Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIOKIMIA GIZI

METABOLISME VITAMIN E

Dosen pembimbing :

Sajiman SKM., M.Gizi

Siti Mas’odah S.Pd.,M.Gizi

Jujuk Anton Cahyono S.Si., M.sc

Disusun Oleh

Kelompok VI :

Muhammad Hafie : P07131215106

Helda Yanti : P07131215101

Rizka Maulida Agustini : P07131215116

Rosalina : P07131215119

Sekar Oktapiana P : P07131215120

Siska Yusfarini : P07131215121

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN


JURUSAN D IV GIZI

TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat sertakarunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “VITAMIN E”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian Mineral Mikro atau yang lebih
khususnya membahas dampak kelebihan dan kekurangan mineral mikro serta proses
penyerapan dan metabolismenya dalam tubuh. .Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang mineral mikro.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata
kuliah Biokimia
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Banjarbaru, 11 November 2016


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vitamin E ditemukan pada tahun 1922, oleh Evans dan Bishop, dengan istilah
tokoferol (dari bahasa Yunani, tocos berarti kelahiran anak dan phero berarti
mengasuh). Vitamin E adalah nama umum untuk semua metil-tokol, jadi istilah
tokoferol bekan sinonim dari dari vitamin E, namun pada praktek sehari-hari, kedua
istilah tersebut disinonimkan.
Terdapat enam jenis tokoferol, α (alfa), ß (beta), γ (gama), δ (delta), ρ (eta), λ
(zeta), yang memiliki aktivitas bervariasi, sehingga nilai vitamin E dari suatu bahan
pangan didasarkan pada jumlah dari aktivitas-aktivitas tersebut. Tokoferol yang
terbesar aktivitasnya adalah tokoferol alfa.
imbang.staff.umm.ac.id/files/2010/03/VITAMIN-E.doc

Suatu komponen minyak nabati yang esensial untuk reproduksi tikus betina
yang diberi lemak babi (lard) tengik, pertama kali diidentifikasi oleh evans (dan
Bishop) dalam tahun 1922 dan diberi nama tokoferol (menghasilkan anak). Faktor ini
ada dalam lembaga gandum, alfalfa dan sla (dan dapat dibedakan dengan vitamin A
dan D), mencegah resorpsi fetus dan diberi nama vitamin E oleh Sure dalam tahun
1924 (scott, 1980). Evans memisahkan vitamin tersebut dalam tahun 1936 dan
struktur α-tokoferol dijelaskan oleh Fernnholz dalam tahun 1938 (Horwitt , 1980 b).
Penelitian yang dilakukan Pappenheimer dan Goetsch (1931) juga
mencantumkan vitamin E dalam pencegahan encephalomalacia (perlembekan
jaringan otak) pada ayam dan dalam Nutritional Muscular Distrophy (NMD) pada
kelinci. Tidak dapatnya menyembuhkan simtomologi yang sama pada manusia
(terutama muskular distrofi) dengan vitamin E dan hal – hal lain yang
membingungkan tentang asal sebenarnya pada gejala-gejala tersebut dan gejala lain,
menyebabkan timbulnya suatu perasaan bahwa vitamin E hanya sedikit atau tidak ada
sama sekali fungsinya pada metabolisme manusia. Suatu pemaparan terbaik, terinci
tentang naik-turunnya apresiasi terhadap vitamin E dan beberapa penemuan uang
memberi pengertian tentang adanya interaksi vitamin E dengan zat-zat makanan lain
dalam diet dan metabolisme Milton Scott (1980)
Minimal ada 8 bentuk tokoferol (vitamin E) yang dibuat oleh tanaman sebagai
bahan makanan manusia. Bentuk-bentuk ini dibedakan oleh letak berbagai grup metil
pada cincin fenil pada rantai cabang molekul, demikian juga dalam ketidak jenuhan
rantai cabang. Berdasar analisis pada rodensial dan anak ayam, bentuk yang paling
aktif dan paling banyak dalam bahan makanan adalah α -tokoferol, walaupun minyak
jagung (misalnya) mengandung 90 % y-tokoferol yang mempunyai aktivitas hanya
7,4 % dalam tes fertilitas tikus. Bentuk-d tokoferol sangat lebih aktif dari pada
bentuk-1 dan bentuk racemic berada diantara keduanya. Grup hidroksida yang aktif
pada cincin fenil dapat diesterifikasi, tetapi deesterifikasi perlu untuk aktivasinya. DI-
α -tokoferol asetat digunakan untuk membuat definisi unit-unit internasional untuk
vitamin E yaitu : 1 mg = 1 IU dan 1 mg d- α -tokoferol = 1,49 IU (Bland, 1980)

Maria C. Linder.2006. Boiokimia Nutrisi Dan Metabolisme . Penerbit Universitas


Indonesia (UI-Press)

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakng di atas, maka ditarik beberapa rumusan masalah yang dikaji
dalam masalah ini:
1. Definisi Vitamin E
2. Metabolisme Vitamin E
3. Fungsi Vitamin E
4. Kebutuhan Vitamin E
5. Sumber Vitamin E
6. Keracunan Vitamin E
7. Sifat-sifat vitamin E
8. Defisiensi Vitamin E
9. Kelebihan dan Kekurangan Vitamin E

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Dapat mengartikan definisi vitamin E
2. Dapat mengetahui Metabolisme dari vitamin E
3. Dapat mengetahui fungsi dari vitamin E
4. Dapat mengetahui jumlah vitamin E yang dibutuhkan
5. Dapat mengetahui sumber vitamin E
6. Dapat mengetahui sifat-sifat dari vitamin E
7. Dapat mengetahui defisiensi vitamin E
8. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan vitamin E
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Vitamin E

Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak yang terdiri dari campuran
dan substansi tokoferol (a, b, g, dan d) dan tokotrienol (a, b, g, dan d). Manusia
membutuhkan a - tokoferol sebagai vitamin E yang paling penting untuk aktifitas
biologi tubuh. Bentuk vitamin E ini dibedakan berdasarkan letak berbagai grup metil
pada cincin fenil rantai cabang molekul dan ketidakjenuhan rantai cabang (Haryatmi,
2004).

Pada tahun 1912, ditemukan suatu zat larut lemak yang dapat mencegah
keguguran dan sterilitas pada tikus. Zat ini pada awalnya dinamakan faktor
antisterilitas dan kemudian vitamin E. Vitamin E kemudian pada tahun 1936 dapat
diisolasi dari minyak kecambah gandum dan dinamakan tokoferol, berasal dari bahasa
Yunani dari kata tokos yang berarti kelainan dan pherein berarti yang menyebabkan.
Hewan tidak dapat mensintesis vitamin E dalam tubuhnya, sehingga harus
memperolehnnya dari makanan nabati. Kekurangan vitamin E pada hewan dapat
menimbulkan berbagai sindroma, tapi angka kecukupan untuk manusia belum dapat
dikatakan sudah pasti (Almatsier, 2009).

Struktur Vitamin E

Strktur kima tokoferol alfa diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur kimia α -tokoferol

Gambar 3. Struktur Vitamin E

imbang.staff.umm.ac.id/files/2010/03/VITAMIN-E.doc
2.2 Metabolisme Vitamin E

Vitamin E di absorbsi dari usus halus, tocopherol bersama dengan trigliserida,


fosfolipid, kolesterol dan apoprotein dibentuk kembali menjadi chylomicron oleh
badan golgi dari sel mukosa. Vitamin E kemudian sebagian besar dibawa ke hati
bersama dengan chylomicron yang kemudian akan mengalami katabolisme dengan
cepat oleh lipoprotein lipase (LPL) menjadi bagian yang lebih kecil. Proses ini terjadi
sama pada semua bentuk vitamin E. Tocopherol yang terdapat dalam chylomicron
disekresikan oleh hati menjadi very low density lipoprotein (VLDL) yang akan
dikonversikan oleh LPL menjadi low density lipoprotein (LDL) yang memegang
peranan paling besar dari plasma tocopherol dan muncul untuk merubahnya dengan
cepat menjadi high density lipoprotein (HDL) (Savira, 2008).

Vitamin E lebih mudah diserap usus, apabila terdapat lemak dan dalam
kondisi tubuh yang mempermudah penyerapan lemak. Tokoferol dari makanan
diserap oleh usus digabungkan dengan kilomikron dan ditransportasikan ke hati
melalui sistim limfatik dan saluran darah. Di hati, tokoferol disebarkan ke sel-sel
jaringan tubuh melalui saluran darah. Di dalam plasma darah, tokoferol bergabung
dengan lipoprotein, terutama VLDL ( Very Low Density Lipoprotein).

Kira-kira 40 – 60% tokoferol dari makanan yang dikonsumsi dapat diserap


oleh usus. Peningkatan jumlah yang dikonsumsi akan menurunkan persentase yang
diserap. Vitamin E disimpan terutama dalam jaringan adiposa, otot dan hati. Pada
orang yang sehat, jumlah vitamin C cadangan cukup digunakan dalam beberapa
bulan. Secara normal, kadar vitamin E dalam plasma darah adalah antara 0,5 – 1,2
mg/ml.

Asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA/ Poly Unsaturated Fatty Acid), dapat
menurunkan penyerapan dan penggunaan vitamin E. Hal ini berkaitan kemungkinan
dengan kecenderungan vitamin E bersifat mudah teroksidasi. Oleh karena itu
kebutuhan vitamin E akan bertambah seiring dengan semakin bertambahnya
konsumsi PUFA. Dengan demikian, peningkatan konsumsi PUFA yang tidak diikuti
dengan prningkatan asupan vitamin E akan menimbulkan penurunan secara gradual α-
tokoferol dalam plasma.

Di dalam hati, α-tokoferol diikat oleh α-TPP (α-tokoferol transfer protein).


Setelah menjalankan fungsinya sebagai antioksidan, tokoferol dapat teroksidasi
menjadi tokoferil (tokoferol bentuk radikal) bentuk radikal ini dapat direduksi
kembali menjadi tokoferol oleh kerja sinergi dari antioksidan yang lain, misalnya
vitamin C dan glutation.

Kelebihan vitamin E dalam tubuh akan disimpan dalam beberapa organ, antara
lain hati, jaringan adiposa, otak dan lipoprotein. Vitamin E diekskresikan dari tubuh
bersama dengan empedu melalui feses, sebagian lagi melalui urin setelah diubah lebih
dahulu menjadi asam tokoferonat dan tokoferonalakton yang dapat berkonjugasi
dengan glukoronat.
Dari dosis 10 mg sampai 1500 mg, vitamin E pada manusia dapat di absorpsi
70 – 95 %. Vitamin A dan PUFA yang dikonsumsi bersamaan dengan vitamin E
menurunkan efisiensi absorpsi dari vitamin E. Didalam darah vitamin E ditranspor
oleh lipoprotein.
Vitamin E terdapat di dalam jaringan lemak, meskipun tidak jelas apakah di
situ sebagai timbunan cadangan atau karena sifat larut lemak saja. Phospolipid pada
struktur membran seluler maupun subselular mengandung vitamin E dengan
konsentrasi relatif tinggi.
Metabolisme vitamin E ditemukan didalam tinja maupun di dalam urine.
Telah diidentifikasikan metabolisme alpha tocopherol quinone;ada yang bebas dan
ada yang berkojugasi dengan asam glukuronat.

Maria C. Linder.2006. Boiokimia Nutrisi Dan Metabolisme . Penerbit Universitas


Indonesia (UI-Press)

2.3 Fungsi Vitamin E


Fungsi vitamin E dapat dikelompokkan berdasarkan dua sifatnya yang penting
: (a) Berhubungan dengan sifatnya sebagai antioksidan alamiah, dan (b) berhubungan
dengan metabolisme selenium. Kedua dasar dari vitamin E ini berkaitan dengan
perlindungan sel terhadap daya destruktip peroksida di dalam jaringan. Pertahanan
terhadap daya destruktip peroksida ini terdapat dalam dua tingkat: Tingkat pertama
adalah kesanggupan vitamin E sebagai antioksidan alamiah yang kuat untuk
meniadakan efek ikatan peroksida yang setiap saat terjadi didalam sel jaringan,
sebagai hasil metabolisme. Peroksida ini mempunyai kesanggupan merusak
phospholipid pada struktur membran sel maupun subseluler. Tingkat kedua dari
pertahanan ini dilakukan oleh enzim peroksidse glutathion.
Melalui pertahanan terhadap kerusakan selular ini, fungsi vitamin E bersifat
multipel untuk kesehatan segala jenis el jaringan. Namun demikian, tidak ada seduatu
kelainan selular yang secara khusus dapat desembuhkan oleh vitamin E ini.
Gejala – gejala yang timbul pada defisiensi vitamin E menunjukkan bahw
fungsi vitamin E ini berhubungan dengan kesehatan otak, sistem pembukuh darah,
sel-sel darah merah, susunan otot skelet, jantung, hati dan gonad; juga menghindarkan
timbulnya kondisi lemak kuning (yellow fat diseas, brown fat diseas).
Vitamin E menghindarkan encephalomalacia pada ayam, dan muskular
dystrophy nutritional pada kelinci dan marmot. Tetapi harapan optimis untuk
mempergunakan vitamin E terhadap kondisi muskular dystrophy pada penderita
manusia, tidak menjadi kenyataan. Pada tikus percobaan, vitamin E dapat
menghindarkan kemandulan, baik pada yang betina maupun pada jantan. Tetapi
efeknya pada manusia belum dapat dipastikan. Pada tikus betina, pembuahan dapat
terjadi normal dan ovum yang telah dibuahi menunjukkan nidasi, tetapi pada suatu
saat ovum tidak tumbuh terus. Hasil pembuahan berhenti tumbuh dan berdegenerasi,
terus hilang kembali diresopsi dan kehamilan menjadi urung.
Penyakit exudative diathesis pada ayam, dimana keluar banyak sekresi dari
pelatuk dan hidungnya, dilaporkan dapat disembuhkan dengan pemberian vitamin E
tersebut.
Karena sifat multipel dari efeknya, vitamin E dipergunakan dalam banyak
kondisi klinik sebagai suportif, meskipun hasilnya sangat variabel.
Fungsi yang paling nyata dari vitamin E adalah antioksidan dan anti free-
radical, terutama untuk asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid dalam mebran sel.
Grup hidroksil yang sifatnya reaktif terhadap cincin fenil dapat mengoksidasi dan
menghilangkan elekron atau ion hidrida. Pada yang akhir, membentuk radikal bebas
yang cukup stabil. Ini dapat dioksidasi lebih lnjut kemudian menjadi kuinon dan
hilang melalui urin. Pencegahan oksidasi lipid, terutama peroksidasi antara lain asam-
asam lemak tidak jenuh dan kolesterol dalam membran sel dan ditempat lain dimana
ada akumulasi lemak; hal ini dapat menjelaskan hampir semua-kalau tidak semua-
gejala yang mungkin terjadi bila defisiensi vitamin E pada hewan dan manusia. Pada
manusia, contoh yang paling jelas adalah peningkatan kerapuhan eritrosit (dapat dites
in vitro dengan H2O2 atau oksigen/ekspos cahaya) seperti yang terlihat pada orang
dewasa dengan diet yang berbeda dan bayi yang baru lahir terutama yang berat
lahirnya rendah sampai lebih rendah dari 1500 g dan/atau yang prematur. Dalam
keadaan defisiensi, eritrosit lebih mudah dirusak dan juga memperlihatkan tanda-
tanda perubahan morfologi yang mungkin disebbkan oleh ikatan silang protein
membran (Levander dkk.,1980). Hemolitik pada bayi rupanya dapat dihindari dengan
pemberian 25 mg vitamin E / kg pada hari pertama, kedua, dan kedelapan setelah lahir
(Bland,1980).
Problem lain dari bayi prematur rupanya dapat juga dihindari dengan vitamin
E, misalnya bronchopulmonary dysplasia (perkembangan paru-paru yang abnormal)
dan retinopaty (sifat patologis dari retina; retrolental fibroplasia), yang dapat terjadi
kalau diekspos dengan tekanan oksigen yang tinggi. Beberapa pengamatan klinis
menunjukkan bahwa pemberian vitamin E selama perkembangan atau dalam fase
akut, dapat menghilangkan gangguan paru-paru/distres pulmonary (Ehrenkranz
dkk.,1983) dan menyembuhkan retinopathy (Johnson dkk., 1974;Bieri dkk.,1983).
Tetapi pemberian vitamin E dosis tinggi pada bayi, parenterasi mungkin tidak semua
baik pengaruhnya dan untuk ini memerlukan pengamatan lebih lanjut (Sobel dkk,
1982). Kadar vitamin E yang rendah bahkan dapat menyebabkan kematian tiba-tiba
pada bayi (money,1978). Diperkirakan bahwa perlindungan terhadap oksidasi
merupakan dasar aktivitas vitamin E. Pada wanita atau pria muda dengan kondisi
sistik fibrosis dan mungkin bertanggung jawab untuk terjadinya gangguan
spinocerebellar yang terjadi dalam kondisi ini (Elias dkk., 1981). Konsumsi 600 mg
vitamin E per hari dalam jangka panjang oleh orang dewasa dapat mencegah
kerusakan yang parah (yang disebabkan oleh fotooksida) pada dinding sel darah
merah (terjadi kalau sel-selnya diekspose in vitro).
Walaupun gejala jelas yang disebabkan oleh defisiensi vitamin E pada orang
dewasa adlah ketidakstabilan dinding sel darah merah, namun banyak pengaruh
lainnya dapat terlihat pada hewan (termasuk primata) dan anak-anak; hal ini
membuktikan bahwa vitamin E penting untuk orang dewasa. Diantara beberapa
kemungkinan adalah peranannya dalam fungsi reproduksi betina dan jantan dan dalam
pencegahan berbagai bentuk degenerasi organ. Semuanya dapat diterangkan dengan
pencegahan oksidasi dan peroksidasi yang merusak dinding sel dan/atau menghambat
kumulasi granul pigmen seroid. Yang sehubungan dengan reproduksi, beberapa
peneliti pada beberapa species hewan jelas menunjukkan bahwa pada jantan,
defisiensi vitamin E menyebabkan degenerasi epitel semeniferous sehingga produksi
sperma brhenti. Pada betina kemungkinan adanya kegagalan fungsi uterin dengan
tidak adanya perkembangan pembuluh darah yang memungkinkan konseptus
diimplantasikan kedalam dinding sel uterus; hal ini dapat menyebabkan resorpsi fetus,
kalau implantasi tersebut tidak terjadi.
Mengenai fungsi urat daging, penyakit-penyakit sepedti distrofil urat daging
dan myesthenia gravis pada manusia belum dapat disembuhkan dengan peningkatan
konsumsi vitamin E dan diperkirakan disebabkan oleh faktor genetik. Beberapa gejala
yang biasa terlihat pada manusia yang defisiensi vitamin E antara lain : deposit
pigmen seroid, rendahnya vitamin E dalam plasma dan jaringan lemak, kreatinuria,
kelemahan urat daging dan meningkatkan aktifitas fosfokinase kreatinin (semuanya
merupakan indikasi kerusakan sel urat daging). Simtomologi yang sama dapat terlihat
dalam kondisi dimana ada ketidak beresan penyerapan (malabsorpsi) lemak dalam
inestin dan steatorrhea (hilangnya lemak ke dalam feses) (Bland,1980); sistik fibronis.
Hanya kreatinuria, dalam beberapa kasus, mempunyai respons terhadap pemberian a-
tokoferol (Horwitt,1980 b).
Aktivitas/ fungsi lain dari vitamin E adalah dalam menghambat dan
memodifikasi pemebntukan prostaglandin/thromboxane (Panganamala dan
Cornwall,1982), terutama dalam platelets. Hal ini mungkin dapat menurunkan
pembentukan radikal dari adam arakidonik dan meningkatkan produksi prostaglandin-
I2 yang secara normal menghambat pengumpulan/agregasi platelet. Tidak adanya
(relatif) PGI2 dalam keadaan diabetes mungkin dapat diobati dengan
pemberian/suolementasi dengan vitamin E (Karpen dkk,1982).
Maria C. Linder.2006. Boiokimia Nutrisi Dan Metabolisme . Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press)

Vitamin E banyak digunakan untuk tujuan melawan kekeringan pada kulit,


sebagai produk tabir surya. Produk –produk tabir surya yang terbaik adalah yang
mengandung sekurangnya 1% vitamin E. Riset membuktikan bahwa vitamin E
memberikan perlawanan terhadap kekeringan dengan membantu memberikan
pelembab natural pada kulit. Apabila digunakan sebelum terkena matahari, vitamin E
bisa mencegah kulit kemerahan, bengkak, dan kering. Vitamin E biasanya dipakai
sebelum dan sesudah terkena paparan sinar matahari, karena sinar matahari langsung
bisa merusak setengah dari suplai vitamin E alami kulit. Penelitian juga membuktikan
bahwa vitamin E bisa mengurangi molekul jahat yang terjadi akibat paparan asap
rokok.
Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi melindungi senyawa-senyawa yang
mudah teroksidasi, antara lain ikatan rangkap dua pada UFA (Unsaturated Fatty
Acid), DNA dan RNA dan ikatan atau gugus – SH (sulfhidril) pada protein. Apabila
senyawa-senyawa tersebut teroksidasi, maka akan terbentuk ”radikal bebas”, yang
merupakan hasil proses peroksidasi. Radikal bebas yang terjadi akan mengoksidasi
senyawa-senyawa protein, DNA, RNA dan UFA. Vitamin E akan bertindak sebagai
reduktor dan menangkap radikal bebas tersebut. Vitamin E dalam hal ini berperan
sebagai scavenger. Scavenger yang lain selain vitamin E adalah vitamin C, enzim
glutation reduktase, desmutase dan perosidase, yang bersifat larut dalam air.
Scavenger yang larut dalam lemak adalah vitamin E dan ß-karoten.
imbang.staff.umm.ac.id/files/2010/03/VITAMIN-E.doc

2.4 Kebutuhan Vitamin E

Efek biologis dari vitamin E sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
terdapat didalam susunan hidangan, sehingga sulit untuk menentukan kebutuhan
tubuh akan vitamin E tersebut. Fungsi vitamin E dan selinium saling berhubungan
sangat erat. Kholesterol dan PUFA memperkuat gejala-gejala defisiensi vitamin E,
sedangkan Se meringankannya.
Didalam hidangan rata-rata masyarakat di indonesia, tampaknya kebutuhan
akan vitamin E selalu terpenuhi. Berbagai biji-bijian merupakan sumber kaya akan
vitamin E. Khusus biji yang sudah berkecambah dikenal mengandung vitamin E
dalam konsentrasi tinggi.
Didalam klinik vitamin E dipergunakan dalam banyak kasus berbagai
penyakit, meskipun data yang mendukung penggunaan tersebut seringkali tidak
meyakinkan. Efek vitamin E adalah suportif terhadap berbagai cara pengobatan lain
yang lebih spesifik. Vitamin E diberikan pada kasus penyakit jantung dan pembuluh
darah, khusus pada penyakit-penyakit dengan penyumbatan arteri parifer. Vitamin E
juga diberikan kepada para penderita diabetes melitus dan dilaporkan dapat
meringankan gejala-gejala sampingan dari penyakit tersebut, meskipun tidak
menyebabkan penyembuhan diabetes mellitus nya. Vitamin E diberikan pula kepada
penderita ulcus pepticum dan dilaporkan dapat meringankan gejala-gejala sampingan
dari penyakit tersebut, meskipun tidak menyebabkan penyembuhan diabetes
mellitusnya. Vitamin E diberikan pula kepada pnederita ulcus pepticum dan
dilaporkan meringankan gejala-gejala, bahkan dapat menyembuhkan gejala-gejala
atau keluhan-keluhan sujektif.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.: Jakarta: Penerbit PT Gramedia


Pustaka Utama: hlm. 173-188.

2.5 Sumber Vitamin E


Sumber-sumber yang kaya akan vitamin E antara lain minyak tumbuh-
tumbuhan, biji-bijian dan telur. Kolustrum manusia dan sapi mengandung vitamin E
sepuluh kali lebih tinggi daripada susunya. Minyak kapas, minyak jagung, dan
minyak lembaga gandum mengandung vitamin E sekitar 0,01 – 0,05 persen. Vitamin
E dapat pula dibuat secara sintetis. Dibawah ini adalah jenis sayuran dan buah-buahan
yang memiliki banyak kandungan vitamin E : Alfalfa, Selada, Kacang-kacangan,
Asparagus, Pisang, Strawberry,Biji bunga matahari,Buncis, Ubi jalar

Tokoferol yang didapatkan dalam bahan makanan erat hubungannya dengan


minyak tanaman tersebut terutama yang bersifat poli tidak jenuh (polyunsaturated).
Pada biji-bijian (grain dan seed) banyak didapatkan/terkonsentrasi dalam lembaga
yang banyak mengandung lemak. Rupanya ada hubungan antara kadar asam linoleik
dalam berbagai minyak tanaman dan tokoferol; tokoferol tersebut dapat melindungi
minyak (terutama asam lemak yang tidak stabil) tersebut dari proses oksidasi.
Tergantung pada cara ekstraksi, minyak dari biji (seed) dan proses pemurniannya,
sejumlah (bervariasi) tokoferol yang masih tertinggal dalam minyak tersebut yang
akan dikonsumsi secara aktual oleh masyarakat. Sekitar 2/3 dari vitamin tersebut yang
akan/dapat hilang selama pembuatan minyak makan/sayur. Proses pembuatan tepung
dari gandum akan menghilangkan hampir semua vitamin melalui pemisahan lembaga,
dan hampir semua sisanya rusak oleh proses pemutihan (bleaching). Kecuali hati,
makanan hewani, sedikit mengandung vitamin E. Tergantung pada sumber, minyak
nabati akan mengandung tokoferol yang jumlahnya bervariasi.
Maria C. Linder.2006. Boiokimia Nutrisi Dan Metabolisme . Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press)

2.6 Keracunan Vitamin E


Orang dewasa yang diberi megadosis : 600-800 a-tokoferol setiap hari selama
4 minggu sampai 3 tahun tidak memperhatikan problema jangka panjang maupun
jangka pendek atau perubahan – perubahan kimiawi darah. Ada 2 kekcualian yang
perlu disebutkan, walaupun implikasinya tidak diketahui-yaitu penurunan hormon
tiroid dalam serum dan sedikit terjadi peningkatan kadar trigliserida puasa pada
wanita muda (Tsai, dkk.,1987). Pemberian vitamin E parenteralis, miniml pada bayi
mungkin tidak baik (Sobel dkk.,1982) dan megadosis vitamin E melawan aktivitas
coumarin yang antikoagulan.
Maria C. Linder.2006. Boiokimia Nutrisi Dan Metabolisme . Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press)

2.7 Sifat-sifat vitamin E


Stabilitas kimia vitamin E mudah berubah akibat pengaruh berbagai zat alami.
Minyak tak jenuh, seperti minyak hati ikan cod, minyak jagung, minyak kacang
kedele, minyak biji bunga matahari, semuanya mempertinggi kebutuhan vitamin E.
Hal ini terjadi jika minyak-minyak tersebut mengalami ketengikan oksidatif dalam
makanan. Bila minyak-minyak tersebut tengik sebelum makanan dimakan, maka
berarti telah terjadi kerusakan vitamin E dalam minyak dan dalam makanan yang
mengandung minyak tersebut. Garam-garam besi, seperti feriklorida, kalium
ferrisianida bersifat mengoksidasi tokoferol. Nitrogen klorida dan klor dioksida pada
konsentrasi yang biasa digunakan untuk memutihkan tepung akan merusak sebagian
besar tokoferol yang terdapat dalam tepung. Pembuatan tepung menjadi roti akan
merusak 47% tokoferol yang terdapat dalam tepung.
imbang.staff.umm.ac.id/files/2010/03/VITAMIN-E.doc

2.8 Defisiensi Vitamin E


Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan tubuh tidak bertenaga, aktifitas
seksual menurun, deposit lemak yang tidak normal di otot, perubahan degenerasi di
hati dan otot, kulit kering, dan peningkatan resiko kanker.
Defisiensi vitamin A juga menyebabkan sterilitas pada tikus dan kerusakan
otot pada anjing, marmut dan kelinci. Suatu tanda awal kekurangan vitamin E adalah
hilangnya pergerakan spermatozoa. Kebuntingan bisa terjadi pada tikus betina
penderita, tetapi pertumbuhan embrio terganggu dan sering mengakibatkan
penyerapan fetus.
Gejala lain dari defisiensi vitamin E adalah (1) hilangnya fertilitas pada
marmut, tikus, dan mungkin pada babi; (2) warna kecoklatan dari uterus tikus dan
jaringan lemak; (3) kerusakan otot lurik marmut, domba, kelinci dan tikus; (4)
kelainan otot jantung pada sapi, domba, monyet, unggas, kelinci dan tikus; (5)
nutritional encephalomalacia pada unggas, disebut pula gila ayam, gejalanya terdiri
dari hilangnya koordinasi, kepala ditarik ke belakang, anggota badan menjadi kaku;
(6) nekrosis hati pada tikus dan degenerasi hati dan otot pada babi.
imbang.staff.umm.ac.id/files/2010/03/VITAMIN-E.doc

2.9 Kelebihan dan Kekurangan Vitamin E


a. Kekurangan
juga bisa menyebabkan dampak berupa penyakit akibat konsumsi
berlebihan vitamin. Kelebihan vitamin E dapat memicu penyakit pada tulang atau
yang sering disebut osteoporosis. Karena semakin populernya suplemen vitamin
E, maka sejumlah ilmuwan asal Inggris meneliti dampak buruk akibat konsumsi
suplemen vitamin E yang tidak terkontrol. Diketahui dengan terjadinya konsumsi
berlebihan akan memicu efek alfa-tokoferol berlebihan sehingga menyebabkan
kekuatan tulang menjadi menurun. Bisa menyebabkan kekeroposan tulang.
Bahkan bisa terjadi pembengkakan seperti pembengkakan pada bibir, lidah,
dan wajah. Bisa menyebabkan pendarahan dan kematian akibat pendarahan
tersebut. Selain itu, kelebihan vitamin E dapat menimbulkan sakit kepala dan
mual, penglihatan kabur, perut kembung dan diare. Walaupun untuk kasus
penyakit yang ditimbulkan cenderung sangat jarang, namun Anda tetap harus
lebih waspada terhadap konsumsi vitamin E yang belebihan. Kadang kasus
tersebut dijumpai saat seseorang belum pernah mengkonsumsi suplemen vitamin
sebelumnya. Sehingga saat tubuh menerima suplemen vitamin dalam jumlah yang
besar, tubuh menjadi tidak stabil untuk mencerna vitamin itu sehingga timbul
penyakit-penyakit efek samping yang terjadi.
Bayi prematur memiliki cadangan vitamin E yang sangat sedikit dan bisa
menderita kekurangan vitamin E bila diberi makanan yang banyak mengandung
lemak tak jenuh dan sedikit mengandung vitamin E.
Lemak tak jenuh merupakan prooksidan (bahan-bahan yang mudah
teroksidasi menjadi radikal bebas), yang merupakan lawan vitamin E dan bisa
menyebabkan pecahnya sel darah merah (hemolisa). Penyakit yang berhubungan
dengan penyerapan lemak juga bisa mengurangi penyerapan vitamin E dan
meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin E:
- Penyakit Seliak
- Penyumbatan saluran empedu
- Fibrosis kistik
- Penyakit Chrohn.
Pada bayi prematur, kekurangan vitamin E menyebabkan masalah pada
mata (retinopati) dan perdarahan otak. Kedua hal tersebut juga bisa diakibatkan
oleh pemaparan kadar oksigen yang tinggi dalam inkubator. Pada anak yang lebih
besar, kekurangan vitamin E akan menyebabkan gangguan penyerapan di usus
dan gejala-gejala yang mirip dengan kelainan saraf, seperti refleks yang menurun,
sulit berjalan, penglihatan ganda, hilangnya sensasi posisi dan kelemahan otot.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah yang menunjukkan
rendahnya kadar vitamin E dalam darah. Mengkonsumsi vitamin E tambahan per-
oral (ditelan) dalam dosis besar, akan mengurangi sebagian besar gejala; tetapi
pemulihan sistem saraf mungkin akan tertunda selama beberapa bulan.
http://www.metodesehat.com/gejala-dan-tanda-tubuh-kekurangan-vitamin-e/

b. Kelebihan
Kelebihan Vitamin E biasanya terjadi bukan karena asupan sumber
vitamin e alami. Akan tetapi lebih sering disebabkan oleh berlebihan atau
overdosis dalam mengkonsumsi suplemen vitamin E. Tentu saja kelebihan
vitamin E ini memiliki efek samping dan dapat menimbulkan banyak penyakit
pada organ-organ dalam tubuh jika tidak segera dihentikan konsumsinya dan
diterapi akibat kelebihan vitamin E ini. Konsumsi berlebihan vitamin E ini
biasanya dengan takaran lebih dari 800 mg per hari. Sehingga anda perlu
memperhatikan standar konsumsi vitamin E setiap hari jika mengkonsumsinya
dengan suplemen. Untuk takaran UI (unit internasional), Anda dapat
mengkonsumsi suplemen ini antara 400 sampai 800 UI vitamin E. Jadi kelalaian
dan ketidakcermatan serta ketidakpedulianlah yang menjadikan sebab kelebihan
vitamin E dengan bentuk konsumsi suplemen.
Vitamin E dosis tinggi yang diberikan kepada bayi prematur untuk
mengurangi resiko terjadinya retinopati, tampaknya tidak memperlihatkan efek
samping yang berarti.
Pada orang dewasa, vitamin E dosis tinggi hampir tidak menimbulkan efek
samping, kecuali meningkatnya kebutuhan akan vitamin K, yang bisa
menyebabkan perdarahan pada orang-orang yang mengkonsumsi obat antikoagula
http://wikivitamin.com/dampak-atau-akibat-kelebihan-vitamin-e-tokoferol/
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vitamin E adalah suatu antioksidan yang melindungi sel-sel tubuh terhadap kerusakan
oleh senyawa kimia reaktif yang sering disebut dengan radikal bebas. Vitamin E juga
merupakan golongan vitamin yang larut dalam lemak. Artinya,vitamin ini terdapat
dalam bagian makanan yang berminyak dan dalam tubuh hanya dapat dicerna oleh
empedu dan di hati karena tidak larut dalam air.

3.2 Saran
Dangan membaca makalah ini, kita telah mengetahui pentingnya vitamin E di dalam
tubuh. Oleh karena itu, kita harus bisa menerapkannya di dalam kehidupan dengan
menjaga kesehatan dan jangan sampai kekurangan vitamin E di dalam tubuh. Agar
kesehatan selalu terjaga.
Daftar Pustaka

 imbang.staff.umm.ac.id/files/2010/03/VITAMIN-E.doc
 http://www.metodesehat.com/gejala-dan-tanda-tubuh-kekurangan-vitamin-e/
 Savira, M. 2008. Gangguan Perkembangan Testis dan Penurunan Kadar Testosteron
Pada Hewan Coba Akibat Paparan Monosodium Glutamate (MSG) Yang berlebihan.
Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. hlm. 4.
 Haryatmi. 2004. Kemampuan Vitamin E Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal
Bebas Pada Lanjut Usia. Tesis. Semarang: FKIP UMS. 1(14).
 Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.: Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama: hlm. 173-188.
 http://wikivitamin.com/dampak-atau-akibat-kelebihan-vitamin-e-tokoferol/
 Maria C. Linder.2006. Boiokimia Nutrisi Dan Metabolisme . Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press)
Sesi Tanya Jawab

Penanya : Haifatul Alimah

Penjawab : Rosalina

1. Apakah ada perbedaan asupan vitamin E berkaitan dengan umur ?


Semakin tua usia sseorang, kebutuhan vitamin E-nya akan semakin
bertambah. Namun, dosis ini harus disesuaikan dengan jenis kulit dan aktivitasnya.
Diusia yang lebih muda, kondisi kulit terbilang masih bagus dan tingkat kolagennya
juga masih baik, sehingga regenerasi kulit juga masih berjalan lancer. Saat memasuki
usia 20-an ke atas, kondisi kulit akan semakin menurun karena metabolism kulit yang
juga menurun akibat radiasi dan kontaminasi. Jika di usia muda, 100 IU dosis vitamin
E sudah mencukupi, maka semakin bertambah usia dosis yang dibutuhkan akan
semakin tinggi.

Penanya : Nadya Mustiani

Penjawab : Rosalina

2. Kelebihan vitamin E bagaimana cara mengobati ?


Sangat jarang terjadi kelebihan vitamin alami, mereka yang mengalami
kelebihan vitamin E biasanya karena konsumsi suplemen yang berlebihan dan sudah
kami jelaskan penyakit-penyakit akibat kelebihan vitamin E, Jika penyakit masih
dianggap ringan itu masih bisa diobati dengan cara mengkonsumsi susu, karena
vitamin E bersifat larut dalam lemak dan susu otomatis dapat melarutkan vitamin E
karena mengandung lemak.

Penanya : Nurmelisa R

Penjawab : Rizka Maulida

3. Jelaskan apa yang dimaksud Fibrosis kistik ?

Fibrosis kistik adalah penyakit genetik yang menyebabkan lendir-lendir di dalam


tubuh menjadi kental dan lengket,sehingga menyumbat saluran-saluran di dalam
tubuh. Akibat penyumbatan ini beberapa organ, terutama paru-paru dan sistem
pencernaan, mengalami gangguan dan bahkankerusaka
Penanya : Dwi Amalia Lestari

Penjawab : Rizka Maulida

4. Apa hubungan mekanisme vitamin E dalam susunan Otot ?

Fungsi dari vitamin E adalah sebagai antioksidan yang menangkap zat-zat oksidasi
yang dapat membentuk radikal bebas. Sehingga dengan begitu vitamin E mampu
menjaga susunan otot pada manusia.

Petanya : Feny Hidayati

Penjawab : Rizka Maulida

5. Jelaskan kelebihan penurunan kekuatan tulang !

Jenis vitamin E yang dapat merapuhkan tulang itu adalah alfa-tokoferol. Dimana itu
adalah memicu pengikisan tulang osteoclast, karena pada saat kelebihan vitamin E
dalam tubuh maka tulang berada pada pertrungan konstan dan osteoclast sehingga
terjadi pengikisan tulang osteclast

Penanya : Muvidatul Khairiah

Penjawab : Sekar Oktaviana P

6. Bagaimana jika mengonsumsi kapsul vitamin E untuk memperlembut kulit ?

Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi melindungi senyawa-senyawa yang mudah


teroksidasi, antara lain ikatan rangkap dua pada UFA (Unsaturated Fatty Acid), DNA
dan RNA dan ikatan atau gugus – SH (sulfhidril) pada protein. Apabila senyawa-
senyawa tersebut teroksidasi, maka akan terbentuk ”radikal bebas”, yang merupakan
hasil proses peroksidasi. Radikal bebas yang terjadi akan mengoksidasi senyawa-
senyawa protein, DNA, RNA dan UFA. Vitamin E akan bertindak sebagai reduktor
dan menangkap radikal bebas tersebut. Vitamin E dalam hal ini berperan sebagai
scavenger. Scavenger yang lain selain vitamin E adalah vitamin C, enzim glutation
reduktase, desmutase dan perosidase, yang bersifat larut dalam air. Scavenger yang
larut dalam lemak adalah vitamin E dan ß-karoten.
Penanya : Ashfia Ruhama

Penjawab : Siska Yusfarini

7. Apakah benar vitamin E baik untuk jantung ?

Iya . Fungsi vitamin E untuk jantung terlihat karena antioksidan dalam vitamin E
untuk jantung berperan dalam mencegah adanya proses oksidasi dalam tubuh. Dengan
adanya antioksidan dalam vitamin E untuk jantung,plak dan kolestrol yang berpotensi
dalam penyumbatan arteri tidak akan mengendap dan menyumbat. Sehingga dengan
mengonsumsi vitamin E untuk jantung akan dapat mencegah munculnya penyakit
jantung koroner.

Anda mungkin juga menyukai