Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR 3

“PSORIASIS”

Disusun oleh :
Ayunda Dwi Karnita
Ilham Wahyu Wibisono
Rina Wahyu Anggraini
Titin Rahayu

STIKES PATRIA HUSADA BLITAR


TAHUN 2017 / 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhaan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya sehungga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Harapan semoga makalah ini dapat menambanh pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Blitar, 12 Oktober 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Bab I pendahuluan
1.1 Latar belakang……………………………………………………………………
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………………….
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Definisi ………………………………………………………………………….
2.2 Etiologi …………………………………………………………………………..
2.3 Patofisiologi …………………………………………………………………….
2.4 Manifestasi Klinis ………………………………………………………………..
2.5 Pemeriksaan Diagnostic ………………………………………………………….
2.6 Penatalaksanaan …………………………………………………………………..
2.7 Komplikasi ………………………………………………………………………..
Bab III asuhan keperawatan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan sirosis ……………………………………….

Bab IV Penutup
3.1 kesimpulan………………………………………………………………………..
3.2 saran………………………………………………………………………………

Daftar pustaka ……………………………………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psoriasis merupakan salah satu peradangan kulit yang paling sering terjadi, 2 %
penduduk di Negara – Negara barat pernah menderita psoriasis selama hidupnya. Kelainan
ini juga sering terjadi di india dan beberapa daerah di afrika. Karena kebanyakan penderita
psoriasis memiliki lesi – lesi yang tak hilang seumur hidupnya, hal ini jelas merupakan
masalah.
Sampai sekarang masih beum diketahui mengapa bisa timbul psoriasis. Pada banyak
kasus pengaruh yang kuat dari faktor genetic, terutama bila penyakit mulai di derita sejak
remaja atau dewasa muda. Walaupun biasanya didapatkan daria danya riwayat keluarga,
seringkali tidak ditemukan adanya pola garis keturunan yang jelas dan penjelasan tentang
faktor genetic tidak selalu bisa dipahami pasien.
Bebrapa pemicu yang sudah dikenal dapat menyebabkan timulnya psoriasis pada
mereka yang rentan terkena, yaitu trauma dan infeksi. Bebrapa penulis juga menyebutkan
bahwa stress dapat memicu atau mengeksaserbasi kelainan tersebut. Namun demikian, masih
belum dapat dipahami dengan jelas apa penyebab perubahan tempat – tempat tertentu di kulit
menjadi plak psoriasis, sedangkan tempat yang lain tetap normal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari psoriasis ?
2. Apa etiologi dari psoriasis?
3. Bagaimana Patofisiologi psoriasis ?
4. Bagiamana Manifestasi Klinis dari psoriasis ?
5. Bagaiamana Pemeriksaan Diagnostic dari psoriasis ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan dari psoriasis ?
7. Apa saja Komplikasi dari psoriasis ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan klien psoriasis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari psoriasis
2. Untuk mengetahui etiologi dari psoriasis
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari psoriasis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari psoriasis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diangnostik dari psoriasis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari psoriasis
7. Untuk mengetahuikomplikasi dari psoriasis
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
2.1 Definisi
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kulit kronis, non infeksius (tidak menular),
dimana pembentukan sel – sel epidermal terjadi dengan kecepatan hampir 6 sampai 9 kali
lebih cepat dari kecepatan normal. Sel – sel pada kulit sehat umumnya berganti setiap 28
hari, tetapi pada pasien psoriasis siklus ini terjadi setiap tiga sampai lima hari, menyebabkan
kulit yang berlebih terakumulasi pada permukaan sehingga terjadi penonjolan dengan sisik
berwarna keperakan. Biasanya terjadi di berbagai tempat di tubuh seperti wajah dan kulit
kepala dimana sel – sel kulit mati diproduksi secara berlebihan.
Penyakit ini diturunkan secara genetik dan beberapa faktor yang memicu munculnya
bercak-bercak pada kulit diantaranya stres, capek, pengaruh obat-obatan. psoriasis sama
sekali tidak menular. Meskipun psoriasis merupakan penyakit kulit menahun yang sering
kambuh, gejala psoriasis dapat disembuhkan dengan diagnosis yang tepat dan pengobatan
yang terus menerus. Jika gejala bercak kemerahan dengan lapisan tebal bersisik dan gatal
timbul pada kulit, pasien harus segera menemui dokter kulit.
Terdapat beberapa pola klinis yang berbeda pada psoriasis antara lain :
1. Psoriasis plak klasik
Pola ini merupakan pola yang paling sering dijumpai. Bisa berupa plak merah
tunggal atau multipel, dengan diameter yang bervariasi mulai dari beberapa meter
sampai beberapa sentimeter dan dengan permukaaan yang berskuama. Plak – plak ini
dapat timbul di bagian tubuh manapun, tetapi psoriasis mempunyai tempat predileksi
pada permukaan ekstensor, : lutut, siku dan dasar tulang belakang. Lesi sering kali benar
– benar simetris. Relative jarang di dapatkan pada wajah. Kulit kepala dan kuku sering
terkena dan artopati bisa juga terjadi. Walaupun psoriasis itu tidak gatal, tetapi menurut
pengalaman banyak pasien mengeluhkan rasa gatal yang hebat. Dan kebanyakan pasien
mengalami rasa gatal pada waktu – waktu tertentu.
2. Psoriasis kulit kepala
Psoriasis pada kulit kepala sangat sering ditemukan, pada kenyataannya kulit
kepala mungkin merupakan satu – satunya yang terkena. Kadang – kadang sulit untuk
membedakan antara psoriasis pada kulit kepala dengan dermatitis seboroik berat, tetapi
psoriasis umumnya lebih tebal. Lesi – lesi bervariasi dari hanya satu atau dua plak
sampai berupa suatu lembaran skuama yang tebal yang menutupi seluruh permukaan
kulit kepala. Dan bisa terjadi kerontokan rambut temporer pada psoriasis kulit kepala
yang parah.
3. Psoriasis kuku
Kelainan pada kuku sering di dapatkan, dan merupakan petunjuk diagnosis yang
penting apabila lesi pada kulit hanya ada beberapa atau tidak khas. Perubahan pada kuku
hampir selalu terjadi pada psoriasis artropatik.
4. Psoriasis gutata
Psoriasis gutata sering timbul mendadak, dan dapat menyertai suatu infeksi,
terutama infeksi streptokokus pada tenggorokan. Hal ini merupakan cara umum
timbulnya psoriasis, terutama pada usia dewasa. Gutata (guttate) dalam bahasa latin
berarti tetesan. Kebanyakan lesi berukuran sekitar satu sentimeneter. Dan biasanya
berwarna lebih pucat dibandingkan dengan bercak psoriasis yang telah mantap,
setidaknya pada fase awal. Diagnosis banding yang utama adalah pitiriasis rosea. Lesi –
lesi pada psoriasis gutata sering cepat hilang, tetapi pada beberapa pasien bisa membesar
dan menjadi plak yang menetap.
5. Psoriasis fleksural
Psoriasis fleksural dapat menyertai lesi plak yang khas, namun juga dapat terlihat
tersenderi atau berkaitan dengan kelainan – kelainan pada kulit kepala dan kuku. Lesi
bisa ditemukan pada daerah lipat paha, celah pada bayi sumbing, aksila, umbilicus dan
lipatan bawah payudara.

2.2 Etiologi
Etiologi belum diketahui, yang jelas ialah waktu pulih (turn over time) epidermis
dipercepat menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 28 hari.Berbagai
penyelidikan yang lebih mendalam untuk mengetahui penyebabnya yang pasti masih banyak
dilakukan. Beberapa faktor penting yang disangka menjadi penyebab timbulnya Psoriasis
adalah :
a. Genetik
b. Imunologik
c. Stres Psikik
d. Infeksi fokal. Umumnya infeksi disebabkan oleh Kuman Streptococcus
e. Faktor Endokrin. Puncak insidens pada waktu pubertas dan menopause, pada waktu
kehamilan membaik tapi menjadi lebih buruk pada masa pascapartus.
f. Gangguan Metabolik, contohnya hipokalsemia dan dialisis.
g. Obat-obatan misalnya beta-adrenergic blocking agents, litium, antimalaria, dan
penghentian mendadak korikosteroid sistemik.
h. Alkohol dan merokok.

2.3 Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya dimana
pada kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari
sehingga gambaran klinik tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu
pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana
terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada tempat-
tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat
4. Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari permukaan
kulit.
Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju permukaan kulit pada
3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan
plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan suplai
darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna putih seperti
tetesan lilin (atau sisik putih) merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan
kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala koebner phenomenon.
Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular, inverse, dan
erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian
luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang
di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll
5. Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan adanya
penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah
dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang
membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis
yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan
epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti
perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain
disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat
(AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin juga
abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi
pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.

2.4 Manifestasi klinis


Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi oleh
sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena penumpukan kulit
yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan serta pergantian sel-sel kulit
yang sangat besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang berwarna merah
gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak basah dan bisa terasa gatal atau
tidak gatal.
Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan epidermis kulit serta proses
radang, sehingga timbul skuamasi (pengelupasan) dan indurasi eritematosa (kulit meradang
dan kemerahan). Menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi, tetapi tidak pada rambut. Pada
umumnya tidak membehayakan jiwa, kecuali yang mengalami komplikasi, namun penyakit
ini sangat mengganggu kualitas hidup.
Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin melebar
dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu diseluruh bagian kulit
tubuh kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu saja, karena pergiliran sel-
sel kulit bagian lainnya berjalan normal. Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai
ketombe, sedangkan pada lempeng kuku tampak lubang-lubang kecil rapuh atau keruh.
Penyakit psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal. Kulit dapat membaik
seperti kulit normal lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman bekas psoriasis.
Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi serius, seperti
pada psoriasis artropi yaitu psoriasis yang menyerang sendi, psoriasis bernanah (psoriasis
postulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi merah disertai badan menggigil
(eritoderma).
Gejala dari psoriasis antara lain:
1. Mengeluh gatal ringan
2. Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
3. Terdapat fenomena tetesan lilin
4. Menyebabkan kelainan kuku

2.5 Pemeriksaan diagnostic


1. Pemeriksaan fisik
Anamnesa: Untuk mencari gejala dan tanda adanya infeksi psoriasis dan juga mencari
penyebabnya.
Pemeriksaan fisik dan lokal:
Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk melihat (infeksi) dan palpasi
keadaan kulit,kuku,sendi yang terinfeksi.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan Patologi anatomi, di dapatkan :
Akantosis (penebalan lapisan kulit stratum spinosum) dengan elongasi teratur dari rete
ridges, dan penebalan pada bagian bawahnya.
Penipisan epidermis lempeng suprapapilar dengan kadang-kadang terdapat pustul
spongiformis kecil
Papilomatosis
Berkurang atau hilangnya stratum granulosum
Hyperkeratosis, parakeratosis, serta abses Munro
Pada dermis ditemukan infiltrasi sel-sel polinuklear, limfosit dan monosit serta pelebaran
dan berkelok-keloknya ujung-ujung pembuluh darah.

2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis,
meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan
terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus
bisa diterima secara kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis
akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik.
1. Terapi topikal
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas
epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya. Obat-obatannya
mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid. Terapi dengan
preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).
Anthralin preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk
mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau
preparat ter lainnya.
Kortikosteroid topical, dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah
obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif
untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
2. Terapi intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex)
dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang
terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya. Kita harus hati-hati agar kulit yang
normal tidak disuntuik dengan obat ini.
3. Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis
sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat
ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang
irreversible. Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk
memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara
adekuat. Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan
dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar.
Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil.
Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA.
Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum
tulang.
Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ
yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus
psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat
terbatas mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan
Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A) akan
memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian
pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien
psoriasis yang berat.
Fotokemoterapi Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum
pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi
pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar
yang kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar
obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti
sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu
terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan
proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka
panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit.
Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam
kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas
tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang
mengandung panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang
menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter batubara (terapi
goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA.
Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari
Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini
dilakukan pada penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati
psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit
psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau “almost clearing” (keadaan dimana
kelainan / gejala psoriasis hilang atau hampir hilang). Keadaan ini disebut “remisi”. Masa
remisi fototerapi tersebut bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan
lainnya.
Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi radiasi
ultraviolet dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya adalah untuk jangka panjang
dapat menimbulkan kanker kulit.
Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB broadband
dengan panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana pasien harus
masuk ke dalam light box.
Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL 308 nm)
merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir dengan menggunakan sinar
laser narrowband UVB dengan panjang gelombang 308 nm. Dibandingkan dengan
narrowband UVB, MEL 308 nm lebih cepat dan lebih efektif dalam mengobati psoriasis
yang resisten.

2.7 Komplikasi
1. Psoriasis Pustulosa
Kadang-kadang diatas makula eritematosa pada psoriasis timbul pustula-pustula
kecil dengan ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan psoriasis postula.
Ada 2 bentuk psoriasis postula:
a. Psoriasis postulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch).
Bentuk ini bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis dengan ciri
eritematosa disertai demam dan gejala penyakit sistemik yang lain. Postula dapat
timbul diatas lesi psoriasis atau pada kulit sehat yang mengalami eritema sebelumnya.
Lesi ini menyebar dengan cepat dan timbulnya bergelombang. Postula yang timbul
tersusun berkelompok atau diskret. Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya
nanah. Mukosa mulut dan lidah dapat mengalami kelainan. Kematian terjadi karena
toksik atau infeksi.
b. Psoriasis postulosa lokalisata (bentuk Barber)
Bentuk ini bersifat kronik dan sangat resisten terhadap pengobatan. Biasanya
menyerang telapak tangan dan telapak kaki serta distribusinya simetris. Lesi berupa
postula diatas plak eritematosa, berskuama. Postula yang masih baru berwarna
kuning, kemudian berubah menjadi kuning kecoklatan dan bila postula mengering
berwarna coklat gelap. Akhirnya postula yang kering ini mengelupas. Kadang-kadang
timbul rasa gatal tetapi lebih sering timbul keluhan seperti rasa terbakar.
2. Psoriasis arthritis
Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan kaki.
Pada stadium akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit. Bila
berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion,
menyebabkan pemendekan tulang dan hal ini mengakibatkan pergerakan sendi menjadi
sulit, jari memendek dan kaku dalam posisi fleksi. Secara rotgenologik tampak sendi
yang atrofi dengan permulaan osteoporosis diikuti peningkatan densitas tulang,
penyempitan rongga persendian dan erosi permukaan sendi.
3. Psoriasis eritrodermia
Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan penyakit yang lama dapat
berkembang menjadi eritodermia. Seluruh permukaan tubuh menjadi merah dan tertutup
skuama putih yang halus. Umumnya bentuk ini timbul akibat pemakaian obat topikal atau
penyinaran yang berlebihan. Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan berhasil maka
erupsi eritodermia menghilang dan lesi psoriasis yang khas akan muncul kembali.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PSORIASIS
A. Pengkajian
Berfokus pada cara pasien menghadapi kondisi kulit yang psoriatik, penampakan
kulit “ normal “ dan penampakan lesi kulit. Manifestasi yang terlihat adalah papula merah
bersisik yang menyatu untuk membentuk plak berbentuk oval dengan batas yang jelas. Sisik
atau skuama yang berwarna putih perak juga terdapat. Daerah kulit didekatnya akan
memperlihatkan plak yang licin dan merah dengan permukaan yang mengalami maserasi.
Pemeriksaan harus dilakukan pada daerah-daerah, khususnya yang cenderung untuk
mengalami psoriasis, yaitu: siku, lutut, kulit kepala, celah gluteus, jari-jari tangan dan kaki.
Perawat harus menilai dampak penyakit tersebut pada pasien dan strategi koping ynag
digunakan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari serta interaksi antara anggota keluarga
dan teman-teman. Banyak pasien perlu ditentramkan kekawatirannya dengan penjelasan
bahwa penyakitnya tidak menular, bukan mencerminkan higiene perorangan yang buruk dan
juga bukan kanker kulit .
1) Pola Persepsi Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e. Hygiene personal yang kurang.
f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.
b. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c. Jenis makanan yang disukai.
d. Napsu makan menurun.
e. Muntah-muntah.
f. Penurunan berat badan.
g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih
3) Pola Eliminasi
a. Sering berkeringat.
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b. Kelemahan umum, malaise.
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b. Mimpi buruk.
6) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b. Perasaan terisolasi.
7) Pola Reproduksi Seksualitas
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
8)Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a. Emosi tidak stabil
b. Ansietas, takut akan penyakitnya
c. Disorientasi, gelisah

9)Pola Sistem Kepercayaan


a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b. Agama yang dianut
10) Pola Persepsi Kognitif
a. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b. Pengetahuan akan penyakitnya.
11) Pola Hubungan dengan Sesama
a. Hidup sendiri atau berkeluarga
b. Frekuensi interaksi berkurang
c. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi.
2. Gangguan body image berhubungan dengan adanya sisik pada kulit.
3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi.

C. Intervensi Keperatan
NO Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan Setelah dilakukan Kaji atau  Memberikan
catat
integritas kulit tindakan asuhan ukuran, warna, informasi dasar
berhubungan keperawatan keadaan luka / tentang
dengan adanya selama 1X24 jam, kondisi sekitar luka. penanganan kulit.
lesi. diharapkan tidak
terjadi gangguan  Lakukan kompres
pada integritas  Merupakan
basah dan sejuk atau
kulit. Dengan terapi rendaman. tindakan protektif
kriteria hasil: yang dapat
 Mempertahankan  Lakukan perawatan mengurangi nyeri.
integritas kulit. luka dan hygiene
 Tidak ada lesi. sesudah  Memungkinkan
itu
keringkan kulit pasien lebih bebas
dengan hati-hati dan bergerak dan
taburi bedak yang meningkatkan
tidak iritatif. kenyamanan
pasien.
 Berikan prioritas
untuk meningkatkan
kenyamanan  Mempercepat
dan
kehangatan pasien proses rehabilitasi
 Gosokkan krim pasien.
pelembab atau
minyak  Untuk
secara
lembut. menghilangkan
debriment.
2. Gangguan body Setelah dilakukan Berikan kesempatan
 Klien
image tindakan asuhan pada klien untuk membutuhkan
berhubungan keperawatan mengungkapkan pengalaman
dengan adanya selama 1X24 jam, perasaan tentang didengarkan dan
sisik pada kulit. diharapkan tidak perubahan citra dipahami dalam
terjadi gangguan tubuh. proses
body image. peningkatan
Dengan kriteria kepercayaan diri.
hasil:  Nilai rasa
 Menyatakan keprihatinan  Memberikan
dan
penerimaan situasi ketakutan klien. kesempatan
diri. kepada perawat
 Bicara dengan untuk
keluarga/orang menetralkan
terdekat tentang  Bantu klien dalam kecemasan dan
situasi, perubahan mengembangkan memulihkan
yang terjadi. kemampuan untuk realitas situasi.
menilai diri dan
mengenali  Kesan
serta seseorang
mengatasi masalah. terhadap dirinya
 Mendukung upaya sangat
klien untuk berpengaruh
memperbaiki citra dalam
diri, mendorong pengembalian
sosialisasi dengan kepercayaan diri.
orang lain dan
 Pendekatan
membantu klien ke dan
arah penerimaan saran yang positif
diri. dapat membantu
menguatkan
usaha dan
kepercayaan yang
dilakukan.
3. Kurang Setelah dilakukan Kaji ulang prognosis
 Memberikan dasar
pengetahuan tindakan dan harapan yang pengetahuan
terhadap keperawatan akan datang. dimana pasien
penyakit, selama 1x 24 jam dapat membuat
prognosis dan di harapkan pasien pilihan
kebutuhan dapat mengerti  diskusikan perawatan berdasarkan
pengobatan tentang penyakit kulit contoh informasi.
berhubungan dan pengobatan penggunaan  Gatal, lepuh, dan
dengan kurang yang berhubungan pelembab dan sensitifitas luka
pemajanan, dengan pelindung sinar yang sembuh .
kesalahan penyakitnya. matahari.
interpretasi, Dengan kriteria   Mempertahankan
Dorong
kurang hasil : kesinambungan mobilitas,
informasi.  pasien mengerti dan program latihan dan menurunkan
paham tentang jadwalkan periode komplikasi dan
kondisi, prognosis, istirahat. mencegah
dan pengobatan. kelelahan,
 pasien dapat membantu proses
mengerti tentang  Kaji ulang penyembuhan.
tindakan pengobatan,  Pengulangan
pengobatan dan termasuk tujuan, memungkinkan
terapi dosis, rute, dan efek kesempatan untuk
 melakukan samping yang untuk bertanya
perubahan pola diharapkan dapat di dan menyakinkan
hidup tertentu dan laporkan. pemahaman yanh
berpartisipasi  Berikan nomor akurat.
dalam program telepon untuk orang
pengobatan. yang di hubungi.  Memberikan akses
yang mudah bagi
tim pengobatan
untuk
menguatkan
pendidikan ,
klarifikasi
kesalahan
konsep, dan
menurunkan
potensial
komplikasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kulit kronis, non infeksius (tidak menular).
Bebrapa pemicu yang sudah dikenal dapat menyebabkan timulnya psoriasis pada mereka
yang rentan terkena, yaitu trauma dan infeksi. stress dapat memicu atau mengeksaserbasi
kelainan tersebut. Namun demikian, masih belum dapat dipahami dengan jelas apa penyebab
perubahan tempat – tempat tertentu di kulit menjadi plak psoriasis, sedangkan tempat yang
lain tetap normal.

4.2 Saran
1. Dengan mengetahui gejala – gejala psoriasis kita dapat mengobati dari awal
2. Dengan mengetahui penyebab – penyebab psoriasis maka kita dapat mencegah lebih awal
sebelum terjadinya penyakit yang lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah ed. 8 vo.3. Jakarta. EGC
Price, Wilson. (1995). Patofisiologi, Edisi 4. Jakarta. EGC
Graham, robin. 2005. Dermatologi. Jakarta. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai