Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI 3
CANCER CERVIKS IIB + NAC CISPLATIN II + POST PACLITAXEL
CARBOPLATIN I + DM TYPE II

Disusun Oleh:
Nama Anggota : Rafiqah Rahmasari I1C016010
Annisa Muslimah A.D I1C016022
Deadara Imaysta I1C016052
Zeyla Aulia Zein I1C016056
M. Habibur Rohman I1C016062
Irfan Hielmi I1C016082
Kelas / Kelompok : B / 6
Dosen : Nialiana, M. Sc., Apt.
Asisten : Tri Hani

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
A. KASUS
Nama : Ny. Mulukiyah
Umur : 54 tahun
Berat Badan : 47 kg
Tinggi Badan : 147 cm
Tanggal MRS : 21 Agustus 2017
Riwayat MRS : Melakukan Kemotrapi
Diagnose : Cancer Cerviks IIB + Nac Cisplatin II + Post Paclitaxel
Carboplatin I + Dm Type II
RPD :-
Merokok :-
Alergi makanan :-
Alergi Obat :-

 Parameter penyakit

Tanggal
Parameter
21/8 22/08 23/08

Tekanan Darah (mmHg) 90/60 118/63 110/65


Nadi (x/ menit) 80 82 80
TTV
Suhu (0C) 36,5 36,8 36,5
Nafas (x/ menit) 20 20 18
Ko/GCS Baik/456 Baik/456 Baik/456
Lemas - - -
Keluhan
Mual/Muntah/Diare - - -
Skala Nyeri - - -
 Terapi Saat Masuk Rumah Sakit

Tanggal
Obat Aturan Pakai
21/8 22/08 23/08

PZ 500 CC 500 cc ✔

Ondansentron 8 mg 14:00 ampul iv


Parent
Dexamethason 5 mg 10:00 ampul iv
eral
Difenhidramin 50 mg iv 10:00 ampul iv
Ranitidine 50 mg iv 10:00 ampul iv

Metoklopramid ✔

Paclitaxel 242,43 mg ✔

Oral Carboplatin 346,35 mg ✔

Ondansentron 2 x sehari 1 tab ✔

Dexamethason 3 x sehari 1 tab ✔


Pemeriksaan Laboratorium

Parameter 25/07 31/07 20/08

Leukosit 12,4 13,1 10


Hemoglobin 10,6 11 9,4
Trombosit 455 370 350
K 4,3 4,6 4,6
Na 143 130 130
Cl 102 92 93
BUN 11 25 19
Scr 0,8 1,3 1
SGOT - 14 21
SGPT - 17 17
Albumin 4 4,2 3,7
GDP 146 352 214
GD2PP 230 416 326
MCV - 84,4 28,1
MCHC - 32,7 31,9
EO% - 2,5 2,6
Basofil - 0,1 0,3
Neutrofil - 70 60
MCH - 27,8 31
Lymphosit - 21,1 44,2
 Pemeriksaan Penunjang
Riwayat Pengobatan (26/09/14) Tidak tampak proses metastase di hepar dan limpha
node di paraorta, saat ini hepar/Gb ilein/
pancreas/ginjal kanan/kiri/buli kanan kiri tidak
tampak kelainan
USG Abdomen (03/10/14) Massa Serviks uteri meluas ke segmen bawah Rahim
dan supervagina, kista ovarium kanan dan kiri, tidak
tampak proses metastase di hepar maupun
pembesaran lympha node. Saat ini hepar ginjal
pancreas normal.
Tindakan klinis (17/05/17) Pasien dirujuk di rumah sakit daerah purworejo ke
RSUD Dr. soetomo, masuk ke IRJ, lalu masuk ke
poli POJA dengan rujukan : malignant neoplasa ,
serviks uteri unspecitied. Sebelumnya pasien diberi
terapi kemoterapi NAC cisplatin I
PA (17/05/17) Serviks, Biopsi : Adeinvasive nonkreatinizing
squamous cell carcinum
Riwayat Pengobatan (17/05/17) Kemoterapi NAC Cisplatin I
PA (24/05/17) Serviks, Biopsi : invasive nonkreatinizing squamous
cell carcinoma
Hasil USG abdomen (21/07/17) Tidak tampak proses metastase di hepar dan limfa
node di paraaorta, saat ini hepar/ Gb
ilein/pancreas/ginjal kanan kiri/ buli kanan kiri tidak
tampak kelainan
Foto Toraks (24/07/2017) Tidak tampak proses metastasis cor prominent dan
pasien diberi terapi kemoterapi NAC Cisplatin II
Riwayat Pengobatan (26/07/17) Kemoterapi NAC Cisplatin II, control di poli 10E
Tindakan klinis (29/07/17) Kontrol poli
Riwayat Pengobatan (01/08/17) Kemoterapi Propaclitaxel Carboplatin I dengan nilai
GFR < 40
B. DASAR TEORI
1. Patofisiologi
a. Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks.


Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris,
menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
Perkembangan kanker invasif berawal dari terjadinya lesi neoplastik pada
lapisan epitel serviks, dimulai dari Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) 1,
NIS 2, NIS 3 atau karsinoma in situ (KIS). Selanjutnya setelah menembus
membrana basalis akan berkembang menjadi karsinoma mikroinvasif dan
invasif (Nasional, K. P. K., 2016).
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Bentuk diabetes ini ditandai oleh resistensi insulin dan kurangnya
sekresi insulin, dengan sekresi insulin yang semakin rendah dari waktu ke
waktu. Kebanyakan orang dengan diabetes tipe 2 menunjukkan obesitas
perut, yang menyebabkan resistensi insulin. Selain itu, hipertensi,
dislipidemia (kadar trigliserida tinggi dan kadar kolesterol HDL rendah), dan
peningkatan inhibitor aktivator plasminogen tipe 1 (PAI-1) sering hadir pada
DM tipe 2. Pengelompokan kelainan ini disebut sebagai sindrom resistensi
insulin atau sindrom metabolik. Karena kelainan ini, pasien dengan diabetes
tipe 2 berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi makrovaskular. Diabetes
tipe 2 memiliki kecenderungan genetik yang kuat dan lebih umum di semua
kelompok etnis selain dari keturunan Eropa. Pada titik ini penyebab genetik
dari kebanyakan kasus diabetes tipe 2 tidak terdefinisi dengan baik (Dipiro,
2008).
2. Guideline Diagnosis Penyakit
a. Kanker Serviks

Pasien mengalami Kanker serviks Stadium IIB sehingga diperlukan


terapi berupa kemoterapi dan juga radiasi (Nasional, K. P. K., 2016).
Pasien mengalami kanker serviks stadium IIB dan diperlukan terapi
tambahan berupa radioterapi dalam bentuk radiasi eksterna sebagai terapi
tambahan dengan dosis 45-50 Gy, 1,8-2 Gy per fraksi, 5 fraksi per minggu,
diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy (post RE 50 Gy) atau 4x7 Gy
(post RE 45 Gy) (Nasional, K. P. K., 2016).

Pasien telah melakukan pengobatan cisplatin dengan 2 siklus.


Berdasarkan guideline diatas pasien yang mengalami metastasis atau yang
telah melakukan pengobatan kanker serviks berulang dapat diberikan obat
dengan first line diatas. Pada kasus pasien telah diobati carboplatin dan
paclitaxel sebanyak 1 sikul sehingga perlu dilanjutkan pengobatan hingga 6
sampai 9 siklus (NCCN, 2012).
b. Diabetes Melitus
(GUIDELINE ??)
Pasien didiagnosa DM tipe 2 dengan kadar GDP pada tanggal 25/07
sebesar 146 mg/dL, tanggal 31/07 sebesar 352 mg/dL, tanggal 20/08 sebesar
214 mg/dL dan kadar GD2PP pada tanggal 25/07 sebesar 230 mg/dL,
tanggal 31/07 sebesar 416 mg/dL, tanggal 20/08 sebesar 326 mg/dL. Hal ini
menandakan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah pasien. Pasien yang
didiagnosa DM tipe 2 berdasarkan guideline diatas direkomendasikan untuk
diberikan obat golongan biguanid yaitu metformin (Shlomai, et al., 2016).
c. Anemia

(NCCN, 2018)
Berdasarkan data laboratorium, pada tanggal 20/08 terjadi penurunan
kadar hemoglobin yaitu sebesar 9,4 g/dL, nilai MCV yaitu sebesar 28,1%,
dan nilai MCHC sebesar 31,9%. Hal ini menandakan bahwa pasien
mengalami anemia. Berdasarkan guideline diatas pasien mengalami anemia
akibat dari efek kemoterapi sebelumnya dan belum diberikan pengobatan.
Pasien yang akan dikemoterapi dan diindikasikan anemia direkomendasikan
diberikan transfusi PRC untuk meningkatkan kadar hemoglobin pasien
sehingga dapat dilakukan kemoterapi (Bryer dan Henry, 2018).
Penatalaksanaan Kasus dan Pembahasan

1. Subjektif
Nama : Ny. Mulukiyah
Umur : 54 tahun
Berat Badan : 47 kg
Tinggi Badan : 147 cm
Tanggal MRS : 21 Agustus 2017
Riwayat MRS : Melakukan Kemotrapi
Diagnose : Cancer Cerviks IIB + Nac Cisplatin II + Post Paclitaxel
Carboplatin I + Dm Type II
RPD :-
Merokok :-
Alergi makanan : -
Alergi Obat :-

2. Objektif
 Parameter Penyakit

Nilai Tanggal Keterang


Parameter
Normal an
21/8 22/08 23/08

Tekanan Darah
<120/80 90/60 118/63 110/65 Normal
(mmHg)
TTV Nadi (x/ menit) 60-100 80 82 80 Normal
Suhu (0C) 36,5-37,5 36,5 36,8 36,5 Normal
Nafas (x/ menit) 12-20 20 20 18 Normal
Ko/GCS Baik/456 Baik/456 Baik/456 Normal
Lemas - - - Normal
Keluhan
Mual/Muntah/Diare - - - Normal
Skala Nyeri - - - Normal
 Data Laboratorium

Nilai
Parameter 25/07 31/07 20/08 Keterangan
Normal

Leukosit 3,2-10 12,4 13,1 10 Normal


Hemoglobin 12-16 10,6 11 9,4 Menurun
Trombosit 170-380 455 370 350 Normal
K 3,6-5,2 4,3 4,6 4,6 Normal
Na 135-144 143 130 130 Menurun
Cl 97-106 102 92 93 Normal
BUN 6-20 11 25 19 Normal
Scr 0,6-1,3 0,8 1,3 1 Normal
SGOT 5-35 - 14 21 Normal
SGPT 5-35 - 17 17 Normal
Albumin 3,5-5,0 4 4,2 3,7 Normal
GDP < 126 146 352 214 Meningkat
GD2PP < 200 230 416 326 Meningkat
MCV 80-100 - 84,4 28,1 Menurun
MCHC 32-36 - 32,7 31,9 Menurun
EO% 0-6 - 2,5 2,6 Normal
Basofil 0-2 - 0,1 0,3 Normal
Neutrofil 36-73 - 70 60 Normal
MCH 28-34 - 27,8 31 Normal
Limfosit 15-45 - 21,1 44,2 Normal
3. Problem Medik dan Assesment DRP (Drug Related Problem)
Problem
Subjektif Objektif Assesment Plan
Medik
Diperlukan terapi tambahan berupa
DRP : Terapi Tambahan
radioterapi dalam bentuk radiasi eksterna
Uraian : Pasien dengan kanker serviks stage
sebagai terapi tambahan dengan dosis 45-50
Kanker IIB diperlukan terapi berupa kemoterapi dan
- - Gy, 1,8-2 Gy per fraksi, 5 fraksi per minggu,
Serviks radiasi. Pasien hanya diberikan kemoterapi
diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy
sehingga perlu terapi tambahan berupa radiasi
(post RE 50 Gy) atau 4x7 Gy (post RE 45 Gy)
(Nasional, K. P. K., 2016).
(Nasional, K. P. K., 2016).
DRP : Underdose
Uraian : Pasien mengalami kanker serviks
stage IIB sehingga diperlukan kemoterapi
Pasien diberikan dosis carboplatin sebesar
Kanker berupa carboplatin dengan dosis yang
- - 432,25 mg yang disesuaikan nilai GFR pasien
Serviks disesuaikan dengan GFR pasien. Namun,
(NCCN, 2012).
pasien menerima dosis yang lebih rendah dari
dosis yang disesuaikan dengan perhitungan
GFR.
Kanker DRP : Duplikasi terapi Ondansetron merupakan obat mual muntah
- -
Serviks Uraian : Pasien telah diberi terapi akut dan tidak efektif untuk mual muntah
metoclopramide dan ondansentron yang yang tertunda sehingga ondansetron
memiliki fungsi yang sama dalam mengobati dihentikan (NHS, 2016).
mual muntah setelah kemoterapi. Pasien
mengalami mual muntah yang tertunda (> 24
jam). Metoclopramide merupakan first line
terapi untuk mual muntah (NHS, 2016).
GDP Pasien diberikan terapi dengan obat golongan
25/7 = 146, DRP : Indikasi Tanpa Terapi biguanid yaitu metformin. Metformin dipilih
31/7 = 352, Uraian : Pasien mengalami DM tipe 2 sejak karena merupakan terapi pilihan pertama
Diabetes 20/8 = 214 tanggal 25/7, namun pasien belum diterapi untuk diabetes mellitus tipe II pada pasien
-
Melitus GD2PP sehingga perlu diberikan terapi antidibetes kanker serviks karena dapat menurunkan
25/7 = 230 yang tepat untuk pasien DM yang disertai mortalitas dan semua penyebab mortalitas
31/7 = 416 dengan kanker serviks. pada pasien kanker serviks sebesar 21%
20/8 = 326 (Shlomai et al., 2016).
DRP : Indikasi Tanpa Terapi
Diperlukan terapi untuk mengobati anemia
Hb 20/8 : 9,4 Uraian : Pasien terindikasi anemia. Pasien
berupa transfusi PRC untuk meningkatkan
- - MCV 20/8 : 28,1 yang akan dikemoterapi tetapi Hb kurang dari
hemoglobin pasien sehingga dapat dilakukan
MCHC 20/8 : 31,9 11 perlu diterapi PRC terlebih dahulu (Bryer
kemoterapi (Bryer & Hendri, 2018)
& Hendri, 2018).
4. Plan
a) Tujuan terapi
- Menurunkan mortalitas
- Memperbaiki kualitas hidup
- Meningkatkan kadar MCV dan MCHC
- Mempertahankan tekanan darah nadi dan arteri
- Menurunkan nilai serum kreatinin hingga normal
- Meningkatkan kadar kalium

b) Terapi Non-Farmakologi
- Melakukan radioterapi dalam bentuk radiasi eksterna sebagai terapi
tambahan dengan dosis 45-50 Gy, 1,8-2 Gy per fraksi, 5 fraksi per minggu,
diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy (post RE 50 Gy) atau 4x7 Gy
(post RE 45 Gy)
- Memperbanyak minum air putih
- Olahraga yang teratur
-

c) Terapi Farmakologi
1. Kanker Serviks
a. Carboplatin
Carboplatin merupakan obat golongan agen pengalkil yang
digunakan sebagai terapi kemoterapi pada pasien kanker serviks yang
telah menerima obat kemoterapi sebelumnya yaitu cisplatin sebanyak 2
siklus. Dosis carboplatin yang diterima pasien yaitu 432,05 mg dilihat
dari perhitungan dosis khusus untuk carboplatin dengan melihat nilai
GFR pasien. Rumus dosis carboplatin = target AUC x (GFR+25)
(NCCN, 2012).
b. Paclitaxel
Paclitaxel merupakan obat golongan mikrotubul yang digunakan
sebagai terapi kemoterapi pada pasien kanker serviks yang telah
menerima obat kemoterapi sebelumnya yaitu cisplatin sebanyak 2 siklus.
Dosis paclitaxel menurut NCCN (2012) yaitu 243,43 mg yang dilihat
dari 175mg/m2 dikalikan dengan luas permukaan tubuh pasien yaitu
1,385/m2.
c. Difenhidramin
Difenhidramin merupakan premedikasi obat paclitaxel agar tidak
terjadi hipersensitivitas pada pasien kanker serviks. Dosis difenhidramin
yaitu 50 mg secara intravena dan diberikan 30 menit sebelum paclitaxel
(BC Cancer, 2018).

d. Dexamethason
Dexamethason merupakan premedikasi obat paclitaxel agar tidak
terjadi hipersensitivitas pada pasien kanker serviks. Dosis
dexamethasone yaitu 20 mg secara peroral yang diberikan saat 30 menit
sebelum menggunakan paclitaxel (BC Cancer, 2018).
e. Ranitidin
Ranitidine merupakan premedikasi obat paclitaxel agar tidak
terjadi hipersensitivitas pada pasien kanker serviks. Dosis ranitidine
yaitu 50 mg secara intravena yang diberikan 30 menit sebelum
menggunakan paclitaxel (BC Cancer, 2018).
f. Metoclopramid
Metoclopramid merupakan obat golongan antagonis dopamine
yang digunakan sebagai terapi pilihan pertama untuk mual muntah yang
tertunda (lebih dari 24 jam) akibat dilakukan kemoterapi. Dosis yang
diberikan yaitu 9,4 mg 3 x sehari secara per oral (NHS, 2016).

2. Diabetes Melitus
a. Metformin
Metformin merupakan obat golongan biguanid oral yang digunakan
untuk mengobati diabetes mellitus tipe II dengan menurunkan kadar
glukosa darah. Metformin juga direkomendasikan sebagai pilihan
pertama pada pasien kanker serviks karena dapat menurunkan mortalitas
sebesar 21% (Shlomai, et al., 2016). Dosis yang diberikan ialah 500 mg
2 kali sehari sesudah makan (Perkeni, 2015).
3. Anemia
a. Transfusi PRC
Pasien kanker serviks yang akan melakukan kemoterapi dengan
kadar hemoglobin < 11 direkomendasikan untuk diberikan transfusi PRC
untuk meningkatkan kadar hemoglobin pasien sehingga dapat di
kemoterapi pada saat kadar hemoglobin meningkat (sumber?)
4. Hiponatremia
a. PZ 500 cc
PZ meupakan obat yang berisi NaCl 0,9%. NaCl digunakan
sebagai terapi untuk meningkatkan kadar Na pasien hingga batas normal
yaitu 135-144 mEq/L. NaCl 0,9% digunakan juga sebagai pelarut untuk
carboplatin dan paclitaxel. Dosis yang disarankan yaitu 500 mL infus per
hari (BC cancer, 2018).
d) Monitoring
Monitoring (Parameter)
Aturan Hal-Hal yang perlu
Nama Obat Target
Pakai ESO diperhatikan
Keberhasilan
GDP turun hingga
500 mg 2 x
126 Dispepsia, diare,
sehari Monitoring nilai
Metformin GD2PP turun asidosis laktat
sesudah HbA1C
hingga 200 dalam 3 (Perkeni, 2015)
makan
bulan
Sakit kepala,
Difenhidramin 50 mg iv gangguan darah
(ISO, 2016) Dosis diberikan 30
Tidak terjadi
Sakit kepala, menit sebelum
Ranitidin 50 mg iv hipersensitivitas
(ISO, 2016) penggunaan paclitaxel
(BC Cancer, 2018)
Sakit kepala, (BC cancer, 2018)
Dexamethason 5 mg gangguan cairan
(ISO, 2016).
242,43 mg Mual muntah,
Paclitaxel tiap 3 diare (BC cancer,
minggu 2018) Obat dapat diberikan
432,05 mg setelah
Muntah (BC
Carboplatin tiap 3
cancer, 2014)
minggu
Mengantuk,
9,4 mg secara Mual muntah tidak Diberikan setelah
Metoclopramid gelisah, kelelahan
peroral terjadi pengobatan kemoterapi
(ISO, 2016)
MCH meningkat
Diberikan hingga hb
hingga 80 dan
PRC dalam darah lebih dari
MCHC meningkat
11
hingga 32
e) Terapi Keluar Rumah Sakit
Nama Obat 22/08 23/08 24/08 25/08 26/08
Metformin ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

Metoclopramid

f) Terapi Siklus kemoterapi yang disarankan


Nama Obat 12/9 3/10 24/10 14/11 5/12
Carboplatin ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
Paclitaxel ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
Difenhidramin ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
Ranitidin ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
Dexamethason ✔ ✔ ✔ ✔ ✔

g) KIE
1. KIE untuk pasien
a. Kepatuhan minum obat
b. Kepatuhan minum air putih
c. Menjaga pola hidup sehat
d. Menjaga pikiran agar tidak stres
2. KIE untuk tenaga kesehatan
a. Mengecek profil darah dan HbA1C
b. Melakukan radiasi
c. Edukasi kepatuhan minum obat
d. Edukasi untuk menjaga pola hidup sehat
3. KIE untuk keluarga pasien
a. Mengingatkan pasien untuk patuh minum obat
b. Membantu menjaga pola hidup pasien
DAFTAR PUSTAKA

BC Cancer Agency. 2014. BC Cancer Agency Cancer Drug Manual, Carboplatin. BC Cancer
Agency.
BC Cancer Agency. 2018. BC Cancer Agency Cancer Drug Manual, Paclitaxel. BC Cancer
Agency.
Bryer, E., & Henry, D. (2018). Chemotherapy-induced anemia: etiology, pathophysiology,
and implications for contemporary practice. International Journal of Clinical
Transfusion Medicine, 6, 21.
Nasional, K. P. K. (2016). Panduan penatalaksanaan kanker serviks. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Nindya Shinta, R., Surarso, B., Kepala, B., & Airlangga-RSUD, L. F. K. U. 2016. Terapi
Mual Muntah Pasca Kemoterapi.
Perkeni, P. B. (2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia. Jakarta: PB Perkeni.
Shlomai, G., Neel, B., LeRoith, D., & Gallagher, E. J. (2016). Type 2 diabetes mellitus and
cancer: the role of pharmacotherapy. Journal of Clinical Oncology, 34(35), 4261.
NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology™. Cervical Cancer. v 1.2012. Available at:
http://www.nccn.org/professionals/ physician_gls/pdf/cervical.pdf. Accessed February
13, 2012.

Anda mungkin juga menyukai