Anda di halaman 1dari 10

PATOFISIOLOGI

1. Dermatofitosis (Tinea)
Dermatofitosis (tinea) merupakan infeksi jamur kulit superfisial yang disebabkan oleh
jamur golongan dermatofita. Jamur ini terdiri dari 3 genus, yaitu Microsporum sp.,
Trichophyton sp., dan Epidermophyton sp..Masing-masing mempunyai predileksi
pertumbuhan yang berbeda pada kulit manusia, tetapi kemampuannya untuk membentuk
ikatan molekuler terhadap keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi merupakan
dasar patofisiologi dermatofitosis (Sharma et al., 2015).

Terjadinya infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama, yaitu: perlekatan pada
keratinosit, penetrasi melewati dan di antara sel, serta pembentukan respon pejamu (Ervianti
E. et al., 2002) :
a. Pelekatan pada keratinosit  perlekatan tercapai maksimal setalah 6 jam, dinding
jamur melepaskan keratinase yang akan menghidrolisis keratin dan fasilitasi
pertumbuhan jamur di stratum korneum.
b. Penetrasi melewati stratum korenemun  penetrasi menghasilkan sekresi proteinase,
lipase, dan enzim musinolitik menjadi nutrisi bagi jamur. Penetrasi dipengaruhi daya
tahan pejamu untuk batasi jamur.
c. Pembentukan respon pejamu  pejamu akan memberikan respon imun secara cepat/
lambat. Mekanisme pertahanan dengan cepat akan mendorong terjadinya keratinisais
sel untuk menyingkirkan jamur termasuk proses peradangan sebagai akibat reaksi
imun yang dimediasi sel T. Kemudian terjadi akumulasi netrofil di epidermis berupa
pustule/ mikroabses dapat menghambat pertumbuhan jamur.

Patofisiologi secara umum :

Gambar 1. Patogenesis Dermatofita (Laksmhipathy, 2010)


2. VVC

Faktor risiko yang berpengaruh terhadap VVC seperti


antibiotik, kehamilan dan diabetes

Faktor resiko akan mengganggu mikroflora vagina yang sehat

Pertumbuhan candida sp. yang berlebihan, disertasi dengan reaksi


kaskade atau reaksi bertingkat

Eksternalisasi proteinase yang mengandung keratin, imunoglobulin dan


melemahkan sistem kekebalan tubuh

Adhesi epitel vagina oleh Candida (fase saphrophytic, asimptomatik)


(melalui molekul adhesi)

Transmigrasi atau perpindahan candida melalui (fase hifa, invasif)


melintasi epitel vagina

Kerusakan yang disebabkan oleh apoptosis dan nekrosis

Gejala yg disebabkan seperti pruritis, gatal, pegal

Terjadilah VVC

3. Seborhoik

Proses jamur malasezia di dalam kulit terganggu

Malassezia akan beradaptasi dengan memodifikasi struktur enzim seperti lipase


dan fosfolipase

mensintesis sejumlah indole bioaktif yang berlebihan melalui reseptor


arilhidrokarbon (AhR)

Jika Malassezia menghasilkan AhR indolik yang kuat

Seborhoik dermatitis (seperti bersisik, agak kasar, dan timbul diluar kulit)
TANDA DAN GEJALA serta FAKTOR RESIKO PENDERITA

Penyakit Tanda dan gejala Faktor resiko


Tinea pedis Ruam kemerahan serta Lingkungan yang panas dan
Menyerang ruang bersisik yang muncul lembab.Penggunaan sepatu yang
interdigital dan diantara jari kaki, dan lama. Berenang.Lebih sering
permukaan plantarkaki disertai rasa gatal, menginfeksi laki-laki.
dan disebabkan oleh pengerasan kulit, dan bau Angka insidensi meningkat dengan
Trichophyton rubrum, T. akibat infeksi bakteri bertambahnya usia, dan jarang
Interdigitale, dan sekunder, rasa terbakar, sekali ditemukan pada anak-anak
Epidermophyton kulit kering, pecah-pecah,
floccosum. dan terkelupas, serta
mengalami perubahan
warna pada daerah diantara
jari dan telapak kaki.

Tinea korporis Ruam yang gatal di badan, Lebih banyak pada Laki-laki pasca
Mengenai kulit ekstremitas, atau wajah. pubertas dibanding wanita
tidak berambut Keluhan gatal terutama bila Dapat terjadi pada semua usia,
(glabrosa) seperti kulit berkeringat. biasanya mengenai usia18-25
wajah, batang, dan tahun serta 40-50 tahun
ekstremitas, kecuali Terjadi pada pekerja yang
telapak tangan, telapak berhubungan dengan hewan
kaki,dan sela paha.

TINEA KAPITIS Gejala khas berupa Biasanya terjadi pada anak-anak.


Pada rambut kulit kepala skuamatipikal, alopesia dan Anak-anak prapubertas (remaja),
yang disebabkan oleh pembesaran kelenjar getah umumnya terjadi dikosmopolitan
jamur dermatofit. bening.Terasa gatal dan dalam kota tersebut.
kulit kepala bersisik.

VVC Gatal, flour albus bewarna a. Penggunaan antibiotik


putih kekuningan disertai Penggunaan antibiotik
gumpalan–gumpalan seperti spektrum luas dengan dosis
kepalan susu (PERDOSKI tinggi dan waktu lama, dapat
2017). meningkatkan kolonisasi
Candida spp. Hal ini disebabkan
penggunaan antibiotik menekan
pertumbuhan flora normal di
vagina dan mengakibatkan
terjadinya kompetisi antara
laktobasilus dan Candida
sehingga Candida tumbuh lebih
subur (johal 2014)
b. Kehamilan
Kehamilan karena pada
kehamilan terjadi perubahan
hormonal wanita, yaitu
dengan adanya peningkatan
hormon estrogen dapat
menyebabkan peningkatan
pertumbuhan spesies Candida
(Kotigadde S et all ; NA Osman
2016)
c. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus yang tidak
terkontrol serta penyakit infeksi
dan keganasan yang menekan
daya tahan tubuh seseorang,
seperti HIV/AIDS (johal 2014).
d. Penekanan immuno seperti pada
Pasien AIDS atau HIV, sering
melakukan hubungan seksual,
vagina douching, spermisida, dan
alat kontrasepsi dalam rahim
(Gagandeep et al., 2014).

Seborhoik Kulit tubuh dan kulit kepala  Jenis Kelamin ( LK > PR)
berkerak, terjadi peradangan,  Penyakit imunosupresan (AIDS,
pruritus, eritema, kulit penerima transplantasi organ)
mengelupas, rambut rontok,  Factor genetic
dan berketombe, gatal-gatal,  Penyakit genetic
benjolan berwarna merah  Penyakit keganasan (limfoma)
hingga coklat di kulit, sisik  Penyakit neurologic dan psikiatrik
berwarna putih hingga  Iklim tropis
kekuningan (Bhadoriya, (Bhadoriya, 2017 ; Del Rosso, 2011)
2017).

PRINSIP TERAPI

Penyakit Tujuan Terapi Sasaran Terapi


Dermatofitosis Menghilangkan gejala, mengurangi risiko Membunuh dan menekan
(Tinea) terjadinya infeksi bakteri sekunder, dan progresivitas jamur
membatasi penyebaran infeksi ke bagian penyebab infeksi.
tubuh lainnya atau kepada individu lain
(PERDOSKI, 2017).

VVC Menghilangkan gejala dalam 24 jam dan Mengurangi jamur Candida


memiliki aktivitas antimikotik yang luas albicans.
agar mencegah meningkatnya jumlah non-
candida albicans dan mencegah
kekambuhan.
Seborhoik Mengurangi tanda-tanda dan gejala yang Antijamur topikal ditujukan
terlihat, menormalkan fungsi dan struktur untuk mengurangi jamur
kulit, mempertahankan remisi dengan terapi Malassezia dan mencegah
jangka panjang (Clark, et al., 2015 ; Borda, terjadinya inflamasi (Borda,
et al., 2019). et al., 2019).
TERAPI FARMAKOLOGI DAN MONITORING

Penyakit Pemilihan Terapi Monitoring

Tinea Pedis Terapi Topikal Hilangnya


ruam
Golongan Azole kemerahan
Krim Clotrimazole 1 % serta bersisik
yang muncul di
Krim Mikonazole 2% antara jari kaki
yang disertai
Jika terjadi peradangan, antijamur topikal dapat
rasa gatal
dikombinasikan dengan kortikostreroid yaitu
hingga luka dan
clotrimazole 1% dan hidrokortison 1% 30 g dioles tipis 2
kulit melepuh.
kali sehari maksimal selama 7 hari, atau
Monitoring
mikonazol 2% dan hidrokortison 1% 30 g dioles 2-3 kali
selama 7 hari.
sehari.

Golongan Allylamine

Terbenafine, penggunaan krim terbenafine topikal 1%


dioleskan 1-2 kali sehari selama 1-2 minggu.

Terapi Oral

Terbenafine, Dosis yang direkomendasikan yaitu 250 mg 1


kali sehari selama 1 minggu untuk interdigitalis tinea pedis
dan 2 minggu untuk moccasin tinea pedis (Sahoo dan
Mahajan, 2016). Terbinafine tidak direkomendasikan pada
orang dengan penyakit hati.

Itraconazole, Dosis itraconazole yang direkomendasikan


yaitu 100-200 mg/hari selama 2-4 minggu. Itraconazole
tidak boleh diberikan untuk ibu hamil dan menyusui, selain
itu pasien dengan risiko peningkatan gagal jantung perlu
perhatian lebih ketika menggunakan obat ini.

Tinea Terapi Topikal Hilangnya


Korporis gatal, lesi serta
Obat pilihan golongan alilamin (krim terbinafin, ruam di bagian
butenafin) sekali sehari selama 1-2 minggu. badan,
Alternatif: Golongan azol: misalnya, krim mikonazol, ekstremitas,
ketokonazol, klotrimazol 2 kali sehari selama 4-6 minggu. atau wajah.
Pada
Terapi Oral pengobatan
dengan topikal
Obat pilihan pertama yaitu terbinafin oral 1x250 mg/hari
(hingga klinis membaik dan hasil pemeriksaan laboratorium antifungi
negatif) selama 2 minggu.
Dipantau
Penggunaan alternatifnya yaitu Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2-4
selama 2 minggu. minggu

Griseofulvin oral 500 mg/hari atau 10-25 mg/kgBB/hari


selama 2-4 minggugriseofulvin lebih sering digunakan pada
anak-anak untuk pengobatan tinea korporis yang disebabkan
oleh trichophyton tonsurans.

Apabila terapi yang di atas tidak bisa digunakan, maka


ketokonazol 200 mg/hari selama 2-4 minggu.

Tinea Terapi Topikal Hilangnya


Kapitis skuama tipikal,
Selenium sulfida (1% dan 2,5%) dan ketokonazol (2%) rambut tidak
adalah shampo yang paling efektif untuk tinea kapitis. rontok, dan
Sampo ciclopirox 1% sama efektifnya dengan selenium gatal serta
sulfida ketika digunakan untuk mengobati tinea capitis sudah tidak ada
bersama dengan griseofulvin oral. shampo pyrithione (1% jamur
dan 2%) dan povidone-iodine (2,5%). Semua sampo harus penyebabnya.
diterapkan selama 5 menit 2 atau 3 kali seminggu selama 2
hingga 4 minggu. Titik akhir yang
pasti untuk
perawatan yang
Terapi Oral memadai
haruslah
First line terapinya yaitu griseofulvin dan terbinafine. penyembuhan
mikologis,
Griseofulvin
daripada respon
<50 kg = 15-20 mg/kg BB per hari selama 6-8 minggu. klinis.

>50 kg = 1 g per hari selama 608 minggu.

Terbenafine, dosisnya 125 mg/hari selama 4 minggu.

Jika tidak ada respon dengan pengobatan lini pertama


maka ;

griseofulvin menjadi itraconazole. Dosis yang digunakan :


50-100 mg setiap hari selama 4 minggu atau 5 mg/kg 1 kali
sehari selama 2-4 minggu

terbinafin menjadi itraconazole, atau itrakonazol diganti


dengan terbinafin
VVC Obat anti jamur tersedia dalam berbagai bentuk yaitu : krim, Hilangnya
tablet vagina, suppositoria dan tablet oral. tanda gejala
1) Sistemik: yang terjadi
seperti cairan
Obat anti jamur sistemik terdiri dari golongan azoles. putih atau
Mekanisme kerjanya yaitu menghambat enzim sitokrom kuning, rasa
P450 CYP51 14α demethylase. Azole biasa digunakan gatal pada
untuk vulvovaginal candidiasis yang disebabkan oleh daerah vulva,
Candida albicans. dan lainnya
 Ketokonazol oral 2x sehari 200 mg selama 7 hari dalam 24
diberikan jika kandidiasis vaginal resisten yang hingga 48 jam
kronis. Dosis ketoconazole maksimal untuk orang (Dipiro, 2008).
dewasa adalah 400 mg/ hari.
 Itraconazole Hanya dikonsumsi untuk satu hari.
Dosis 200 mg diberikan dua kali sehari
 Flukonazole dewasa 150 mg diminum dalam dosis
tunggal
2) Topikal:

Obat-obat ini bekerja di dalam sel membrane dari


jamur mengganggu tranportasi asam amino ke jamur.

 Butoconazole 2% kream, 5 gr digunakan selama 3


hr secara intravagina dengan menggunakan aplikator
atau olesan krim .
 Clotrimazole dimasukkan tablet ke dalam vagina
sesuai dengan dosis 100 mg per hari, selama 6 hari.
 Miconazole 100 mg, vaginal suppositoria, masukan
1 suppositoria ke dalam vagina digunakan selama 7
hari
 Tioconazole 6,5% ointment, 5 gr, Gunakan dua kali
sehari selama 2 hingga 4 minggu.

Seborhoik 1. Kulit Kepala Hilangnya


Untuk seboroik ringan pada kulit kepala atau jangka tanda gejala
pendek, dapat menggunakan sampo untuk ketombe yang pada kulit
mengandung selenium sulfida (selsun). Sedangkan, untuk kepala bayi dan
jangka panjang dapat digunakan sampo antijamur. dewasa yang
 Dosis selenium sulfida (selsun) yaitu 2x sehari muncul berupa
selama 1 minggu sisik
 Dosis ketoconazole 2% yaitu 2x sehari selama kekuningan
1minggu yang
 Dosis ciclopirox 1% yaitu 2x sehari selama 1 berminyak dan
minggu umumnya tidak
Untuk seboroik sedang hingga berat dapat gatal.
menggunakan :
 Dosis clobetasol 2x sehari selama 1 minggu Monitoring
 Dosis ketoconazole 2x sehari selama 1 minggu. selama 7 hari
2. Wajah dan Tubuh (PERDOSKI,
Untuk firstline golongan antijamur menggunakan: 2017).

 Ketokonazole dosis 2x sehari selama 8 minggu


namun jika tidak apa perbaikan maka diganti dengan
ciclopirox dengan dosis 2x sehari selama 4 minggu.

EFEK SAMPING

Nama Obat Efek samping obat Parameter Penanganan

Miconazole, Ruam kulit, gatal, rasa Rasa terbakar, gatal, Hentikan penggunaan
Clotrimazole Topikal, terbakar, penglupasan kulit, kemerahan dan bengkak jika terjadi sensitisasi
Terbinafine Topikal rasa menyengat, bengkak, atau iritasi, Hindari
kemerahan, dan lepuh kontak dengan mata,
(Nandyali & Choudhari, hamil dan laktasi
2015) (Medscape, 2019)
( MIMS, 2016)

Terbinafin Oral Sakit kepala, diare,


dispepsia dan ruam kulit
(Sinha et al, 2012)

Griseofulvin Oral Mual, muntah, diare dan Mual muntah Hindari penggunaan
sakit kepala ( Tavallaee obat pada pasien
and Rad, 2009) (Keller, riwayat penyakit hati
Itrakonazole Oral 2011) dan ginjal. Penurunan
asam lambung.
Hentikan penggunaan
obat jika terjadi
neuropati dan pantau
hasil test enzim hati
(MIMS, 2016). Mual
muntah pada
itrakonazol dapat
diberikan antiemetic.

Ketokonazole Hepatotoksisitas (BPOM Ketokonazole hanya Untuk eso


RI, 2015). Iritasi, rasa digunakan jika terapi hepatotoksisitas, perlu
antijamur lainnya tidak dilakukan monitoring
terbakar. tersedia atau tidak secara seksama (BPOM
toleran dan RI, 2015). Eso iritasi,
pertimbangan manfaat rasa terbakar maka
lebih besar daripada pemakaian obat
risiko (BPOM RI, 2015). dihentikan.

Iritasi dan rasa terbakar


dilihat dari kulit
berwarna merah, gatal,
dan terasa perih.

Flukonazole Mual, muntah Mual, muntah Mengkonsumsi obat


anti emetik

INTERAKSI OBAT

Nama Obat Interaksi Obat

Miconazole, Memiliki interaksi dengan warfarin yaitu dapat meningkatkan


Clotrimazole pendarahan (Kovac et al., 2011).
Topikal,
Inhibitor lemah dari CYP2C9. Obat Dimetabolisme oleh Enzim
Terbinafine
mikrosomal hepatik. Obat dimetabolisme oleh CYP2C9: meningkat
Topikal
konsentrasi plasma

Micronazole dapat menurunkan kerja Warfarin jika secara intravaginal


dan memiliki interaksi yang tidak diketahui jika secara topical (AHFS,
2011)

Terbinafin Oral Memiliki interaksi dengan rifampicin yaitu dapat meningkatkan klirens
terbinafine hingga 100% dan penurunan level terbinafine hingga 50%
(sebagai CYP3A4 inducer) (Katz, 2012).

Itrakonazole Oral Itrakonazole dapat meningkatkan toksisitas warfarin, beberapa anti-


histamin (seperti terfenadine, astemizole), antipsikotik (sertindole),
anxiolytics (midazolam), digoxin, cisapride, ciclosporin dan
simvastatin (peningkatan risiko miopati).

Penurunan absorbsi Itraconazole jika dikonsumsi bersamaan dengan obat


golongan proton pump inhibitor (omeprazole) dan atau golongan H2-
receptor antagonists (ranitidine)

(FDA, 2019); (Katz, 2012)

Menghambat sitokrom P450-dependent 14-demethylase dan memblokir


pengangkatan oksidatif 14-metil dari lanosterol yang mengakibatkan
perubahan struktural dalam membran lipid (Pramod, 2015)

Griseofulvin Oral Memiliki interaksi dengan kontrasepsi oral (ethinyl


estradiol/norethindrone) yaitu dapat menurunkan konsentrasi plasma
griseofulvin. Griseofulvin harus dihindari pada pasien ibu hamil karena
bersifat teratogenic (Obat kategori C) (Mozayanidan Raymon, 2004);
(WHO, 2014)

Flukonazole Oral Flukonazole dapat meningkatkan konsentrasi plasma acetaminophen


(CTM) dan menurunkan konsentrasi Fluconazole jika diberikan
bersamaan dengan Cimetidine (WebMD, 2019); (FDA, 2019.)

Kadar plasma fenitoin dan sulfonilurea akan meningkat pada pemakaian


bersama fukonazol, sebaliknya akan terjadi penurunan kadar plasma
warfarin dan siklosporin (Hardman, 2012).

Flukonazole jika diberikan bersamaan dengan antibiotik eritromisin


akan meningkatkan efek eritromisin dengan mempengaruhi
metabolism enzim CYP3A4 di hati atau usus (Medscape, 2018)

Ketokonazole Penggunaan ketokonazol dengan terfenadin, memiliki interaksi karena


dapat menyebabkan aritmia ventrikel jantung (PIONAS, 2019)

Anda mungkin juga menyukai