Anda di halaman 1dari 3

Dasar Teori

Kata koligatif berasal dari kata latin colligare yang berarti berkumpul bersama, karena
sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan (kolektif) semua partikel dan tidak pada sifat
dan keadaan partikel. Sifat koligatif adalah sifat fisika yang hanya bergantung pada jumlah
partikel zat terlarut bukan pada macam zat pelarut. Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan,
sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi
bergantung pada jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. Larutan yang memiliki sifat
koligatif harus memenuhi dua asumsi yaitu zat terlarut tidak mudah menguap sehingga tidak
memeberikan kontibusi pada uapnya. Asumsi yang kedua adalah zat terlarut tidak larut dalam
pelarut padat. Berdasarkan kemampuan daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi 2 yaitu
larutan elektrolit (larutan yang dapat menghantarkan arus listrik) dan larutan nonelektrolit
(larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik). Pada larutan elektrolit, ketika di dalam air
zat elektrolit yang terlarut terurai menghasilkan ion positif dan ion negatif. Larutan elektrolit
terdiri dari elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Disebut elektrolit kuat karena zat elektrolit yang
terlarut terurai seluruhnya membentuk ion-ion. Sedangkan pada elektrolit lemah, zat elektrolit
yang terlarut terurai sebagian membentuk ion-ion. Sifat koligatif larutan dibedakan menjadi 2
yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Sifat koligatif
elektrolit memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda daripada yang digunakan untuk sifat
koligatif non-elektrolit. Alasannya ialah karena elektrolit terurai menjadi ion-ion dalam larutan
dan dengan demikian suatu senyawa elektrolit terurai menjadi dua atau lebih partikel bila
dilarutkan. Terdapat empat sifat koligatif larutan, yaitu :
1. Penurunan tekanan uap (∆P)
2. Kenaikan titik didih (∆Tb)
3. Penurunan titik beku (∆Tf)
4. Tekanan osmotik (π)
Keempat sifat itu nilainya hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut. Semakin
besar jumlah partikel zat terlarut, makin besar pula nilai sifat-sifat koligatifnya. Contohnya tiap
satuan NaCl terurai menjadi dua ion, Na+ dan Cl-. Jadi sifat koligatif 0.1 m larutan NaCl akan
dua kali lebih besar dibandingkan 0.1 m larutan yang mengandung nonelektrolit, seperti sukrosa.
Selain itu, keempat sifat koligatif tersebut saling berhubungan satu sama lain. Bila salah satu
nilainya diketahui maka nilai-nilai lainnya dapat ditentukan. Tetapi baik dipahami bahwa sifat
koligatif larutan ini hanya berlaku normal bila batasan-batasan di bawah ini dipenuhi yaitu:
1. Zat terlarut harus tidak menguap (non-volatile)
2. Konsentrasi zat terlarut kecil (larutan harus encer)
3. Zat terlarut bukan zat elektrolit, jadi harus zat non-elektrolit
Salah satu contoh sifat koligatif larutan adalah penurunan titik beku. Molekul-molekul air
selalu dalam keadaan acak (random). Hal ini menyebabkan molekul-molekul air di dalam air
memilii energy kinetiktv5r5f dengan harga tertentu. Molekul-molekul air dalam air berinteraksi
satu dengan yang lain. Interaksi ini menghasilkan gaya kmia, yaitu ikatan hydrogen dan gaya
London. Gaya kimia ini merupakan gaya tark dan menyebabkan air memiliki energy potensial
(EP). Pada waktu air didiinginkan ergerakan air makin lambat dan energy kinetiknya semakin
kecil. Pendinginan akan menyebabkan molekul air akan menyusut, jarak rata-rata antara
molekul-molekul air berkurang, gaya antar molekulnya makin kuat, dan energy potensialnya
semakin besar. Sehingga penurunan temperatur memperkecil energi kinetik air tetapi
memperbesar energi potensialnya.
Air membeku menjadi es. Dalam es molekul-molekul air dalam keadaan diam sehingga
energi kinetiknya adalah nol. Pada saat air membeku terjadi perubahan, molekul-molekul air
yang semula bergerak secara acakmenjadi diam. Air membeku bila energy potensial air dapat
mengatasi energi kinetiknya. Pada tekanan 1 atm dan temperature 250C energi potensial air
belum dapat mengatasi energi kinetiknya. Supaya air membeku maka energi potensial harus
dinaikkan dan energi kinetiknya harus diturunkankan. Hal ini terjadi bila temperature air
diturunkan. Pada tekanan 1 atm, ketika temperatur mencapai 00C, energi potensial air dapat
mengatasi energi kinetiknya sehingga air membeku. Titik beku merupakan tempertaur pada saat
terjadi kesetimbangan antara fase padat dan fase cair suatu zat. Pada waktu larytan membeku
maka yang pertama kali membeku adalah pelarutnya dan bagian yang belum membeku
merupakan larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi
larutan awalnya. Dalam larutan, dengan zat terlarut nonvolatil partikel-partikel zat terlarut yang
berupa ion-ion atau molekul-molekul, menempati ruang antara molekul-molekul pelarut. Hal ini
memperbesar jarak rata-rata antara molekul-molekul pelarut sehingga memperlemah gaya kimia
yang terjadi dan menurunkan energi potensialnya.
Pada lartan dengan pelarut air, pada 1 atm 00C, energy potensial pelarut lebih kecil
dibandingkan energi potensial air murni pada kondisi yang sama, sehingga energi potensial
pelarut belum dapat mengatasi energi kinetiknya. Akibatnya, pada 1 atm 00C, larutan belum
membeku. Supaya larutan membeku maka energi potensial molekul-molekul pelarut harus
dinaikkan, sedangkan energi kinetiknya harus diturunkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menurunkan temperatur. Pada temperatur di bawah 00C energy potensial molekul-molekul
pelarut bertambah, sedangkan energi kinetiknya berkurang. Sebagai akibatnya energi potensial
molekul-molekul pelarut dapat mengatasi energi kinetiknya dan larutan membeku. Jadi titik beku
larutan lebih erndah dari titik beku pelarut murninya. Fenomena ini disebur sebagai penurunan
titik beku dan hanya terjadi bila zat terlarut merupakan zat nonvolatil. Penurunan titik beku did
efinisikan sebagai titik beku pelarut murni dikurangi titik beku larutan.
ΔTf = Tfpelarut murni - Tflarutan
Untuk larutan nonelektrolit, besarnya penurunan titik beku larutan dapat dihitung dengan
persamaan:
ΔTf = m . Kf
Persamaan dia atas menunjukkan bahwa m adalah molalitas larutan dan Kf adalah tetapan titik
beku molal pelarut. Untuk konsentrasi yang sama, jumlah partikel zat terlarut dalam larutan
elektrolit adalah lebih banyak dibandingkan dengan jumlah partikel zat terlarut dalam larutan
nonelektrolit. Pada larutan elektrolit, peurunan titik beku dapat dihitung dengan persamaan yang
melibatkan faktor van’t Hoff sebagai berikut;
ΔTf = m . Kf . i

Anda mungkin juga menyukai