:

Universitas Sriwijaya
38

a. Meletakkan tulangan penyengkang yang ujung kanan dan kirinya telah di


bengkokkan sepanjang 6D secara sejajar dengan tulangan horizontal
berjarak 200 mm.
b. Kemudian mengikat tulangan penyengkangdengan posisi tulangan
melintang dengan tulangan horizontal. Ikat tulangan penyengkang
dengan tulangan vertikal dengan menggunakan kawat bendrat.
memasang tulangan penyengkang dari bagian bawah sampai bagian atas
dinding geser.Berikut tulangan vertikal pada proyek ini dapat dilihat pada
Gambar 4.20.

Gambar 4.20. Pemasangan Tulangan Penyengkang Dinding Geser

4.2.3. Pemasangan Bekisting Dinding Geser


Pada proyek ini rangka bekisting terbuat formwork berbahan multipleks dan
rangka frame dari baja. Bekisting untuk kolom dan dinding geser dibuat sesuai
dengan bentuk dan ukuran kolom dan dinding geser yang direncanakan. Adapun
panelformwork yang digunakan untuk bekisting berukuran tebal 12 mm dengan
ukuran panel 90 x 150 cm. Bekisting dengan tipe ini tidak memerlukan pabrikasi
di lapangan karena proses pemasangannya tinggal dirakit dilapangan karena dari
pabrik telah berbetuk panel – panel yang memiliki frame pada setiap panel.
Permukaan bagian dalam bekisting diberi oli agar mudah dilepaskan saat
dibongkar, selanjutnya dipasang bandul atau pemberat agar kolom dan

Universitas Sriwijaya
39

dindinggeser bisa dibuat tegak lurus terhadap lantai.Formwork dinding geser dan
kolom yang menyatu dengan dinding geser dipasang menjadi satu kesatuan.
Adapun langkah-langkah pemasangan bekisting dinding gesersebagai
berikut:
a. Memasang pipa pvc berdiamter 3/4 “ pada bidang dinding geser dengan
jarak 120 cm baik arah X maupun Y sebagai tempat lubang tie rodagar
pada saat pembongkaran bekisting tie rod mudah dilepas dan tidak
tertanam pada dinding geser.
b. Membuat marking pada lantai dengan jarak 4 cm dari sisi luar pembesian
dinding geser, baik di sisi dalam, luar, dan sisi samping dinding geser.
c. Memasang angkur pada lantai di bagian samping bawah dinding geser dan
posisikan tepat padamarking, serta pasang angkur sebagai tempat pengunci
pipe support berjarak 1 meter dari dinding geser. Posisikan pada bagian
dalam dinding geser.
d. Merakit panel foamwork satu persatu sesuai dengan ukuran dinding geser.
Sisi dalam panel diletakkan pada marking yang telah dibuat sebelumnya.
e. Merekatkan panel satu dengan yang lain menggunakan pengunci formwork
dengan cara dipasang pada bagian lubang yang ada di sisi kanan, kiri, atas
dan bawah setiap panel berukuran 90 x 150 cm. Melakukan tahap ini
sampai semua sisi dinding geser tertutupi panel. Sebulum bagian dinding
geser tertutup semua dengan panel formwork hal yang harus dilakukan
adalah membersihkan bagian dalam dinding geser dengan cara menyapu
dengan alat sapu atau meniupkan kotoran tersebut keluar dengan
menggunakan compresor. Setelah bagian dalam dinding geser dipastikan
bersih lakukan perakitan dan penutupan dinding geser dengan panel secara
menyeluruh.
f. Melubangi panel setiap jarak 120 cm arah X dan arah Y di bagian sisi luar
dan sisi dalam dinding geser untuk memasaukkan besi tie rod.
g. Memasukkan besi tie rod pada lubang – lubang yang telah di buat dan
memutar pengunci besi tie rod pada ujung kanan dan kiri besi tie roduntuk
mengatur keselarasan 2 bidang panel bekisiting pada sisi dalam dan luar
dinding geser.

Universitas Sriwijaya
40

h. Memasangan unting – unting dilakukan untuk mengkontrol apakah


bekisting telah tegak lurus terhadap lantai dengan cara pasang paku pada
bagian atas bidang kanan dan kiri dinding geser. Ikatkan tali yang
menjuntai sampai mendekati lantai pada paku tersebut. Bagian bawah tali
diberi pemberat.

i. Setelah pemasangan selesai, bekisting dirapatkan sisinya dengan dipasang


penyangga yaitu pipe supportyang diangkur pada pelat lantai sekaligus
berfungsi untuk memastikan bekisting tidak bergeser pada saat
pengecoran. melakukan pemeriksaan kembali terhadap bekisting dinding
geser untuk mengetahui tegak atau tidaknya dinding geser.

j. Cara melihat apakah bekisting telah tegak lurus, ukur jarak antara sisi atas
dan bawah dinding panel bekisting dengan tali yang telah diberi pemberat
pada ujungnya. Apabila jarak atas dan bawah bekisting berbeda maka pipe
support harus diputar untuk mengatur bekisting agar tegak lurus, lalu
kunci pipe support apabila jarak atas dan bawah bekisting sudah sama
besar.

k. Setelah pemeriksaan selesai dan bekisting kolom dan dinding geser


dinyatakan tegak lurus, maka selanjutnya bekisting dinding
geserdikencangkan dan dirapatkan keempat sisinya dengan cara
mengencangkan pengunci pada pipe supportuntuk menghindari keluarnya
beton pada saat pengecoran. Berikut foto (a) dan (b) Gambar 4.21. terlihat
pekerja sedang memasang bekisting dinding geser.

(a)

Universitas Sriwijaya
41

(b)
Gambar 4.21. Pemasangan Bekisting Dinding Geser

4.2.4. Pengecoran Dinding Geser


Sebelum melakukan pengecoran hal yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan apakah bekisting sudah terkunci dengan baik dan bagian
dalam bekisting dinding geser sudah bersih dari kotoran seperti sampah. Hal
ini di lakukan pada saat sebelum truck mixing concrete tiba di titik lokasi
proyek dengan cara seluruh permukaan bekisting dibersihkan dengan cara
disapu menggunakan angin yang keluar dari compressor untuk
menghilangkan sampah dan debu pada bekisting. Setelah hal tersebut
dilakukan langkah selanjutnya yang penting dilakukan sebelum pengecoran
adalah uji slump beton. Pengontrolan campuran ready mix tersebut
dilakukan degan uji slump di lapangan. Proses uji slump dan pembuatan
benda uji dilakukan sama persis dengan proses pada pengujian beton kolom,
pelat, dan balok, pada proyek ini menggunakan cetakan benda uji silinder
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 5 buah dengan nilai
slump 12 ± 2.
1) Uji Slump
Pada saat concrete truck mixer yang dibawa dari batching plantsampai di
lokasi proyek, beton yang ada pada concrete truck mixer langsung diambil

Universitas Sriwijaya
42

secukupnya untuk dijadikan sebagai benda uji pengecekan slump. Adapun


langkah – langkah uji slump sebagai berikut :
a. Memasukkan beton segar kedalam alat kerucut terpancung sebanyak 1/3
bagian dari tinggi kerucut terapncung.
b. Menusuk benda uji yang ada pada kerucut terpancung sebanyak 25 kali
dengan pola penusukan berkeliling.
c. Memasukan kembali beton segar kedalam kerucut terpancung sebanyak
2/3 tinggi kerucut terpancung.
d. Menusuk kembali benda uji sebanyak 25 kali dengan pola penusukan
berkeliling.
e. Memasukan kembali beton segar kedalam kerucut terpancung sampai
memenuhi tinggi kerucut terpancung.
f. Menusuk kembali benda uji sebanyak 25 kali dengan pola penusukan
berkeliling lalu diratakan.
g. Mengangkat cetakan kerucut terpancung secara tegak lurus
h. Membalik alat kerucut terpancung dan letakkan disamping benda uji yang
telah mengalami penurunan akibat dilepaskan dari alat kerucut
terpancung.
i. Melakukan pengukuran beda tinggi antara benda uji dengan alat kerucut
terpancung, untuk melihat nilai dari uji slump.

Berikut gambar pengujian slump test dengan nilai slump 12 cm, dapat
dilihat pada gambar 4.22.

Gambar 4.22. Uji Slump

Universitas Sriwijaya
43

2) Pembuatan Benda Uji Kuat Tekan Beton


Pembuatan benda uji kuat tekan beton dilakukan sebelum beton di
tuangkan pada bekisting dinding geser.
Adapun langkah-langkah pembuatan benda uji untuk sample kuat tekan
beton adalah sebagai berikut:
a. Memasukkan beton segar kedalam benda uji berbentuk silinder
sebanyak 1/3 volume benda uji.
b. Memadatkan beton segar menggunakan penusuk sebanyak 25 kali.
c. Memasukkan kembali beton segar kedalam cetakan benda uji sampai
benda uji berisi 2/3 bagian.
d. Memadatkan beton segar menggunakan penusuk sebanyak 25 kali.
e. Memasukkan kembali beton segar kedalam cetakan benda uji sampai
benda uji sampai berisi penuh.
f. Memadatkan beton segar menggunakan penusuk sebanyak 25 kali, lalu
meratakan permukaannya.
Berikut 6 benda uji yang diambil dari setiap truck mixing untuk
pengujian umur beton 7, 14, 21,dan 28 hari dapat dilihat pada gambar
4.23.

Gambar 4.23. Benda uji Kuat Tekan Beton

3) Pengecoran Dinding Geser

a. Beton dipesan dari batching plant dibawa menggunakan mixer truck.


Kemudian beton dibawa ke lokasi pengecoran menggunakan concrete
bucket yang pada mulut concrete bucket diberi pipa tremidengan bantuan

Universitas Sriwijaya
44

tower crane.Pipa tremi dipasang untuk memudahkan beton masuk ke sela


– sela rangka pembesian dinding geser agar beton dapat masuk dengan
baik kedalamnya dan mengurangi terjadinya proses beton tumpah keluar
bekisting dinding geser pada saat proses penuangan beton segar.
b. Katup concrete bucket dibuka oleh salah satu pekerja yang berada diatas
concrete bucket untuk menyalurkan beton ke dalam bekisting.
c. Setelah dinding geserterisi 0,8 m3dinding geserbeton segar dipadatkan
dengan menggunakan vibrator. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya segregasi dan harus dilakukan secara berkala. Tinggi jatuh
beton setinggi 1,5 dari dasar dinding geser, untuk pengeceron berikutnya
tinggi jatuh beton segar setinggi 1,5 m dari permukaan beton segar
sebelumnya. Setelah pemadatan dilakukan beton segar kembali
dimasukkan sebanyak 0,8 m3, pemadatan kembali dilakukan. Pengisian
kembali dilakukan sampai dinding geserpenuh pada batas yang telah
ditentukan yakni dibawah balok.

Berikut dapat dilihat pada Gambar 4.24. pekerja sedang melakukan


pengecoran untuk dinding geser.

Gambar 4.24. Pengecoran Dinding Geser

Universitas Sriwijaya
45

4.2.5. Pelepasan Bekisting Dinding Geser


Pada proyekproyek pembangunan gedung administrasi kampus B UIN
Raden Fatah Jakabaring Palembang pembongkaran dapat dilakukan setelah 2 – 3
hari dari hari pengecoran. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas, tie
rod,dilanjutkan dengan melepaskaan pengunci antar panel foamwork, lalu panel
foamwork satu persatu dilepas dengan di tukik menggunakan linggis, setelah
bagian samping terlepas pipe support diregangkan penguncinya lalu dilepas satu
persatu, kemudian panel pada sisi dinding dilepas dengan menggunakan linggis.
Proses ini harus dilakukan secara cermat serta hati-hati agar tidak merusak
struktur beton pada dinding geser. Berikut Gambar 4.25 terlihat pekerja sedang
melepaskan bekistingpada dinding geser.

Gambar 4.25. Pelepasan BekistingDinding Geser

4.2.6. Perawatan dan Grouting Dinding Geser


Setelah pembongkaran bekisting selesai, dapat dilakukan proses perawatan
beton, tetapi pada proyek ini tidak dilakukan perawatan karena pada saat itu
terjadi hujan sehingga air hujan dianggap sudah cukup untuk menjaga agar beton
tidak cepat kehilangan air dan sebagai tindakan menjaga kelembapan atau suhu
beton sehingga beton dapat mencapai mutu beton yang diinginkan.
Pada saat pelepasan beisting terlihat permukaan dinding gesesr yang
dihasilkan tidak sempurna, maka dilakukan grouting pada bagian yang diperlukan,
dengan cara memasukan pasta khusus untuk groutingapabila pembesian pada

Universitas Sriwijaya
46

dinding geser terlihat atau pasta semen apabila bagian beton hanya keropos sedikit
tetapi tidak menampakkan agregat dan besi yang ada di dalamnya. Berikut foto (a)
hasil pengecoran dinding geser sebelum di groutingdan foto (b) dinding geser
setelah di groutingGambar 4.26. yang menunjukan kualitas beton hasil coran yang
tidak baik dan setelah digrouting.

(a) (b)
Gambar 4.25. Hasil Permukaan Dinding Geser

4.3. Permasalahan dan Upaya yang Dilakukan di Lapangan


Dalam pengerjaan struktur dinding geser ditemukan beberapa permasalahan
di lapangan baik permasalahan teknik maupun non teknis. Adapun beberapa
permasalahan dan upaya yang ditemui adalah sebagai berikut:
a. Akses jalan yang akan dilalui oleh alat berat dan concrete mixer adalah jalan
tanah lunak yang tidak stabil ditambah cuaca yang tidak menentu hujan dan
panas tidak dapat di prediksi mengakibatkan material susah menjangkau
lokasi, mengingat lokasi pengerjaan berada kurang lebih 200 meter dari
jalur pintu masuk proyek. Hal ini ang mengakibatkan proses pengecoran
selalu tertunda mengingat concrete mixing tidak dapat mendekat ke lokasi
pengerjaan. Upaya yang dilakukan dilapangan dengan memadatkan tanah
yang dijadikan jalur akses masuk ke lokasi pengerjaan menggunakan
ekskavator.
b. Pada pembuatan gedung administrasi ini alat yang digunakan untuk
mengangkut material menggunakan crane beroda yang lengannya tidak

Universitas Sriwijaya
47

menjangkau area belakang gedung. Jadi material harus dibantu dengan


pengangkutan secara ekstafet dari titik penjatuhan material oleh crane ke
titik lain tempat material itu digunakan, sehingga progres pekerjaan pada
gedung ini sedikit lamban.
c. Pengawasan lapangan yang kurang ketat pada saat pengecoran, dimana
pengangkutan dari concrete bucket ke titik pengecoran. Hal ini
mengakibatkan banyaknya beton yang tercecer keluar bekisting karena
kurangnya ketelitian petugas saat membuka katup bucket concrete. Saat di
mana tinggi jatuh pengecoran melebihi batas yang mengakibatkan beton
mengalami segregasi di dalam bekisting.
d. Hasil coran beton terdapat rongga dan berpori ataupun hasilnya sangat jelek
dan juga proses pemadatan dengan vibrator hanya digetarkan dari dalam
tidak mengunakan alat vibrator yang proses penggetarkan dari luar. Upaya
yang dilakukan di lapangan adalah melakukan pengisian rongga – rongga
tersebut dengan cara di grouting.
e. Banyaknya material bekas pembongkaran bekiting, kawat bendrat, sampah
plastik, maupun paku yang terhampar pada area lantai satu sehingga
mengganggu aktifitas pekerja yang melewati area tersebut.

Universitas Sriwijaya
48

BAB V
TINAJUAN MANAJEMEN

5.1. Struktur Organisasi Proyek


Sturktur organisasi pada suatu proyek merupakan bagian atau susunan
keanggotaan posisi pengemban amanah yang penting dan harus dimiliki oleh
suatu proyek. Seseorang yang mengemban amanah pada suatu posisi di proyek
harus berkerja dan bertanggung jawab sesuai dengan tugas yang telah diberikan,
dan harus dapat berkerjasama sesuai dengan alur bagan yang ada, sehingga dapat
mencapai tujuan bersama. Umumnya pada suatu proyek memiliki beberapa
peranan yakni sebagai konsultan perencana, konsultan pengawas, kontraktor
pelaksana, dan subkontraktor.

5.1.1.Bagan Struktur Organisasi Pada ProyekConstructing of Nine (9) Nine


Buildings and Supporting Infrastructure of UIN Raden Fatah
Palembang.
Pada proyek Constructing of Nine (9) Nine Buildings and Supporting
Infrastructure of UIN Raden Fatah Palembang memiliki Organisasi proyek yang
terikat satu sama lain membentuk suatu pola kerja sama melakukan kegiatan-
kegiatan atau pelaksanaan dalam suatu proyek untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan serta dijadikan suatu wadah bergeraknya administrasi. Terlihat pada
bagan tersebut terdapat pemilik proyek atau disebut owner adalah Universitas
Islam Raden Fatah Palembang, PT. Patroon Arsindo selaku konsultan perencana,
PT. Deta Decon sebagai konsultan pengawas, serta PT. Nindya karya ( Persero)
selaku perusahaan milik negara yang bergerak di bidang kontruksi sebagai
kontraktor pelaksana. Keempat bidang ini memiliki keterkaitan baik secara
fungsional maupun kontraktual. Terlihat dari bagan yang ada di bawah ini owner
memiliki hubungan fungsional dan kontraktual dengan konsultan perencana,
konsultan pengawas, dan kontraktor pelaksana. konsultan perencana, konsultan
pengawas, dan kontraktor pelaksana saling mempunyai hubungan fungsional.
Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Universitas Sriwijaya
49

OWNER

Universitas Islam
Raden Fatah Palembang

PERENCANA KONTRAKTOR KONSULTAN MK

PT Patroon PT Nindya Karya PT Deta Decon


Arsindo (Persero)

Keterangan :

: hubungan fungsional

: hubungan kontraktual

Gambar 5.1. Struktur Organisasi Proyek


(PT Nindya Karya (Persero), 2019)

5.1.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi Proyek


Berikut penjelasan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
pembangunanConstructing of Nine (9) Nine Buildings and Supporting
Infrastructure of UIN Raden Fatah Palembang :

a. Pemilik Proyek (Owner)


Pemilik proyek atau owner adalah perorangan atau instansi yang memiliki
suatu kepentingan dalam hal ini pemilik gedung yang akan dibangun atau
pemiliki proyek yang memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa
sehubungan dengan kepentingan hasil pekerjaan tersebut dan yang membayar
biaya pekerjaan tersebut. Dalam proyek ini pemilik proyek atau owner adalah
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

Universitas Sriwijaya
50

b. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana merupakan pihak yang ditunjuk oleh owner, dalam hal ini
yang merupakan perusahaan konsultan yang bergerak dibidang konstruksi.
Konsultan perencana mengemban tugas selaku perencana baik perencanaan
gambar maupun arsitektur, perhitungan konstruksi, gambar kerja, perhitungan
anngaran biaya pelaksanaan proyek secara keseluruhan, serta syarat-syarat
pekerjaan dan uraian pelaksanaannya. Dalam proyek ini konsultan perencana
adalah PT Patroon Arsindo.

c. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi,
atau badan perorangan yang ditunjuk oleh owner atau pengguna jasa untuk
melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan pembangunan di lapangan agar
sesuai dengan syarat-syarat dan perencanaan yang telah dibuat oleh konsultan
perencana. Konsultan pengawas yang dalam proyek ini adalahPT Patroon
Arsindo.

d. Kontraktor
Kontraktor adalah pihak yang telah melewati tahapan lelang dan menerima
pekerjaan. Kontraktor sebagai pelaksana dilapangan yang mewujudkan
perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan nilai kontrak yang telah
disepakati serta syarat-syarat yang ditetapkan. Dalam proyek ini kontraktor
adalah PT Nindya Karya (Persero).

2.3.3. Bagan Struktur Organisasi Kontraktor Proyek


Pada pembangunan suatu proyek konstruksi, suatu proyek memiliki
kontraktor yang memiliki struktur organisasi proyek yang dibutuhkan untuk
melihat susunan personil setiap individu menggunakan bagan bertingkat. Berikut
ini dapat dilihat bagan struktur organisasi kontraktor Proyek Pembangunan
Constructing of Nine (9) Nine Buildings and Supporting Infrastructure of UIN
Raden Fatah Palembang yang dapat dilihat pada gambar 2.4.

Universitas Sriwijaya
51

Gambar 5.2. Struktur Kontraktor Proyek


(PT Nindya Karya (Persero), 2019)

2.3.4.Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Struktur Organisasi Kontraktor


a. Project Manager
Project manager adalah orang yang memimpin dan mengatur berjalannya
proyek. Dalam hal ini yang bertugas sebagai projectmanager adalah Pak
Satriyo Fajar Dewantoro yang menginstruksikan kepada staff bawahannya
untuk melakukan pekerjaan sesuai bidang masing-masing dengan pengawasan
dan persetujuan beliau.
b. Site operation manager
Site operation manager di proyek ini tugasnya merealisasikan gambar dan
melakukan koreksi terhadap pekerjaan yang belum benar serta penyambung
informasi dari project manager. Bertanggung jawab terhadap kelancaran
seluruh kegiatan proyek dilapangan. Dalam proyek ini yang bertugas sebagai
project manager adalah Pak Teddy Hartosantoso beliau juga yang akan

Universitas Sriwijaya
52

mengajukan hal diluar rencana bila diperlukan, seperti pembobokan beton saat
pekerjaan belum benar dan sebagainya. Site operation manager memiliki
anggota sebagai berikut :
1) Staff Operation

Staff Operation bertugas untuk membantu seluruh aktifitas kegitan


operasional proyek dilapangan. Melengkapi setiap kebutuhan proyek,
termasuk bagian materil dan membuat laporan opersioanal secara
berkala.

2) Logistik

Logistik bertugas untuk bertanggung jawab terhadap cara penyimpanan


barang dan mencatat keluar masuknya barang-barang yang tersedia di
gudang dan membuat berita acara penerimaan atau penolakan material
setelah pengontrolan kualitas dan kuantitas.

3) Pelaksana

Pelaksana bertugas untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan


dilapangan sesuai dengan gambar kerja, dan syarat yang telah
ditetapkan oleh perencana, membuat rekapitulasi kebutuhan material di
proyek dan melakukan persiapan lapangan sebelum melakukan
pengecoran termasuk pengukuran.

c. Site Engineering manager


Site engineering manager di proyek ini tugasnya memberikan petunjuk kepada
tim dalam melaksanakan pekerjaan, untuk menyiapkan rekomendasi secara
terinci atas usulan desain, termasuk data pendukung yang diperlukan dan
bertanggung jawab atas urusan teknis yang ada dilapangan. Dalam proyek ini
yang bertugas sebagai site engineer manager adalah Ramadhian Nasrullah. Site
operation manager memiliki anggota sebagai berikut :
1) StaffEngineer
Staff Engineer bertugas dalam membantu pelaksana teknis kegiatan
dalam penyelesaian administrasi kemajuan proyek. Bantuan ini termasuk

Universitas Sriwijaya
53

mengumpulkan data proyek seperti kemajuan pekerjaan, kunjungan


pekerjaan, kunjungan lapangan, rapat-rapat koordinasi dilapangan, dan
menganalisa data pengukuran kuantitas. Semuanya dikumpulkan dalam
dalam bentuk laporan kemajuan bulanan dan memberikan saran-saran
untuk mempercepat pekerjaan serta memberikan penyelesaian terhadap
kesulitan yang timbul baik secara teknis maupun kontraktual untuk
menghindari keterlambatan pekerjaan.
2) Drafter
Drafter bertugas untuk membantu arsitek merealisasikan hasil rancangan
merevisi gambar yang ada dengan persetujuan konsultan. Dalam proyek
ini yang bertugas sebagai drafter adalah Syahri dan tim.

d. Site Administration Manager


Site Administration Manager di proyek ini bertugas sebagai bagian keuangan
dimana mengemban amanah untuk memverifikasi bukti-bukti pekerjaan yang
akan dibayar oleh owner, mengurus tagihan kepada pemilik proyek, membantu
project manager dalam bidang keuangan dan sumber daya manusia sehingga
kegitan pelaksanaan proyek berjalan dengan baik.

5.2. Jadwal Waktu Pelaksanaan

Dalam melakukan pekerjaan pembangunan jadwal pekerjaan adalah salah


satu hal pertama yang harus dibuat sebelum pekerjaan di mulai, agar pekerjaan
dapat ditentukan waktu penyelesaiannya dan juga bisa memperkirakan jumlah
material, pekerja yang dibutuhkan untuk mencapai target yang ditentukan, dan
berhubungan juga dengan anggaran biaya atau dana yang diperlukan setiap
minggunya dalam mencapai target. Proyek ini direncanakan dimulai pada bulan
Januari 2019 dan berakhir kemungkinan sampai bulan Februari 2020. Hingga 30
Juni 2019 proyek Pembangunan Constructing of Nine (9) Nine Buildings and
Supporting Infrastructure of UIN Raden Fatah Palembang mengalami
keterlambatan total sebesar 20,74% atau sebanayak 100 hari. Dikarenakan
beberapa faktor antara lain yaitu, akses jalan yang buruk sehingga kendaraan
material menuju ke lokasi proyek dapat membuat material datang tidak tepat

Universitas Sriwijaya
54

waktu. Gambar kurva S memperlihatkan jadwal waktu pelaksanaan atau kurva S


pada Proyek Pembangunan gedung administrasi kampus B UIN Raden Fatah
Jakabaring Palembang. Kurva S lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 6.

Tabel 5.1. Progres Mingguan proyek Pembangunan Constructing of Nine (9) Nine
Buildings and Supporting Infrastructure of UIN Raden Fatah Palembang

Minggu ke
Tanggal Keterlambatan
-
10-Apr
26 0,72%
16-Apr
17-Apr
27 0,78%
23-Apr
24-Apr
28 0,74%
30-Apr
01-Mei
29 0,94%
07-Mei
08-Mei
30 1,04%
14-Mei
15-Mei
31 1,10%
21-Mei
22-Mei
32 1,01%
28-Mei
29-Mei
33
04-Jun
05-Jun
34
11-Jun
12-Jun
35 1,23%
18-Jun
19-Jun
36 1,75%
25-Jun
26-Jun
37 1,20%
02-Jul

Universitas Sriwijaya
55

BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan struktur dinding geser pada


proyek Proyek Pembangunan Gedung Administrasi Kampus B UIN Raden Fatah
Jakabaring Palembang maka dapat kesimpulan bahwa:
a. Pekerjaan dinding geser dilakukan secara bertahap setiap lantai dimulai dari
lantai satu dilanjutkan ke lantai dua, tiga dan empat. Pekerjaan dinding geser
dimulai dari pemasangan tulangan dinding geser, pemasangan bekisting,
pengecoran, pembukaan bekisting, dan perawatan beton.
b. Proyek Pembangunan Gedung Administrasi Kampus B UIN Raden Fatah
Jakabaring Palembang dalam penjadwalan waktu pelaksanaan tidak sesuai
dengan kurva S yang telah direncanakan karena mengalami keterlambatan.

6.2. Saran
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lokasi Proyek Pembangunan
Gedung Administrasi Kampus B UIN Raden Fatah Jakabaring Palembang maka
ada beberapa saran yang mungkin berguna antara lain:
a. Sebaiknya pembangunan gedung ini menggunakan alat berat yaitu tower
crane yang lengannya dapat diatur dan menjangkau seluruh area lokasi
gedung, agar proses pendistribusian material cepat dilakukan.
b. Pembuatan jalan akses lebih baik tidak hanya diratakan dengan ekskavator,
karena apabila diguyur hujan jalan akan kembali tidak dapat dilalui karena
ambla, sehingga pengerjaan pemadatan tanah dilakukan secara berulang.
Lebih baik apabila jalur akses ke lokasi pengerjaan menggunakan batu kali
yang di padatkan ke tanah, ataupun limbah bekas pemotongan tiang pancang
yang disusun pada jalur akses, atau bahkan pelat baja yang di letakkan
sepanjang jalur akses ke loakasi pengerjaan.
c. Sebaiknya mandor dan pelaksana gedung mengawasi lebih ketat dan lebih
memperingatkan pekerja pada saat pekerja melakukan tugasnya, agar
kesalahan dapat diminimalisir.

Universitas Sriwijaya
56

d. Mempersiapkan area limbah untuk membuang bekas sisa - sisa material,


seperti kayu, kawat bendrat, paku, limbah bekas pembongkaran bekisting, dan
material lain yang akan membahayakan pekerja apabila tetap terhampar
diarea lokasi pekerjaan.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai