Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Model dalam Promosi Kesehatan

Definisi Promosi Kesehatan (Health Promotion) dalam ilmu Kesehatan


Masyarakat (Public Heart) mempunyai dua pengertian.
1. Promosi kesehatan adalah sebagian dari tingkat kesehatan dalam konteks ini adalah
peningkatan kesehatan.
2. Promosi kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarkan, mengenalkan,
atau pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan sehingga masyarakat menerima atau
membeli (dalam arti menerima prilaku kesehatan) atau mengenal pesan-pesan
kesehatantersebut yang akhirnya masyarakat mau berprilaku hidup sehat.

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik bermutu yang
mewakili sesuatu hal nyata. Model dalam kebidanan adalah aplikasi struktur kebidanan
yang memungkinkan seorang bidan untuk menerapkannya sebagai cara mereka bekerja.
Model praktik kebidanan didasarkan isi dari teori dan konsep praktik. Teori dan konsep
mencerminkan filosofi, nilai dan keyakinan tentang manusia.

Banyak model yang dikembangkan dapat mempengaruhi kesehatan serta


memperbaiki intervensi pencegahan dan promosi kesehatan. Pendekatan model kesehatan
terapan dapat menjadi dasar untuk kegiatan-kegiatan promosi kesehatan seperti Health
Belief Model (HBM),Transteoritical Model (TTM),Teori Sebab Akibat, Model
Transaksional Stres dan Koping, Theory of Reasoned Action (TRA), serta Health Field
Concept.

B. Health Belief Model (Model Keyakininan Kesehatan)

1. Pengertian

Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangakan sebagai kerangka utama


dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah mendorong penelitian
perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an. Hal ini menjadikan HBM sebagai model yang
menjelaskan pertimbangan seseorang sebelum mereka berperilaku sehat. Oleh karena itu,
HBM memiliki fungsi sebagai model pencegahan atau preventif (Salihat, 2009).

Model ini digunakan untuk menjelaskan kegagalan partisipasi masyarakat secara


luas dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Model ini juga sering
dipertimbangkan sebagai kerangka utama perilaku kesehatan yang dimulai dari
pertimbangan orang-orang tentang kesehatan. Selain itu, model keyakinan kesehatan
digunakan untuk mengidentifikasi prioritas beberapa faktor penting yang berdampak
terhadap pengambilan keputusan secara rasional dalam situasi yang tidak menentu
(Rosenstock, 1990).
Pada 1974, pendidikan kesehatan mencurahkan seluruh perhatian terhadap isu
keyakinan kesehatan dan perilaku kesehatan individu. Isu tersebut merupakan kesimpulan
dari riset keyakinan kesehatan dalam memahami alasan individu melakukan atau tidak
melakukan tindakan kesehatan, berkaitan dengan berbagai hubungan variasi yang lebih
luas. Isu tersebut juga memberikan dukungan penting dari Model Keyakinan Kesehatan
dalam menjelaskan prilaku pencegahan dan respns terhadap gejala atau diagnosis
penyakit.

Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang digunakan untuk


meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut Model Keyakinan Kesehatan,
tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan seseorang dipengaruhi secara langsung
dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain ancaman yang dirasakan
setara penilaian terhadap keuntungan dan kerugian.

Teori Health Belief Model merupakan salah satu teori yang digunakan untuk
memahami dan mengidentifikasi bagaimana dan kemana mengarahkan strategi untuk
perubahan perilaku dan juga menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku
manusia. Teori ini dapat digunakan untuk meramalkan atau memodifikasi perilaku
kesehatan karena kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan,
penanganan, dan dapat dikaitkan dengan perkembangan penyakit kronis yang tergantung
secara langsung pada hasil dari keyakinan atau penilaian kesehatan (Kirscht, 1988 dalam
Salhat, 2009; Machfoedz, 2006 as cited in Ummuzahro, 2015).

Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat ditentukan
oleh kepercaaan individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia
untuk menghindari terjadinya suatu penyakit (Putri, 2016).

Dari pengertian-pengertian mengenai health belief model yang sudah


dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa health belief model adalah model yang
menspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukkan perilaku
sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu penyakit.
Health belief model ini didasari oleh keyakinan atau kepercayaan individu tentang
perilaku sehat maupun pengobatan tertentu yang bisa membuat diri individu
tersebut sehat ataupun sembuh (Putri, 2016).

2. Sejarah Perkembangan Teori Health Belief Model

Pada tahun 1950-an peneliti kesehatan publik Amerika Serikat mulai


mengembangkan suatu model yang memiliki target indikasi untuk program edukasi
kesehatan. (Hochbaum 1958; Rosenstock 1966 as cited in Ummuzahroh, 2015). Tapi,
psikolog sosial di Amerika Serikat ini mendapati masalah dengan sedikitnya orang yang
berpartisipasi dalam program pencegahan dan deteksi penyakit. Penelitian yang terus
berkembang melahirkan model kepercayaan sehat atau health belief model (Ummuzahror,
2015).
Irwin Rosenstock (1974) adalah tokoh yang mencetuskan health belief model
untuk pertama kali bersama Godfrey Hochbaum (1958). Yaitu teori yang di rancang agar
dapat memahami dengan baik bagaimana orang mempersepsikan ancaman suau penyakit.
Mereka mengembangkannya dengan mengemukakan kerentanan yang dirasakan untuk
penyakit TBC. (Hochbaum, 1958 pada Jones and Barlett, 2010 1966 as cited in
Ummuzahroh, 2015).

Rosenstock dan lebih jauh oleh Baker selama 1970-1980an mengembangkan teori
health belief model untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan juga respon
untuk perawatan pada pasien yang sakit akut dan kronis. Namun akhir akhir ini teori
health belief modeldi kembangkan untuk memprediksi berbagai perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan. Health belief model adalah model kognitif yang
menjelaskan dan memperediksi perilaku sehat dengan fokus pada sikap dan perilaku pada
individu (Widyautama, 2016).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), munculnya model ini didasarkan pada


kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau
masyarakatuntuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang
diselenggarakan oleh provider (Ummuzahroh, 2015).

3. Komponen Health Belief Model

Health Belief Model memiliki empat konstruksi utama yaitu persepsi kerentanan
yang dirasakan (perceived susceptibility), keseriusan yang dirasakan (perceived
seriousness), manfaat yang didapatkan (perceived benefits), dan hambatan yang dihadapi
(perceived barriers) (Jones & Bartlett, 2010 as cited in Ummuzahroh, 2015).

Dalam perkembangannya, perilaku/tindakan seseorang untuk mencegah atau


mengobati penyakit juga dipengaruhi oleh self-efficacy dan petunjuk/pendorong untu
bertindak (cues to action) (Jones & Bartlett, 2010 as cited in Ummuzahroh, 2015).

Sementara itu perubahan perilaku yang lakukan oleh dividu dipengaruhi oleh
modifying factors antara lain usia, jenis kelamin, ras/suku, motivasi, kepribadian, sosial
ekonomi, dan tingkat pendidikan (Jones & Bartlett, 2010 as cited in Ummuzahroh, 2015).

a. Persepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility)


Perceived Susceptibility adalah kepercayaan seseorang dengan menganggap
menderita penyakit adalah hasil melakukan perilaku terentu. Hal ini mengacu pada
persepsi subyektif seseorang menyangkut risiko yang timbul dari kondisi kesehatannya.
Perceived susceptibility juga diartikan miliki hubungan positif dengan perilaku sehat.
Contoh dari perceived susceptibility adalah seorang pekerja seks komersial yang
memiliki kepercayaan bahwa pekerjaannya memiliki resiko yang tinggi untuk tertular
penyakit infeksi menular seksual maupun HIV maka dia akan menggunakan kondom
ketika berhubungan untuk mencegah dirinya terkena penyakit tersebut.
b. Persepsi terhadap keseriusan (perceived severity)
Perceived severity merupakan kepercayaan subjektif dari individu terhadap
seberapa parah konsekuensi secara medis (kematian, cacat dan rasa sakit) maupun dari
segi sosial (efek terhadap pekerjaan, kehidupan keluarga) dari penyakit yang akan di
deritanya. Contohnya adalah individu percaya kalau merokok dapat menyebabkan kanker
maka dia akan berhenti merokok karena besar masalah kesehatan yang akan dia alami
apabila terus merokok. Ketika perceived susceptibility di kombinasikan dengan perceived
severity akan menghasilkan penerimaan ancaman (perceived threat). Asumsinya adalah
apabila seseorang berfikit kesakitan akan betul-betul mengancam dirinya maka ancaman
yang di rasakan meningkat dan menyebabkan perilaku pencegajan juga meningkat.

c. Persepsi terhadap keuntungan (Perceived benefits)


Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang
disarankan untuk mengurangi resiko penyakit. Penerimaan susceptibilitysesorang
terhadap suatu kondisi yang dipercaya dapat menimbulkankeseriusan (perceived threat)
menghasilkan suatukekuatan yang mendukung kearah perubahan perilaku. Contohnya
adalah Individu yang sadar akan keuntungan deteksi dini penyakit akan terus melakukan
perilaku sehat seperti medical check up rutin. Perceived benefits secara ringkas berarti
persepsi keuntungan yang memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat. Individu
yang sadar akan keuntungan deteksi dini penyakit akan terus melakukan perilaku sehat.

d. Persepsi terhadap hambatan (perceived barriers)


Perceived barriers secara singkat berarti persepsi hambatan atau persepsi
menurunnya kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat. Perceived barriers atau
hambatan yang dirasakan untuk berubah, atau apabilaindividu menghadapi rintangan
yang ditemukan dalam mengambil tindakantersebut.Contoh lain SADARI (periksa
payudara sendiri) untuk perempuan yang dirasa agak susah dalm menghitung masa subur
membuat perempuan enggan SADARI. Hubungan perceived barriers dengan
perilaku sehat adalah negatif. Jika persepsi hambatan terhadap perilaku sehat tinggi maka
perilaku sehat tidak akan dilakukan.

e. Cuest to action
Tambahan dari empat kepercayaan heaalth belief model adalah cues of action atau
pemicu. Pemicu timbulnya perilaku adalah kejadian, orang, atau barang yang dapat
mendorong seseorang merubah perilakunya.Cues to action bisa juga di katakan sebagai
hal yang mempercepat tindakan atau membuat seseorang merasa butuh mengambil
tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan perilaku sehat. Cues to action
juga berarti dukungan atau dorongan dari lingkungan terhadap individu yang melakukan
perilaku sehat.

f. Self-efficacy
Self-efficacy adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri unuk melakukan
sesuatu Seseorang umumnya tidak mencoba melakukan sesuatu yang baru kecuali mereka
berpikir mereka mampu melakukannya. Jika seseorang percaya sebuah perilaku baru itu
berguna (perceived benefit), tetapi tidak berfikir dia mampu melakukannya (perceived
barrier), kemungkinan besar bahwa perilaku itu tidak akan dilakukan.
g. Faktor lainnya (modifying factors)
Selain 6 faktor pembentuk di atas (5 pembentuk utama) ada juga yang di sebut
modifying factors yang dapat di bagi kedalam 3 variable yaitu :
a.Variabel demografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, sosial
dan ekonomi
b.Variabel psikologis yang terdiri dari kepribadian, kelas sosial, tekanan sosial
c.Variabel struktural yang terdiri dari pengetahuan dan pengalaman tentang masalah
HBM menjelaskan perubahan dan pemeliharaan perilaku kesehatan sebagai petunjuk cara
kerja dari perilaku kesehatan yang meliputi persepsi individu, faktor-faktor yang
berpengaruh dan kemungkinan untuk bertindak.
Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

4. Kelebihan dan Kekurangan Health Belief Model

1. Kelebihan health belief model


a.Mudah di gunakan
b.Bentuk intervensi yang praktis bagi tenaga kesehatan khususnya untuk tindakan
preventif
c.Analisator perilaku yang beresio terhadap kesehatan

2.Kekurangan health belief model


a.Rosenstock berpendapat bahwa model HBM mungkin lebih berlaku untuk
masyarakat kelas menengah saja.
b.Sheran dan Orbel (1995) menyatakan dalam penelitian sebelumnya, item kuesioner
HBM tidak random dan dapat dengan mudah dibaca oleh responden sehingga
validasinya diragukan.
c.Penelitian cross sectional untuk memperjelas hubungan perilaku dan keyakinan
seseorang.

5. Aplikasi Model Keyakinan Kesehatan

Model keyakinan kesehatah adalah prilaku pencegahan yang berkaitan dengan


dunia medis dan mencakup berbagai perilaku seperti pemerksaan dan pencegahan dan
imunisas. Contohnya, model keyakinan kesehatan dalam imunisasi memberi kesan
bahwa orang yang mengikuti program imunisasi percaya terhadap hal-hal berikut:

1. Kemungkinan terkena penyakit tinggi (rentan penyakit)


2. Jika terjangkit, penyakit tersebut membawa akibat serius
3. Imunisasi merupakan cara paling efektif untuk pencegaha penyakit
4. Tidak ada hambatan serius untuk imunusasi, tetapi hasil beberapa penelitan model
ini menunjukan kebalikannya

Model keyakinan kesehatan melingkupi kebiasaan seseorang dan sifat-sifat yang


dikaitkan dengan perkembangan, termasuk gaya hidup tertentu seperti merokok, diet,
olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan alkohol, penggunaan kondom untuk
pencegahan AIDS dan gosok gigi. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakt lebih
ditekankan pada kontrol resiko. Penelitian terjadinya gejala dan respon terhadap
gejala menggambarkan secara lengkap bagaimana individu menginterpretasikan
keadaan tubuh dan bagaimana berperilaku selektif.

Kelemahan Model Keyakinan Kesehatan

Secara teoritis, kelemahan model keyakinan kesehatan adalah :Model keyakinan


kesehatan lebih didasarkan pada penelitian terapan dalam permasalahan pendidikan
kesehatan darioada penelitiam akademis.

Model keyakianan kesehatan didasarkan pada beberapa asumsi yang dapat


dilakukan, seperti pemikiran bahwa setiap pilhan perilaku selalu berdasarkan
pertimbangan rasional. Selain rasionalnya diragukan, model keyakinan kesehatan
juga tidak memberikan spesifikasi yang tepat terhadap kondisi ketika individu
membuat pertimbangan tertentu.
Model keyakinan kesehatan hanya memperhatikan keyakian kesehatan.
Kenyataan nya, orang dapat membuat banyak pertimbangan tentang perilaku yang
tidak berhubungan dengan kesehatan, tetapi masih mempengaruhi kesehatan. Sebagai
contoh, seseorang dapat bergabung dengan kelompok olahraga karena kontrak sosial
atau ketertarikan pada seseorang dalam kelompok tersebut. Keputusan yang diambil
tidak ada kaitannya dengan kesehatan, tetapi memengaruhi kondisi kesehatannya.
Berkenaan dngan ukuran dari komponen komponen model ini, banyak studi
menggunakan konsep operasional dan pengenalan yang berbeda sehingga sulit
dibandingkan dan dapat menyebabkan hasil yang bias dan prediksi yang tidak
konsisten. Analisa model ini menentukan bahwa prediktor dapat berubah sewaktu-
waktu.

Menurut Model Kepercayaan Kesehatan, Perilaku ditentukan oleh apakah


seseorang:
1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu
2. Menganggap masalah kesehatan ini serius
3. Meyakini efektivitas tujuan pengobatan dan pencegahan
4. Tidak mahal
5. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan

Contoh :

“ Seorang wanita telah mempunyai beberapa orang anak dan mengetahui bahwa
masih potensial untuk hamil sampai beberapa tahun mendatang. Melihat kesehatan
dan status ekonomi tetangganya menjadi rusak karena terlalu banyak anak dan
Mendengar bahwa teknik kontrasepsi tertentu menunjukkan efektivitas sebesar 95 %
aman dan tidak mahal maka dianjurkan oleh petugas kesehatannya agar mulai
memakai kontrasepsi ”
Kelemahan :
Kepercayaan-kepercayaan kesehatan bersaing dengan kepercayaan-kepercayaan
serta sikap-sikap lain seseorang, yang juga mempengaruhi perilaku
Pembentukan kepercayaan seseorang sesungguhnya lebih sering mengikuti
perilaku dan bukan mendahuluinya

C. Transteoritical Model (Model Berharap)

1. Pengertian

Transtheoretical Model (TTM) adalah salah satu teori tentang perubahan perilaku
yang telah dikembangan oleh W. F. Prochaska yang merupakan seorang psikoterapis.
Teori ini fokus pada pengaruh sosial dan biologis. Konstruk utama dari model ini
adalah proses perubahan, hasil perimbangan keputusan dan juga skala rangsanagan
dimana model ini melibatkan pengambilan keputusan, emosi, dan kepercayaan diri.

Transtheoretical Model adalah perubahan perilaku atas kesiapan individu untuk


memiliki tindakan yang lebih sehat, memberikan strategi, atau proses perubahan
untuk memandu individu untuk berperilaku sehat melalui tahapan perubahan dan
pemeliharaan kesehatan. Model ini menjelaskan bagaimana individu memodifikasi
perilaku yang menjadi masalah dan memperoleh perilaku positif. Transtheorical
model adalah model yang fokus pada pembuatan keputusan oleh individu. Asumsi
dasar model ini adalah pada dasarnya individu tidak dapat merubah perilaku dalam
waktu yang singkat, terutama pada perilaku yang menjadi kebiasaan sehari-hari.
Terdapat lima tahapan menuju perubahan bagi individu: Pre-contemplation,
Contemplation, Preparation, Action, dan Maintanance.

Model transteoritikal merupakan model biopsikososial yang integratif,


mengenai perubahan perilaku yang disengaja.Tidak seperti model ataupun teori
perilaku lainnya yang eksklusif hanya terfokus pada dimensi tertentu, seperti
pengaruh sosial atau biologi.

Model ini juga berupaya menyatukan dan mengintegrasikan konstruksi kunci


dari beberapa teori menjadi suatu model perubahan perilaku yang komperhensif agar
dapat digunakan dalam beragam perilaku, populasi dan keadaan (pengobatan, upaya
pencegahan, atau upaya pembuat kebijakan).

The Transtheoretical Model menurut Prochaska dan DiClemente (1983)


adalah suatu model yang integratif tentang perubahan perilaku. Kunci pembangun
dari teori lain yang terintegrasi. Model ini menguraikan bagaimana orang-orang
memodifikasi perilaku masalah atau memperoleh suatu perilaku yang positif dari
perubahan perilaku tersebut.
Model ini adalah suatu perubahan yang disengaja untuk mengambil suatu
keputusan dari individu tersebut. Model melibatkan emosi, pengamatan dan perilaku,
melibatkan pula suatu kepercayaan diri.

Model ini dikembangkan dari pengalaman dalam pelaksanaan program yang


berhubungan dengan perilaku merokok dan pemakaian obat-obatan terlarang.
Program ini meneliti perubahan sebagai sesuatu proses dan mengakui bahwa tiap
orang memiliki tingkat kesediaan atau motivasi yang berbeda untuk berubah.
Transtheoretical model mengemukakan enam tahap (stage) terpisah. Melalui tahap-
tahap ini, seseorang dapat berubah ke arah perilaku sehat jangka panjang yang positif.

2. Sejarah

Transtheoretical Model mulai dibentuk pada awal 1980-an yang diperkenalkan


oleh James Prochaska dan Carlo Diclemente mengenai konsep awal yang mereka
sebut dengan SCM (Stage Of Change Model) digunakan untuk memahami perilaku.
Konsep ini kemudian diberi nama Transtheoretical Model yang merupakan gabungan
dari konsep yang dikembangan oleh Velicer, Fava, Norman, dan Redding (1996),
Transtheoretical Model (TTM) memiliki point-point yang dikhususkan untuk
memfasilitasi dan mengakselerasi perubahan perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan, baik perilaku adiktif maupun perilaku non adiktif (Prochaska, et.al, 1994).

3. Komponen

Transtheoretical Model (TTM) terdiri dari empat komponen yaitu stage of change,
processes of change, decisional balance dan self-efficacy.

1. Stage of Change
Transtheoretical Model (TTM) berbicara mengenai perubahan terjadi secara bertahap,
terdapat lima tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan perilaku yang
sempurna, yaitu:

a. Pre-contemplation
Tahap awal dimana individu belum siap menghadapi perubahan. Mereka masih
belum menyadari kebutuhan untuk berubah. Pada tahap ini individu belum memilki
niatan untuk berubah dalam waktu dekat. Tahapan ini diperlukan stategi bagi individu
untuk belajar lebih banyak mengenai perilaku hidup sehat, memikirkan pro mengenai
perubahan perilaku.

b. Contemplation
Individu yang berada dalam tahap ini sudah mulai berpikir untuk berubah dalam
waktu dekat. Strategi yang diperlukan pada tahap ini adalah individu membayangkan
dampak positif atau manfaat ketika mereka sudah melakukan perubahan perilaku,
individu juga belajar mengurangi kontra terhadap perubahan perilaku.
c. Preparation
Individu telah siap melakukan perubahan dalam jarak dekat. Mereka sudah
mengambil langkah-langkah untuk berubah. Dalam tahap ini dibutuhkan dukungan
dari orang-orang terdekat mereka, individu juga dapat mengatakan kepada orang lain
mengenai rencana perubahan perilakunya dan berpikir tentang hal-hal positif yang
akan dia dapatkan.

d. Action
Individu telah melakukan perilaku sehat dalam waktu dekat. Individu telah membuat
komitmen untuk berubah. Strategi yang diperlukan adalah mengganti kegiatan yang
berkaitan dengan perilaku sehat dengan hal-hal positif, menghargai diri sendiri dan
menghindari situasi dan orang lain yang berpotensi untuk membawa mereka kembali
ke perilaku sebelumnya.

e. Maintenance
Individu telah memelihara perilaku sehat dalam jangka panjang. Di tahap ini individu
telah sadar pentingnya perilaku sehat.

2. Processes of change
Terdapat sepuluh proses perubahan yang mempengaruhi disetiap tahapannya, yaitu

a. Consciousness raising (peningkatan kesadaran)


Peningkatkan kesadaran tentang penyebab, dampak dan penyembuhan untuk masalah
perilaku yang dialami individu. Upaya untuk meningkatkan kesadaran dapat
dilakukan dengan kampanye media.

b. Dramatic relief (penyuluhan dramatic)


Individu juga dapat meningkatkan kesadaran melalui pengalaman atau sesuatu yang
membangkitkan emosional individu, sehingga individu tergerak untuk adanya
perubahan pada perilakunya. Contohnya psikodrama.

c. Self-reevaluation (Evaluasi Diri)


Proses dimana membandingkan dirinya sendiri dengan role model atau panutan yang
memiliki perilaku sehat.

d. Environmental reevaluation (Evaluasi Lingkungan)


Penilaian kognitif dan afektif mengenai bagaimana kebiasaan individu yang tidak
sehat, akan atau telah mempengaruhi lingkungan sosial. Hal ini juga dapat
meningkatkan kesadaran dirinya yang telah atau sedang menjadi model yang baik
atau buruk bagi oranglain. Contohnya kebiasaan merokok

e. Self-liberation (kebebasan pribadi)


Keyakinan bahwa individu mampu berubah dan memiliki komitmen atau niat untuk
melakukannya. Mudahnya seperti, resolusi di tahun baru atau membuat janji dengan
kesaksian publik. Hal ini diyakini dapat meningkatkan kekuatan kemauan seseorang

f. Social liberation (kebebasan sosial)


Ketersediaan, sarana atau alternatif untuk membantu merubah perilaku tidak sehat.
Diperlukan advokasi, prosedur pemberdayaan dan kebijakan yang tepat agar social
liberation meningkat, contohnya zona bebas asap dan juga peraturan dilarang
merokok di tempat-tempat tertentu.

g. Counter conditioning (kondisi yang berlawanan)


Diperlukan pembelajaran perilaku sehat yang dapat menggantikan perilaku yang
bermasalah. Contohnya relaksasi sebagai counter stress, makanan bebas lemak
sebagai pengganti makanan berkalori banyak (Prochaska, J.O.,et all., 2013)

h. Stimulus control (pengendalian rangsangan)


Menghilangkan stimulus yang dapat meningkatkan kebiasaan yang tidak sehat,
dengan cara menambah alternatif anjuran yang lebih sehat.

i. Contingency management (pengelolaan kemungkinan)


Terdapat konsekuensi yang diperoleh individu ketika ia memutuskan untuk
mengambil langkah perubahan. Pemberian reward akan membuat individu untuk
mengulangi perubahan perilaku yang sehat dibandingkan dengan pemberian
punishment. Dapat disimpulkan bahwa penguatan diperlukan agar seseorang mau
mengulang atau meneruskan perilaku sehatnya.

j. Helping relationship (kerjasama)

Dibutuhkan dukungan dari pihak-pihak disekitar individu yang ingin merubah


perilakunya, seperti kerabat dekat, sahabat, teman, atau orangtua. Dukungan dapat
diwujudkan dalam netuk kepedulian, kepercayaan, keterbukaan dan penerimaan dari
lingkungan sosialnya. Dukungan dinilai dapat meningkatkan usaha individu untuk
berubah.

3. Decisional Balance
Merupakan sebuah konstruk yang membangun cerminan individu relative menimbang
pro dan kontra dari suatu peribahan. Terdapat 4 kategori pro yaitu keuntungan diri
sendiri dan orang lain, dan persetujuan/penerimaan dirinya dan orang lain. serta 4
kategori kontra yaitu biaya yang dikeluarkan diri sendiri dan orang lain, dan
penolakan diri sendiri dan orang lain (Janis & Manss, 1985).

4. Self-efficacy
Yaitu membangun keyakinan individu untuk dapat mengatasi resiko tanpa kembali ke
perilaku tidak sehat. Diadaptasi dari teori Bandura tentang Self-Efficacy. Situational
Templation Measure merupakan suatu dorongan untuk terlibat perilaku tertentu pada
suatu kondisi beresiko tinggi. Self-Efficacy Measure merupakan suatu kepercayaan
untuk tidak terlibat dalam hal tertentu. (Velicer, Prochaska, Fava, & Norman, 1998).

4. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan :
The Transtheoretical model (TTM) berhasil mengintegrasikan beberapa teori
terdahulunya tentang modifikasi perilaku dengan lebih lengkap dan kompleks. pola
yang digunakan berbentuk pola umum, sehingga teori ini sangat fleksibel untuk
diterapkan di segala perubahan perilaku. Otomatis, teori ini dapat digunakan oleh
berbagai kalangan dan dapat digunakan untuk perubahan perilaku apapun. The
Transtheoretical model(TTM) melakukan perubahan perilaku secara bertahap
sehingga individu yang berkaitan tidak langsung berubah secara drastis. Hal ini
berdampak lebih baik agar perilaku sebelumnya ketika re-lapsing dapat
diminimalkan.

Kekurangan :
Sedangkan kekurangan dari The Transtheoretical model(TTM) adalah teori ini
berasumsi bahwa individu akan dapat memodifikasi perilakunya dalam jangka waktu
kurang lebih 6 (enam) bulan. Namun, belum ada pembuktian empiris yang
menjelaskan bahwa rentang waktu selama 6 (enam) bulan tersebut adalah waktu yang
cukup untuk pengubahan suatu perilaku. Selain itu, teori ini juga tidak menjelaskan
pengaruh dari faktor lain yang sebenarnya turut andil dalam perubahan perilaku
seseorang.

5. Aplikasi Penerapan

Ryan adalah seorang siswa SMA dengan kesadaran rendah mengenai


kesehatannya, ia merupakan perokok aktif yang berusaha untuk merubah perilakunya.
Dalam proses perubahan perilaku merokok menurut transtheoretical model terdapat
tahap-tahap yang harus dilalui Ryan dalam perubahan perilaku. Pertama,
precontemplation dimana Ryan merasa bahwa dirinya tidak memilki permasalahan
terhadap perilaku yang ia tunjukan, Ryan tidak memiliki motivasi untuk mengubah
perilaku. Ia tidak ingin berhenti merokok karena ia merasa baik-baik saja dan tidak
terdapat masalah pada dirinya. Pemikiran Ryan tersebut mengakibatkan ia tidak ingin
berhenti merokok. Kedua, contemplation yang merupakan tahap dimana Ryan mulai
menunjukkan kesadaran yang muncul dari dalam dirinya akan perilaku tersebut.
Tetapi hal tersebut hanya sebatas kesadaran sehingga Ryan belum dapat berkomitmen
merubah perilakunya. Ketiga, preparation merupakan kondisi dimana Ryan mulai
membangun niat untuk merubah perilakunya, ia membuat rencana minggu depan
dirinya akan melepaskan rokok, dan membuat strategi perlahan dengan cara
mengurangi konsumsi rokok sampai akhirnya sama sekali tidak mengonsumsi.
Action, pada tahap ini Ryan berusaha secara perlahan menggantikan rokok dengan
permen. Ketika keinginannya untuk mengonsumsi rokok muncul, Ryan akan membeli
permen dan memakannya untuk mengalihkan rasa inginnya mengonsumsi rokok.
Maintenance Ryan berusaha untuk tetap menjaga perilaku memakan permen ketika
merasa ingin mengonsumsi rokok.

Tahap terahkir adalah termination, dimana Ryan melupakan perilaku


merokoknya, ia sudah tidak lagi memiliki keinginan untuk mengonsumsi rokok,
sekalipun ia berteman atau sedang berada dalam situasi yang memungkinkan Ryan
untuk kembali merokok.

Anda mungkin juga menyukai