Anda di halaman 1dari 6

1.

Perekonomian Dunia
Kata “Globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal atau
internasional. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan, tetapi tidak dengan istilah
universalisasi. Namun istilah globalisasi mungkin lebih mantap untuk menunjukkan
berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Dari arti katanya sendiri dapat dikatakan
bahwa globalisasi adalah satu proses peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarmanusia
dan antarbangsa di seluruh dunia melalui aliran modal (investasi), tenaga kerja, perdagangan,dan
interaksi lainnya seperti perjalanan, budaya populer danlain-lainsehingga batas-batas satu negara
menjadi bias. Untuk melihat kaitan globalisasi dengan perekonomian Indonesia, kita harus
memperhatikan bagaimana aliran-aliran tersebut terjadi baik di dalam negeri Indonesia maupun
dengan negara lain.
1) Aliran Modal
Aliran modal dari luar negeri sudah terjadi sejak jaman penjajahan Belanda melalui
penanaman modal oleh perusahaan asing Belanda di Indonesia termasuk di bidang
transportasi, perdagangan, perkebunan, perbankan dan sebagainya. Pada masa pemerintahan
Sukarno diadakan nasionalisasi terhadap perusahaan asing (terutama milik swasta asing
Belanda) dan tidak diperkenankan modal asing masuk ke Indonesia. Nasionalisasi
perusahaan swasta asing ini dilaksanakan sekitar 1957/58, namun tidak lama kemudian
pemerintahan Sukarno jatuh digantikan oleh Suharto. Presiden Suharto malah
mengundangkan UUPMA (Undang-undang Penanaman Modal Asing) pada tahun 1971
yang berarti mengundang pengusaha asing untuk beroperasi di Indonesia. Tidak cuma
pengusaha swasta asing yang berdatangan ke Indonesia seperti misalnya McDonald, KFC,
perusahaan-perusahaan Eropa, Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari
Belanda, British Petroleum dari Inggris dan banyak lagi tetapi juga bank asing
diperkenankan beroperasi di Indonesia. Investasi asing langsung dan porto folio diperlancar
dengan adanya pasar modal dan pasar uang. Perusahaan swasta diperkenankan langsung
mencari dana dari sumber dana luar negeri. Dana dari Bank Dunia dan IMF mengalir ke
sektor pemerintah. Sehingga dengan demikian aliran dana investasi boleh dikatakan sudah
bebas bergerak di Indonesia, malah berlebihan dan kurang pengawasan sehingga
mengakibatkan krisis moneter pada tahun 1997/98. Setelah krisis sampai sekarang, investasi
asing bukan dilarang melainkan diatur dengan lebih ketat dari sebelumnya. Jadi aliran modal
boleh dikatakan bebas bergerak di Indonesia; semua daerah (pemerintah daerah)
mengundang investor dalam/luar negeri.
2) Aliran Tenaga Kerja
Yang dimaksud di sini adalah aliran manusia untuk mencari kerja baik di dalam negeri
maupun masuk dan ke luar negeri. Dalam hal aliran di dalam negeri, tenaga kerja umumnya
bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun karena kepadatan penduduk dan
pembangunan ekonomi daerah yang berbeda beberapa provinsi/kabupaten seperti misalnya
DKI Jakarta dan Bali mengawasi pendatang baru dengan ketat. Bahwa seorang harus
menjadi penduduk daerah untuk dapat mencari kerja di tempat tersebut. Keadaan yang
demikian ini sama dengan aliran tenaga kerja ke dalam dan ke luar negeri yang
penuh Indonesia dengan hambatan. Memang akhir-akhir ini makin banyak warga Indonesia
yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja wanita, di kapal pesiar, namun karena
ketatnya aturan masih lebih banyak lagi yang terpaksa harus menjadi tenaga kerja gelap di
luar negeri seperti misalnya di Malaysia. Demikian juga halnya pekerja asing di Indonesia,
tidak sedikit jumlah orang asing yang secara resmi mendapat izin bekerja di Indonesia,
namun lebih banyak lagi yang tidak resmi. Ini adalah keadaan umum hampir di semua
negara di dunia bahwa aliran masuk tenaga kerja menghadapi berbagai-bagai kendala.
3) Aliran Barang (Perdagangan)
Keadaan yang normal di masa lalu mengenai aliranbarangkeluar masuk satu
Negara ./adalah adanya berbagai hambatan tarif dan nontarif. Hal ini tidak terkecuali untuk
perekonomian Indonesia, meskipun hambatan tersebut tampaknya sudah makin
berkurangkarena berbagai negosiasi dagang yang diikuti oleh Indonesia. Aliran barang
antardaerah di dalam negeri untuk produksi nasional sering menghadapi berbagai pungutan,
entah pungutan itu dilaksanakan oleh pemerintah daerahnya atau oleh oknum tertentu. Hal
ini berkaitan dengan masalah korupsi, sehingga muncul istilah ekonomi biaya tinggi.
Bayangkan saja, misalnya, satu barang yang dihasilkan di Bali akan dikirim ke Jakarta,
berapa pos setoran yang resmi dari pemerintah daerah dan yang tidak resmi yang harus
dilalui, sehingga harga barang tersebut menjadi sangat mahal. Pungutan liar ini juga terjadi
untuk barang impor/ekspor, sehingga duane dikatakan sebagai sarang korupsi. Pemerintah
telah berkali-kali berusaha menghilangkan praktek korupsi dan pungutan liar yang
mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.
4) Interaksi Lainnya
Yang dimaksudkan di sini adalah aliran informasi karena kemajuan teknologi seperti
televisi, radio, media cetak, internet, telepon genggam, literatur, pariwisata dan sebagainya
sehingga masyarakat satu negara dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan
pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, dan dunia
menjadi satuunityang utuh. Interaksi internasional yang demikian ini rupanya tidak bisa
dibendung meskipun bukan tanpa hambatan/pengawasan pemerintah.
Jadi perekonomian Indonesia sejak semula telah berinteraksi dengan perekonomian dunia
dengan berbagai hambatan, ada yang lebih ringan seperti misalnya pada interaksi lainnya
dan investasi asing, ada juga yang hambatannya lebih berat seperti tenaga kerja dan
perdagangan barang. Namun dengan perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia,
Indonesia telah masuk dalam beberapa negosiasi ekonomi dan perdagangan baik yang
bersifat bilateral maupun multilateral yang bertujuan untuk mengurangi hambatan
perdagangan, dan malah menjadi tuan rumah pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik
(APEC) pada tahun 1994. Pada sidang APEC di Bogor tersebut Presiden Suharto
menyatakan dalam pidatonya “….suka tidak suka, siap tidak siap,….. kita harus menerima
globalisasi perdagangan/ekonomi……” Dari pidato itu sendiri sesungguhnya telah tersirat
bahwa globalisasi mengandung kebaikan dan keburukan.
5) Kebaikan Globalisasi
Dari literatur dapat dikatakan bahwa globalisasi ekonomi/perdagangan mempunyai
setidaknya 5 butir kebaikan, yakni:
a. Meningkatkan produksi global.
Pandangan ini sesuai dengan teori ‘Keuntungan Komparatif’ dari David Ricardo.
Melalui dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih
efisien, output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari
spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang
selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
b. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam satu negara.
Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara
mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen
mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat
menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
c. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri.
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap
negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
d. Meningkatkan akses akan modal dan teknologi yang lebih baik.
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinkmati oleh negara-
negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga
terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
e. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.
Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja
dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang
dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini sering kali
memerlukan modal dari bank atau pasar saham. Dana dari luar negeri terutama dari
negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat
membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
6) Keburukan Globalisasi
Globalisasi perdagangan/ekonomi sering membawa keburukan sebagai berikut:
a. Menghambat Pertumbuhan sektor industri.
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan
luarnegeriyanglebih bebas. Perkembang ini menyebabkan negara-negara berkembang
tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tinggi untuk memberikan proteksi kepada
industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdaganganluar
negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk
memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada
industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
b. Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila satu
negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berekembang. Keadaan ini dapat
memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globalisasi terhadap
neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri
cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan
aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasikeluarnegeri semakin meningkat.
Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.
Sektor keuangan semakin tidak stabil. Salah satu efek penting dari globalisasi
adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini
terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham
sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah baik
dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar
saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri neraca pembayaran
cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot.
Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada
kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal
yang dinyatakan di atas berlaku dalam satu negara, maka dalam jangka pendek
pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan
yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional
dan kesempatan kerja akan bertumbuh dengan lambat dan masalah pengangguran tidak
dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi
menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang satu
negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi
masyarakat semakin bertambah buruk.
Banyak orang yang lebih menekankan pada kebaikan dan banyak juga orang yang
lebih menekankankeburukan dari globalisasi ekonomi/perdagangan. Tidak sedikit orang
yang menganggap globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-
negara adikuasa sehingga mereka memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya.
Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang
paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu
bersaing. Untuk Indonesia pandangan yang negatif ini sesungguhnya telah sejak
kemerdekaan. Ketika itu Presiden Sukarno selalu mengumandangkan bahwa Indonesia
adalah anti penjajahan, anti kolonialisme, anti liberalisme, dan anti neoliberalisme yang
dalam bentuk modernnya tidak lain dari pada penjajahan gaya baru yakni penjajahan
lewat penguasaan ekonomi, yang dalam bentuknya sekarang disebut sebagai globalisasi
ekonomi/perdagangan dan liberalisasi di bidang lain. Kenyataan bahwa pada tahun
1957/58 nasionalisasi perusahaan swasta asing (terutama telah dilaksanakan perusahaan
milik swasta asing Belanda) di Indonesia mungkin sebagian karena pandangan anti
kapitalisme tersebut sehingga mendapat dukungan dari masyarakat, dan, sudah tentu,
juga karena alasan lain. Namun tidak lama setelah itu, Sukarno jatuh di oleh Suharto.
Presiden Suharto malah mengundangkan UUPMA (Undang undang Penanaman
Modal Asing) pada tahun 1971, yang berarti mengundang pengusaha asing untuk di
Indonesia. Tidak cuma pengusaha swasta asing yang berdatangan seperti McDonald,
KFC, perusahaan-perusahaan Eropa, Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat,
Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris dan banyak lagi, tetapi juga bank-
bank asing diperkenankan beroperasi di Indonesia. Perusahaan besar domestik
diperkenankan langsung meminjam dari dana luar negeri. Disamping itu, dana dari
Bank Dunia dan IMF dan lembaga donor lainnya mengalir ke sektor Pemerintah.
Keadaan yang demikian ini, sampai batas tertentu, masih berlaku sampai sekarang dan
barangkali masih terus berjalan untuk masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai