Anda di halaman 1dari 13

GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI

1922201057 1622201030

Bahan Referensi :
1. Effendi Asnal, 2010, FISIKA 1, Padang : Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi Padang

TUGAS I
MOMEN INERSIA PENAMPANG

1.1 Pendahuluan
Pada pembahasan mengenai Torsi, gurumuda sudah menjelaskan pengaruh torsi
terhadap gerakan benda yang berotasi. semakin besar torsi, semakin besar
pengaruhnya terhadap gerakan benda yang berotasi. Dalam gerak rotasi, “massa”
benda tegar dikenal dengan julukan Momen Inersia alias MI. Momen Inersia dalam
Gerak Rotasi mirip dengan massa dalam gerak lurus.

1.2 Momen Inersia Partikel


Sebelum membahas momen inersia benda tegar, terlebih dahulu di pelajari Momen
inersia partikel. dalam hal ini jangan membayangkan partikel sebagai sebuah benda
yang berukuran sangat kecil. Sebenarnya tidak ada batas ukuran yang ditetapkan
untuk kata partikel. Jadi penggunaan istilah partikel hanya untuk mempermudah
pembahasan mengenai gerakan, di mana posisi suatu benda digambarkan seperti
posisi suatu titik. Konsep partikel ini yang kita gunakan dalam membahas gerak
benda pada Topik Kinematika (Gerak Lurus, Gerak Parabola, Gerak Melingkar) dan
Dinamika (Hukum Newton). Jadi benda-benda dianggap seperti partikel.
Setelah membahas Momen Inersia Partikel, maka akan berkenalan dengan momen
inersia benda tegar. btw, benda tegar itu memiliki bentuk dan ukuran yang beraneka
ragam. Jadi untuk membantu kita memahami momen Inersia benda-benda yang
memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda itu, terlebih dahulu kita pahami
Momen Inersia partikel. Bagaimanapun, setiap benda itu bisa dianggap terdiri dari
partikel-partikel.

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 1


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

Sekarang mari tinjau sebuah partikel yang melakukan gerak rotasi. Dapat
menggunakan gambar saja

Gambar 1.0 Sebuah partikel yang memerlukan gerak rotasi

Misalnya sebuah partikel bermassa m diberikan gaya F sehingga ia melakukan gerak


rotasi terhadap sumbu O. Partikel itu berjarak r dari sumbu rotasi. mula-mula partikel
itu diam (kecepatan = 0). Setelah diberikan gaya F, partikel itu bergerak dengan
kecepatan linear tertentu. Mula-mula partikel diam, lalu bergerak (mengalami
perubahan kecepatan linear) setelah diberikan gaya. Dalam hal ini benda mengalami
percepatan tangensial. Percepatan tagensial = percepatan linear partikel ketika
berotasi. Kita bisa menyatakan hubungan antara gaya (F), massa (m) dan
percepatan tangensial (at), dengan persamaan Hukum II Newton :

Karena partikel itu melakukan gerak rotasi, maka ia pasti mempunyai percepatan
sudut. Hubungan antara percepatan tangensial dengan percepatan sudut dinyatakan
dengan persamaan :

Sekarang kita masukan a tangensial ke dalam persamaan di atas :

di kalikan ruas kiri dan ruas kanan dengan r :

Perhatikan ruas kiri. rF = Torsi, untuk gaya yang arahnya tegak lurus sumbu
(bandingan dengan gambar di atas). Persamaan ini bisa ditulis menjadi :

mr2 adalah momen inersia partikel bermassa m, yang berotasi sejauh r dari sumbu
rotasi. Jadi Momen Inersia partikel merupakan hasil kali antara massa partikel itu (m)

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 2


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

dengan kuadrat jarak tegak lurus dari sumbu rotasi ke partikel (r2 ). Secara
matematis, momen inersia partikel dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan : I = Momen Inersia


M = Massa partikel
r = Jarak partikel dari sumbu rotasi

1.3 Momen Inersia Benda Tegar


Secara umum, Momen Inersia setiap benda tegar bisa dinyatakan sebagai berikut :

Benda tegar bisa kita anggap tersusun dari banyak partikel yang tersebar di seluruh
bagian benda itu. Setiap partikel-partikel itu punya massa dan tentu saja memiliki
jarak r dari sumbu rotasi. jadi momen inersia dari setiap benda merupakan jumlah
total momen inersia setiap partikel yang menyusun benda itu.

1.4 Momen Inersia Benda-Benda yang Bentuknya Beraturan


Selain bergantung pada sumbu rotasi, Momen Inersia (I) setiap partikel juga
bergantung pada massa (m) partikel itu dan kuadrat jarak (r2 ) partikel dari sumbu
rotasi. Total massa semua partikel yang menyusun benda = massa benda itu.
Persoalannya, jarak setiap partikel yang menyusun benda tegar berbeda-beda jika
diukur dari sumbu rotasi. Ada partikel yang berada di bagian tepi benda, ada partikel
yang berada dekat sumbu rotasi, ada partikel yang sembunyi di pojok bawah, ada
yang terjepit di tengah. amati gambar di bawah

Gambar 1.1. Contoh sebuah benda tegar

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 3


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

Momen Inersia lingkaran tipis yang berotasi seperti tampak pada gambar di atas,
bisa diturunkan sebagai berikut :

Perhatikan gambar di atas. Setiap partikel pada lingkaran tipis berada pada jarak r
dari sumbu rotasi. dengan demikian :

Ini persamaan momen inersia-nya. Rumus momen inersia benda-benda tegar.


Penurunannya pakai kalkulus sehingga agak beribet. Ada cara lain untuk
menurunkan momen inersia benda tegar, selain menggunakan kalkulus, yakni
dengan bantuan teorema sumbu sejajar, teorema sumbu tegak lurus + sifat simetri
benda. Prof. Yohanes Surya sudah menurunkan beberapa momen inersia benda
tegar, tapi Cuma beberapa benda tegar saja. Btw, gurumuda juga lagi oprek dan
modifikasi momen inersia tanpa kalkulus hasil karya Prof. Yohanes Surya. Kalau
dirimu baca langsung tulisan prof. Yohanes juga agak ribet, karena minimal perlu
pengetahuan tentang teorema sumbu sejajar dkk.

1.5 Contoh Soal


Latihan Soal 1 :
Sebuah partikel bermassa 2 kg diikatkan pada seutas tali yang panjangnya 0,5 meter
(lihat gambar di bawah). Berapa momen Inersia partikel tersebut jika diputar ?

Panduan Jawaban :
Catatan :
Yang kita bahas ini adalah rotasi partikel, bukan benda tegar. Jadi bisa dianggap
massa benda terkonsentrasi pada pusat massanya. Momen inersianya berapa-kah
?

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 4


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

Latihan Soal 2 :
Dua partikel, masing-masing bermassa 2 kg dan 4 kg, dihubungkan dengan sebuah
kayu yang sangat ringan, di mana panjang kayu = 2 meter. (lihat gambar di bawah).
Jika massa kayu diabaikan, tentukan momen inersia kedua partikel itu, jika :
Sumbu rotasi terletak di antara kedua partikel

Panduan Jawaban :

Momen inersia = 6 kg m2
Sumbu rotasi berada pada jarak 0,5 meter dari partikel yang bermassa 2 kg

Momen inersia = 9,5 kg m2


Sumbu rotasi berada pada jarak 0,5 meter dari partikel yang bermassa 4 kg

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 5


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

Momen inersia = 5,5 kg m2

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, tampak bahwa Momen Inersia sangat


dipengaruhi oleh posisi sumbu rotasi. Hasil oprekan soal menunjukkan hasil momen
Inersia yang berbeda-beda. Partikel yang berada di dekat sumbu rotasi memiliki
momen inersia yang kecil, sebaliknya partikel yang berada jauh dari sumbu rotasi
memiliki FISIKA 1/ Asnal Effendi, MT 13.14 momen inersia yang besar. Jika kita
mengandaikan bahwa kedua partikel di atas merupakan benda tegar, maka setiap
partikel penyusun benda tegar yang berada di dekat sumbu rotasi memiliki momen
inersia yang lebih kecil dibandingkan dengan momen inersia partikel yang jaraknya
lebih jauh dari sumbu rotasi. Walaupun bentuk dan ukuran sama, tapi karena posisi
sumbu rotasi berbeda, maka momen inersia juga berbeda.

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 6


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

Bahan Referensi :
1. Wang C.K., 1984, Struktur Statis Tak Tentu, Jakarta : Erlangga
2. Mulyati, 2011, Bahan Ajar – Analisa Struktur II, Padang : Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Institut Teknologi Padang

TUGAS 2
PERSAMAAN TIGA MOMEN

2.1 Pengertian Persamaan Tiga Momen


Persamaan tiga momen menyatakan hubungan antara momen lentur di tiga
tumpuan yang berurutan pada suatu balok menerus yang memikul
bebanbeban yang bekerja pada kedua bentangan yang bersebelahan,
dengan atau tanpa penurunan-penurunan tumpuan yang tak sama.
Hubungan ini dapat diturunkan berdasarkan kontinuitas kurva elastis di atas
tumpuan tengah, yakni kemiringan garis singgung diujung kanan bentangan
sebelah kiri harus sama dengan kemiringan garis singgung di ujung kiri
bentangan sebalah kanan.

2.2 Penurunan Persamaan Tiga Momen


a. Diagram momen pada dua bentangan yang bersebelahan

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 7


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

b. Diagram momen pada suatu bentangan

Diagram momen pada bentangan AB dibagi menjadi dua bagian, yaitu


diagram momen akibat beban-beban yang bekerja pada AB apabila
dianggap sebagai suatu balok sederhana, dan diagram momen yang
dihasilkan dari momen-momen MA dan MB dimasing-masing tumpuan.
 Bentangan AB dan BC sebagai dua bentangan yang bersebelahan
pda suatu balok yang semula horizontal.
 Karena penurunan yang tidak sama, tumpuan A dan tumpuan C lebih
tinggi dari tumpuan B, masing–masing sebesar hA dan hc dengan
demikian kurva elastisnya melalui titik-titik A’, B, dan C’.
 MA, MB, dan MC sebagai momen lentur di tumpuan A, B, dan C.
 Diagram momen pada bentangan AB dan BC yang dibagi menjadi dua
bagian. Diagram momen A1 dan A2 disebabkan oleh beban-beban
pada masing-masing bentangan, dan diagram momen A3, A4 dan A5,
A6, disebabkan oleh masing-masing ujung MA, MB, pada bentangan
AB dan MB, Mc di tumpuan.
 Hubungan antara MA, MB, dan MC dapat diturunkan dari kondisi
keselarasan untuk balok menerus di B, atau garis singgung kurva
elastis BA’ di B terletak pada garis lurus yang sama dengan garis
singgung kurva elastis BC’ di B.

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 8


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

 Titik hubung B dapat dianggap sebagai suatu sambungan kaku.


 Garis singgung A1 BC1 Berupa garis lurus, dinyatakan dengan
persamaan :
𝐴𝐴 𝐶𝐶
= … … … … … … … … … … … … … … … … (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛. 1)
𝐿 𝐿
Dimana : AA1 = hA - A1A’ = hA – (lendutan di A’ dari garis singgung di
B)
1
=ℎ − (𝐴 𝑎 + 𝐴 𝐿 + 𝐴 𝐿 )
𝐸𝐼
1
=ℎ − (𝐴 𝑎 + 𝑀 𝐿 + 𝑀 𝐿 ) … … (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛. 2)
𝐸𝐼
Dan
CC1 = C1C’ – hC = (lendutan di C’ dari garis singgung di B) – hC
1
= (𝐴 𝑎 + 𝐴 𝐿 + 𝐴 𝐿 ) − ℎ
𝐸𝐼
1
= (𝐴 𝑎 + 𝑀 𝐿 + 𝑀 𝐿 ) − ℎ … … (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛. 3)
𝐸𝐼
Substitusikan pers. 2) dan pers. 3) ke dalam pers. 1),maka diperoleh :
ℎ 1 1 ℎ
− (𝐴 𝑎 + 𝑀 𝐿 + 𝑀 𝐿 )− (𝐴 𝑎 + 𝑀 𝐿 + 𝑀 𝐿 )− … … (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛. 4)
𝐿 𝐿 𝐸𝐼 𝐸𝐼 𝐿

Dengan mengalikan setiap suku dalam pers. 4) dengan 6E,sehingga :


𝐿 𝐿 𝐿 𝐿 6. 𝐴 . 𝑎 6. 𝐴 . 𝑎 6. 𝐸ℎ
𝑀 + 2𝑀 + +𝑀 =− − + (𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛. 5)
𝐼 𝐼 𝐼 𝐼 𝐼 .𝐿 𝐼 .𝐿 𝐿
Pers. 5) dikenal sebagai Persamaan Tiga Momen

2.3 Penerapan Persamaan Tiga Momen pada Balok Statis Tak Tentu

 Momen di tumpuan A dan E dapat ditentukan dengan menggunakan


persamaan-persamaan statika

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 9


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

 Untuk menentukan momen di tumpuan B, C dan D ditentukan dengan


menggunakan persamaan tiga momen.
 Bila momen lentur di semua tumpuan telah diketahui, setiap bentangan
dapat dianalisa terpisah yaitu sebagai akibat pembebanan yang diberikan
dan momen-momen ujungnya.
 Reaksi-reaksi di tumpuan dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan statika, sehingga diagram gaya geser dan momen dapat
digambarkan.

 Jika salah satu ujung balok terjepit, momen lentur di tumpuan terjepit tidak
diketahui.
 Untuk itu ditambahkan suatu bentangan khayal A0A dengan panjang L0
yang hanya ditumpu di A0 dan memiliki momen inersia yang tak terhingga
besarnya.

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 10


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

2.4 Contoh Soal


Pada gambar, balok menerus dengan beban merata terbatas dan beban
terpusat akan dianalisa dengan persamaan tiga-momen. Gambarkan diagram
momen, gaya lintang dan kurva elastiknya.

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 11


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

Penyelesaian :

Diagram momen untuk AB, BC dan CD diperoleh dengan menganggap tiap


bentang sebagai balok sederhana dan diperlihatkan pada Gambar (b). Untuk
bentang BC diagram momennya digambar terpisah yaitu untuk beban merata
dan untuk beban terpusat. Dapat dilihat bahwa MA= 0 dan MD= -18 kip ft
(negatif sebab terjadi tegangan te kan pada bagian bawah balok di D).

Gunakan persamaan tiga momen untuk :


Bentang AB dan BC

Bentang BC dan CD

Disederhanakan,

Diselesaikan,

Sebelum analisa dilanjutkan sebaiknya dicheck terlebih dahulu kebenaran


nilai-nilai MB dan MC yang telah ditentukan diatas. Hal ini dapat dilakukan
dengan suatu cek terhadap ƟB pada bentang AB dan BC serta terhadap Ɵc
pada bentang BC dan CD. Dengan menggunakan metode conjugate beam,
jelas terlihat bahwa diagram momen total pada tiap bentang adalah jumlah
dari gambar (b) dan (c). Gunakan metode conjugate beam untuk :

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 12


GERRY LINEKER CHANDRA SUPRIADI
1922201057 1622201030

Bentang AB

Bentang BC

Bentang BC

Bentang CD

Perlu dicatat bahwa MB dan MC dicari berdasarkan kontinuitas perletakan


perletakan B dan C, yaitu dengan menggunakan persamaan tiga momen,
sehingga nilai-nilai yang diperoleh perlu dicek dengan persyaratan-
persyaratan kontinuitas di B dan C: ƟB pada bentang BC dan Ɵc pada bentang
BC: Ɵc pada bentang CD.
Diagram Geser, diagram momen dan kurva elastik seperti terlihat pada
Gambar dibawah ini.

UNIVERSITAS LANCANG KUNING 13

Anda mungkin juga menyukai