Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Nyeri merupakan kondisi berupa peasaan ang menyenangkan besifat sangat

subjektif.prasa nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun

tingkatnya dan hanya orang tersebutlah yangdapat menjelaskannya.

Menurut WHO, padatahun 2010 angka kejadian fraktur akibat trauma

mencapai 67 jutakasus [2]. Secaranasional, angka kejadian fraktur akibat trauma

padatahun 2011 mencapai 1,25 juta kasus sedangkan di Provinsi JawaTimur pada

tahun 2011 tercatat 67.076 ribukasus [3]. Menuruthasil data RisetKesehatanDasar

(Riskesdas) tahun 2011, sebanyak 45.987 kejadianterjatuhdan yang

mengalamifraktursebanyak 1.775 orang atau 3,8 %. Kejadian kecelakaan

lalulintas sebanyak 20.829 dan yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang

atau 8,5% sertadari 14.127 kejadian trauma bendatajam/tumpul yang mengalami

fraktur sebanyak 236 orang atau 1,7 % [4]. Berdasarkan data di atas

dapatdisimpulkan orang yang mengalami kecelakaan beresiko tinggi mengalami

fraktur.

Data yang didapatdari RSD Dr. H. Koesnadi Bondowoso pada tahun 2015,

jumlah pasien yang mengalami frakturter buka sebanyak 102 pasiendan yang

mengalami fraktur tertutup sebanyak 150 pasien sehingga totalnya menjadi 252

pasien. Pada Bulan Januari dan Februaritahun 2016, didapatkan 18 pasien yang

mengalami fraktur terbuka dan 24 pasien yang mengalami fraktur tertutup

sehingga keseluruhan pasien yang mengalami fraktur sebanyak 42 pasien. Studi

1
pendahuluan terhadap 10 orang yang mengalami fraktur di ruang dahlia di

dapatkan7 pasien mengalami fraktur akibat kecelakaan dan 3 pasien mengalami

fraktur akibat terjatuh.

Pemberian kompres dingin dapat meningkatkan pelepasan endorfin yang

memblok transmisi stimulus nyeri dan juga menstimulasi serabut saraf yang

memiliki diameter besar

α-Beta sehingga menurunkan transmisi impuls nyeri melalui serabut kecil α-Delta

dan serabut saraf C [10]. Mekanisme penurunan nyeri dengan pemberian kompres

dingin berdasarkan atasteorigate control. Teori ini menjelaskan mekanisme

transmisi nyeri.Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka

akan menutup mekanisme pertahanan. Apabila masukan yang dominan berasal

dari serabut delta-A danserabut C, maka aka nmembu kapertahanan tersebut dan

pasien mempersepsikan sensesi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat

endogen seperti endorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari

tubuh.Semakin tinggi kadar endorphin seseorang, semakin ringan rasa nyeri yang

dirasakan.Produksi endorphin dapat ditingkatkan melalui stimulus kuli Stimulasi

kulit meliputimassas penekanan jari-jari dan pemberian kompres hangat atau

dingin.

Nyeri yang dirasakan setelah prosedur pembedahan dapat diatasi dengan

kompres dingin. Kompres dingin merupakan suatu terapi es yang dapat

menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitivitas nyeri dan subkutan lain

pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi . Kompres dingin ini

menggunakan handuk yang dimasukkan ke dalam es batu yang dicampur dengan

2
air dan meletakkannya di kulit yang dilakukan selama 5-10 menit . Secara

fisiologis, pada 10-15 menit pertama setelah pemberian kompres dingin terjadi

vasokonstriksi pada pembuluh darah [20].

Pemberian kompres dingin dapat meningkatkan pelepasan endorfin yang

memblok transmisi stimulus nyeri dan juga menstimulasi serabut saraf yang

memiliki diameter besar α-Beta sehingga menurunkan transmisi impuls nyeri

melalui serabut kecil α-Delta dan serabut saraf.

Mekanisme penurunan nyeri dengan pemberian kompres dingin

berdasarkan atas teori gate control. Teori ini menjelaskan mekanisme transmisi

nyeri. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan

menutup mekanisme pertahanan. Apabila masukan yang dominan berasal dari

serabut delta-A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan

pasien mempersepsikan sensasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat

endogen seperti endorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh.

Semakin tinggi kadar endorphin seseorang, semakin ringan rasa nyeri yang

dirasakan. Produksi endorphin dapat ditingkatkan melalui stimulasi kulit.

Stimulasi kulit meliputi massase, penekanan jari-jari dan pemberian kompres

hangat atau dingin.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur dengan

masalah keperawatan nyeri akut?

1.2,2 Bagaimanakah asuahan keperawatan dengan pemberian terapi kompres

dingin pada pasien nyeri akut?

3
1.3 Tujuan studi kasus

1.3.1 Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur

dengan masalah keperawatan nyeri akut.

13.2 Menggambarkan asuhhan keperawatan dengan pemberian terpai kompres

dingin pada pasien nyeri akut.

1.4 Manfaat Study Kasus

1.4.1 Masyarakat

Masyarakat dapat mengetahui bahwasanya kompres dingin bisa

menurunkan berbagai jenis nyeri sehingga di harapkan nantinya

masyarakat bisa mempraktikan sendiri secara mandiri.

1.4.2 Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Dapat menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam menurunkan skala nyeri fraktur secara non farmakologi.

1.4.3 Penulis

Dapat memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya study kasus tentang pelaksanaan penurunan skala

nyeri pada pasien post operasi fraktur.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep teori asuhan keperawatan nyeri

2.1.1 Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri

merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual karena

respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu

sama lain (Asmadi, 2008).

Nyeri merupakan keadaan ketika individu mengalami sensasi

ketidaknyaman dalam merespons suatu rangsangan yang tidak menyenangkan

(Lynda Juall, 2012).

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial

atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International

Association for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba atau lambat dari

intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi atau diprediksi

dan berlangsung < 6 bulan (NANDA, 2012).

1. Etiologi

Faktor resiko

1) Nyeri akut

a. Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal

b. Menunjukan kerusakan

5
c. Posisi untuk mengurangi nyeri

d. Gerakan untuk melindungi

e. Tingkah laku berhati-hati

f. Muka dengan ekspresi nyeri

g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam,

menyeringai)

h. Fokus pada diri sendiri

i. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan

orang, proses berpilur)

j. Tingkah laku distraksi

k. Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi,

dilatasi pupil)

l. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang,

mengeluh)

m. Perubahan nafsu makan

Faktor predisposisi

1) Trauma

a) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas

mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka

b) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat

rangsangan akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas

c) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang

bersifat asam atau basa kuat

6
d) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat

mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan

otot dan luka bakar

2) Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas

3) Peradangan

4) Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah

5) Trauma psikologis

Faktor presipitasi

1) Ligkungan

2) Suhu ekstrim

3) Kegiatan

4) Emos

2. Proses terjadinya

a) Teori pemisahan (Specificity theory)

Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui

karnu dorsalis yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian

naik ke tractus lissur dan menyilang dari garis median ke garis/ ke

sisi lainnya dan berakhir dari korteks sensoris tempat rangsangan

nyeri tersebut diteruskan.

b) Teori pola (Pathern theory)

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla

spinalis dan merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson

yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri

7
serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi

sehingga menimbulkan nyeri.

c) Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)

Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya

berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut

saraf besar akan mengakibatkan aktivitas substansia gelatinosa

yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas

sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan akut

terhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang

korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula

spinalis melaui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktivitas

sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas

substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga

merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan

rangsangan nyeri.

d) Teori transmisi dan inhibisi

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls

saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-

impuls saraf.Pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-

impuls lamban dan endogen opials system supresif.

3. Komplikasi

a) Gangguan pola istirahat tidur

b) Syok neurogenik

8
4. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan darah lengkap

b) CT scan

c) MRI

d) EKG

5. Penatalaksanaan keperawatan

a) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital

b) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri

c) Beri rasa aman

d) Sentuhan therapeutic

Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai

keseimbangan energy antara tubuh dengan lingkungan luar.Orang

sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan

sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer energy.

e) Akupressure

Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri

f) Guided imagery

Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang

menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan

yang terang, serta konsentrasi dari pasien.

g) Distraksi

Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan

sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan

bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan

9
massage, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai

puzzle).

h) Anticipatory guidance

Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan

nyeri.

i) Hipnotis

Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.

j) Biofeedback

Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu

informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih

control volunter terhadap respon. Terapi ini efektif untuk

mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara memasang

elektroda pada pelipis.

6. Penatalaksanaan medis

a) Pemberian analgesik

Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi

nyeri dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus

dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum

pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh

nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat (non narkotik),

morphin (narkotik), dll.

b) Plasebo

Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat

analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air.Terapi

10
ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi

kepercayaan pasien.

7. Asuhan keperawatan

a) Pengkajian

Berdasarkan PQRST

P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya

nyeri.

Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau

tertusuk.

R (Region) : daerah perjalanan nyeri

S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10

skala)

0 : tidak nyeri

1-3 : nyeri ringan

4-7 : nyeri sedang

8-10 : nyeri berat

T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau

frekuensi nyeri.

1) Data Subjektif

Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering

mengubah posisi dan menghindari tekanan nyeri.

2) Data Objektif

Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang

nyeri, suhu meningkat.

11
b) Perencanaan

1) Prioritas

Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan :

Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan:

-Gangguan sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit pucat

-Iritasi pada daerah ginjal ditandai dengan nyeri pada perut

bagian bawah.

-Eliminasi urin ditandai dengan sakit/ nyeri saat pengeluaran

urin.

2) Rencana keperawatan

a) Tujuan

Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang.

b) Kriteria hasil

-Pasien menunjukan penurunan skala nyeri

-Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.

Intervensi Rasional

1. Kaji faktor penyebab, kualitas, 1. Menentukan sejauhmana nyeri

lokasi, frekuensi, dan skala yang dirasakan dan untuk

nyeri memudahkan member intervensi

selanjutnya.

2. Monitor tanda-tanda vital, 2. Dapat mengidentifikasi rasa

perhatikan takikardia, sakit dan ketidaknyamanan

hipertensi, dan peningkatan

12
pernafasan. 3. Membantu pasien menjadi

3. Ajarkan tehnik distraksi dan rileks, menurunkan rasa nyeri,

relaksasi serta mampu mengalihkan

perhatian pasien dari nyeri yang

dirasakan

4. Mengurangi rasa sakit,

4. Beri posisi yang nyaman untuk meningkatkan sirkulasi, posisi

pasien semifowler dapat mengurangi

tekanan dorsal.

5. Pasien mengerti tentang nyeri

5. Beri Health Education (HE) yang dirasakan dan menghindari

tentang nyeri hal-hal yang dapat memperparah

nyeri.

6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Menekan susunan saraf pusat

terapi analgesik seperti pada thalamus dan korteks

serebri sehigga dapat

mengurangi rasa sakit/ nyeri

c) Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan sesuai

dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan

tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan

mandiri dan kolaborasi (Tarwoto dan Wartonah, 2003).

13
d) Evaluasi

1) Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8

menjadi 5 dari 10 skala yang diberikan.

2) Merasa nyaman dan dapat istirahat

2.2 Konsep Kompres Dingin

2.2.1 Pengertian

Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah

setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Aplikasi kompres

dingin adalah mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi

perdarahan serta edema. Diperkirakan bahwa terapi dingin menimbulkan efek

analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri

yang mencapai otak lebih sedikit.

Tujuan :

Kompres dingin

1. mencegah peradangan meluas

2. mengurangi kongesti

3. mengurangi perdarahan setempat

4. mengurangi rasa sakit pada daerah setempat

Penggunaan Kompres Dingin :

a. Digunakan untuk cedera tiba-tiba atau yang baru terjadi/ akut. Jika cedera

baru terjadi (dalam waktu 48 jam terakhir) yang lalu timbul

pembengkakan, maka dengan kompres dingin bisa membantu

meminimalkan pembengkakan di sekitar cedera karena suhu dingin

14
mengurangi aliran darah di daerah cidera sehingga memperlambat

metabolisme sel dan yang paling penting adalah dapat mengurangi rasa

sakit.

b. Untuk keseleo pergelangan kaki, cedera berlebihan pada atlet atau luka

memar.

c. Membantu mengobati luka bakar dan jerawat

Persiapan alat

1. kompres dingin basah dengan larutan obat anti septic persiapan alat:

1) mangkok bertutup steril

2) bak steril berisi pinset steril anatomi 2buah

3) cairan anti septic berupa PK 1:4000, revanol 1:1000 sampai 1:3000,

larutan betadin

4) pembalut dan sampiran bila perlu

5) perlak, pengalas dan kain kasa (bila perlu)

2. kompres dingin basah dengan air biasa/air es persiapan alat:

1) baskom kecil berisi air biasa/air es

2) perlak, pengalas dan sampiran (bila perlu)

3) beberapa buah waslap/kain kasa dengan ukuran tertentu

3. kompres dingin kering dengan kirbat es (eskap) Persiapan alat :

1) Kirbat es/eskap dengan sarungnya

2) Kom berisi berisi potongan-potongan kecil es dan satu sendok teh

garam agar es tidak cepat mencair

3) Air dalam kom dan Lap kerja

4) Perlak pengalas selimut bila perlu

15
Cara Pengunaan

A. Kompres dingin basah dengan larutan obat anti septic

1) dekatkan alat ke dekat klien

2) pasang sampiran

3) cuci tangan

4) pasang perlak pada area yang akan di kompres

5) mengocok obat atau larutan bila terdapat endapan

6) tuangkan cairan kedalam mangok steril

7) masukkan beberapa potong kasa kedalam mangkok tersebut

8) peras kain kasa trsbt dg menggunkan pingset

9) bentangkan kain kasa dan letakkan kasa di atas area yang dikompres dan

di balut

10) rapikan posisi klien

11) bereskan alat-alat setelah selesai tindakan

12) cuci tangan

13) dokumentasikan

B. Kompres dingin basah dengan air biasa/air es

1) dekatkan alat-alat ke klien

2) pasang sampiran bila perlu

3) cuci tngan

4) pasang pengalas pada area yang akan dikompres

5) masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa atau air es lalu diperas

sampai lembab

6) letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres

16
7) ganti waslap/kain kasa tiap kali dengan waslap/kain kasa yang sudah

terendam dalam ir biasa atau air es.

8) Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun

9) Rapikan klien dan bereskan alat-alat bila prasat ini sudah selesai

10) Cuci tangan

11) Dokumentasikan

C. Kompres dingin kering dengan kirbat es (eskap)

1) Bawa alat-alat ke dekat klien

2) Cuci tangan

3) Masukkan batnan es ke dalam kom air supaya pinggir es tidak tajam

4) isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah bagian

dari kirbat tersebut

5) keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu di

tutup rapat

6) periksa skap, adakah kebocoran atau tidak

7) keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya

8) buka area yang akan di kompres dan atur yang nyaman pada klien

9) pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di kompres

10) letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres

11) kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu

tubuh

12) angkat eskap bila sudah selesai

13) atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman

14) bereskan alat setelah selesi melakukan prasat ini

17
15) cuci tangan

16) dokumentasikan

D. kompres dingin basah dengan larutan obat anti septic

1) kain kasa harus sering dibasai agar tetap basah

2) pada luka bakar kotor kasa diganti tiap 1-2 jam

3) perhatikan kulit setempat/sekitarnya. Bila terjadi iritasi segera laporkan

4) pada malam hari agar kelembapan kompres bertahan lama, tutupi dengan

kapas sublimat

5) kompres dingin basah dengan air biasa/air es

Hal yang harus diperhatikan:

1) Bila suhu tubuh 39c/lebih, kompres dilipat paha/ketiak

2) Pada pemberian kompres dilipat paha, selimut diangkat dan dipasang busur

selimut di atas dada dan perut klien agar seprei atas tidak basah kompres

dingin kering dengan kirbat es (eskap)

Hal-hal yang perlu di perhatikan

1) bila klien kedinginan atau sianosis, kirbat es harus segera di angkat

2) selama pemberian kirbat es, perhatikan kult klien terhadap keberadaan

iritasi dan lain-lain

3) pemberian kirbat es untuk menurukan suhu tubuh, maka suhu tubuh harus

di control setiap 30-60 menit.bila suhu sudah turun kompres di hentikan

4) bila tdak ada kirbat es bias menggunakan kantong plastic

5) bila es dalam kirbat es sudah mencair harus segera diganti (bila perlu)

18
Memberikan Kompres Dingin\

1) Jangan gunakan es batu langsung pada luka, gunakan kompres es, atau

tempatkan beberapa es batu dalam kantong plastik, atau bungkus es dengan

handuk dan tempelkan pada daerah cedera.

2) Jika tejadi rasa kebal hentikan pengkompresan.

3) Perhatikan kulit pasien, kalau kulit pasien berwarna merah jambu masih bisa

dilakukan pengkompresan, tapi kalau kulit pasien berwarna merah gelap

metode ini tidak dapat dilakukan.

4) Pemberian metode ini tidak diberikan kepada pasien yang mempunyai alergi

dingin.

5) Melakukan kompres dingin harus hati-hati karena dapat menyebabkan

jaringan kulit mengalami nekrosis (kematian sel). Untuk itu dianjurkan

melakukan kompres dingin tidak lebih dari 30 menit

19
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Study Kasus

Laporan studi kasus ini menggunakan metode observasional deskriptif

dengan rancangan studi kasus yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara objektif

(notoatmojo, 2012). Dalam menyusun studi kasus ini penulis menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari

prioritas masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subjek study kasus dari penelitian ini 2 pasien dengan kriteria:

Kriteria Inklusi :

- Skala nyeri > 3

- Skala nyeri > 3

- Usia >40 tahun

- Pasien penderita fraktur

- Pasien yang bersedia di responden

Kriteria Eklusif

- Pasien yang tidak bersedia di responden

- Pasien koma

- Pasien gila

20
3.3 Fokus Studi

Penurunan skala nyeri pada pasien post operasi fraktur

a) Penerapan prosedur kompres dingin

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Studi kasus asuhan keperawatan

a) Penurunan skala nyeri adalah suatu tindakan untuk mengurangi rasa

nyeri pada setiap pasien yang mengalami gangguan ketidak nyamanan

pada tubuhnya terutama bagian otot dan sendi pada pasien post op

fraktur

b) Pasien post op fraktur adalah pasien yang mengalami kelainan atau

gangguan pada tulangnya.

3.4.2 Studi kasus penerapan prosedur asuhan keperawatan

a) Prosedur kompres adalah suatu tindakan non farmakologi untuk

menurunkan skala nyeri pada pasien post op fraktur dengan cara

mengompreskan air dingin pada daerah yang nyeri

b) Pasien nyeri akut adalah pasien yang mengalami rasa nyeri secara

mendadak dengan kurun waktu tidak sampai 6 bulan.

21

Anda mungkin juga menyukai