Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang menimbulkan
kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan beban pembiayaan kesehatan
sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab
kematian di dunia adalah penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80%
kematian ini terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. Penyakit tidak menular adalah
penyakit kronis dengan durasi yang panjang dengan proses penyembuhan atau pengendalian
kondisi klinisnya yang umumnya lambat. Berikut 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia
menurut . Menurut World Health Organization (WHO) 2011 :
1. Penyakit jantung koroner
2. Stroke
3. Infeksi saluran napas bawah
4. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
5. Diare
6. HIV/AIDS
7. Kanker paru
8. Diabetes melitus
9. Kecelakaan lalu lintas
10. Prematuritas
Indonesia juga mengalami eskalasi penyakit tidak menular yang dramatis. Hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007 dan 2013 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan secara
bermakna, diantaranya prevalensi penyakit stroke meningkat dari 8,3 per mil pada 2007 menjadi
12,1 per mil pada 2013. Lebih lanjut diketahui bahwa 61 persen dari total kematian disebabkan
oleh penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes dan PPOK. Tingginya prevalensi bayi dengan
BBLR (10%, tahun 2013) dan lahir pendek (20%, tahun 2013), serta tingginya stunting pada anak
balita di Indonesia (37,2%, 2013) perlu menjadi perhatian oleh karena berpotensi pada
meningkatnya prevalensi obese yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian penyakit tidak
menular. Dengan demikian, penanggulangan penyakit tidak menular juga perlu mengintegrasikan
dengan upaya-upaya yang mendukung 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Berikut 10 besar
penyakit tidak menular di indonesia menurut litbangkes 2015 :
1. penyakit pembuluhdarah otak (21%)
2. penyakit jantung iskemik (12.9%)
3. diabetes mellitus(6.7%)
4. TBC (5.7%)
5. hipertensi dengan komplikasinya(5.3%)
6. penyakit saluran napas bawah kronik (4.9%)
7. penyakit hati (2.7%)
8. kecelakaantransportasi (2.6%)
9. pneumonia (2.1%)
10. diare (1.9%)

berikut 10 besar penyakit penyebab kematian di sulawesi tenggara menurut dinkes


prov.sultra tahun 2015

hipertensi telah membunuh 9,4


juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) Angka memperkirakan, jumlah
penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada
2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia terkena hipertensi. Prosentase
penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status
Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi
berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan
Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara kawasan
Amerika menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang
dewasa menderita hipertensi.
Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini
menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. "Untuk pria maupun wanita
terjadi peningkatan jumlah penderita, dari 18 persen menjadi 31 persen dan 16 menjadi 29 persen,
(WHO, 2013). Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 5,3% pada tahun 2015 dan
penyakit tersebut menduduki posisi ke-5 tingkat nansional penyebab kematian pada provinsi
sulawesi tenggara hipertensi menduduki posisi ke-2 penyakit penyebab kematian dengan jumlah
kasus 19.743.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa definisi dari hipertensi?
2. Apa saja tanda dan gejala hipertensi?
3. Apa saja klasifikasi dari hipertensi?
4. Bagaimana patofisiologi hipertensi?
5. Bagaimana masalah epidemiologi hipertensi?
6. Bagaimana diagnosis hipertensi?
7. Apa saja komplikasi hipertensi?
8. Bagaimana cara pencegahan hipertensi?
9. Bagaimana pengobatan hipertensi?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari hipertensi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi
3. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
5. Untuk mengetahui masalah epidemiologi hipertensi
6. Untuk mengetahui diagnosis hipertensi
7. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi
8. Untuk mengetahui cara pencegahan hipertensi
9. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI HIPERTENSI


Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal
tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan
yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah
dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka
systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital
lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, hipertensi diartikan sebagai keadaan dimana tekanan darah meningkat.
Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan darah saat menekan dinding pembuluh darah arteri,
pembuluh nadi yang menghantarkan darah ke seluruh tubuh.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh
pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan
diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan tekanan
darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan
diastolic mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya
terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan
diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat
sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan
menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap
200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling
tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

2.2 TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI


Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai tanda-tanda.
Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu
ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat
mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi
yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight, 2006).
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila terjadi
komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini menunjukkan bahwa
otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan
sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil(edema pada diskus
optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira
bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga
merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnyadapat terjadi pada tekanan
darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda
tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah
dengan mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah
berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan
mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).

2.3 KLASIFIKASI HIPERTENSI


Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi
diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan
peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan
pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan
tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik
tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan
diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada
tekanan sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1). Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi
idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi
Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2). Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang
dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.
(Tabel 2.)
Tabel 1.
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 –139 80 –89
Hipertensi derajat I 140 –159 90–99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100

Tabel 2.
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110


Hipertensi sedang 160 –179 100 –109
Hipertensi ringan 140 –159 90 –99
Hipertensi perbatasan 120 –149 90 –94
Hipertensi sistolik perbatasan 120 –149 < 90
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 < 90
Normotensi < 140 < 90
Optimal < 120 < 80

2.4 PATOFISIOLOGI HIPERTENSI


Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan
darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol
yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuhyang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan
hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada
dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler,
kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut
plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh darah,
obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh
tertentu.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh
darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan
peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer
2) Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diureti Hormon (ADH) dan rasa haus. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan
tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya
dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
3) Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
2.5 MASALAH EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI
Masalah epidemiologi hipertensi antara lain:
1. Orang
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita. Tekanan
darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih
dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun. Orang yang
memiliki gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain minum minuman
beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.

2. Tempat
Hipertensi bisa terjadi dimana saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada etnik Afrika
Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3. Waktu
Penyakit hipertansi bisa terjadi setiap saat karena sifatnya yang tidak menular dan penyakit
ini tergolong penyakit yang terjadi akibat genetic, gaya hidup, lingkungan dan pola makan.
2.6 DIAGNOSIS HIPERTENSI
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat Menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran dalam posisi
duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas
dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien
diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah
misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni:
1. Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh mana penyakit
ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak, apakah arteri dan organ-organ
internal terpengaruh, dan lain-lain.
2. Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab spesifiknya.

3. Pencarian faktor risiko tambahan


Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor risiko tambahan
yang tidak boleh diabaikan.
4. Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti
kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan rontgen.
5. Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah :
a. X-ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna yang digunakan untuk
memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan adrenal.
b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi (EEG), alat ini
menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).

2.7 KOMPLIKASI HIPERTENSI


Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga
menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ tubuh yaitu
otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi
hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah
terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut
dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak
langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down
regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan
sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya
kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah:
1. Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
2. Otak
a. Stroke atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati

2.8 PENCEGAHAN HIPERTENSI


Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi. Pada
umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau
meninggal dunia akibat hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila
hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup sehari-hari.
Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik agar penderita
hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita
hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan
yang ditentukan oleh dokter.Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara menghindari faktor
risiko hipertensi.
1. Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah. Mengkonsumsi buah
dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, lemak total,
serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat
menurunkan tekanan darah. Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara garis
besar ada empat macam diet, yaitu :
a. Diet rendah garam
Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu :
1) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai dengan 3,75-7,5 gram
garam dapur.
2) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari, seniali 1,25-3,75 gram
garam dapur.
3) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang dari 1,25 gram garam
dapur perhari.
Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam jaringan
tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting
diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup
zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang seimbang.
b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan berat badan bagi
penderita yang kegemukan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini antara
lain sebagai berikut :
1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama goreng-gorengan atau
makanan yang digoreng dengan minyak.
2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food (udang, kepiting), minyak
kelapa dan kelapa (santan).
3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.
4) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.
5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup, dodol, kue, dan lain-lain.
6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan nangka. Selain itu, juga harus
memperhatikan gabungan makanan yang dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan kadar
kolesterol darah.
c. Diet tinggi serat
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan berserat tinggi.
Beberapa contoh jenis bahan makanan yang mengandung serat tinggi yaitu :
1) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing,papaya, mangga, apel, semangka dan
pisang.
2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang panjang, daun singkong,
tomat, wortel, touge.
3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan
biji-bijian.
4) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.
d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan
Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi terkena hipertensi.
Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun. Penanggulangan hipertensi dapat
dilakukan dengan pembatasan asupan kalori, hal yang harus diperhatikan yaitu :
1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25
2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi
3) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang
2. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk menetralisir tekanan
darah.
3. Pola aktivitas
Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu : bejalan kaki,
bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik fisik
maupun mental memerlukan energi / kalori yang lebih banyak. Orang dengan gaya hidup yang
tidak aktif akan rentan terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak
hanya menjaga bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.

2.9 PENGOBATAN HIPERTENSI


1. Umum
Setelah diagnose hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut golongan atau
derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar yaitu :
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah diketahui akan
menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas, menghentikan
kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi asupan garam serta rileks.
b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah terbukti kegunaannya dan
keamanannya bagi penderita. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah :
1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril
4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin
5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine
6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.
8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang jumlahnya kurang
lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda-tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali
sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat.
Perlu pemerikasaan dengan sarana yang canggih.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang menimbulkan
kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan beban pembiayaan kesehatan
sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab
kematian di dunia adalah penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80%
kematian ini terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di dunia dan
menurut data yang di keluarkan oleh Litbang tahun 2015 pada tingkat nasional penyakit
hipertensi menduduki peringkat ke-5 penyakit penyebab kematian terbesar di indonesia dengan
persentase 5,3% dan pada provinsi sulawesi tenggara penyakit hipertensi menurut data yang di
keluarkan oleh dinas kesehatan prov. Sulawesi tenggara 2015 menduduki peringkat-2 dengan
jumlah kasus 19.743.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

3.2 SARAN
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita menerapkan
pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, mengatur pola makan,
mengatur pola aktivitas dan mengatur pola istrahat. Jika sudah terkena penyakit hipertensi
sebaiknya kita menghindari berbagai macam makanan dan minuman seperti Makanan yang
berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,gajih), Makanan yang diolah
dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan
keringyangasin), Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon,
ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang), Susu full
cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol
seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap,
maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandunggaram natrium dan Alkohol serta makanan yang mengandung alkohol seperti durian,
tape.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA Press.
Dinkes sulawesi tenggara. 2015. Profil Kesehatan sulawesi tenggara. Dinkes sulawesi tenggara. kendari.
http://gustiaanggriana909.blogspot.co.id/2015/12/makalah-hipertensi.html diakses pada tanggal 4 april
2017
http://rositaerni.blogspot.co.id/2015/10/makalah-hipertensi.html diakses pada tanggal 4 april 2017
menteri kesehatan republik indonesia. 2017. rencana aksi nasional penanggulangan penyakit tidak
menular tahun 2015-2019. Menteri kesehatan republik indonesia. Jakarta
Nurarif, Amin Huda danKusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA jilid 1. Jakarta : Mediaction
Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai