Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Iodometri adalah titrasi terhadap iodium (I2) yang terdapat dalam larutan, sedangkan
iodimetri adalah titrasi dengan larutan I2 standar. Iodometri biasa dimanfaatkan untuk
penerapan kadar zat oksidator /redoktor. Apalagi zat yang diuji zat pksidator maka kita
melaksanakan iodometri sedankan apabila zat yang diuji zat oksidator maka prinsipnya zat
tersebut direaksikan dengan iodium berlebihan, maka terbentuk 1 dimana iod ditangkap
dengan menggunakan titrasi larutan natrium thiosulfat maka disebut iodometri.

Iodometri bisa dimanfaatkan untuk penetapan kadar oksidator atau reduktor. Apabila
zat yang diuji reduktor maka kita melaksanakan iodometri. Zatnya oksidator maka prinsipnya
zat tersebut direaksikan dengan iodium berlebih maka terbentuk I2 ditangkap dengan
menggunakan titrasi larutan natrium thiosulfat maka disebut iodometri.

Iodometri biasanya digunakan untuk penetapan kadar zat oksidator/reduktor.


Kerugiannya, iod mudah menguap dan teroksidasi oleh udara, sehingga harus dilakukan
titrasi dalam keadaan dingin dan cepat.
Zat-zat penting yang merupakan zat pereduksi yang cukup kuat untuk dititrasi dengan
iod adalah triosulfat, arsen (III) , stibium(III), sulfide, sulfit, timah(II) dan ferpsianida. Daya
mereduksi dari beberapa zat ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan
penyesuaian pH dengan tepat dapatlah reaksi dengan iod itu dibuat kuantitatif.
Iod hanya sedikit sekali dapat larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25º C),
membentuk kompleks triodida dengan iodida,
Dengan tetapan kesetimbangan sekitar 710 pada 25ºC. Ditambahkan kalium iodide
berlebih untuk meningkatkan kelarutan dan menurunkan keatsirian iod. Biasanya
ditambahkan 3% sampai 4% bobot KI kedalam larutan 0,1 N, dan kemudian wadahnya
disumbat baik-baik.
Iod cenderung dihidrolisis, dengan membentuk asam iodide dan hipoiodit,
Kondisi yang meningkatkan derajat hidrolisis haruslah dihindari. Titrasi tak dapat
dilakukan dalam larutan yang sangat basa, dan larutan standar iod haruslah disimpan dalam
botol gelap untuk mencegah penguraian HIO oleh cahaya matahari.
Titrasi dapat dilakukan tanpa indicator, karena warna I2 dari coklat tua menjadi kuning
jerami menjadi tidak berwarna atau ditambah indicator amylum membentuk kompleks
iodoamylum berwarna biru, pada TAT iod akan lepas menjadi tidak berwarna.
Penambahan Amylum mendekati TAT (kuning jerami), agar amilum tidak membungkus
iod, dan I2 yang banyak dapat menguraikan amylum.

1.2 Tujuan Praktikum :

 Mempelajari prinsip oksidasi dan reduksi


 Memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi melalui titrasi
 Menentukan konsentrasi atau kadar logam dalam sampe

1.3 Landasan Teori

Iodometri dan iodimetri biasa di manfaatkan untuk penerapan kadar zat


oksidator/reduktor apalagi zat yang diuji oksidator maka pada prinsipnya zat tersebut
direaksikan dengan iodium berlebihan maka akan terbentuk I2 dimana iod ditangkap
dengan menggunakan titrasi larutan natrium thiosulfat maka disebut iodometri.

iod merupakan zat yang jauh lebih lemah dari kalium permanganate, senyawa
serium(IV) dan kalium dikromat. Dari lain pihak iod diode merupakan zat pereduksi
yang kuat.

Reaksi antara iod thiosulfat berlangsung baik. Iod yang merupakan ion
berlebihan ditambahkan pada zat pengoksida yang akan ditetapkan, dibebaskan iod
kemudian dititrasi dengan natrium thiosulfat, larutan tidak boleh distandarkan
berdasarkan penimbangan secara langsung melainkan harus distandarkan terhadap suatu
standar primer.

Dasar iodometri adalah suatu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi
iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensi oksidator seperti CuSO45H2O. Pada titrasi
iodometri perlu diawasi PHnya , larutan harus dijaga agar PHnya lebih kecil dari es
karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi dengan hidroksida. Membentuk
iodida dan hipoidit dan selanjutnya terurai menjadi iodide dan iodat yang akan
mngoksidasi thiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif.
Indicator yang digunakan dalam reaksi ini adalah amylum. Amylum tidak mudah larut
dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk komplek yang sukar
larut dalam air bila bereaksi iodium , sehingga tidak boleh ditambahkan pada saat larutan
berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan akhir titrasi tiba-tiba. Titik akhir titrasi
ditandai dengan terjadinya hilang warna biru dan larutan menjadi bening.

Penerapan proses iodometri daam kimia analitik digunakan dengan meluas baik untuk
iodometri tembaga bijih maupun aliase. Metode ini memberikan hasil yang baik sekali
dan lebih cepat dari pada penerapan tembaga secara elektrolis. Bijih tembaga
mengandung besi, arsen dan stilzium. Unsure-unsur ini dalam keadaan oksidasi yang
tinggi akan mengoksidasi iodida.

Iodimetri biasanya dimanfaatkan untuk penerapan kadar zat oksidator/reduktor, kerugian


metode iodometri yaitu iod mudah menguap dan teroksidasi oleh udara, sehingga harus
dilakukan titrasi dalam keadaan dingin dan cepat.

Iod digunakan sebagai zat pengoksid(iodimetri), danb iod digunakan sebagai sebagai
zat pereduksi(iodimetri). Penetapan iodimetri sedikit jumlahnya karena sedikit zat yang
bersifat pereduksi yang cukup untuk dapat dititrasi langsung dengan iod. Tetapi banyak
zat pengoksid yang cukup kuat untuk bereaksi dengan lengkap dengan ion iodida, dan
terdapat banyak penerapan proses iodimetri. Iod berlebih ditambahkan pada zat
pengoksid yang akan dilaksanakan , dibebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan
larutan natrium thiosulfat.

1. proses iodometri langsung

Zat-zat penting yang merupakan zat pereduksi yang cukup kuat adalah thiosulfat ,
arsen (III) , stibium (III) , sulfide , sulfit timah (II) dan terosianida . daya mereduksi dari
beberapa zat ini bergantung pada konsntrasi ion hidrogen,

Standarisasi

Larutan iod standar dapat disiapkan dengan menimbang langsung iod murni dan
melarutkannya serta mengeencerkan dalam sebuah labu volumetric. iod itu dimurnikan
dengan siblimasi dan ditambahkan kedalam larutan KI pekat , yang ditimbang dengan
tepat sebelum maupun sesudah penimbangan iod.
Penetapan dengan iod

Beberapa penetapan dilakukan dngan titrasi langsung dengan suatu larutan iod
standar. Penetapan stibium serupa dengan penetapan arsen. Titrasi dilakukan dalam suatu
buffer bikarbonat dengan PH sekitar 8. Dalam penetapan timah dan sulfit larutan yang
akan dititrasi harus dilindungi terhadap oksidasioleh udara. Titrasi hydrogen sulfide
seringkali digunakan untuk menetapkan kadar belerang dalam besi/baja.

2. prose iodometri tidak langsung

Banyak zat pengoksid kuat dapat dianalisisdengan menambahkan kalium iodida


berlebih dan menitrasi iod yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksid yang
menuntut larutan asam untuk bereaksi deengan iodida, natrium tiosulfat, lazim
digunakan sebagai titran. Titrasi dengan arsen (III) memerlukan larutan yang sedikit
sekali basa.

Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil dalam menangani larutan kalium iodide
untuk menghindari galat. Misal , ion iodida dioksidasi oleh oksigen dan udara.

4H+ + 4I- + o2 _ _ _ > 2I2 + 2H2O

Reaksi ini lambat dalam keadaan netral, namun lebih cepat dalam asam dan
dipercepat oleh cahaya matahari. Setelah penambahan kalium iodide kedalam suatu
larutan asam dari suatu zat pengoksid, larutan tak boleh dibiarkan terlalu lama
bersentuhan dengan udara , karena akan terbentuk tambahan iod oleh raksi tersebut
diatas. Nitrit tak boleh ada karena garam ini akan mereduksi oleh ion iodide menjadi
nitrogen monosida , yang kemudian dioksidasi menjadi nitrit oleh oksigen dari udara.

-Natrium Tiosulfat

Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium tiosulfat.
Natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama , biasanya air yang digunakan untuk
menyiapkan larutan tiosulfat dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau
natrium karbonat sebagai pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara berlangsung lambat.
Tetapi runutan tembaga yang kadang-kadang terdapat dalam air sulinh akan
mengkatalis oksidasi oleh udara ini.
Prinsip dari iodometri yaitu iodometri merupakan reaksi reduksi oksidasi , larutan
CuSO4 dalam air suling dititrasi dengan Na2SO3. selanjutnya Na2SO 3 bereaksi dengan
indikator amylum sampai warna komplek hilang( tidak berwarna).

Istilah oksidator mngacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan
oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti
proses oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron.
Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor , atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan
saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu pada suatu
senyawa , tidak kepada atom saja

Oksidator lebih jarang ditntukan dibandingkan reduktor. Namun demikian oksidator


dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan
oksidator adalah kalium iodida , ion titanium (III) , ion besi (II) , dan ion vanadium (II).
Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri ,
sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri.

Dalam proses analitik , iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi(iodimetri) dan


ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi(iodometri). Relative beberapa zat
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan
iodium. Maka jumlah penntuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi
oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida dan ada banyak
penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodide ditambahkan keepada
pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara
sempurna.

Iodium hanya sedikit laritan dalam air(0,0034 mol pr liter pada 250C), tetapi agak
larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar dapat dibuat
dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetric.
Iodium dimurnikan dngan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan n KI pekat,
yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penambahan iodium. Akan
tetapibiasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang
paling biasa digunakan.
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium
tiosulfat. Garamn ini biasanya tersdia sebagai ;pentahidrat Na2S2O3.5H2O. larutan tiidak
bole distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi
teerhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama.
Sejumlah zat padat digunakan sbagai standar pimer untuk larutan natrium tiosulfat.
Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena
kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih swering digunakan pereaksi yang
kuat untuk

Metode titrasi iodometrik langsung(iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu


larutan iod standar.metode titrasi iodometrik tak langsung (iodometri) adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Potensial reduksi normal
dari sistem reversible:

I2(solid) 2e 2I-

Adalah 0,5345 volt. Persamaan diatas mengacu kepada suatu larutan air yang jenuh
dengan adanya iod padat, reaksi sel setengah ini akan terjadi, misalnya menjelang akhir
titrasi iodida dengan suatu zat pengoksid seoperti kalium permanganat, ketika
konsentrasi ion iodida menjadi relative rendah . dekat permulaan atau dalam kebanyakan
titrasi iodometri, bila iodida terdapat dengan berlebih, terbentuklah ion-ion iodida:

I2(aq) + I-I3-

Karena iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah itu lebih baik ditulis
sebagai :

I3- + 2e 3I-

Dan potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod atau ion tri-iodida
merupakan zat pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang kalium permanganate,
kalium dikromat, dan serium (IV), sulfat

Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimitri), digunakan suatu larutan
iod dalam kalium iodida, dan karena spesi reaktifnya adalah ion tri-iodoida, I3- untuk
tepatnya. Semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis dengan
I3- dan bukan dengan I2, misalnya :

I3- + 2S2O32- = 3I- + S4O62-

Akan lebih akurat daripada :

I2 + 2S2O32- = 2I- + S4O62-

Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuatsehingga dapat bekerja sbagai
indikatornya sendiri. Iodium juga 9iodide warna ungu atau merah lembayung yang kuat
kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal
ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan
suatu larutan (9iodide9le koloidal) kanji , karena warna biru tua dari kompleks kanji-
iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam
larutan yang sedikit asam dari pada larutan netral dan lebih besar dengan adanya 9iodide

Iodometri yaitu sampel berupa oksidator kuat direduksi dengan KI terbentuk I2


dititrasi dengan Na2S2O3

Reaksi : Oks sampai + I- → red sampel + I2

Titrasi dapat dilakukn tanpa indikator , karena warna I2 dari :

Coklat tua → kuning → tidak berwarna atau ditambah indikator amylum :

I2 + amylum → komleks iodoamylum ( biru ).

Pada TAT iod akan lepas → tidak berwarna.

Penambahan mendekati TAT ( kuning jerami ), agar :

 Amylum tidak membungkus iod


 I2 yang banyak dapat penguraikan amylum

Larutan standart Na2S2O3.5H2O BE : BM (248,17)


Kestabilan dipengaruhi oleh PH asam, sinar matahri dan bakteri.

 PH < 5 terjadi reaksi S2O32- + H + → HS2O3- → HSO3- + ↓ S


 Untuk mencegah bakteri dipakai air yang sudah dididihkan , ditambah pengawet.

Contoh :

1
I2 murni (BE : 2 BM = 126,9 )

1
KI3O3 ( BE :6 BM = 35,67 )

1
K2Cr2O7 (BM :6 BM = 49,03 )

Sumber kesalahn titrasi dari :

1. Oksigen
2. PH tinggi
3. Penambahan amylum terlalu awal
4. Reaksi sampel dengan amylum terlalu lamba
Iodometri dan iodimetri biasa di manfaatkan untuk penerapan kadar zat
oksidator/reduktor apalagi zat yang diuji oksidator maka pada prinsipnya zat tersebut
direaksikan dengan iodium berlebihan maka akan terbentuk I2 dimana iod ditangkap
dengan menggunakan titrasi larutan natrium thiosulfat maka disebut iodometri.

iod merupakan zat yang jauh lebih lemah dari kalium permanganate, senyawa
serium(IV) dan kalium dikromat. Dari lain pihak iod diode merupakan zat pereduksi
yang kuat.

Reaksi antara iod thiosulfat berlangsung baik. Iod yang merupakan ion
berlebihan ditambahkan pada zat pengoksida yang akan ditetapkan, dibebaskan iod
kemudian dititrasi dengan natrium thiosulfat, larutan tidak boleh distandarkan
berdasarkan penimbangan secara langsung melainkan harus distandarkan terhadap suatu
standar primer.

Dasar iodometri adalah suatu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi
iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensi oksidator seperti CuSO45H2O. Pada titrasi
iodometri perlu diawasi PHnya , larutan harus dijaga agar PHnya lebih kecil dari es
karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi dengan hidroksida. Membentuk
iodida dan hipoidit dan selanjutnya terurai menjadi iodide dan iodat yang akan
mngoksidasi thiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif.
Indicator yang digunakan dalam reaksi ini adalah amylum. Amylum tidak mudah larut
dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk komplek yang sukar
larut dalam air bila bereaksi iodium , sehingga tidak boleh ditambahkan pada saat larutan
berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan akhir titrasi tiba-tiba. Titik akhir titrasi
ditandai dengan terjadinya hilang warna biru dan larutan menjadi bening.

Penerapan proses iodometri daam kimia analitik digunakan dengan meluas baik untuk
iodometri tembaga bijih maupun aliase. Metode ini memberikan hasil yang baik sekali
dan lebih cepat dari pada penerapan tembaga secara elektrolis. Bijih tembaga
mengandung besi, arsen dan stilzium. Unsure-unsur ini dalam keadaan oksidasi yang
tinggi akan mengoksidasi iodida.
Iodimetri biasanya dimanfaatkan untuk penerapan kadar zat oksidator/reduktor, kerugian
metode iodometri yaitu iod mudah menguap dan teroksidasi oleh udara, sehingga harus
dilakukan titrasi dalam keadaan dingin dan cepat.

Iod digunakan sebagai zat pengoksid(iodimetri), danb iod digunakan sebagai sebagai
zat pereduksi(iodimetri). Penetapan iodimetri sedikit jumlahnya karena sedikit zat yang
bersifat pereduksi yang cukup untuk dapat dititrasi langsung dengan iod. Tetapi banyak
zat pengoksid yang cukup kuat untuk bereaksi dengan lengkap dengan ion iodida, dan
terdapat banyak penerapan proses iodimetri. Iod berlebih ditambahkan pada zat
pengoksid yang akan dilaksanakan , dibebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan
larutan natrium thiosulfat.

1. proses iodometri langsung

Zat-zat penting yang merupakan zat pereduksi yang cukup kuat adalah thiosulfat ,
arsen (III) , stibium (III) , sulfide , sulfit timah (II) dan terosianida . daya mereduksi dari
beberapa zat ini bergantung pada konsntrasi ion hidrogen,

Standarisasi

Larutan iod standar dapat disiapkan dengan menimbang langsung iod murni dan
melarutkannya serta mengeencerkan dalam sebuah labu volumetric. iod itu dimurnikan
dengan siblimasi dan ditambahkan kedalam larutan KI pekat , yang ditimbang dengan
tepat sebelum maupun sesudah penimbangan iod.

Penetapan dengan iod

Beberapa penetapan dilakukan dngan titrasi langsung dengan suatu larutan iod
standar. Penetapan stibium serupa dengan penetapan arsen. Titrasi dilakukan dalam suatu
buffer bikarbonat dengan PH sekitar 8. Dalam penetapan timah dan sulfit larutan yang
akan dititrasi harus dilindungi terhadap oksidasioleh udara. Titrasi hydrogen sulfide
seringkali digunakan untuk menetapkan kadar belerang dalam besi/baja.

2. prose iodometri tidak langsung

Banyak zat pengoksid kuat dapat dianalisisdengan menambahkan kalium iodida


berlebih dan menitrasi iod yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksid yang
menuntut larutan asam untuk bereaksi deengan iodida, natrium tiosulfat, lazim
digunakan sebagai titran. Titrasi dengan arsen (III) memerlukan larutan yang sedikit
sekali basa.

Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil dalam menangani larutan kalium iodide
untuk menghindari galat. Misal , ion iodida dioksidasi oleh oksigen dan udara.

4H+ + 4I- + o2 _ _ _ > 2I2 + 2H2O

Reaksi ini lambat dalam keadaan netral, namun lebih cepat dalam asam dan
dipercepat oleh cahaya matahari. Setelah penambahan kalium iodide kedalam suatu
larutan asam dari suatu zat pengoksid, larutan tak boleh dibiarkan terlalu lama
bersentuhan dengan udara , karena akan terbentuk tambahan iod oleh raksi tersebut
diatas. Nitrit tak boleh ada karena garam ini akan mereduksi oleh ion iodide menjadi
nitrogen monosida , yang kemudian dioksidasi menjadi nitrit oleh oksigen dari udara.

-Natrium Tiosulfat

Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri adalah natrium tiosulfat.
Natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama , biasanya air yang digunakan untuk
menyiapkan larutan tiosulfat dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau
natrium karbonat sebagai pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara berlangsung lambat.
Tetapi runutan tembaga yang kadang-kadang terdapat dalam air sulinh akan
mengkatalis oksidasi oleh udara ini.

Prinsip dari iodometri yaitu iodometri merupakan reaksi reduksi oksidasi , larutan
CuSO4 dalam air suling dititrasi dengan Na2SO3. selanjutnya Na2SO 3 bereaksi dengan
indikator amylum sampai warna komplek hilang( tidak berwarna).

Istilah oksidator mngacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan
oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti
proses oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan reduksi memperoleh electron.
Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor , atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan
saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu pada suatu
senyawa , tidak kepada atom saja
Oksidator lebih jarang ditntukan dibandingkan reduktor. Namun demikian oksidator
dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan
oksidator adalah kalium iodida , ion titanium (III) , ion besi (II) , dan ion vanadium (II).
Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri ,
sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri.

Dalam proses analitik , iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi(iodimetri) dan


ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi(iodometri). Relative beberapa zat
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan
iodium. Maka jumlah penntuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi
oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida dan ada banyak
penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodide ditambahkan keepada
pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara
sempurna.

Iodium hanya sedikit laritan dalam air(0,0034 mol pr liter pada 250C), tetapi agak
larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar dapat dibuat
dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetric.
Iodium dimurnikan dngan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan n KI pekat,
yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penambahan iodium. Akan
tetapibiasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang
paling biasa digunakan.

Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium
tiosulfat. Garamn ini biasanya tersdia sebagai ;pentahidrat Na2S2O3.5H2O. larutan tiidak
bole distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi
teerhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama.
Sejumlah zat padat digunakan sbagai standar pimer untuk larutan natrium tiosulfat.
Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena
kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih swering digunakan pereaksi yang
kuat untuk

Metode titrasi iodometrik langsung(iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu


larutan iod standar.metode titrasi iodometrik tak langsung (iodometri) adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Potensial reduksi normal
dari sistem reversible:

I2(solid) 2e 2I-

Adalah 0,5345 volt. Persamaan diatas mengacu kepada suatu larutan air yang jenuh
dengan adanya iod padat, reaksi sel setengah ini akan terjadi, misalnya menjelang akhir
titrasi iodida dengan suatu zat pengoksid seoperti kalium permanganat, ketika
konsentrasi ion iodida menjadi relative rendah . dekat permulaan atau dalam kebanyakan
titrasi iodometri, bila iodida terdapat dengan berlebih, terbentuklah ion-ion iodida:

I2(aq) + I-I3-

Karena iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah itu lebih baik ditulis
sebagai :

I3- + 2e 3I-

Dan potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod atau ion tri-iodida
merupakan zat pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang kalium permanganate,
kalium dikromat, dan serium (IV), sulfat

Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimitri), digunakan suatu larutan
iod dalam kalium iodida, dan karena spesi reaktifnya adalah ion tri-iodoida, I3- untuk
tepatnya. Semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis dengan
I3- dan bukan dengan I2, misalnya :

I3- + 2S2O32- = 3I- + S4O62-

Akan lebih akurat daripada :

I2 + 2S2O32- = 2I- + S4O62-

Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuatsehingga dapat bekerja sbagai
indikatornya sendiri. Iodium juga 9iodide warna ungu atau merah lembayung yang kuat
kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal
ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan
suatu larutan (9iodide9le koloidal) kanji , karena warna biru tua dari kompleks kanji-
iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam
larutan yang sedikit asam dari pada larutan netral dan lebih besar dengan adanya 9iodide

Iodometri yaitu sampel berupa oksidator kuat direduksi dengan KI terbentuk I2


dititrasi dengan Na2S2O3

Reaksi : Oks sampai + I- → red sampel + I2

Titrasi dapat dilakukn tanpa indikator , karena warna I2 dari :

Coklat tua → kuning → tidak berwarna atau ditambah indikator amylum :

I2 + amylum → komleks iodoamylum ( biru ).

Pada TAT iod akan lepas → tidak berwarna.

Penambahan mendekati TAT ( kuning jerami ), agar :

 Amylum tidak membungkus iod


 I2 yang banyak dapat penguraikan amylum

Larutan standart Na2S2O3.5H2O BE : BM (248,17)

Kestabilan dipengaruhi oleh PH asam, sinar matahri dan bakteri.

 PH < 5 terjadi reaksi S2O32- + H + → HS2O3- → HSO3- + ↓ S


 Untuk mencegah bakteri dipakai air yang sudah dididihkan , ditambah pengawet.

Contoh :
1
I2 murni (BE : 2 BM = 126,9 )

1
KI3O3 ( BE :6 BM = 35,67 )

1
K2Cr2O7 (BM :6 BM = 49,03 )

Sumber kesalahn titrasi dari :

5. Oksigen
6. PH tinggi
7. Penambahan amylum terlalu awal
8. Reaksi sampel dengan amylum terlalu lamba

Anda mungkin juga menyukai