BAB I
PENDAHULUAN
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2011). Tuberkulosis
adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik
dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial. Kesehatan lingkungan meliputi
seluruh faktor fisik, sosial, dan biologi dari luar tubuh manusia dan segala faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Kondisi dan kontrol dari kesehatan
tuberkulosis paru adalah lingkungan rumah yang kurang sehat misalnya kurang
adanya fasilitas ventilasi yang baik, pencahayaan yang buruk di dalam ruangan,
kepadatan hunian dalam rumah dan bahan bangunan didalam rumah. Selain
fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial yang kurang baik juga akan dapat
merugikan kesehatan dan dapat mempengaruhi penyakit tuberkulosis dan pada
Faktor risiko terjadinya TB Paru dapat digolongkan dalam 5 (lima) hal yaitu
manusia, kuman penyebab, lingkungan fisik rumah baik dalam maupun luar,
perilaku dan tindakan. Faktor manusia adalah sejauh mana kondisi dan ketahanan
tubuh manusia mampu menangkis serangan kuman akibat terinfeksi dari orang
sakit. Faktor kuman penyebab adalah keadaan keganasan dan jumlah kuman yang
masuk cukup kuat dan banyak. Faktor lingkungan adalah keadaan lingkungan
manusia dan kuman yang mendukung untuk perubahan sehat menjadi sakit. Faktor
sembarang tempat, tidak pernah membuka jendela ruangan rumah, tidak membuka
jendela kamar tidur, tidak pernah membersihkan lantai dan kebiasaan merokok.
Faktor tindakan adalah tindakan penemuan dalam rangka pencarian penderita yang
kebutuhan dasar manusia, salah satunya ialah perumahan layak huni dan sehat.
yang kompleks dan adanya standar perumahan adalah isu penting dari kesehatan
masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat
2
kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat. Sebaliknya, jika kontruksi rumah dan
lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan, rumah tersebut dapat menjadi faktor
risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit seperti infeksi saluran pernafasan
tuberkulosis paru saat ini telah menjadi ancaman global, karena hampir sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi. Sebanyak 95% kasus tuberkulosis paru dan 98%
Negara dengan kasus pertama di dunia adalah India dengan presentasi kasus 23%,
Indonesia menempati urutan ke dua dengan presentasi kasus 10% dan Cina
menempati urutan ke tiga dengan presentase 10% sama seperti Indonesia dari
Dalam laporan WHO tahun 2016 diperkirakan 8,7 juta orang terjangkit TB
Paru dan 1,4 juta orang meninggal. Dilaporkan terdapat 6.216.513 TB Paru kasus
baru, dan 2.621.308 merupakan BTA positif. Kasus terbanyak TB Paru antara umur
15-44 tahun, di dapatkan 734.908 kasus. Berdasarkan data dari WHO tahun 2016,
Diseluruh dunia pada tahun 2017 ditemukan 6,4 juta kasus TB Paru baru,
jumlah ini terus mengalami peningkatan sejak tahun 2013 dan empat tahun
3
sebelumnya dimana hanya terdapat 5,7-5,8 juta kasus baru. Dari 6,4 juta kasus TB
Paru yang dilaporkan mewakili 64% dari total perkiraan 10 juta. Kasus TB Paru pada
tahun 2017 sepuluh negara menyumbang 80% dari 3,6 juta kesenjangan global. Tiga
teratas adalah India (26%), Indonesia (11%) dan Nigeria (9%) (WHO, 2018).
Prevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 297 per 100.000
penduduk. Target prevalensi TB paru tahun 2019 sebesar 245 per 100.000
kasus baru BTA positif di Indonesia sebanyak 176.677 kasus. Kasus tersebut
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 196.310 kasus
dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2016 yang
sebesar 351.893 kasus dengan CNR 136/100.000 dan tahun 2015 sebesar 330.729
kasus dengan CNR 129/100.000. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di
tiga provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat 78.698 kasus,
disusul oleh Jawa Timur 48.323 kasus dan Jawa Tengah 42.272 kasus. Menurut
kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2017 paling banyak ditemukan pada
kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 17,32% diikuti kelompok umur 45-54
tahun sebesar 17,09 % dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 16,43%
4
Tuberkulosis sering dikaitkan dengan lingkungan yang kumuh dan beberapa
penyakit lain seperti HIV dan AIDS. Riskesdas (2010) menunjukan bahwa secara
nasional hanya 24,9% rumah penduduk di Indonesia yang tergolong rumah sehat.
Penilaian rumah sehat ini dilakuka terhadap kriteria kondisi fisik rumah yang
kepadatan hunian. Selain kriteria yang ada dalam Riskesdas, masih terdapat faktor
kecelakaan seperti kelembaban, suhu, asap rokok, kualitas udara dalam ruang,
adanya binatang penular penyakit, ketersediaan air bersih, serta perilaku penghuni
yang di dianognis TB Paru oleh tenaga kesehatan adalah 0,4%, tidak berbeda
dengan tahun 2013 yaitu 0,4%. Provinsi dengan prevalensi TB Paru tertinggi
terdapat pada provinsi Banten (0,8%), Papua (0,8%), Jawa Barat (0,6%) dan Aceh
yang diperiksa dengan target suspek 80031 dengan capaian suspek 39894 dengan
BTA(+) 3429 kasus meningkat bila dibandingkan tahun 2014 dengan keseluruhan
5241 kasus TB Paru. Sedangkan tahun 2017 jumlah target suspek TB 80031 sama
dengan 2016 dengan capaian suspek menurun menjadi 35.311, dengan jumlah
semua kasus TB Paru meningkat menjadi 7342 kasus dengan CNR 141/100.000
jumlah kasus terbanyak terdapat di Aceh Utara 1282 kasus disusul oleh Banda Aceh
5
790 kasus dan Bireun 731 kasus. Sedangkan tahun 2018 target suspek 16248
dengan penemuan kasus baru sebesar 23,212 (Januari-Juni) dari jumlah penduduk
Menurut laporan Dinkes Kota Banda Aceh tahun 2015 jumlah kasus TB Paru
mencapai 572 kasus dengan CNR 228.52/100.000. Pada tahun 2016 ditemukan
peningkatan jumlah 581 kasus TB Paru dengan CNR seluruh kasus 227.93/100.000.
Pada tahun 2017 jumlah kasus TB Paru terus mengalami peningkatan mencapai 790
Puskesmas Kuta Alam sebanyak 412 kasus dan disusul oleh UPTD Puskesmas Banda
Puskesmas Meuraxa adalah salah satu puskesmas dari 11 puskesmas yang ada di
Kota Banda Aceh. Wilayah kerja Puskesmas Meuraxa termasuk dalam jumlah kasus
terendah pada tahun 2015 dibandingkan dengan UPTD Puskesmas Kuta Alam dan
UPTD Banda Raya walaupun demikian kasus TB Paru di UPTD Puskesmas Meuraxa
terus mengalami peningkatan sejak tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2015
menduduki posisi kedua terbawah dan pada tahun 2018 meningkat dengan
menduduki posisi keempat dari 11 puskesmas yang ada di Kota Banda Aceh (Dinkes
kasus TB Paru di Puskemas Meuraxa sebanyak 12 orang , pada tahun 2017 jumlah
penderita TB Paru meningkat mencapai 17 orang, dan pada tahun 2018 kasus TB
6
hanya menerima penderita yang ada di wilayah kerjanya, namun juga menerima
penderita TB Paru diluar wilayah Puskesmas. Rumah yang memenuhi syarat pada
tahun 2016 mencapai 5770 rumah sehat dan tahun 2017 rumah sehat meningkat
6147 (95%) rumah dari jumlah rumah 6258 (Puskesmas Meuraxa, 2018).
dibeberapa desa yang terdapat penderita TB Paru yang ada di kecamatan Meuraxa.
kesehatan sebesar 95%. Rumah yang telah memenuhi syarat tidak dimanfaatkan
dengan baik dan benar, di dapati beberapa masyarakat yang tidak membuka
jendela rumahnya dan terdapat rumah dengan jendela, gorden dan ventilasinya
tidak dibuka sama sekali, sedangkan rumah tersebut tidak menggunakan AC,
sehingga tidak terdapatnya celah untuk cahaya masuk kedalam rumah dan tidak
menjadi lembab. Hal ini berdampak terhadap tingginya risiko kejadian TB Paru
diwilayah tersebut.
bahwa luas ventilasi ruangan rumah memiliki risiko terjadinya TB Paru 3,1 kali lebih
besar pada rumah dengan keadaan luas ventilasi ruangan tidak memenuhi standar
lux berisiko 8,125 kali lebih besar untuk terinfeksi TB Paru dari pada dengan rumah
7
Sahputra (2015) menyatakan bahwa ada hubungan kelembaban kamar tidur
kelembaban yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 9,5 kali lebih berisiko
kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Lahabama (2013), kepadatan hunian yang
tidak memenuhi syarat memiliki risiko 5,9 kali untuk terjadi penularan ke anggota
kurang akan berisiko menderita Tb Paru sebesar 2,9 kali dibandingkan dengan
kamar tidur dengan kejadian TB Paru. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni, dkk
Mycobacterium tuberculosis, dan menjadi masalah kesehatan hingga saat ini. Ada
kesehatan dan lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
8
kasus TB Paru di Kota Banda Aceh setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2015 jumlah kasus TB Paru mencapai 572 kasus meningkat pada tahun
2016 mencapai 581 kasus dan pada tahun 2017 jumlah kasus meningkat menjadi
790 kasus. UPTD puskesmas Meuraxa merupakan posisi terendah kejadian TB paru
yang ada di kota Banda Aceh tahun 2015, walaupun menduduki peringkat terbawah
tahunnya dan menduduki posisi keempat dari 11 puskesmas di kota Banda Aceh
dengan jumlah kasus TB Paru tertinggi tahun 2017. Dari laporan Puskesmas Pada
lingkungan fisik rumah dan perilaku kesehatan dengan kejadian TB Paru di wilayah
Mengingat keterbatasan waktu, dana, dan tenaga, maka penelitian ini hanya
dibatasi pada kondisi lingkungan fisik rumah yang meliputi kepadatan hunian
dan kebiasaan membuka jendela di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa Kota Banda
kesehatan dengan kejadian TB Paru BTA (+) di 10 desa wilayah kerja UPTD
9
1.4.1. Tujuan Khusus
Paru BTA (+) di 10 desa wilayah kerja UPTD Puskesmas Meuraxa Kota
BTA (+) di 10 desa wilayah kerja UPTD Puskesmas Meuraxa Kota Banda
10
8. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan menjemur peralatan tidur
masyarakat dan sebagai referensi bagi penulis lain yang meneliti tentang
hal ini.
Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, dan sebagai acuan untuk membuat
11
kebijakan dalam hal penanggulangan TB Paru melalui kondisi fisik rumah
12