Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KONSEP DAN PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN KANKER SERVIKS

Disusun Oleh:
Sumastia Trimuliani
(G3A019025)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim.
Kanker serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-
sel jaringan yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher
rahim (Ariani, 2015 ). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah
berumur, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga
menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Prawirohardjo,
2014).
Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang
mengakibatkan kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden
kanker serviks diperkirakan telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh dunia
dan sebagian besar terjadi di negara berkembang. Telah terbukti sebanyak 70%
penyebab dari kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Meskipun infeksi
Human Papilloma Virus HPV penyebab lebih tinggi, namun faktor resiko lain
untuk timbulnya kanker ini seperti melakukan hubungan seksual diusia muda,
melakukan hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan, dan perempuan
perokok (Prawirohardjo, 2014).
Pengobatan penyakit kanker serviks telah dikembangkan beberapa
macam yaitu melalui tindakan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Pengobatan yang paling banyak digunakan adalah kemoterapi, karena
kemoterapi bisa digunakan untuk stadium lanjut. Kemoterapi adalah pengobatan
yang menggunakan zat kimia untuk merusak atau membunuh sel-sel yang
tumbuh dengan cepat. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah sel-sel kanker
atau mengurangi ukuran tumor. Kemoterapi memiliki dampak dalam berbagai
bidang kehidupan antara lain dampak terhadap fisik dan psikologis (Ariani,
2015). Dampak kemoterapi secara fisik yaitu mual dan muntah, diare, konstipasi,
neuropati perifer, toksisitas kulit, alopecia (kerontokan rambut), penurunan berat
badan, anemia, penurunan nafsu makan, perubahan rasa, nyeri (Ariani, 2015).
B. Tujuan
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Penyakit
Kanker Serviks di Ruang Rajawali 4B RSUP Dr. Kariadi Semarang

C. Ruang lingkup
Asuhan keperawatan ini di laksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal
13 Agustus 2019 sampai 15 Agustus 2019, pada klien Ny. W dengan diagnosa
medis Kanker Serviks di ruang Rajawali 4B RSUP Dr. Kariadi Semarang

D. Sistematika penulisan
Sistematika Penulisan terdiri dari 5 BAB, setiap BAB mempunyai pokok
bahasan masing-masing yang saling berkaitan dengan susunan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan : Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan,
ruang lingkup dan sistematika penulisan, BAB II Konsep teori terdiri dari konsep
dasar kanker serviks dan konsep dasar asuhan keperawatan. BAB III resume kasus
kelolaan. BAB IV Pembahasan : Pembahasan yang berisi kesenjangan hasil kajian
asuhan keperawatan dengan konsep teori. BAB V Penutup : Berisi tentang
kesimpulan dan saran
BAB II
KONSEP TEORI

A.Konsep Kanker Serviks


1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang
menempel pada puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya
paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti
statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita
yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015 ), sedangkan
menurut Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel serviks
dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor
ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.Kanker serviks ini
terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi dapat
terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.

2. Penyebab Kanker Serviks


Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa
faktor resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita
kanker serviks menurut Ariani (2015) sebagai berikut :
1. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang
berusia 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum
usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa
meningkatkan resiko terserang kanker serviks sebesar dua kali
dibanding perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia
20 tahun.
2. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi
HPV juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut
rahim yang mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat
merangsang terjadinya perubahan ke arah displasia.
3. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali
lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut
pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen infeksi virus.
4. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
5. Status sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah dan kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan
gizi, imunitas dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal
ini yang mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Terpapar virus
Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS merusak
sistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan
peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para
ilmuwan percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam
menghancurkan sel-sel kanker dan memperlambat pertumbuhan serta
penyebaran. Pada perempuan HIV, kanker pra serviks bisa berkembang
menjadi kanker yang invasif lebih cepat dari biasanya.
7. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang
menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat
diturunkan melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.

3. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks


Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai
berikut :
1) Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke
dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke
korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
2) Markroskopis
i. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
ii. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
iii. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
iv. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

4. Patofisiologi Kanker Serviks


Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa
dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar
atau zona transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan
tidak normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma
servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL)
mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor
menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal
menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan
terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif
dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale
dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh
darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.
Karsinoma servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif
dini dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun
perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul
pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada
saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca
coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya
tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian
bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi
berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum
(Price & Wilson, 2012). Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan
mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit
menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka
mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi
eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah
keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek
dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga
akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan
kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan
resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa
positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.
Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa
kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian
(Aspiani, 2017).
5. Pathway
6. Tanda dan gejala kanker serviks
Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker
serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan
penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium
lanjut. Gejala-gejala umumyang terjadi pada penderita kanker ini adalah :
1) Ada bercak atau pendaran setelah berhubungan seksual,
2) Ada bercak atau pendarahan di luar masa haid,
3) Ada bercak atau pendarahan pada masa menopause,
4) Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari
biasanya, atau
5) Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun
sudah diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah :
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim
(contact bleeding)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
c. Pendarahan diluar siklus menstruasi
d. Penurunan berat badan yang drastis
e. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan
menderita keluhan nyeri punggung
f. Hambatan dalam berkemih

7. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks


Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik
untuk menentukan kanker serviks sebagai berikut :
1) Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
2) Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas
daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
3) Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200
kali
4) Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5) Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.
6) pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,
golongan darah, masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi
terhadap obat.

8. Penatalaksanaan Kanker Serviks


a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks:
STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
Ib,Iia evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, Ivb Radiasi paliatif
Kemoterapi
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi
untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan
serta ketakutan pasien. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam
perawatan diri untuk meningkatkan kesetahan dan mencegah
komlipakai. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien dan
pasangannya memandang kemampuan reproduksi wanita dan
memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan
reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri dan citra
tubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi
mempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali menunjukkan sikap
yang sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan
keturunan.
Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan
pasangannya untuk menerima berbagai perubahan fisik dan psikologis
akibat masalah tersebut serta menemukan kualitas lain dalam diri
wanita sehingga ia dapat di hargai. Bahkan, sekalipun kehilangan
uterus dan kemampuan reproduksi tidak terlalu mempengaruhiharga
diri dan citra tubuhnya, wanita tetap memerlukan penguatan atas peran
lainnya yang berharga sebagai seorang manusia. Wanita yang
mengalami nyeri hebat ketika menstruasi dan sangat mengganggu
aktivitas rutinnya menganggap penanggulanagn seperti histerektomi,
sebagai pemecahan masalah.
Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasa
hidupnya lebih terancam dan perasan ini jauh lebih penting
dibandingkan kehilangan kemampuan reprpduksi. Intervensi
keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu pasien
mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang
realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan
kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukan
kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder, dkk, 2013).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Serviks Post Kemoterapi
1. Pengkajian keperawatan

a. Anamnesis
1) Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
(hasil laboratorium).
2) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, ,
agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
3) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.
4) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan
yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan
anemia.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat
kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat
penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks
post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan
riwayat penyakit HIV/AIDS.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan
genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya
(Diananda, 2008).
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker
serviks yang perlu diketahui adalah:
a) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker
serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan
mengalami atropi pada masa menopose.
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan
diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks
terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus
semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma
serviks (Aspiani, 2017).
6) Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri
pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga
ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien
yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder,
dkk, 2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami keluhan cemas dan ketakutan.
7) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi,
aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan, gangguan
pola tidur.
8) Pemeriksaan fisik, meliputi :
a) Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
b) Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
c) Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
d) Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
e) Thoraks:
Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan. Jantung : biasanya pada pasien kanker
serviks post kemoterapi tidak ada kelainan
f) Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
g) Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami
sekret berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi
(Brunner & suddarth, 2015). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
h) Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium
lanjut mengalami udema dan nyeri (Brunner & suddarth, 2015).

Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami


kesemutan atau kebas pada tangan dan kaki.
9) Pemeriksaan penunjang.
a) Pemeriksaan hematologi
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai
normalnya Haemoglobin wanita (12-16 gr/dl).

2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul


Menurut NANDA (2015-2017), kemungkinan masalah yang muncul
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel
syaraf)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanaN
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
4. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal

3. Rencana Keperawatan
1) Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(penekanan sel syaraf)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x.. jam
diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol.
Kriteria evaluasi :
a) Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b) Pasien tampak rileks.
c) Tanda vital normal.
Intervensi :
a) Kaji tingkat nyeri pasien.
b) Observasi tanda vital.
c) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
d) Ajarkan metode distraksi.
e) Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

Rasional :
a) Tingkat nyeri pasien dapat dikaji menggunakan skala nyeri ataupun
deskripsi.
b) tekanan darah terutama akan meningkat bila pasien merasa nyeri.
c) Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi
nyeri.
d) Menggalihkan perhatian pasien terhadap nyeri.
e) Analgetik mengurangi nyeri dan membantu pasien merasa rileks.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
Kriteria hasil: menunjukkan masukan nutrisi dengan nilai gizi yang
mencukupi serat, protein, vitamin dan mineral.
Rencana intervensi:
a) Jelaskan pentingnya masukan nutrisi harian yang optimal.
Rasional : Dengan dukungan kebutuhan nutrisi yang adekuat
membantu proses penyembuhan luka.
b) Pantau status hipermetabolisme. Rasional : Adanya riwayat
penyakit diabetes akan menjadi penyulit untuk proses
penyembuhan luka.
c) Evaluasi kemungkinan penyebab mual. Rasional : Adanya mual
akan menghambat masukan nutrisi yang adekuat.
d) Pertahankan kebersihan gigi dan mulut, berikan perawatan mulut
yang mendukung. Rasional : Kebersihan gigi dan mulut
membantu memelihara dan dapat meningkatkan nafsu makan
yang baik.
e) Berikan alternatif makanan sesuai kondisi pasien. Rasional :
Variasi jenis makanan dan sajian menghindari kejenuhan yang
mengakibatkan ketidakcukupan masukan peroral.
f) Anjurkan untuk menghindari berbaring datar selama sedikitnya 1
– 2 jam setelah makan. Rasional : Gravitasi membantu penurunan
isi usus sehingga menghindarkan perasaan penuh dan mual.

g) Berikan anti emetik sebelum makan bila diindikasikan. Rasional :


Pemberian anti emetik mencegah terjadinya mual akibat efek
anastesi dan penyebab lainnya.
3) Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x...jam
diharapkan tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga
terhadap penyakit meningkat.
Intervensi :
a) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap
penyakit.
b) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.
c) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.
d) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.
e) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien
dan keluarga.
Rasional :
a) Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.
b) Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian
objektif klien tentang penyakit.
c) Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan
support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan
kesadaran diri klien.
d) Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi
menurunkan kecemasan.
e) Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk
meningkatkan pengetahuan dan membangun support system
keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
4) Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x... jam
diharapkan tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Kriteria hasil:

a) Suhu 37-38 C
b) Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau.
b) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa
perdarahan.
c) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
d) Lakukan perawatan vulva.
e) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi.
f) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama
sesama masa perdarahan.
Rasional :
a) Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart
keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak
mungkin merupakan tanda infeksi;
b) Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih
luar.
c) Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
d) Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
e) Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik
infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan
gejala infeksi.
f) Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi
system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi
pada pasangan.
5) Diagnosa : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens
farmaseutikal
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x.... jam kllien
dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi.
Intervensi :

a) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.


b) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandung,
c) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
d) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien.
e) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas.
Rasional :
a) Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan
masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.
b) Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ
reproduksi
c) Mengistiratkan klilen secara optimal.
d) Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat
mutlak sangat diperlukan.
e) Menilai kondisi umum klien

4. Implementasi Keperawatan
Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan disesuaikan.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan adalah sebagai
berikut :
a. Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi
memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah
tindakan keperawataan yang diusulkan masih sesuai.
b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada
sebelum memulai perawatan.
Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya
dengan data pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan
yang dinyatakan dan menentukan apakah intervensi keperawatan
yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status pasien

telah berubah dan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan


harus dimodifikasi.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yaitu membandingkan data subjek dan objek yang
dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk menentukan tingkat
keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan yang ditetapkan selama
perencanaan.
Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon
pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan.
Tujuan asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah
kesehatan aktual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan
mempertahankan status sehat. Evaluasi terhadap asuhan menetukan apakah
tujuan ini telah terlaksana. Aspek lain dari evaluasi mencakup pengukuran
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam lingkungan perawatan
kesehatan.
BAB III
RESUME KASUS KELOLAAN

Tanggal Pengkajian : 13 Agustus 2019

Nama Klien : Ny. T Nama Mahasiswa : Sumastia Trimuliani


Alamat : Kodia semarang Status Marital : menikah
Umur : 56 tahun Status obstetri : P3 A
Pekerjaan : IRT HPHT : Menopause 6 tahun
Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa

A. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada daerah perut

B. Riwayat Penyakit Sekarang


2 hari yang lalu klien kontrol ke poli kandungan dan dilakukan pemeriksaan
laborat didapatkan hasil hb 5,6. Kemudian 1 hari yang lalu klien datang ke IGD
RSDK dengan keluhan lemas dan BAB darah kehitaman selama 4 bulan terakhir.
Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri pada daerah perut yang menjalar
ke pinggang, nyeri seperti di tekan-tekan, skala nyeri 3, nyeri dirasakan
bertambah ketika ingin BAB dan hilang ketika istirahat. Klien tampak lemah,
pucat, terpasang infus Nacl 0,9 % 20 tpm hari ke-2 pada tangan kirinya, TD. :
110/70 mmhg N : 84 x/menit R : 20x/menit S : 36,3.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan sudah di diagnosa ca cerviks sejak 3 tahun yang lalu dan sudah di
sinar 2 kali. Klien mengatakan sering keputihan banyak sekali.

D. Riwayat Penyakit keluarga


Klien mengatakan di keluargamya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti
klien dan tidak ada yang mengalami hipertensi, diabetus melitus, dll

E. Riwayati Menstruasi
a. Umur Menarche : 13 tahun
b. Siklus Haid : 28 hari
c. Lama Haid : 6 hari
d. Jumlah darah Haid : 60 – 80 ml
e. HPHT : menopause sejak 6 tahun lalu
f. HPL
g. Disminorhea :-
h. Spotting :-
i. Menorrhagia : ya, klien mengatakan setiap haid darahnya
banyak sampai 3 pembalut sehari
j. Metrorhagia :-
F. Riwayat Perkawinan
a. Lama menikah : 42 tahun
b. Pernikahan ke :1
c. Usia pertama menikah :14 tahun

G. Riwayat Obstetri
Jenis
Jenis
Tahun Partus/ Tempat Umur Jenis Persalinan Keadaan
No Penyulit Kelamin
Abortus Partus Hamil Persalinan Penolong Anak
/BBL
Persalinan
1 1978 bidan 41 Spontan bidan - P sehat
2 1985 Bidan 34 Spontan bidan - L Sehat
3 1997 bidan 22 Spontan bidan - P Sehat

H. Keluarga Berencana
a. Metode KB terakhir yang digunakan :KB suntik
b. Lama penggunaan : 12 tahun
c. Keluhan/komplikasi : tidak ada
d. Rencana metode KB yang diinginkan :tidak ada

I. Riwayat Ginekologi
a. Infertilitas :-
b. Kasus perkosaan :-
c. Kanker kandungan :-
d. Polip serviks :-
e. PMS :-
f. Mioma uteri :-
g. Servisitis kronis :-
h. Infeksi virus :-
i. Endometritis :-

J. Pemeriksaan fisik
1. Antropometri :
a. TB : 156
b. BB saat ini : 55
c. Lingkar lengan : 24
2. Tanda Vital : TD. : 110/70 mmhg N : 84 x/menit R : 20x/menit S : 36,3
3. Keadaan Umum : Baik, composmentis
4. Kulit, kuku : Kulit pucat, CRT < 2 detik
5. Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
7. Thorak : Pergerakan dada simetris,
8. Jantung : irama jantung reguler, HR : 84x/menit
9. Paru : tidak ada suara napas tambahan RR : 20 x/menit
10. Mammae : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
11. Abdomen : terdapat nyeri tekan dan teraba keras pada perut bagian bawah.
12. Perianal : tidak ada hemoroid
13. Ekstremitas : Terpasang infus pada tangan kiri

K. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, Radiologi dll)


Hematologi Hasil. Satuan. Nilai normal
Hemoglobin 5,7 gr/dl 12,00 - 15,00 L
Hematokrit 20,5 % 35 - 47 L
Eritrosit 2,21 10^6/uL 4,4 - 5,9 L
MCH 25,8 pg 27,00 - 32,00 L
MCV 92,8 fl 76 - 96
MCHC 27,8 gr/dl 29,00 - 36,00 L
Leukosit 6,2 10^3/dl 3,6 - 11
Trombosit 327 10^3/dl 150 - 400
RDW 23,6 % 11,60 - 14,80 H
MPV 8.9 fL 4.00-11,00
Kimia klinik
Glukosa sewaktu 103 mg/dl 80 -160
SGOT 22 u/L 15-34
SGPT 12 u/L 15-60 L
Ureum 1,9 mg/dL 15-39
Kreatinin 1,1 mg/dL 0,60 - 1,30

Radiologi, Foto pelvis AP Supine :


- Multiple lesi titik batas tak tegas dengan tepi sebagian sklerotik pada ramus
superior os pubis kanan kiri curiga metastasis
- Spur pada ramus inferior os pubis kanan kiri dan pada spina iliaca anterior
superior kanan

L. Analisa Data
Inisial klien : Ny. T No. CM : C643775
Usia : 56 tahun Ruang : Rajawali 4B, RSDK
Dx medis : Ca. Cerviks Tanggal : 14 Agustus 2019
No. Data Masalah Keperawatan
1. DS : klien mengatakan Perfusi perifer tidak efektif
- lemas dan pusing
- BAB darah ±4 kali dalam sehari

DO :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- Terpasang infus Nacl 0,9% 20 tpm hari ke-
2 pada tangan kirinya
- Hb : 5,6 gr/dl
- TD : 110/70 mmHg HR : 84 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,6 0C
DS : klien mengatakan : Nyeri kronis
- Nyeri pada perut bagian bawah seperti
ditekan-tekan, skala nyeri 3, nyeri
bertambah ketika ingin BAB dan
berkurang ketika istirahat
- Saat ingin BAB nyeri yang dirasakan
seperti ingin melahirkan bayi
DO :
- Skala nyeri 3, VAS : 2
- Teraba keras pada perut bagian bawah
- TD : 140/70 mmHg HR : 84 x/menit
RR : 20 x/menit S : 36,6 0C

M. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Nyeri kronis b.d invasi atau infiltrasi tumor pada serviks

N. Perencanaan keperawatan
Inisial klien : Ny. T No. CM : C643775
Usia : 56 tahun Ruang : Rajawali 4B, RSDK
Dx medis : Ca. Cerviks Tanggal : 14 Agustus 2019
No Diagnosa Tujuan & Kriteria
Intervensi Rasional
. Keperawatan Hasil
1. Perfusi Setelah dilakukan 1. Kaji secara 1. sirkulasi perifer
perifer tidak tindakan komprehensif dapat menunjukan
efektif b.d keperawatan sirkulasi perifer keparahan
penurunan selama 3 x 24 jam 2. Monitor penyakit
konsentrasi diharapkan perfusi laboratorium 2. nilai laboratorium
hemoglobin perifer klien efektif 3. Kolaborasi dapat menunjukan
dengan kriteria pemberian anti komposisi darah
hasil : pletelet atau anti 3. meminimalkan
- TTV normal perdarahan adanya bekuan
- Nilai 4. Kaji tanda-tanda dalam darah
laboratorium vital 4. mengetahui status
normal kardiorespirasi
klien

2. Nyeri kronis Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. pengkajian secara


b.d invasi tindakan pengkajian nyeri komprehensif
atau infiltrasi keperawatan secara dapat
tumor pada selama 3 x 24 jam komprehensif mengidentifikasi
serviks diharapkan klien 2. Ajarkan tehnik secara mendetail
mengatakan nyeri relaksasi dan utuh
berkurang dengan nonfarmakologi mengenai keluhan
kriteria hasil : untuk mengurangi pasien
- Klien nyeri 2. relaksasi dapat
mengatakan 3. Kolaborasi mengurangi nyeri
nyeri berkurang pemberian 3. analgetik dapat
- TTV nomal analgetik mengrurangi
- Mampu 4. Monitor tanda- nyeri
menggunakan tanda vital 4. untuk mengetahui
tehnik tanda-tanda vital
nonfarmakologi klien

O. Catatan keperawatan
Inisial klien : Ny. T No. CM : C643775
Usia : 56 tahun Ruang : Rajawali 4B, RSDK
Dx medis : Ca. Cerviks Tanggal : 14 Agustus 2019
Hari/ No. Dx. Tindakan
Respon klien Paraf
tanggal Kep keperawatan
Rabu 1 Mengkaji sirkulasi DS : klien mengatakan badannya
14-8-19 perifer lemas dan pusing
21.30 DO : Sumasti
- Klien tampak lemah a
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- Hb : 5,6

21.30 2 DS : klien mengatakan nyeri pada


Mengkaji nyeri klien perutnya, nyeri seperti ditekan-
tekan, skala nyeri 3, nyeri
bertambah saat akan BAB dan Sumasti
berkurang saat istirahat a
DO :
- Skala nyeri 3, VAS 2
- Teraba keras pada perut
bagian bawah

22.00 1 DS : klien mengatakan nyeri


Kolaborasi pemberian sedikit saat diberikan obat
obat anti perdarahan melalui selang selang infus
DO :
- Obat yang diberikan asam Sumasti
traneksamat melalui selang a
infus

23.00 2 DS : klien mengatakan bisa


Mengajarkan teknik melakukan teknik relaksasi napas
relaksasi napas dalam dalam
DO :
- Klien tampak bisa Sumasti
mempraktekan relaksasi a
napas dalam
Kamis 1 DS : klien mengatakan nyeri
15-8-19 Kolaborasi pemberian sedikit saat diberikan obat
06.00 obat anti perdarahan melalui selang selang infus
DO :
- Obat yang diberikan asam
traneksamat melalui selang
infus Sumasti
a
06.30 1 DS : klien mengatakan pusing
Mengkaji tanda-tanda DO :
vital - TD : 110/70 mmHg
- HR : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,6 0C

Sumasti
06.35 1 DS : klien mengatakan badan a
Mengkaji sirkulasi lemas dan semalam BAB darah
perifer sampai 4 kali
DO :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva anemis

06.40 2 DS : klien mengatakan nyeri pada Sumasti


perut bagian bawah, skala nyeri a
Mengkaji nyeri klien 2, nyeri seperti ditekan, nyeri
bertambah seperti melahirkan
saat ingin BAB
DO :
- Klien tampak lemah
- VAS : 1, skala nyeri 2

Sumasti
Jumat 1 DS : klien mengatakan badannya a
16-8-19 lemas dan pusing
08.30 Mengkaji sirkulasi DO :
perifer - Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Hb : 5,6

08.30 2 DS : klien mengatakan nyeri pada


perut bagian bawah, skala nyeri
2, nyeri seperti ditekan, nyeri
Mengkaji nyeri klien bertambah seperti melahirkan Sumasti
saat ingin BAB a
DO :
- Klien tampak lemah
- Skala nyeri 2, VAS : 1

08.40 1 DS : klien mengatakan lemas dan


pusing
DO :
Mengkaji tanda-tanda - TD : 110/70 mmHg
vital - HR : 84 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,6 0C

P. Catatan perkembangan
Hari/ No. Dx.
Evaluasi Paraf
tanggal Kep
Kamis 1 S:
15-8-19 - klien mengatakan merasa lemas dan pusing
Sumasti
O: a
- klien tampak lemah
- klien tampak pucat
- konjungtiva anemis
- Hb : 5,6

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
- Kolaborasi pemberian anti perdarahan
- Monitor hasil lab
- Kolaborasi pemberian transfusi darah

2 S:
- klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri seperti ditekan, skala nyeri 2, nyeri bertambah
seperti akan melahirkan saat mau BAB dan
berkurang saat istirahat Sumasti
O: a
- klien tampak lemah
- skala nyeri 2, VAS 1
- TD : 110/70 mmHg
- HR : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,6 0C

A : masalah teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi
- Kaji nyeri
- Ajurkan teknik napas dalam

Jumat 1 S:
16-8-19 - klien mengatakan merasa pusing dan lemas
Sumasti
O: a
- klien tampak lemah
- klien tampak pucat
- konjungtiva anemis
- Hb : 5,6 gr/dl
A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
- Kolaborasi pemberian anti perdarahan
- Monitor hasil lab

2 S:
- klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri seperti ditekan, skala nyeri 2, nyeri bertambah
seperti akan melahirkan saat mau BAB dan Sumasti
berkurang saat istirahat a
O:
- klien tampak lemah
- skala nyeri 2, VAS 1
- TD : 110/80 mmHg
- HR : 84 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,6 0C

A : masalah teratasi sebagian

P : pertahankan intervensi
- Kaji nyeri
- Ajurkan teknik napas dalam jika nyeri
BAB III
PEMBAHASAN

1. Perfusi jaringan tidak efektif


a. Pengertian perfusi jaringan tidak efektif
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolisme tubuh.
b. Karakteristik mayor dan minor pasien perfusi jaringan tidak efektif
Mayor : Pengisian kapiler > 3 detik, Nadi perifer menurun atau tidak teraba,
Akral teraba dingin, Warna kulit pucat, Turgor kulit menurun
Minor :
Subjektif : Parastesia dan Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
Objektif : Edema, Penyembuhan luka lambat, Indeks ankle-brachial < 0,90,
Bruit femoral
c. Karakteristik mayor dan minor perfusi jaringan tidak efektif pada Ny. T
Tanda mayor yang terdapat pada klien yaitu kulit pucat, Hb : 5.6.
d. Tujuan asuhan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
perfusi jaringan perifer efektif
e. Rumusan intervensi dan rasionalnya
Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer
R : sirkulasi perifer dapat menunjukan keparahan penyakit
Monitor laboratorium
R : nilai laboratorium dapat menunjukan komposisi darah
Kolaborasi pemberian anti pletelet atau anti perdarahan
R : meminimalkan adanya bekuan dalam darah
Kaji tanda-tanda vital
R : memgetahui status kardiorespirasi klien
f. Implementasi yang sudah dilakukan
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 14-8-19 yaitu mengkaji
sirkulasi perifer, kolaborasi pemberian anti perdarahan. Pada tanggal 15-8-19
implementasi yang dilakukan yaitu mengkaji sirkulasi perifer, kolaborasi
pemberian anti perdarahan, mengkaji tanda-tanda vital klien. Pada tanggal 16-
8-19 implementasi yang dilakukan yaitu mengkaji sirkulasi perifer, mengkaji
tanda-tanda vital. Faktor pendukung klien kooperatif dan alat-alat yang
dibutuhkan tersedia. Faktor penghambatnya belum ada hasil lab klien yang
terbaru.
g. Evaluasi
Data subyektif yang didapatkan klien mengatakan merasa pusing dan
lemas. Data obyektif yang didapatkan klien tampak lemas, klien tampak pucat,
konjungtiva anemis, Hb : 5,6 gr/dl. Analisa masalah yaitu masalah teratasi
sebagian. Planning selanjutnya melanjutkan intervensi yaitu mengkaji sirkulasi
perifer klien, kolaborasi pemberian anti perdarahan, mengkaji tanda-tanda
vital, dan kolabosari pemberian transfusi darah.

2. Nyeri Kronis
a. Pengertian nyeri Kronis
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung lebih dari 3
bulan
b. Karakteristik mayor dan minor pasien nyeri
Mayor : Mengeluh nyeri , Merasa depresi (tertekan), Tampak meringis,
Gelisah, Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Minor : Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri), Waspada, Pola
tidur menyemit, Anoreksia, Focus menyempit, Befokus pada diri sendiri
c. Karakteristik mayor dan minor nyeri kronis pada Ny. T
Klien mengeluh nyeri pada daerah perut seperti di tekan-tekan, skala nyeri
3, VAS 2 klien tampak lemah
d. Tujuan asuhan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
nyeri klien berkurang
e. Rumuskan Intervensi beserta rasionalnya
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
R : pengkajian secara komprehensif dapat mengidentifikasi secara mendetail
dan utuh mengenai keluhan pasien
Ajarkan tehnik relaksasi nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
R : relaksasi dapat mengurangi nyeri
Kolaborasi pemberian analgetik
R : analgetik dapat mengrurangi nyeri
Monitor tanda-tanda vital
R : untuk mengetahui tanda-tanda vital klien
f. Implementasi yang telah dilakukan
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 14-8-19 yaitu mengkaji
nyeri, mengajarkan tenknik relaksasi napas dalam. Pada tanggal 15-8-19 yaitu
mengkaji nyeri, mengkaji tanda-tanda vital, menganjurkan teknik relaksasi
napas dalam saat nyeri. Pada tanggal 16-8-19 mengkaji nyeri, mengkaji tanda-
tanda vital, menganjurkan teknik relaksasi napas dalam saat nyeri. Faktor
pendukungnya adalah klien kooperatif dan alat-alat yang dibutuhkan tersedia.
g. Evaluasi
Data subyektif yang didapatkan yaitu klien mengatakan nyeri pada perut
bagian bawah, nyeri seperti ditekan, skala nyeri 2, nyeri dirasakan bertambah
seperti melahirkan saat ingin BAB dan berkurang saat istirahat. Data obyektif
yang didapatkan yaitu klien tampak lemah, skala nyeri 2, VAS 1, TD : 110/70
mmHg, HR : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,6 0C. Analisis masalah yaitu
masalah teratasi sebagian. Planning selanjutnya mempertahankan intervensi
yaitu mengkaji nyeri, menganjurkan relaksasi napas dalam saat nyeri, dan
mengkaji tanda-tanda vital.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, S. 2015. Stop Kanker. Yogyakarta : Istana Media


Aspiani, R.Y.2017. asuhan keperawatan maternitas aplikasi NANDA, NIC dan
NOC. Jakarta: CV Trans Info Media
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC
Diananda, Rama. 2009. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahari.
Mitayani. (2011). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction
Padila. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC; 2012
Reeder, S. J., Martin, Griffin, K. (2013). Keperawatan Maternitas: Kesehatan
Wanita, Bayi, dan Keluarga. Jakarta: EGC.
Tanto, C. (2014). kapita selekta kedokteran: edisi 4 jilid 1. jakarta: media
aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai