Anda di halaman 1dari 4

1.

Tindakan darurat di tempat kejadian

Kerusakan yang terjadi pada attachment apparatus akibat trauma tidak dapat dicegah, tetapi dapat
diminimalisasi. Tindakan utama yang dilakukan dimaksudkan untuk meminimalkan nekrosis yang
terjadi di ligamentum periodontal, sementara gigi lepas dari rongga mulut. (Trope, 2002).

Gigi yang mengalami avulsi harus cepat dikembalikan pada soketnya atau yang sering disebut
dengan istilah replantasi. Faktor yang paling penting untuk memastikan keberhasilan dari
replantasi adalah kecepatan gigi tersebut dikembalikan ke dalam soketnya. Sangat penting untuk
mencegah agar gigi yang avulsi tidak kering. Kondisi gigi yang kering akan menyebabkan
hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel-sel ligamentum periodontal. Oleh
karena itu waktu yang diperlukan untuk mengembalikan gigi pada soketnya tidak boleh lebih dari
15-20 menit. Apabila dalam jangka waktu tersebut gigi tidak dapat dikembalikan pada soketnya,
maka gigi harus cepat disimpan dalam media yang sesuai sampai pasien bisa ke klinik gigi untuk
replantasi. (Trope, 2002).

Perawatan gawat darurat pada daerah yang terkena trauma ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:

1. Hasil yang bagus diperoleh bila gigi di replantasi segera setelah terjadi avulsi. Gigi yang mengalami
avulsi harus cepat dikembalikan pada soketnya atau yang sering disebut dengan istilah replantasi.
Faktor yang paling penting untuk memastikan keberhasilan dari replantasi adalah kecepatan gigi
tersebut dikembalikan ke dalam soketnya. Sangat penting untuk mencegah agar gigi yang avulsi tidak
kering. Kondisi gigi yang kering akan menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan
morfologi sel-sel ligamentum periodontal. Oleh karena itu waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan gigi pada soketnya tidak boleh lebih dari 15-20 menit. (Trope, 2002).

Orang tua, guru, atau orang dewasa lain yang bertanggungjawab sebaiknya secepat mungkin
menempatkan kembali gigi yang mengalami avulsi ke soketnya. Pengembalian ini sangat
membantu proses penyembuhan pasien. Apabila seseorang menelpon anda dan mengatakan
bahwa ada seseorang yang giginya luksasi, cobalah meminta orang dewasa di sana untuk
mengembalikan gigi ke soketnya. Bahkan bila gigi tersebut sudah terkontaminasi, karena
tercampur lumpur atau terkena kotoran hewan, cobalah meminta orang dewasa untuk
mengembalikan gigi tersebut ke soket, tanpa disterilisasi terlebih dahulu, tidak boleh
dibersihkan dengan sabun atau detergen. Gigi harus dibersihkan di bawah air yang mengalir
sehingga kotoran hilang, tetapi tidak boleh ada jaringan gigi yang hilang (Weine, 2004).

2. Setelah dibersihkan, jika dibutuhkan, gigi dengan lembut dan cepat dikembalikan ke dalam soketnya
dengan memegang hanya pada bagian mahkotanya saja. Dokter gigi harus segera dihubungi dan pasien
harus datang ke tempat praktek dokter gigi secepat mungkin. Handuk kecil atau sesuatu yang lembut
bisa diletakkan pada bagian oklusal atau incisal gigi yang telah di replantasi dan ditahan supaya gigi
tetap pada soketnya selama perjalanan menuju tempat praktek dokter gigi (Weine, 2004).
3. Apabila tidak memungkinkan untuk melakukan replantasi, sebaiknya gigi diletakkan pada suatu media
untuk menyimpan gigi atau transport medium dan di bawa ke tempat praktek dokter gigi. Media yang
bisa digunakan adalah Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS), Via span, saliva, susu, dan air.
1. HBSS merupakan media yang paling sering digunakan. 85,3% gigi yang avulse berhasil dilakukan
replantasi dengan menyimpan gigi pada media tersebut. HBSS terdiri dari sodium klorid, glukosa,
potassium klorida, sodium bikarbonat, sodium fosfat, kalsium klorid, magnesium klorid, dan
magnesium sulfat. HBSS mampu menjaga dan mempertahankan sel-sel jaringan perodiontal yang
menempel pada gigi.
2. Via span digunakan karena mampu menjaga vitalitas fibroblas.
3. Saliva digunakan sebagai media, sebab saliva merupakan cairan yang kerap berkontak dengan gigi
dan bagian dari rongga mulut. Gigi yang avulse dapat diletakan di dalam rongga mulut atau di dasar
lidah. Tetapi teknik ini sebaiknya digunakan pada orang dewasa atau remaja, sebab jika dilakukan
pada anak-anak dikhawatirkan gigi tersebut akan tertelan.
4. Susu terdiri dari berbagai macam antigen yang dapat melawan reaksi negatif ..
5. Air adalah media yang dapat digunakan kapan pun dan di mana pun. Air mampu menurunkan
kecepatan kematian jaringan periodontal.
4. Tindakan yang dilakukan di klinik gigi

 Emergency visit

Tujuan dari emergency visit (tindakan darurat) adalah untuk mereplantasi gigi dengan kerusakan
sel yang seminimal mungkin karena akan menyebabkan inflamasi dan memaksimalkan jumlah sel
ligamen periodontal yang memiliki potensi untuk meregenerasi dan memperbaiki kerusakan pada
permukaan akar (Trope, 2002).

 Diagnosis and Treatment Planning


o Pemeriksaan gigi yang avulsi

Suatu media khusus yang dapat digunakan untuk menyimpan gigi sebelum direplantasi
adalahHank’s Balanced Salt Solution (HBSS). Media ini terbukti dapat mempertahankan
vialbilitas serabut periodontal dalam jangka waktu yang lama. Selain itu dapat juga digunakan susu
atau salin fisiologis (Trope, 2002).

 Pemeriksaan Soket dan Tulang Alveolar

Pemeriksaan soket dilakukan untuk meyakinkan bahwa kondisinya masih bagus dan
memungkinkan untuk dilakukan replantasi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menekan
(palpasi) pada permukaan fasial dan palatal dari soket. Selanjutnya, soket dibersihkan dengan
larutan salin dan ketika gumpalan darah dan debris yang berada di dalamnya sudah bersih, periksa
dinding soket apakah terjadi abses atau kolaps. Penting juga dilakukan pemeriksaan tulang alveolar
untuk mengetahui apakah terjadi fraktur atau tidak (Trope, 2002).

Dianjurkan pula untuk melakukan pemeriksaan radiografis pada soket dan daerah sekitarnya,
termasuk jaringan lunak. Three vertical angulation diperlukan untuk mendiagnosis fraktur
horizontal pada akar gigi (Trope, 2002).

Tahap kedua adalah perawatan gawat darurat saat pasien sudah di tempat praktek dokter gigi. Pada
tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Ketika pasien sampai di tempat praktek, gigi diletakkan di gelas yang berisi larutan saline (sedikit garam
dimasukkan pada air akan menghasilkan salinitas sekitar 0,7%). Seperti prosedur pada umumnya, perlu
dilakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan psien, periksa area gigi dan lakukan rontgen
gigi secepat mungkin. Apabila gigi sudah dikembalikan ke soketnya, dan tempatnya sudah sesuai,
nyaman, maka gigi tersebut tinggal di splinting saja (Weine, 2004).
2. Apabila gigi belum direplantasi, dokter gigi tidak boleh mengkuretase gigi atau mensterilisasi bagian
akar atau soket gigi. Gigi dipegang sepanjang waktu pada bagian mahkotanya saja dengan sponge yang
telah diberi saline. Buang dengan lembut debris pada permukaan akar dengan sponge basah. Irigasi
soket dengan saline dan jangan membuat akses untuk kavitas, jangan memotong bagian akar serta
jangan sampai terjadi apikal penestrasi (Weine, 2004).
3. Secepat mungkin, gigi avulsi direplantasi pada soket dengan sponge. Cek gigi tesebut dengan rontgen.
Lakukan splinting dengan soft arch wire dan dengan etsa asam. Pasien diberi informasi untuk
mengkonsumsi makanan lunak dahulu (tidak boleh makan makanan seperti apel, cangkang
udang/kepiting, sandwich tertentu). Makanan yang dianjurkan seperti ice cream, ice milk, hamburger
yang lunak (Weine, 2004). Teknik splinting memungkinkan gerakan fisologis gigi selama selama
penyembuhan dan akan mengurangi insidensi ankylosis. Teknik splinting yang direkomendasikan
adalah fiksasi semi-rigid selama 7-10 hari (Trope 2002)

Gigi yang mengalami avulsi perlu dilakukan perawatan endodontik. Penyelesaian perawatan
endodontic tersebut meliputi:

1. Satu minggu setelah replantasi, siapkan akses kavitas, lakukan saluran akar debridement dan preparasi
berdasarkan panjang akar dari foto rontgen yang telah dilakukan sebelumnya, lalu tumpat dengan
tumpatan sementara seperti ZOE. Pada gigi dengan apikal yang belum tertutup sempurna, maka tidak
dilakukan ekstirpasi karena pulpa tersebut akan mengalami revitalisasi untuk melanjutkan
perkembangan apikal. Bila pulpa tersebut kemudian menjadi nekrosis, maka canal debridement dan
prosedur apeksifikasi dapat dilakukan. Untuk mencegah ankilosis, ambil splin pada akhir perawatan.
2. Dua minggu setelah replantasi, tempatkan pasta kalsium hidroksida pada saluran akar untuk mencegah
dan mengurangi eksternal resorpsi. Bila pasta kalsium hidroksida ditempatkan terlalu cepat, sebelum
ligamen periodontal mengalami regenerasi, hal ini dapat meningkatkan resorpsi.
3. Setelah ligamen periodontal dan apek terlihat terbentuk kembali pada pemeriksaan radiograf, di mana
biasanya memakan waktu 3-6 bulan, buka kembali gigi tersebut. Bersihkan kembali dinding saluran
akar dengan sedikit preparasi dan isi dengan gutta-percha dan sealer. Inisial kontrol pada bulan
pertama, kemudian dilanjutkan setiap tiga bulan. Eksternal resorpsi biasanya terjadi pada tahun
pertama.

1. Replantasi setelah periode ekstraoral

Pada beberapa kasus, terkadang memang sulit untuk menempatkan kembali secara cepat gigi yang
avulsi. Seringkali gigi tidak ditemukan hingga beberapa jam atau beberapa hari kemudian.
Kemungkinan karena kecelakaan yang terjadi berada jauh dari tempat praktek gigi terdekat. Bila
gigi tidak dapat ditemukan dalam beberapa jam, maka treatment endodontik dapat dilakukan
sebelum replantasi. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa semakin cepat gigi dikembalikan
ke tempat asalnya, itu akan lebih baik. Jaringan pulpa mungkin akan hilang dan hal ini dapat
ditanggulangi dengan treatment seperti yang telah dijelaskan pada awal tahap ke-3, yaitu dengan
menyimpan gigi yang avulsi pada suatu media.
1. Perawatan endodontik pada gigi avulsi
2. Gigi dengan apeks terbuka dan telah berada di luat mulut selama kurang dari 2 jam

 Replantasi dilakukan dalam usaha untuk merevitaslisasi pulpa


 Kontrol tiap 3-4 minggu untuk mendeteksi adanya keganasan
 Jika terdapat keganasan, bersihkan saluran akar dan isi dengan kalsium hidroksida (apeksifikasi)

1. Gigi dengan apeks terbuka dan telah berada di luat mulut selama lebih dari 2 jam

 Bersihkan saluran akar dan isi dengan kalsium hidroksida


 Kontrol dalam 6-8 minggu

1. Gigi dengan apeks tertutup sempurna atau sebagian dan berada di luar mulut kurang dari 2 jam

 Ambil jaringan pulpa dalam 7-14 hari


 Medikasi saluran akar dengan kalsium hidroksida
 Obturasi dengan gutta percha dan sealer setelah 7-14 hari medikasi

1. Gigi dengan apeks tertutup sempurna atau sebagian dan berada di luar mulut lebih dari 2 jam

 Perawatan saluran akar baik intraoral maupun ekstraoral


 Jika dilakukan secara ekstraoral, hindari cedera kimiawi maupun mekanis pada permukaan akar

Anda mungkin juga menyukai