C. OUTLINE PROPOSAL
I. PENDAHULUAN
ATP dan melakukan analisis terhadap Willingness To Pay pengguna jasa monorel
sehingga didapatkan nilai tarif berdasarkan WTP.
Pemilihan moda transportasi pada umumnya dipengaruhi oleh jarak yang
ditempuh, harga dan waktu perjalanan. Beberapa alasan yang menjadi kelebihan
penggunaan kereta api adalah (Kamaluddin, 2003: 51):
1. Bebas dari hambatan kemacetan lalu lintas. Waktu perjalanan akan lebih
singkat dan biaya bertransportasi akan lebih murah dengan menggunakan
kereta api, khususnya untuk perjalanan jarak jauh.
2. Transportasi yang cocok dalam segala cuaca. Kereta api tidak terhalang
oleh cuaca buruk akibat hujan dan badai.
Penentuan tarif mempengaruhi dan melibatkan berbagai pihak yakni
pengguna, penyelenggara, dan pemerintah. Dalam menentukan tarif, pemerintah
berperan sebagai regulator harus menjadi penengah yang mempertimbangkan
kepentingan masyarakat dan kepentingan penyelenggara angkutan. Tarif yang
berlaku seyogyanya merupakan titik pertemuan antara kemampuan dan keinginan
membayar pengguna dengan biaya minimum yang diperlukan oleh penyelenggara
angkutan dalam mengoperasikan kegiatan penyediaan jasa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tarif ideal monorel wilayah
Banda Aceh, melakukan analisis terhadap Ability To Pay pengguna jasa monorel
sehingga didapatkan nilai tarif berdasarkan ATP dan melakukan analisis terhadap
Willingness To Pay pengguna jasa monorel sehingga didapatkan nilai tarif
berdasarkan WTP.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan besarnya nilai tarif
monorel yang sesuai dengan nilai tarif berdasarkan Ability To Pay (ATP),
Willingness To Pay (WTP). Ruang lingkup penelitian ini terkait dengan
karakteristik penumpang yang menggunakan jasa monorel dan penentuan tarif
yang mampu dan dapat dibayar oleh penumpang. Pengumpulan data primer
diperoleh dari survei langsung terhadap responden di lapangan, survei lapangan
dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner secara acak berstrata (Stratified
Random Sampling). Penyebaran kuesioner hanya dilakukan kepada penduduk di
sekitar Banda Aceh. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari buku-buku, dan
hasil penelitian terdahulu yang ada berhubungan dengan penelitian ini. Data yang
4
Landasan teori ini mengemukakan beberapa hal atau teori dan rumus-
rumus serta metode yang digunakan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan penulisan tugas akhir ini.
2.1.1 Transportasi
mengetahui jumlah orang dan barang pada berbagai pilihan moda transportasi
yang tersedia dan untuk melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa
maksud perjalanan tertentu pula.
Model pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui jumlah orang yang
akan menggunakan setiap moda. Bruton (1985), sebagaimana dikutip dari Tamin
(1997) mendefinisikan pemilihan moda sebagai pembagian secara proporsional
dari semua orang yang melakukan perjalanan terhadap sarana trasportasi yang
ada, yang dapat dinyatakan dalam bentuk fraksi, rasio dan prosentase terhadap
jumlah orang yang menggunakan masing-masing sarana transportasi seperti
kendaraan pribadi, bus, pesawat terbang, kereta api dan angkutan umum lainnya.
Beberapa prosedur pemilihan moda memodelkan pergerakan dengan
hanya dua buah moda transportasi, yaitu antara angkutan umum dan angkutan
pribadi. Namun pada beberapa negara terdapat pilihan lebih dari dua moda.
London misalnya, mempunyai moda kereta api bawah tanah, kereta api, bus dan
mobil. Bentuk alat (moda) transportasi/jenis pelayanan transportasi sebagaimana
dikutip dari Miro (2002), secara umum dibagi atas 2 (dua) kelompok besar moda
tranportasi yaitu:
1. Kendaraan pribadi (private tranportation)
Kendaraan pribadi yaitu moda tranportasi yang dikhususkan buat
pribadi seseorang dan seseorang itu bebas memakainya kemana saja,
dimana saja dan kapan saja dia mau, bahkan mungkin juga dia tidak
memakainya sama sekali.
2. Kedaraan umum (public transportation)
Kendaraan umum yaitu moda transportasi yang diperuntukkan buat
orang banyak, untuk kepentingan bersama, mendahulukan pelayanan
bersama, mempunyai arah dan titik tujuan yang sama terikat dengan
peraturan trayek yang sudah ditentukan dan jadwal yang sudah ditetapkan
dan para pelaku perjalanan harus menyesuaikan diri dengan ketentuan-
ketentuan tersebut apabila angkutan umum ini sudah mereka pilih. (Tamin,
1997).
Salah satu angkutan massal yang telah banyak diterapkan dan memberikan
dampak positif terhadap pengurangan penggunaan kendaraan pribadi adalah
kereta api. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan PM 9 Tahun 2011,
perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan
sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api.
Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik
berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang
akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta
api. Kereta api layak dijadikan tulang punggung transportasi khususnya di
wilayah perkotaan karena mempunyai keunggulan diantaranya daya angkut yang
banyak, hemat energi dan ramah lingkungan.
Perencanaan kereta api perkotaan sebagai transportasi yang berkelanjutan
harus diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus
memperbaiki kualitas hidup masyarakat serta infrastruktur dan tata kota. Kereta
api perkotaan merupakan salah satu moda transportasi yang dapat dipilih sebagai
8
a. Standar pelayanan minimal dalam perjalanan pada kereta api antar kota,
meliputi:
1) Pintu dan jendela
2) Tempat duduk dengan konstruksi tetap yang mempunyai sandaran dan
nomor tempat duduk
3) Toilet dilengkapi dengan air sesuai dengan kebutuhan
4) Lampu penerangan
5) Kipas angin
6) Rak bagasi
7) Restorasi
8) informasi stasiun yang dilewati /disinggahi secara berurutan
9) Fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil,
anak dibawah umur 5 tahun, orang sakit dan orang lanjut usia
10) Fasilitas kesehatan, keselamatan dan keamanan
11) Nama dan nomor urut kereta
12) Informasi gangguan perjalanan kereta api
13) Ketetapan jadwal perjalanan kereta api
b. Standar pelayanan minimal dalam perjalanan pada kereta api perkotaan,
meliputi:
1) Pintu dan jendela
2) Tempat duduk dengan konstruksi tetap yang mempunyai sandaran dan
nomor tempat duduk
3) Lampu penerangan
4) Penyejuk udara
5) Rak bagasi
6) Fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil,
anak dibawah umur 5 tahun, orang sakit dan orang lanjut usia
7) Fasilitas pegangan untuk penumpang berdiri
sehingga lokomotif garrat memiliki dua artikulasi. Penemu sistem ini adalah
insinyur Inggris bernama Garrat. Jenis kereta api ini banyak dipakai di benua
Afrika, Asia Timur, Australia, Sebagian Eropa dan Amerika selatan.
3. Lokomotif Meyer, seperti halnya garrat, jenis kereta api yang memiliki
dua artikulasi, namun kedua sambungannya terletak dibawah ketel uap.
Disain lokomotif ini diperoleh dengan membuat masing-masing bogie bagi
roda penggerak depan dan belakang, sehingga keduanya seakan terpisah dari
badan lokomotif. Dengan disain ini, didapat lokomotif uap yang dapat
bergerak lebih fleksibel dan efisien, karena semua roda penggerak akan
mendapatkan tekanan uap yang sama. Penemu sistem ini yakni insinyur
Prancis bernama Jean-Jacques Meyer pada tahun 1868. Sistem ini banyak
dipakai di Eropa, Amerika dan juga Hindia Belanda.
2. Kereta Rel Diesel Elektrik, merupakan jenis kereta api bermesin diesel,
dimana solar dipakai untuk memutar generator agar menghasilkan energi
listrik. Lalu, Energi listrik tersebut dipakai untuk menggerakan motor listrik
berukuran besar, dan akhirnya menggerakan roda-roda lokomotif. Saat ini
KRDE banyak digunakan di negera-negara berkembang, termasuk Indonesia,
dan hampir semua kereta jarak jauh yang di operasikan PT Kereta Api
Indonesia (PT KAI) merupakan tipe KRDE.
Kereta rel listrik merupakan jenis kereta api yang bergerak dengan
memanfaatkan motor listrik sebagai mesin utamanya, dimana sumber listrik
didapat langsung dari jaringan listrik aliran atas (LAA) melalui pantograf(sebuah
alat yang letaknya diatas gerbong, bersentuhan langsung dengan kawat LAA).
Sejatinya LAA berupa kawat bertegangan tinggi yang mampu menyuplai
kebutuhan arus listrik DC yang digunakan motor listik KRL. LAA ini letaknya
menggantung ditengah-tengah sepur, mengikuti alur lintasan rel dan biasanya
memiliki tegangan sebesar 1,5 kilo volt.
Biasanya kereta rel listrik dibangun didaerah perkotaan yang padat dan
tinggi akan mobilitas penduduknya, seperti Tokyo, Amsterdam, Beijing dan kota
besar lainnya. Di Indonesia, KRL dapat ditemui dikawasan Jabodetabek.
Indonesia sendiri memiliki MRT yang baru dirampungkan pada April lalu
di Jakarta, yakni rute bundaran HI- lebak bulus sepanjang 15,7 km dengan 13
stasiun pemberhentian. Rencananya, jaringan MRT tersebut akan diperluas pada
fase 2 dan 3, hingga total trek 110,8 km.
1. Trem, merupakan kereta ringan yang memiliki rel di dalam kota, dimana
satu set kereta terdiri dari 2-3 gerbong. Lintasan trem biasanya bersatu
dengan aspal jalan.
2. LRT (ligth rail transit), merupakan kereta ringan yang memiliki jalur lebih
khusus dibandingkan trem, terpisah dari jalan aspal, namun masih beriringan
dengan jalan perkotaan. LRT biasanya terdiri dari 2-4 gerbong. Kereta api
ringan banyak digunakan diberbagai negara di Eropa dan telah mengalami
modernisasi, misalnya otomatisasi masinis, beroperasi pada lintasan khusus,
sistem anti benturan, penggunaan lantai yang rendah sehingga mempermudah
naik turun penumpang.
2.1.4.6 Monorel
Monorel merupakan jenis kereta api ringan yang bergerak pada sebuah rel
tunggal, berbeda dengan kereta konvensional, yang bergerak pada dua rel.
Biasanya rel terbuat dari beton khusus dan roda-roda keretanya terbuat dari karet,
sehingga tidak sebising kereta diesel maupun listrik.
Terdapat dua jenis monorel yaitu:
hanya membutuhkan ruang yang kecil baik ruang vertikal maupun horizontal;
Keterangan:
MWTP = Rata-rata WTP
n = Ukuran sampel
WTPi = Nilai WTP Maksimum responden ke i
Apabila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna
yang dijadikan sebagai subjek dalam menentukan nilai tarif yang diberlakukan
dengan prinsip:
1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai tarif yang
diberlakukan tidak boleh melebihi nilai ATP kelompok masyarakat sasaran.
Campur tangan pemerintah dalam bentuk subsidi, kemudian dibutuhkan pada
kondisi dimana nilai tarif berlaku lebih besar dari ATP sehingga didapat nilai
tarif yang sebesar-besarnya sama dengan nilai ATP.
2. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan angkutan umum, sehingga bila
nilai WTP masih berada dibawah ATP, maka masih memungkinkan dilakukan
peningkatan nilai tarif dengan perbaikan pelayanan angkutan umum.
Bila perhitungan tarif berada jauh dibawah ATP dan WTP, maka terdapat
keleluasaan dalam perhitungan/pengajuan nilai tarif baru.
4. Empathy (Empati)
Empathy atau empati yaitu perhatian secara individual yang diberikan
perusahaan dalam memahami kebutuhan pelanggan. Empati mencakup
kemudahan akses serta pemahaman dan pengenalan kebutuhan pelanggan.
5. Responsiveness (Ketanggapan)
Responsiveness atau ketanggapan merupakan kemauan untuk membantu
konsumen dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tepat kepada
pelanggan dengan informasi yang jelas. Membiarkan pelanggan menunggu
tanpa suatu alasan yang jelas dapat menyebabkan persepsi yang negatif dalam
kualitas pelayanan.
Sifat utama dari teknik Stated Preference antara lain adalah sebagai berikut
:
a. Stated Preference didasarkan pada pernyataan pendapat responden tentang
bagaimana respon mereka terhadap beberapa alternatif hipotesa.
b. Setiap pilihan direpresentasikan sebagai ‘paket’ dari atribut yang berbeda
seperti waktu, ongkos, headway dan lain-lain.
c. Peneliti membuat alternatif hipotesa sedemikian rupa sehingga pengaruh
individu pada setiap atribut dapat diestimasi; ini diperoleh dengan teknik
desain eksperimen (Experimental Design).
d. Alat interview (kuesioner) harus memberikan alternatif hipotesa yang dapat
dimengerti oleh responden, tersusun rapi dan masuk akal.
e. Responden menyatakan pendapatnya pada setiap pilihan (option) dengan
melakukan rangking, rating dan pilihan pendapat terbaiknya dari sepasang atau
sekelompok pernyataan.
f. Respon sebagai jawaban yang diberikan oleh individu dianalisa untuk
mendapatkan ukuran secara kuantitatif mengenai hal yang penting (relatif)
pada setiap atribut.
X
Y
∑¿
¿
¿
¿
X
∑ ¿²
Y
r= ∑ ¿ ² ............................................................................................. (2.3)
n ∑ Y −¿
¿
X ²−¿ ¿
n∑¿
∑ ¿¿
XY −¿
n∑¿
¿
Keterangan:
r = koefisien korelasi
X = nilai setiap pertanyaan
Y = nilai total seluruh butir pertanyaan untuk satu variabel
n = jumlah responden
Uji reliabilitas berbeda dengan uji validitas karena uji reliabilitas
memusatkan perhatiannya pada masalah konsistensi dan kestabilan sedangkan uji
validitas memusatkan perhatiannya pada ketepatan. Uji reliabilitas hanya dapat
dilakukan setelah dilakukan uji validitas terlebih dahulu dan dinyatakan valid.
Arikunto (2010), menyatakan uji reliabilitas yang umum digunakan adalah
analisa Alpha. Adapun pengujian dengan menggunakan koefisien Cornbach
Alpha harus lebih besar atau sama dengan 0,6 yaitu nilai yang dianggap dapat
menguji layak tidaknya kuesioner yang digunakan. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
k −σb ²
r=
(k −1)
[1 σ 1²
] ........................................................................ (2.4)
Keterangan:
r = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan
23
Jki Jks
− .................................................................................................. (2.5)
n n²
σ 1² ...........................................................................................................=
∑ xt − ∑ xt ² ......................................................................................... (2.6)
n n²
Keterangan:
Jki = Jumlah kuadrat seluruh butir
Jks = Jumlah kuadrat subjek
∑ xt = jumlah total jawaban responden
n = Jumlah responden
Julien (2014), uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Beberapa uji validitas
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Face Validity (Validitas Permukaan)
Suatu pertanyaan dikatakan valid apabila responden mengerti pertanyaan atau
tidak salah paham atas makna pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Validitas
permukaan ini akan digunakan pada pertanyaan yang terdapat pada karakteristik
responden, kemampuan membayar dan keinginan membayar.
2. Construct Validity (Validitas Konstruk)
Validitas konstruk membuktikan seberapa bagus hasil yang diperoleh dari
penggunaan ukuran sesuai dengan teori di mana pengujian dirancang. Uji
konstruk dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan
skor totalnya. Bila nilai korelasi pearson positif dan bernilai >0.3 maka butir
pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Atau dapat juga dikatakan valid apabila nilai
signifikansi lebih kecil daripada nilai alpha toleransi (tingkat kesalahan yang
24
1) Besar Sampel
Sampel yang diambil harus dapat mewakili seluruh populasi yang ada
sehingga penarikan sampel yang jumlahnya relatif kecil dari jumlah populasi
harus memperhatikan 3 (tiga) faktor utama, yaitu:
1. Tingkat variabilitas dari parameter;
2. Tingkat ketelitian yang dibutuhkan untuk mengukur parameter;
3. Besar populasi dimana parameter akan disurvei.
Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan
kemudahan menentukan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5%
dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan besaran
sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.
Tabel Isaac dan Michael dapat dilihat dalam tabel 2.2.
Objek pada penelitian ini adalah tarif kereta api jenis monorel di wilayah
provinsi Aceh. Metode pengambilan sampel penelitian ini menggunakan sampel
acak berstrata dengan memperlihatkan tingkatan dalam populasi (stratified
random sampling).
Lokasi penelitian ini adalah pembangunan kereta api jenis monorel yang
berada di wilayah ibukota provinsi Aceh yang dimulai dari Bandara SIM sampai
pelabuhan Ulee Lheu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. Proses
pengambilan sampel dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner. Jumlah
pengambilan sampel untuk data kuesioner terhadap responden di lakukan pada
empat kecamatan yang ada di kota Banda Aceh yaitu : Banda Raya, Kuta Alam,
Ulee Kareng dan Meuraxa. Pengambilan sampel ini merujuk pada tabel Isaac dan
Michael dengan menggunakan persen kelonggaran sebesar 5% dan berdasarkan
jumlah kapasitas penumpang kereta api per hari.
tahun 2018, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 12.210 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 12.188 jiwa. Kecamatan ini terletak pada
ketinggian rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut. Adapun batas-batas
wilayah kecamatan ini adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Baiturrahman
Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Besar
Sebelah Timur : Kecamatan Baiturrahman
Sebelah Barat : Kecamatan Jaya Baru