Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung
kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam 2016).
Insidennya lebih banyak terjadi pada pekerja zat warna aniline. Produk-produk seperti
benzidine dan 3-naphtylamine bersifat karsinogenik (Shenoy 2014). Menurut
Pusponegoro, dkk. dalam buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, kanker kandung kemih
lebih sering mengenai penderita laki-laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1.
Sebagian besar (±90%) tumor kandung kemih adalah karsinoma sel transisional. Tumor
ini bersifat multifokal, yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel
transisional, seperti di pielum, ureter, uretra posterior. Sedangkan jenis yang lainnya
adalah karsinoma sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%) (Nursalam 2016).
Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten yang tidak
disertai nyeri (Shenoy 2014). Kanker kandung kemih adalah neoplasma yang paling sering
terjadi di saluran kemih, dilaporkan mendekati angka 3% dari semua kematian yang
disebabkan oleh kanker. Kanker kandung kemih juga muncul 2-3 kali lebih sering pada
pria daripada wanita meskipun angka kejadian pada wanita juga meningkat. Kanker ini
sekarang menjadi urutan nomor 5 dari kanker yang paling sering terjadi pada pria dan
menjadi urutan 10 dari kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Kanker ini juga
lebih sering terjadi padaorang kulit putih daripada orang kulit hitam dan lebih sering
muncul di daerah perkotaan dan di daerah industri bagian utara. Tumor jinak dan ganas
dapat berkembang pada permukaan dinding kandung kemih atau tumbuh di dalam dinding
dan dengan cepat menyerang otot di bawahnya. Sekitar 90% kanker kandung kemih
merupakan karsinoma sel transisional, berasal dari epitel transisional dari membran
mukosa (Joan dan Lyndon 2014).

2. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada tumor buli secara komprehensif
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. Teoritis medis
A. Definisi
Tumor jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan dinding kandung kemih
atau tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat menyerang otot di bawahnya. Sekitar
90% kanker kandung kemih merupakan karsinoma sel transisional, berasal dari epitel
transisional dari membran mukosa. Tumor kandung kemih paling sering terjadi pada
orang lanjut usia yang berusia lebih dari 50 tahun, dan lebih sering terjadi pada pria
dibanding wanita, serta di area industri dengan penduduk padat (Joan dan Lyndon
2014).
Kanker kandung kemih adalah kanker non agresif yang muncul pada lapisan sel
transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus yang lebih
sedikit, kanker kandung kemih ditemukan menginvasi lapisan lebih dalam dari jaringan
kandung kemih. Dalam kasus ini, kanker cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia
industri (cat, tekstil), riwayat penggunaan cyclophosphamide, dan merokok
meningkatkan resiko kanker kandung kemih (Di Giulio,et al., 2017). Kanker kandung
kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan
kebanyakan menyerang laki-laki (Nursalam 2016).

B. Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan bentuk tumor
Tumor buli-buli dapat berbentuk, antara lain: (Yosef 2017)
1. Papiler
2. Tumor non invasif (in situ)
3. Noduler (infiltrat)
4. Campuran antara papiler dan infiltrat

Gambar 1. Bentuk tumor buli-buli (Yosef 2017)

2. Klasifikasi berdasarkan stadium


Klasifikasi Duke-Masina, Jewett dengan modifikasi Strong-Marshal untuk
menentukan operasi atau observasi (Jiang & Lizhong 2018)
T= Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan
klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
Anestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.
Carcinoma
T in situ (pre invasive Ca)
i
s
Cara
T pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
X
Tanda-tanda
T tumor primer tidak ada
Pada
T
0 pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
Pada
T
1 pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli
Pada
T
2 pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang bergerak bebas
dapat
3 diraba di buli-buli
Invasi
T otot yang lebih dalam
T
Perluasan
3 lewat dinding buli-buli
Tumor
3aT sudah melewati struktur sebelahnya
Tumor
T
b4 mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
4T
Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen
a4
N b = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe,
pemeriksaan klinis, lympgraphy, urography, operative
Minimal
N yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan
Tanpa
XN tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
Pembesaran
N
0 tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
Pembesaran
N
1 kontra lateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang
multiple
2
Masa
N yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas
3 antaranya dan tumor
Pembesaran
N kelenjar lymfe juxta regional
M=Metastase
4 jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,
Pemeriksaan klinis ,thorax foto,dan test biokimia
M
Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase
X tak dapat dilaksanakan
jauh,
Adanya
M metastase jauh
MAdanya
1 metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1Metastase tunggaldalam satu organ yang tunggal
1M
aMetastase multipledalam satu terdapat organ yang multiple
M
b1Metastase dalam organ yang multiple
1c
d

Gambar 2. Klasifikasi Stadium (Nursalam 2016)


C. Etiologi dan faktor resiko
Ada 3 hal penyebab terjadinya karsinoma,, yaitu:
1. Host
a. Genetik
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker
kandung kemih.
b. Life style
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung 4P (Pemanis, pewarna, pengawet,
penyedap rasa)
2. Merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada orang
yang tidak merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang
pendek. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan
nitrosamine.
3. Sering mengkonsumsi kopi dalam jangka waktu lama
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Infeski saluran kemih, ca colon, ca rnal, ca prostat, ca rectum.
d. Obat atau tindakan (cytoksan dan cyclofosfamid). Orang yang pernah
mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti
cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Juga orang
yang pernah mendapatkan terapi radiasi di abdomen atau panggul akan memiliki
resiko.
2. Agent
Invasi kuman (parasit: schistozomiasis yang terdapat pada siput).
3. Environment
Berhunbungan dengan pekerjaan di pabrik kimia (terutama cat), pabrik rokok,
penyamak kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen
(senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil).

Faktor Resiko kanker kandung kemih, antara lain: (Lyndon 2014)


1. Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api, tekstil,
pabrik kulit dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen
(senyawa ain aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan 4 aminobifamil).
2. Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic
dan nitrosamine.
3. Infeksi saluran kemih seperti E-coli dan proteus sp yang menghasilkan
nitrosamine sebagai zat karsinogen.
4. Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika,
fenasetin,opium, dan antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama.

Kanker kandung kemih memiliki beberapa faktor resiko termasuk interaksi antara
latar belakang genetik dan faktor lingkungan dan merokok adalah faktor resiko utama
pemicu kanker kandung kemih (Cohen, et al., 2014 dalam Rouissi, et al., 2015), dan
bertanggung jawab atas 50% kasus pada pria dan 35% pada wanita (Zeegers,et al.,
2014 dalam Rouissi, et al., 2015). Asap rokok mengandung sejumlah xenobiotics
termasuk oksidan dan radikal bebas, sehingga asap rokok dapat menurunkan serum dan
folat sel darah merah dalam darah dan antioksidan vitamin B12 (Maninno, et al., 2003;
Tungtrongchitr, et al., 2003 dalam Rouissi,et al., 2011). Sebagai tambahan laporan
mengindikasikan bahwa konsentrasi total plasma homocysteine lebih tinggi pada
perokok daripada non perokok (Lwin, et al., 2002; Saw, et al., 2001 dalam Rouissi. et
al., 2011). Penemuan-penemuan ini menunjukkan bahwa fungsi polimorfisme pada gen
terlibat dalam metabolisme folat dan tingkat serum dari vitamin B12 memiliki peranan
penting dalam perkembangan karsinogenesis kanker.

Faktor resiko lain yang menyebabkan kanker kandung kemih menurut Wein, AJ (2012):
1. Pada karsinoma urothelial kandung kemih
a. Merokok
b. Paparan industri
c. Paparan zat kimia
d. Paparan cyclophosphamide
2. Pada karsinoma sel skuamosa kandung kemih:
a. Schistosomiasis, merupakan sebuah infeksi dari Schistosoma
haematobium
b. Batu pada saluran kemih, jika terjadi bertahun-tahun
c. Penggunaan kateter selama bertahun-tahun
d. Divertikula kandung kemih
3. Pada adenokarsinoma kandung kemih:
a. Sisa dari tindakan urachal
b. Neurogenic bladder
c. Metastasis dari malignansi primer
d. Ekstropi kandung kemih
e. Invasi tumor/kanker dari organ lain seperti kolon dan ginjal
4. Penyebab lain yang jarang terjadi:
Penggunaan analgesik yang mengandung phenacetin.

Faktor resiko lain (Ferri 2014):


1. Kerusakan spinal cord disebabkan karena pasien neurogenic bladder memerlukan
drainase kandung kemih jangka panjang dengan kateter Foley; iritasi kronis dari
penggunaan jangka panjang secara umum mengingkatkan resiko kanker kandung
kemih, khususnya karsinoma sel skuamosa.
2. Onkogenik berkaitan dengan kanker kandung kemih termasuk ras keluarga
dengan gene dan onkogenikras p21.
3. Tumor suppressor genes, termasuk p53 pada kromosom 17p; gen
Retinoblastoma (Rb) pada kromosom 13q; gen pada kromosom 9: 9p21 dan
9q32-3
D. Patofisiologi
Menurut Amiruddin, kanker kandung kemih terjadi karena beberapa faktor yaitu,
usia Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun dan angka
kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan. Usia dapat menyebabkan imunitas
seseorang turun sehingga rentan terpapar oleh radikal bebas, selain itu lifestyle seperti
kebiasaan merokok dan bahan-bahan karsinogenik seperti pabrik jaket kulit bagian
pewarnaan. Kedua faktor ini akan masuk ke dalam sirkulasi darah daan masuk ke
dalam ginjal yang selanjutnya terfiltrasi di glomerulus. Radikal bebas bergabung
dengan urin secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi
stagnasi radikal bebas, radikal bebas mengikat elektron DNA dan RNA sel transisional
sehingga terjadi kerusakan DNA. Apabila terjadi kerusakan DNA maka tubuh akan
malukan perbaikan DNA jika berhasil maka sela akan kembali normal, jika tidak maka
akan terjadi mutasi pada genom sel somatik. Mutasi dari genom sel somatik ada 3 hal
yang terjadi pertama adalah pengaktifan onkogen pendorong pertumbuhan, kedua
perubahan gen yang mengandalikan pertumbuhan dan yang terakhir adalah
pengnonaktifan gen supresor kanker. Ketiga hal tersebut mengakibatkan produksi gen
regulatorik hilang. Selanjutnya terjadi replikasi DNA yang berlebih. Akhirnya terjadi
kanker pada kandung kemih.

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinis pada kanker kandung kemih, antara lain:
1. Lokal
a. Obstruktif
1. Kencing sedikit: sebagai akibat dari tumbuhnya tumor yang menutup aliran
menuju uretra.
2. Hematuria: massa tumor memiliki sifat mudah ruptur dan sifat urin adalah
asam yang akan mengikis tumor tersebut sehingga akan terjadi bleeding dan
dikeluarkan melalui urin.
3. Pancaran melemah: karena adanya obtruksi sehingga kencing menjadi sedikit
dan mengakibatkan pancaran melemah.
b. Iritatif
1. Frekuensi: terjadi peningkatan frekuensi karena adanya retensi urine dan
pengisian kandung kemih secara kontinyu.
2. Urgensi
3. Nocturia ( jarang )
4. Urge incontinensia
5. Disuria
2. Sistemik
a. Anemia: sebagai akibat dari adanya hematuria sehingga tubuh kekurangan Hb.
b. Hiperventilasi : karena tidak adanya Hb yang mengikat O2 sehingga
mengakibatkan sesak napas.
c. Hipertensi: karena adanya gangguan pada fungsi ginjal sehingga mengakibatkan
aldosteron terganggu, pembuluh darah menjadi vasokonstriksi sehingga muncul
hipertensi.
d. Oedema: karena adanya gangguan pada renin angiotensin yang berdampak pada
pompa Na dan K, kemudian Na tidak dapat keluar sehingga mengikat banyak air
yang mengakibatkan oedema.

Manifestasi klinis dari kandung kemih, antara lain:


1. Hematuria
Hematuria dapat dibagi menjadi hematuria intermiten atau penuh, dan dapat
dinyatakan sebagai hematuria awal atau terminal hematuria, sebagian dari pasien
kanker kandung kemih akan ada pembuangan gumpalan-gumpalan darah dan
bangkai-bangkai busuk.
2. Iritasi kandung kemih
Tumor terbentuk di trigonum kandung kemih, lingkup patologi meluas atau saat
terjadi infeksi dapat menstimulasi sampai ke kandung kemih sehingga
menyebabkan fenomena sering buang air kecil dan urgen.
3. Gejala obstruktif saluran kemih
Tumor yang lebih besar, tumor pada leher kandung kemih dan penyumbatan
gumpalan darah akan menyebabkan buang air bahkan sampai retensi urin.
Infiltrasi tumor ke dalam lubang saluran kemih dapat menyebabkan obstruksi
saluran kemih, sehingga menimbulkan nyeri pinggang, hidronefrosis dan fungsi
ginjal terganggu.
4. Gejala metastase
Invasi tumor stadium lanjut sampai ke jaringan kandung kemih sekitarnya, organ
lain atau metastasis kelenjar getah panggulsimpul, akan menyebabkan nyeri di
daerah kandung kemih, uretra fistula vagina, dan edema ekstremitas bawah,
metastasis sampai organ yang lebih jauh, nyeri tulang dan cachexia.

Gambaran klinis dari kanker kandung kemih, antara lain: (Shenoy 2014)
1. Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten yang tidak
disertai nyeri.
2. Gejala klinis menyerupai sisititis yang hebat terjadi pada ulkus karsinoma
3. Selanjutnya dapat kencing bercampur darah yang disertai nyeri
4. Stranguria adalah rasa nyeri saat miksi dengan perdarahan dan pengososngan buli
yang tidak lampias
5. Nyeri pinggang disebabkan oleh obstruksi ureter dengan hidronefrosis
6. Nyeri suprapubik, nyeri lipat paha, nyeri perineal disebabkan oleh infiltrasi
nervus. Keadaan ini menandakan bentuk tumor yang sudah lanjut

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Palpasi Bimanual (Shenoy 2014)
Yaitu per reto-abdominal pada pria dan per vagino-abdominal pada wanita dilakukan
di bawah anastesi umum. Penebalan dinding buli, mobilitas, fiksasi, dan keras
tidaknya tumor dapat ditentukan. Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose
umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah reseksi tumor
TUR buli-buli. Jari telunjuk kanan melakukan colok dubur atau colok vagina
sedangkan tangan kiri melakukan palpasi buli-buli di daerah suprasimfisis untuk
memperkirakan luas infiltrasi tumor. Kontribusi perawat dalam pemeriksaan
bimanual adalah untuk mengetahui apakah teraba tumor pada dasar buli-buli dengan
bantuan general anestesi sesuai prosedur.

2. Pemeriksaan Laboratorium (Nursalam 2009)


a. Laboratorium rutin.
1. Hb (untuk mengetahui adanya anemia)
Normal: M : 13-16 g/dl
F : 12-14 g/dl
b. Pemeriksaan Fungsi Faal Ginjal
1. BUN, eksresi urea yang tidak maksimal akan meningkatkan kadar nitrogen
urea darah (Joan dan Lyndon 2014)
Normal: 10-45 mg/dl
2. Kreatinin Serum, dapat mengukur kerusakan ginjal dengan baik dibandingkan
dengan kadar nitrogen serum, karena ganggguan ginjal yang berat dan
persisten akan menyebabkan peningkatan kreatinin yang signifikan (Joan dan
Lyndon 2014)
Normal: M : 0,9-1,5 mg/dl
F : 0,7-1,3 mg/dl
c. Urinalisis
Pemeriksaan air seni untuk melihat adanya darah dalam air seni, khususnya yang
kasat mata. Selain itu juga untuk mengetahui adanya epitel, eritrosit, atau leukosit
pada urin. Pemeriksaan sitologi urin, memiliki sensitifitas 38-78%, dan
meningkat pada tumor tingkat tinggi. Kultur air seni dapat diperiksa untuk
menyingkirkan adanya infeksi atau peradangan.
d. Sitologi Urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin
(biasanya nilai negatif palsu tinggi). Sitologi urin merupakan pemeriksaan
mikroskopik terhadap sel-sel didalam urin. pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendiagnosis kanker saluran kemih. Sitologi urin juga dilakukan untuk
penyaringan kanker pada orang-orang resiko tinggi (misalnya perokok, pekerja
petrokimia dan penderita perdarahan tanpa rasa nyeri). Untuk penderita yang
telah menjalani pengangkatan kanker kandung kemih, sitologi digunakan untuk
evaluasi dan follow up
e. Cell survey antigen study, yaitu pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel
antigen terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena.
f. Flow cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelim.

3. Pemeriksaan Radiologi (Shenoy 2014)


a. BOF/ BNO (Buik Nier Overzicht)
Untuk mengetahui struktur dari kandung kemih bagus atau tidak.
Kontribusi perawat adalah:
1. Sebelum pemeriksaan anjurkan klien untuk makan bubur, bukan santan karena
akan memerlukan waktu penyerapan yang lama dan mengandung kolesterol.
2. Klien dipuasakan 6-8 jam
3. Dilakukan lavement/huknah/enema untuk mengurangi intepretasi kesalahan
pada gambaran kolon dan kandung kemih
b. IVP
Defek pengisian dalam buli, dilatasi ureter dapat ditemukan. Konstribusi perawat
adalah untuk melakukan pemeriksaan fungsi ginjal (BUN dan Kreatinin) dan
pemeriksaan alergi sebelum dilakukan tindakan.
c. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan yang sangat bermanfaat yang dapat mendeteksi
karsinoma buli. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya metastase hati.
Kontribusi perawat adalah menganjurkan klien untuk menahan kencing untuk
mengetahui perbedaan urin dan massa tumor.
d. CT Scan
Merupakan pemeriksaan pilihan terutama untuk mengetahui penyebaran penyakit.
Pemeriksaan CT scan bermanfaat khususnya untuk mengetahui adanya infiltrasi
adanya infiltrasi pada otot, jaringan prevesika serta prostat, dan dinding pelvik.
Indikasi untuk sitoskopi, antara lain:
1. Hematuria dengan IVP yang normal
2. Gejala klinis saluran kemih bagian bawah
3. Sel maligna dalam sitologi urine
e. MRI
Dapat memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor. Jika
tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa.
Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan
pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri
renalis.
f. Sistoskopi
Sitoskopi merupakan pemeriksaan gold standart untuk menentukan lokasi lesi dan
mengambil biopsi yang sangat diperlukan untuk penatalaksanaan kasus lebih
lanjut. Peran perawat yaitu memantau adanya komplikasi pasca prosedur
sistoskopi berupa perdarahan, perforasi kandung kemih, dan infeksi. Perawat
melakukan observasi terhadap perubahan warna urin. Pasca dilakukan sistoskopi,
urin normalnya berwarna merah muda karena trauma saat memasukkan instrumen,
tetapi bila ada perdarahan nyata harus segera dilaporkan. Perawat memantau
kecukupan asupan cairan klien untuk mencegah statis urin dan obstruksi darah
beku. Perawat memantau tanda-tanda vital klien secara teratur untuk mendeteksi
dini potensi adanya infeksi

G. penatalaksanaan
1. Hematuria
a. Dilakukan three way kateter untuk irigasi kandung kemih yang mengalami
perdarahan akibat massa dengan PZ 1000 cc.
Konstribusi perawat:
1. Monitoring irigasi
2. Monitoring balance cairan urin yang di tampung pada urin bag dikurangi
dengan cairan yang masuk {PZ}).
3. Evaluasi warna urin
4. Kondisi bladder
b. Oksigenasi karena kilen mengalami hiperventilasi
c. Transfusi + farmakologi (asam traneksamat serta vitamin K) untuk penatalksaan
perdarahan.
2. TURB-T (Trans-Urethral Resection of Bladder-Tumor)
Dilakukan reseksi untuk mengambil tumor. Jika terjadi perdarahan dilakukan
tindakan irigasi kandung kemih , jika urine tidak keluar , curiga adanya stone cell
dan tatalaksana dengan dilakukan spool.
3. Cystektomy radikal atau parsial
Sistektomi radikal yang diikuti dengan kemoterapi sistemik (MVAC-Methotrexate,
Vinblastine, Adriamycin, Cisplatin). Sistektomi radikal merupakan pengangkatan
buli dengan lemak perisistikserta prostat dan vesikula seminalis, uretra pada priadan
buli serta lemak perisistik, serviks, uuterus, kubah vagina anterior, uretra dan
ovarium pada wanita. Sistektomi radikal merupakan suatu operasi mayor dengan
angka mortalitas 3 sampai 8%.
4. Diversi Urine
Sistektomi radikal adalah pengangkatan kandung kemih dan jaringan sekitarnya
(pada pria berupa sistoprostatektomi) dan selanjutnya aliran urine dari ureter
dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain: (Yosef, 2017)
a. Uretrosigmoidostomi, yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke dalam
sigmoid. Cara ini sekarang tidak banyak dipakai lagi karena banyak
menimbulkan penyulit.
b. Kondisi usus, yaitu mengganti kandung kemih dengan ileum sebagai
penampung urin, sengakan untuk mengeluarkan urine dipasang kateteer
menetap melalui sebuah stoma. Konduit ini diperkenalkan oleh Bricke pada
tahun 1950 dan saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena dianggap tidak
praktis.
c. Diversi urin kontinen, yaitu mengganti kandung kemih dengan segmen ileum
dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urin pada volume
tertentu). Urin kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan
kateterisasi mandiri secara berkala. Cara diversi urin ini yang terkenal adalah
cara Kock pouch dan Indian pouch.
d. Diversi urin Orthotopic, adalah membuat neobladder dari segmen usus yang
kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih
fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai
stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh
Camey dengan berbagai kekurangannya dan kemudian disempurnakan oleh
Studer dan Hautmann.
5. Kemoterapi intra Buli
Kemoterapi intravesika pasca bedah dengan Thiotepa/Adriamycin/Mitomycin yang
ditahan di sisi dalam kandung kemih selama 1 jam, 6-8 serial seperti ini dengan
interval setiap seminggu diberikan untuk mengurangi angka kekambuhan.

2. Teori Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Usia:
Menurut Brunner & Suddarth, 2004 Kanker kandung kemih lebih sering terjadi
pada orang dewasa berusia 50 sampai 70 tahun, usia rata-rata pada saat diagnosis
adalah 65 tahun, dan pada periode tersebut sekitar 75% dari kanker kandung
kemih terlokalisasi pada kandung kemih, 25% telah menyebar ke kelenjar getah
bening regional atau tempat yang jauh.
b. Jenis Kelamin:
Pria memiliki resiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan wanita (Brunner &
Suddarth 2004).
c. Pekerjaan:
Pekerja di pabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon, pewarna, karet,
minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki risiko lebih tinggi.
Karsinogenik yang spesifik meliputi benzidin, betanaphthylamine, dan 4-
aminobiphenyl. Perkembangan tumor dapat berlangsung lama (Emil Tanagho dan
Jack W. McAninch 2007).
d. Tempat Tinggal:
Terdapat insiden kanker kandung kemih yang tinggi di banyak negara di Afrika,
terutama Mesir, terkait paparan parasit Schistosoma haematobium, yang dapat
ditemukan dalam kandungan air di negara-negara ini (Connie Yarbro, dkk, 2010).
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama : Klien akan mengeluhkan hematuria.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
e. Dysuria
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi kronis saluran
kencing, dan infeksi dari parasit memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki
penyakit yang sama (National Cancer Institute 2010).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain
seperti kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker
kandung kemih (National Cancer Institute 2010).
e. Riwayat psikososial dan spiritual:-
f. Kondisi lingkungan rumah:
Pada area industri dengan penduduk padat yang memungkinkan lingkungan
terpapar oleh karsinogen tertentu, seperti: tembakau, 2-naftilamin, dan nitrat
diketahui sebagai faktor predisposisi tumor sel transisional (Joan dan Lyndon
2014).
g. Kebiasaan sehari-hari
Konsumsi 4 P (Pemanis, pewarna, pengawet, penyedap rasa), merokok, kopi.
3. Pemeriksaan fisik
Nyeri atau ketidak nyamanan : nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada area ginjal pada
saat palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain.
a. Keadaan Umum: Klien tampak pucat, merasa mual.
b. Tanda-tanda vital:
1. Peningkatan TD, karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang
menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada hipertensi
2. Peningkatan RR (Hiperventilasi), karena terjadi penurunan Hb yang berakibat
pada penurunan O2
c. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
5. Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
6. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
8. Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
10. Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi
d. Pemeriksaan per sistem
1. B1(Breathing)
Bisa ditemui pernapasan cuping hidung, penggunaan otot bantu napas, retraksi
dada yang disebabkan karena hiperventilasi.
2. B2 (Blood)
Fungsi renal terganggu dapat menyebabkan, gangguan pada fungsi aldosteron
yang menyebabkan vasokontriksi pembulu darah yang berakibat pada
hipertensi (peningkatan TD).
Saat terjadi hematuria, maka banyak darah yang dikeluarkan dan tubuh
kekurangan Hb berdampak pada anemia.
3. B3 (Brain)
Kepala dan wajah tidak ada kelainan, pucat, mata: sklera icterus, conjunctiva
pucat, pupil isokor, leher tekanan vena jugularis normal. Persepsi sensori tidak
ada kelainan.
4. B4 (Bladder)
Inspeksi:
Obstruktif : a. Kencing sedikit
b. Hematuria
c. Pancaran melemah
Iritatif : a. Frekwensi
b. Urgency
c. Nocturia (jarang)
d. Urge inkontinencia
e. Dysuria
Auskultasi : arteri renalis ada bruit atau tidak
Palpasi : teraba massa supra sympisis, diameter 10 x 10 cm, keras, fixed.
5. B5 (Bowel)
Mulut dan tenggorok kering, agak merah (iritasi) disebabkan adanya mual dan
muntah pada klien kanker kandung kemih.
6. B6( Bone)
Gangguan pada Renin-Angiotensin yang berakibat pada gangguan pompa Na
dan K, sehingga Na tidak dapat dikeluarkan yang menyebabkan edema pada
ekstermitas.
b. diagnosa keperawatan
Pra Operasi
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Mual berhubungan dengan tumor lokal di kandung kemih
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
Post Operasi
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
6. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
c.intervensi keperawatan
Pra Operasi

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Gangguan NOC: NIC :
eliminasi urin Urinary Elimination Irigasi Kandung Kemih
berhubungan Tujuan: 1. Jelaskan prosedur
dengan Setelah dilakukan kepada klien
obstruksi tindakan keperawatan 2. Atur suplai irigasi
anatomik selama 3x24 jam nyeri yang steril, pelihara
teratasi, dengan kriteriateknik kesterilan dari
hasil: agen protokol
1. Pola eliminasi 3. Bersihkan jalur mask
2. Jumlah urin atau ujung terkahir Y-
3. Warna urin connector dengan
4. Kejernihan urin alkohol swap
5. Intake cairan 4. Tetap irigasi cairan
6. Pengosongan setiap agen protokol
kandung kemih
5. Observasi
secara maksimal perlindungan diri
7. Tampak darah
6. Monitor dan pelihara
dalam urin rate flow sesuai
8. Frekuensi urine kebutuhan
9. Urgency with
7. Tulis cairan yang
urination dibutuhkan,
10. Urge inkontinence karakteristik cairan,
jumlah pengeluaran,
dan respon pasien,
dan agen protokol
2. Ketidakefektifan NOC: NIC :
pola napas Respiratory Status: Oxygen Therapy
berhubungan Ventilation 1. Pertahankan
dengan Setelah dilakukan kepatenan jalan nafas
hiperventilasi tindakan keperawatan 2. Sediakan oksigen
selama 3x24 jam ketika pasien
ketidakefektifan pola membutuhkan
napas pasien teratasi 3. Ajarkan klien dan
dengan kriteria hasil: keluarga cara
1. Respiratory rate menggunakan
2. Irama pernafasan peralatan oksigen di
3. Retraksi otot dada rumah
4. Penggunaan otot 4. Monitor peralatan
bantu nafas oksigenasi sudah
5. Pursed lips sesuai atau tidak
breathing
Ventilation Assistance
1. Bantu klien merubah
posisi secara berkala,
sesuai kebutuhan
2. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
3. Posisikan klien untuk
meringankan dyspnea
4. Posisikan klien
semifowler untuk
meminimalkan usaha
dalam bernafas
5. Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi
3. Mual NOC: NIC:
berhubungan Nausea and Vomitting Nausea Management
dengan tumor Control
lokal di kandung Tujuan: 1. Dorong pasien untuk
kemih Setelah dilakukan memantau mual
tindakan keperawatan secara sendiri
selama 2x24 jam mual 2. Dorong pasien untuk
teratasi dengan kriteria mempelajari strategi
hasil: untuk mengelola
1. Mengenali awitan mual sendiri
mual 3. Lakukan penilaian
2. Menjelaskan faktor lengkap mual,
penyebab termasuk frekuensi,
3. Penggunaan anti durasi, tingkat
emetik keparahan, dengan
menggunakan alat-
alat seperti jurnal
perawatan, skala
analog visual, skala
deskriptif duke dan
indeks rhodes mual
dan muntah (INV)
bentuk 2.
4. Identifikasi
pengobatan awal
yang pernah
dilakukan
5. Evaluasi dampak
mual pada kualitas
hidup.
6. Pastikan bahwa obat
antiemetik yang
efektif diberikan
untuk mencegah
mual bila
memungkinkan.
7. Identifikasi strategi
yang telah berhasil
menghilangkan mual
8. Dorong pasien untuk
tidak mentolerir mual
tapi bersikap tegas
dengan penyedia
layanan kesehatan
dalam memperoleh
bantuan farmakologis
dan nonfarmakologi
9. Promosikan istirahat
yang cukup dan tidur
untuk memfasilitasi
bantuan mual
10. Dorong makan
sejumlah kecil
makanan yang
menarik bagi orang
mual
11. Bantu untuk mencari
dan memberikan
suport emosional
Vomitting Management
1. Pastikan obat
antiemetik yang
efektif diberikan
untuk mencegah
muntah, bila
memungkinkan.
2. Posisikan klien untuk
mencegah aspirasi
3. Pertahankan jalan
napas melalui mulut
4. Berikan dukungan
fisik selama muntah
5. Berikan kenyamanan
selama episode
muntah
6. Tunjukkan
penerimaan muntah
dan berkolaborasi
dengan orang ketika
memilih strategi
pengendalian muntah
7. Bersihkan area yang
tekena muntah
setelah episode
muntah sebelum
menawarkan lebih
banyak cairan untuk
pasien
8. Mulailah cairan yang
jelas dan bebas dari
karbonasi
9. Secara bertahap
tingkatkan cairan jika
tidak ada muntah
terjadi selama 30
menit
10. Ajarkan penggunaan
teknik non
pharmakological
untuk mengelola
muntah
11. Kaji emesis untuk
warna, konsistensi,
darah, waktu, dan
sejauh mana itu kuat.
12. Ukur atau estimasi
volume emesis.
13. Sarankan membawa
kantong plastik untuk
muntah penahanan.
14. Catat riwayat
pengobatan awal
lengkap.
15. Identifikasi faktor-
faktor yang dapat
menyebabkan atau
memberikan
kontribusi untuk
muntah
4. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen Setelah dilakukan
injury asuhan selama 3 x 24, 1. Tentukan dampak
nyeri teratasi dengan nyeri terhadap
kriteria hasil: kualitas hidup klien
1. Kenali awitan nyeri (misalnya tidur, nafsu
2. Jelaskan faktor makan, aktivitas,
penyebab nyeri kognitif, suasana hati,
3. Gunakan obat hubungan, kinerja
analgesik dan non kerja, dan tanggung
analgesik jawab peran).
4. Laporkan nyeri yang 2. Kontrol faktor
terkontrol lingkungan yang
mungkin
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.

Pasca Operasi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi
Keperawatan Hasil

1. Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan Pain Control Pain Management
dengan agen Setelah dilakukan
injury asuhan selama 3 x 24, 1. Tentukan dampak
nyeri teratasi dengan nyeri terhadap
kriteria hasil: kualitas hidup klien
1. Kenali awitan (misalnya tidur, nafsu
nyeri makan, aktivitas,
2. Jelaskan faktor kognitif, suasana hati,
penyebab nyeri hubungan, kinerja
3. Gunakan obat kerja, dan tanggung
analgesik dan non jawab peran).
analgesik 2. Kontrol faktor
4. Laporkan nyeri lingkungan yang
yang terkontrol mungkin
menyebabkan respon
ketidaknyamanan
klien (misalnya
temperature ruangan,
pencahayaan, suara).
3. Pilih dan terapkan
berbagai cara
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
meringankan nyeri.
4. Kaji rasa nyeri secara
komprehensif untuk
menentukan lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri, dan
faktor pencetus.
5. Observasi tanda-
tanda non verbal dari
ketidaknyamanan,
terutama pada klien
yang mengalami
kesulitan
berkomunikasi.
1. Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan Infection Severity Infection protection
dengan prosedur Tujuan : 1. Lakukan tindakan
invasif Setelah dilakukan pencegahan
tindakan keperawatan neutropenia
selama 3x 24 jam 2. Isolasi semua
pasien tidak pengunjung untuk
mengalami infeksi penyakit menular
Kriteria Hasil : 3. Pertahankan asepsis
1. Klien tidak untuk pasien berisiko
demam 4. Periksa kondisi setiap
2. Klien tidak sayatan bedah atau
mengalami luka
peningkatan 5. Pantau tanda-tanda
jumlah sel darah dan gejala infeksi
putih sistemik dan lokal
Bayi 9000 – 6. Monitor kerentanan
baru 30.000 terhadap infeksi
Lahir /mm3 7. Pantau perubahan
Bayi/an 9000 – tingkat energi atau
ak 12.000/m malaise
m3 Infection control
Dewasa 4000- 1. Bersihkan lingkungan
10.000/m setiap kali setelah
m3 digunakan pasien
2. Isolasi dengan orang
yang terkena
penyakit menular
3. Batasi jumlah
pengunjung yang
sesuai
4. Tingkatkan cara
mengajar mencuci
tangan untuk tenaga
kesehatan
5. Anjurkan pasien
tentang teknik cuci
tangan yang tepat
6. Instruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
memasuki dan
meninggalkan
ruangan pasien
7. Gunakan sabun
antimikroba untuk
mencuci yang sesuai
8. Cuci tangan sebelum
dan sesudah setiap
kegiatan perawatan
pasien

d.implementasi
implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi
keperawatan,menjelaskan setiap tindakan dengan pedoman atau prosedur teknis
yang telah di tentukan .
e. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan:
1. Urin tidak tampak merah sehingga kembali nornal
2. Kemampuan berkembih kembali normal
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian

Diagnosa Medis : tumor buli pada kandung kemih


IDENTITAS

Nama : Ny. M Jenis Kelamin : P


Umur : 57 tahun Agama: kristen
Status Perkawinan : menikah Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS Sumber informasi: keluarga
Alamat:guru singa brastagi
GENERAL IMPRESSION

Keluhan Utama : penurunan kesadaran

Mekanisme Cedera : tidak ada


PRIMER SURVEY

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak Baik : penurunan kesadaran

Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY

Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten Bersihan jalan nafas tidak efektif

Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing 


N/A

Suara Nafas: Stidor Snoring Gurgling Stridor  N/A

Keluhan Lain: -
BREATHING

Gerakan dada :  Simetris  Asimetris

Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal

Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur

Retraksi otot dada :  Ada  N/A

Sesak Nafas :  Ada  N/A  RR : ... ...


x/mnt

Batuk :  Efektif  Tidak efektif

Hasil AGDA :tidak ada

Bunyi nafas :vesikuler

Keluhan Lain: tidak ada

CIRCULATION

Penurunan curah jantung

Akral : Hangat Dingin


ER SURVEY

Nadi :  Teraba  Tidak teraba


Sianosis :  Ya  Tidak

CRT : < 2 detik > 2 detik

Pendarahan :  Ya Tidak ada

Nyeri dada : tidak ada

Karakteristik Nyeri :

Edema : tidak ada

Lokasi Edema:

Keluhan Lain: ... ...

DISABILITY

Respon : Alert  Verbal  Pain  Unrespon

Kesadaran :  CM  Delirium  Somnolen 


Apatis

GCS :  Eye 2  Verbal 1...  Motorik


2

Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint 


Medriasis

Refleks Cahaya:  Ada  Tidak Ada

Keluhan Lain : … …

EXPOSURE
Deformitas :  Ya Tidak

Contusio :  Ya Tidak

Abrasi :  Ya Tidak

Penetrasi : Ya Tidak

Laserasi : Ya Tidak

Edema : Ya Tidak

KeluhanLain:

……

Diagnosa Keperawatan:

ANAMNESA

Riwayat Penyakit Saat Ini : penurunan kesadaran

Alergi : tidak ada

Medikasi : cefrtiaxone 1 gr

Vit-k

Transamin 500 mg

Keterolac 30 mg

Omeperazole 80 mg

Riwayat Penyakit Sebelumnya: klien post operasi


tumor buli di RS colombia asi

Makan Minum Terakhir: tidak di kaji

Even/Peristiwa Penyebab:

Tanda Vital :

BP : 118/77 mmHg N : 113 x/i S : 37 C


RR :28x/i

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala dan Leher:

Inspeksi : bersih dan tidak ada luka atau lecet

Palpasi : tidak ada pembesar vena jularis, tidak ada


kelenjar tiroid

Dada:

Inspeksi : retraksi dada simetris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : senor

Auskultasi : vesikuler

Abdomen:

Inspeksi : simetris

Palpasi : timpani

Perkusi : timpani
Auskultasi : normal

Pelvis:

Inspeksi : tidak ada lecet, tampak bersih

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Ektremitas Atas/Bawah:

Inspeksi : tidak ada edema

Palpasi : kulit kasar dan kering

Punggung :

Inspeksi : tidak ada luka dekubitus

Palpasi :bersih dan kering

Neurologis : kesadaran apatis

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

RONTGEN

Hasil:tidak ada

CT-SCAN

Hasil:tidak

USG

Hasil:tampak ada benjolan di kandung kemih

EKG

Hasil : tidak ada


 ENDOSKOPI

Hasil:tidak ada

AGDA

Hasil: PCO2 menurun: 14,0, kalium neningkat 6,1

DarahLengkap

Hasil:baik dan normal

Enzim jantung

Hasil : tidak ada .

 Lain-lain

Hasil :adanya benjolan pada saluran kemih

TERAPI:

Cairan:infus Nacl 0,9 % 20 tts/menit

Obat-obatan:vit.k, transamin 500 mg, keterolak 20


mg, omeperazol 80 mg

Lainnya:...........

Tanggal Pengkajian : TANDA TANGAN PENGKAJI:

Jam :

Keterangan :
NAMA TERANG :
FORMAT

ANALISA DATA

Nama Klien : Ny. M Diagnosa Medis : tumor buli

Ruang : ICU GENERAL No. MR : 80.48.54

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Pembelahan sel pada jaringan Nyeri akut


buli-buli meningkat cepat
- Pasien mengeluh

nyeri pada daerah Inflamasi buli-buli
perut, panggul, dubur 
Mediator inflamasi
atau tulang, serta pada 
saat berkemih Nyeri Aku

DO:
- Wajah pasien tampak
meringis
- Skala nyer

2.
DS : idronefrosis
- Pasien mengatakan  Ketidakseimbangan nutrisi
Ureum kembali ke pembuluh kurang dari kebutuhan
tidak nafsu makan darah
- Pasien merasa mual  tubuh
Uremia
DO :

- Kurang nafsu makan BUN meningkat
- Bising usus berlebih 
Mual
- Konjungtiva pucat 
- Denyut nadi lemah Intake tidak adekuat

BB menurun

3.
DS: Resiko gangguan integritas
Kelainan struktur fungsional
- Pasien mengeluh
tidak nyaman di area buli-buli kulit
luka pembedahan 
DO: Diversi Urin
- Luka daerah 
pembedahan tampak Stoma
kemerahan 
Resiko gangguan integritas
kulit

FORMAT

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Diagnosa Medis :

Ruang : No. MR :

No Diagnosa Intervensi
Keperawata
n
FORMAT

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Diagnosa Medis :

Ruang : No. MR :

No Diagnosa Implementasi SOAP Tanda


Keperawatan Tangan
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli) adalah kanker yang mengenai kandung
kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam,
2016). Insidennya lebih banyak terjadi pada pekerja zat warna aniline. Produk-produk
seperti benzidine dan 3-naphtylamine bersifat karsinogenik (Shenoy, 2014). Pada
90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten yang tidak disertai
nyeri (Shenoy, 2014). Penatalaksanaannya bisa disesuaikan dengan stadium dari
kanker kandung kemih, jika stadium Tis, Ta, T1 dapat dilakukan dengan reseksi
transuretra (TUR) dan untuk stadium T2-T4 bisa dilakukan sistektomi radikal
(Shenoy, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Brunner &Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Coleman, EA., Lord, JE, Huskey, SW, Black JM, dan Jacobs EM. 1997. Medical-Surgical

Nursing: Clinical Management For Continuity of Care 5th Edition.USA: Saunders

Company

Di Giulio, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2017. Medical-Surgical Nursing, Demystified: A

Self-Teaching Guide. USA: The Mc Graw-Hill Companies

Ferri, FF. 2014. Ferri's Clinical Advisor 2014. USA: MosbyInc.

Jiang, Q dan Lizhong C. 2018. Karsinoma Ginjal dalam Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi2.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Nursalam & Batticaca, FB. 2016. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan

Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar-dasar Urology Ed 1. Jakarta: Sagung Seto

Pusponegoro, dkk. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher

Saputra, Lyndon. 2014. Master Plan Ilmu Bedah. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher

Shenoy, K. Rajgopal dan Anita N. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Jilid Satu. Tangerang:

Karisma Publishing Group

Snell, RS. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC

Umami, Vidhia. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Wein, AJ, Kavaoussi, LR, Novick, AC, Partin, AW, Peters, CA. 2012.Campbell- Walsh

Urology Tenth Edition. USA: Saunders

Yosef, Herman. 2017. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV. Infomedika

Anda mungkin juga menyukai