Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FARMAKOTERAPI 3
EPILEPSI DAN HIPOKALEMIA

Disusun Oleh:
Nama Anggota : Rafiqah Rahmasari I1C016010
Annisa Muslimah A.D I1C016022
Deadara Imaysta I1C016052
Zeyla Aulia Zein I1C016056
M. Habibur Rohman I1C016062
Irfan Hielmi I1C016082
Kelas / Kelompok : B / 6
Dosen : Nialiana, M. Sc., Apt. & Laksmi Maharani, M.
Sc., Apt.
Asisten : Tri Hani

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
A. KASUS
Nama : An. DR
Umur : 9 tahun
Berat Badan : 20 kg
Tinggi Badan : 105 cm
Tanggal MRS : 23 Januari 2012
Riwayat MRS : Kejang (+) Seluruh tubuh kaku, sebelum kejang sadar, saat
kejang tidak sadar, mulut keluar air liur, durasi 30 menit,
kejang 1x24 jam, demam (-), muntah (+), 1x BAB cair
Diagnose : Epilepsi + Hipokalemia
RPD :-
Merokok :-
Alergi makanan : -
Alergi Obat :-

 Parameter penyakit

Tanggal
Parameter
23 24 25

Nadi (x/ menit) 120 100

TTV Suhu (0C) 36 35,3

Nafas (x/ menit) 24 22

Kejang 2x - 1x

Demam - - -

Keluhan Muntah 1x - 1x

Bicara - - -

Ko/Kes Aktif - Aktif

BAK - + +
 Terapi Saat Masuk Rumah Sakit

Tanggal
Obat Aturan Pakai
23 24 25

Injeksi Ampicilin (3x1) 500 mg ✔

Injeksi Dexamethason ½ Amp ✔ ✔ ✔


(2x1/2)
Parent
Injeksi Gentamicin 40 mg ✔ ✔ ✔
eral
(2x1)

Injeksi Luminal (1x1) 100 mg ✔ ✔ ✔

IVFD KAEN 3B 15 tpm ✔ ✔


IVFD
IVFD KAEN 3A 18 tpm ✔

Pemeriksaan Laboratorium
Parameter 23/1/12

Hemoglobin 13,2

Trombosit 473.000

MCV 78,6

MCH 27,7

Eosinofil 2,5

Batang 0

Limfosik 40,8

Monosit 9

K 2,5

Na 141

Cl 95
B. DASAR TEORI
1. Patofisiologi
a. Epilepsi
b. Hipokalemia
2. Guideline Diagnosis Penyakit
a. Epilepsi

Pasien mengalami status epileptikus dimana pasien mengalami kejang


dengan durasi 30 menit sehingga saat pasien mengalami kejang diberi terapi
berupa injeksi fenobarbital 20 mg/kg BB secara intravena (IDAI, 2016).
Ntarlah lengkapin kata2nya
b. Hipokalemia
Penatalaksanaan Kasus dan Pembahasan

1. Subjektif
Nama : An. DR
Umur : 9 tahun
Berat Badan : 20 kg
Tinggi Badan : 105 cm
Tanggal MRS : 23 Januari 2012
Riwayat MRS : Kejang (+) Seluruh tubuh kaku, sebelum kejang sadar, saat
kejang tidak sadar, mulut keluar air liur, durasi 30 menit, kejang 1x24 jam,
demam (-), muntah (+), 1x BAB cair
Diagnose : Epilepsi + Hipokalemia
RPD :-
Merokok :-
Alergi makanan : -
Alergi Obat :-

2. Objektif
 Parameter Penyakit

Nilai Tanggal
Parameter Keterangan
Normal 23 24 25

Tekanan Darah
(mmHg)

TTV Nadi (x/ menit) 60-100 120 100 Normal

Suhu (0C) 36,5-37,5 36 35,3 Normal

Nafas (x/ menit) 12-20 24 22 Normal

Kejang 2x - 1x

Demam - - -
Keluhan
Muntah 1x - 1x

Bicara - - -
Ko/Kes Aktif Aktif

BAK - + +

 Data Laboratorium

Parameter Nilai Normal 23/1/12 Keterangan

Hemoglobin 13-18 13,2 Normal

Trombosit 170-380 473.000 Meningkat

MCV 80-100 78,6 Menurun

MCH 28-34 27,7 Menurun

Eosinofil 0-6% 2,5 Normal

Batang 0

Limfosik 15-45% 40,8 Normal

Monosit 0-11% 9 Normal

K 3,6-5,2 2,5 Menurun

Na 135-144 141 Normal

Cl 97-106 95 Menurun
3. Problem Medik dan Assesment DRP (Drug Related Problem)
Problem
Subjektif Objektif Assesment Plan
Medik

Kejang DRP : Adverse Drug Reaction (ADR)


23/1 : 2x ; 25/1 : 1x Uraian : Pasien mengalami kejang dengan
Pemberian injeksi ampisilin disarankan
seluruh tubuh kaku, durasi 30 menit. Pasien menerima terapi
untuk dihentikan. Perlu dilakukan
sebelum kejang sadar, antibiotic golongan penisilin yaitu ampisilin
Epilepsi - monitoring terhadap kejang pasien dan
saat kejang tidak sadar, injeksi. Antibiotik golongan ampisilin dapat
perlu dilakukan pemeriksaan kadar
mulut keluar air liur, menginduksi terjadinya kejang dengan
leukosit pasien.
durasi 30 menit, kejang menghambat reseptor GABA (Sutter, et al.,
1x 24 jam 2015).

Epilepsi Kejang - DRP : Underdose Pasien disarankan menerima dosis


23/1 : 2x; 25/1 : 1x Uraian : Menurut IDAI (2016) pasien anak fenobarbital sesuai dengan berat badan
seluruh tubuh kaku, yang mengalami kejang dengan durasi 30 pasien yaitu 400 mg iv dengan kecepatan
sebelum kejang sadar, menit diberikan fenobarbital dengan dosis 20 10-20 mg/menit (IDAI, 2016). Perlu
saat kejang tidak sadar, mg/kg secara iv, pasien dengan berat badan 20 dilakukan monitoring terhadap kejang,
mulut keluar air liur, kg seharusnya diberikan dosis 400 mg iv, fungsi hati, jaringan ikat dan sum-sum
durasi 30 menit, kejang sedangkan pasien menerima dosis 100 mg. pada pasien karena efek samping
1x 24 jam fenobarbital dapat menyebabkan
Hepatotoksik, gangguan jaringan ikat dan
sum-sum tulang, sindrom steve jhonson
(Kemenkes RI, 2014)

DRP : Adverse Drug Reaction (ADR)


Uraian : Pasien mengalami trombosit
meningkat atau disebut trombositosis. Namun,
pasien diberikan deksametason yang tidak
menunjukkan adanya indikasi pada pasien
Trombosit : Deksametason tidak diberikan sejak
- - tersebut dan penggunaan deksametason
473.000/mm3 tanggal 23/01. Perlu monitoring XXX
merupakan first line therapy pada pasien yang
mengalami trombosit menurun atau
trombositopenia sehingga memberikan efek
yang merugikan pada pasien tersebut
(Mithoowani, et al., 2016)

DRP :
Uraian :

DRP :
Uraian :
4. Plan
a) Tujuan terapi
- Menghilangkan kejang
- Menurunkan kadar trombositopenia
- Meningkatkan kadar kalium, klorida, dan ….

b) Terapi Non-Farmakologi
- Melakukan pembedahan
- Melakukan diet ketogenik
- Melakukan yoga
-

c) Terapi Farmakologi
1. Epilepsi
a. Injeksi Fenobarbital
Fenobarbital merupakan obat golongan barbiturate dimana
mengobati status epileptikus saat durasi 30 menit. Dosis fenobarbital 20
mg/kg BB secara intravena sehingga dosis yang diberikan kepada pasien
tersebut adalah 400 mg secara intravena (IDAI, 2016).
2. Hipokalemia
a. IVFD KA-EN 3A dan 3B
d) Monitoring
Monitoring (Parameter)
Aturan Hal-Hal yang perlu
Nama Obat Target
Pakai ESO diperhatikan
Keberhasilan

Hepatotoksik,
gangguan jaringan pemberian
ikat dan sum-sum diencerkan dengan
Injeksi 400 mg Kejang tidak terjadi NaCl 0,9% 1:1
tulang, sindrom dengan
Fenobarbital secara iv kembali
steve jhonson kecepatan yang

(Kemenkes RI, sama (IDAI, 2016)

2014)

IFVD KA-EN
3A & 3B

e) Terapi Keluar Rumah Sakit


Nama Obat
✔ ✔ ✔ ✔ ✔

✔ ✔ ✔

✔ ✔ ✔ ✔

f) KIE
1. KIE untuk pasien
a. Kepatuhan minum obat
b. Kepatuhan minum air putih
c. Menjaga pola hidup sehat
d. Menjaga pikiran agar tidak stress
e. Melakukan kontrol rutin pasca pengobatan
2. KIE untuk tenaga kesehatan
a. Mengecek profil darah dan HbA1C
b. Melakukan radiasi dan brakiterapi
c. Edukasi kepatuhan minum obat
d. Edukasi untuk menjaga pola hidup sehat
e. Handling sitotoksik

3. KIE untuk keluarga pasien


a. Mengingatkan pasien untuk patuh minum obat
b. Membantu menjaga pola hidup pasien
DAFTAR PUSTAKA

Ismael, S., Pusponegoro, H. D., & Widodo, D. P. (2016). Rekomendasi Penatalaksanaan


Status Epileptikus. Jakarta: IDAI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktek Klinik Bagi Dokter Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta

Sutter, R., Rüegg, S., & Tschudin-Sutter, S. (2015). Seizures as adverse events of antibiotic
drugs: a systematic review. Neurology, 85(15), 1332-1341.

Mithoowani, S., Gregory-Miller, K., Goy, J., Miller, M. C., Wang, G., Noroozi, N. &
Arnold, D. M. (2016). High-dose dexamethasone compared with prednisone for
previously untreated primary immune thrombocytopenia: a systematic review and
meta-analysis. The Lancet Haematology, 3(10), e489-e496.

Anda mungkin juga menyukai