Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENGENDALIAN PROSES

Nama : Vivian Putri Tiyanandari


Npm : 3335170041

Tugas :
Cari gambar tentang alat-alat control (temperature, pressure, flow dan level) dan cara kerjanya.

1. Temperatur Control

A. Termokopel

Berasal dari kata “Thermo” yang berarti energi panas dan “Couple”yang berarti
pertemuan dari dua buah benda. Termokopel adalah transduser aktif suhu yang tersusun dari dua
buah logam berbeda dengan titik pembacaan pada pertemuan kedua logam dan titik yang lain
sebagai outputnya.

Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu
dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase). Termokopel yang sederhana dapat
dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur
dalam jangkauan suhu yang cukup antara -200oC sampai 1800oC dengan batas kesalahan
pengukuran kurang dari 1 °C.
Prinsip kerja termokopel secara sederhana berupa dua buah kabel dari jenis logam yang
berbeda ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik penyatuan ini disebut hot
junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan antara tegangan (volt) dengan
temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu memiliki tegangan tertentu pula. Pada
temperatur yang sama, logam A memiliki tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah
perbedaan tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat dideteksi.

Hubungan antara tegangan dan pengaruhnya terhadap suhu masing-masing titik pertemuan
dua buah kawat adalah linear. Walaupun begitu, untuk perubahan suhu yang sangat kecil,
tegangan pun akan terpengaruh secara linear, atau dirumuskan sebagai berikut : (National
Instrument , Application Note 043)

dengan ΔV adalah perubahan tegangan, S adalah koefisien seebeck, dan ΔT adalah perubahan
suhu. Nilai S akan berubah dengan perubahan suhu, yang berdampak pada nilai keluaran berupa
tegangan termokopel tersebut, dan nilai S akan bersifat non-linear di atas rentang tegangan dari
termokopel tersebut.

B. Resistance Temperature Detector (Sensor RTD)

RTD yang merupakan singkatan dari Resistance Temperature Detector adalah sensor
suhu yang pengukurannya menggunakan prinsip perubahan resistansi atau hambatan listrik
logam yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. RTD adalah salah satu sensor suhu yang paling
banyak digunakan dalam otomatisasi dan proses kontrol.
Pada tipe elemen wire-wound atau tipe standar, RTD terbuat dari kawat yang tahan korosi
umumnya adalah platina bisa juga tembaga dan nikel, yang dililitkan pada bahan keramik atau
kaca, yang kemudian ditutup dengan selubung probe sebagai pelindung. Selubung probe ini
biasanya terbuat dari logam inconel (logam dari paduan besi, chrom, dan nikel). Inconel dipilih
sebagai selubung dari RTD karena tahan korosi dan Ketika ditempatkan dalam medium cair atau
gas, selubung inconel cepat dalam mencapai suhu medium tersebut. Antara kawat RTD dan
selubung juga terdapat keramik (porselen isolator) sebagai pencegah hubung pendek antara
kawat platina dan selubung pelindung. Perhatikan gambar dibawah ini.

Prinsip Kerja RTD adalah Ketika suhu elemen RTD meningkat, maka resistansi elemen
tersebut juga akan meningkat. Dengan kata lain, kenaikan suhu logam yang menjadi elemen
resistor RTD berbanding lurus dengan resistansinya. elemen RTD biasanya ditentukan sesuai
dengan resistansi mereka dalam ohm pada nol derajat celcius (0⁰ C). Spesifikasi RTD yang
paling umum adalah 100 Ω (RTD PT100), yang berarti bahwa pada suhu 0⁰ C, elemen RTD
harus menunjukkan nilai resistansi 100 Ω.

C.Thermistor (Sensor Termistor)

Termistor atau tahanan thermal adalah komponen semikonduktor yang memiliki karakter sebagai
tahanan dengan koefisien tahanan temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Ada 2 jenis
termistor yang sering kita jumpai dalam perangkat elektronika yaitu NTC (Negative Thermal
Coefficient) dan PTC (Positive Thermal Coefficient).

Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam yang diendapkan seperti: mangan (Mn),
nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe) dan uranium (U). Rangkuman tahanannya adalah
dari 0,5 W sampai 75 W dan tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ukuran paling kecil
berbentuk manik-manik (beads) dengan diameter 0,15 mm sampai 1,25 mm, bentuk piringan
(disk) atau cincin (washer) dengan ukuran 2,5 mm sampai 25 mm. Cincin-cincin dapat
ditumpukan dan di tempatkan secara seri atau paralel guna memperbesar disipasi daya.

Prinsip kerja dari thermistor PTC dan NTC yaitu :


 Termistor NTC : jenis NTC memiliki nilai resistansi yang akan menurun jika suhu yang
bekerja padanya meningkat atau bertambah panas. Semakin tinggi suhu, maka arus yang
didapat melalui resistor ini justru akan semakin besar.
 Termistor PTC : jenis PTC memiliki nilai resistansi yang akan meningkat jika suhu yang
bekerja padanya menurun atau berkurang panasnya. Semakin tinggi suhu, maka arus
yang didapat melalui resistor ini justru akan semakin kecil.

2. Pressure Control
I. Pneumatic transmitter

Cara kerja adalah jika tekana input pada meter body naik, maka pada batang torsi (torque rod)
akan terjadi kenaikan torsi. Primary beam yang dihubungkan langsung ke batang torsi
mengakibatkan buffle (flapper) menutup nozzle. Pada nozzle terjadi tekanan balik, tekanan balik
dari nozzle ini diperkuat oleh amplifier (pilot relay) dan relay output akan mengirimkan sinyal
yang telah diperkuat ke receiver (receiver bellows) ataupun instrument lainnya berupa optional
external devices. Dalam waktu yang sama, tekanan balik ini juga masuk ke feedback capsul.
Kenaikan tekanan output dalam feedback capsul memberikan gaya feedback ke secondary beam,
dan melalui span rider, gaya tersebut menekan primary beam untuk menggerakkan buffle
menjauhi nozzle. Dalam umpan balik loop tertutup akan terjadi gaya perlawanan untuk
menghambat / melawan gaya akibat tekanan balik dari nozzle. Pada akhirnya tekanan sinyal
output akan sebanding dengan nilai proses variable yang diukur.

II. Electric transmitter

Transmitter elektronik juga mempunyai mekanisme umpan balik pada


sistemkeseimbangan gaya untuk mendapatkan ketelitian dan stabilitas yang tinggi. Sistem ini
menjaga tetap suatu keseimbangan gaya antara input dan output. Input sinyal atau variable proses
dirubah kedalam suatu gaya melalui input transfer element, output sinyal listrik juga suatu gaya
akibat dari feedback transfer element. Output akan berubah, yang disebabkan berubahnya beban,
akibatnya keseimbangan dari mekanisme transmitter akan berubah. Jika hal ini terjadi, maka
system akan menjadi seimbang kembali melalui mekanisme umpan balik sebagaimana elemen
detektor mendeteksi terjadinya kesalahan. Setiap transfer element mempunyai karakteristik yang
linear dan oleh karena itu output juga linear dan seimbang dengan sinyal input.

3. Flow Control
A. Tipe Oriffic
Sensor aliran Orifice Plate merupakan salah satu jenis sensor yang digunakan
untuk mengukur aliran fluida dengan konsep pengukuran perbedaan tekanan. Alat
ukur dengan Sensor Aliran Orifice Plate terdiri dari pipa dimana dibagian
dalamnya diberi pelat berlubang lebih kecil dari ukuran diameter pipa.

Prinsip Kerja :
Orifice merupakan alat untuk mengukur laju aliran dengan prinsip beda tekanan atau
disebut juga Bernoulli’s principle yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara tekanan
fluida dan kecepatan fuida. Jika kecepatan meningkat, tekanan akan menurun begitu pula
sebaliknya.
Pada dasarnya orifice berupa plat tipis dengan lubang di bagian tertentu (umumnya di tengah).
Fluida yang mengalir melalui pipa ketika sampai pada orifice akan dipaksa untuk melewati
lubang pada orifice. Hal itu menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan dan tekanan. Titik
dimana terjadi kecepatan maksimum dan tekanan minimum disebut vena contracta. Setelah
melewati vena contracta kecepatan dan tekanan akan mengalami perubahan lagi. Dengan
mengetahui perbedaan tekanan pada pipa normal dan tekanan pada vena contracta, laju aliran
volume dan laju aliran massa dapat diperoleh dengan persamaan Bernoulli.

Bentuk fisik orrific plate :

B. Vortex
Vortex Flowmeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur laju aliran
atau jumlah suatu fluida yang bergerak menurut kecepatan alirannya. Alat ini merupakan
perangkat pengukuran arus yang paling sesuai untuk pengukuran aliran dimana pengenalan
komponen bergerak mendeteksi masalah. Aplikasinya adalah persediaan air, sirkulasi
industri, pengolahan limbah, minyak, reagen kimia, udara tekan, uap jenuh atau panas, gas
alam dan media lainnya.

Peralatan flow meter vortex membutuhkan jenis aliran yang baik dan simetris,
bebas dari distorsi untuk memberikan nilai akurasi yang baik dalam pembacaannya.
Beberapa hal yang mempengaruhi untuk mendapatkan nilai akurasi dari flow meter vortex, salah
satunya adalah masalah jarak penempatan peralatan ini terhadap sumber turbulensi.
Prinsip kerja vortex flowmeter adalah dengan menempatkan batang vortex
(shedder bar) ditengah tengah dari flow tube dari flowmeter. Pada saat ada aliran fluida yang
mengenai batang vortex akan terbentuk gelombang vortex yang proporsional dengan flow
rate (laju aliran) dari fluida tersebut. Frekuensi yang dihasilkan oleh gelombang vortex
tersebut dideteksi oleh sensor piezo electric. Frekuensi yang dihasilkan proporsional dengan
velocity (kecepatan aliran), yang apabila dibagi dengan luas area akan mendapatkan
volumetric flowrate (volume).

C. Rotameter
Rotameter adalah alat yang pakai untuk mengukur laju aliran volumetrik fluida dalam
tabung tertutup, itu milik kelas meter area variabel yang mengukur laju aliran dengan
membiarkan luas penampang yang di lalui fluida berubah – ubah, menyebabkan efek yang dapat
diukur. Terdiri dari tabung meruncing biasanya terbuat dari kaca dengan pelampung (berat
berbentuk, terbuat dari aluminium andized atau keramik),
Didalam yang di dorong oleh gaya seret aliran dan ditarik kebawah oleh gravitasi. Gaya drag
untuk penampang fluida dan float yang diberikan adalah fungsi dari kecepatan aliran yang hanya
kuadrat lihat persamaan drag. Laju aliran volumetrik yang lebih tinggi melalui area tertentu
meningkatkan kecepatan aliran dan gaya hambat, sehingga float akan di dorong keatas.
Namun, karena bagian dalam rotameter berbentuk kerucut (melebar), Area di sekitar float
yang melaluinya aliran medium meningkat,kecepatan aliran dan gaya hambat menurun hingga
ada keseimbangan mekanis dengan bobot float.

Prinsip Kerja : Rotameter terdiridari tabung vertikal dengan lubang gerak di mana
kedudukan pelampung dianggap vertical sesuai dengan laju aliran melalui tabung. Untuk
laju aliran yang diketahui, pelampung tetap stasioner karena gaya vertical dari tekanan
diferensial, gravitasi, kekentalan, dan gaya-apung akan berimbang. Jadi kemampuan
menyeimbangkan diri dari pelampung yang digantung dengan kawat dan tergantung pada
luas dapat ditentukan.

Gaya kebawah (gravitasi dikurangi gaya apung) adalah konstan dan demikian pula gaya
keatas (penurunan tekanan dikalikan luas pelampung) juga harus konstan.
4. Level Control
 Closed system
Dalam sistem kontrol loop terbuka ketika kita memulai pompa, kita tidak dapat melihat status
level tangki tetapi dalam kontrol loop tertutup, kita memiliki status level tangki dan jika level
tangki berada di bawah, sakelar yang berada dibawah bekerja dan pompa akan memulai
membuka pompa. Dalam kasus kedua jika level tangki naik tinggi maka tangki bagian atas akan
bekerja dan menghentikan pompa secara otomatis.

 Open system
Dalam system level control terbuka ketika kita memulai proses, pompa akan terbuka
dan terus mengisi cairan didalam tangki. Pada suatu waktu air didalam tangki akan meluap dan
pompa tidak berhenti untuk mengisi tangki. Dikontrol loop terbuka tidak memiliki umpan balik
terhadap apa yang sedang terjadi dalam proses. Untuk menghentikan proses pengisian tangki,
maka dibutuhkan satu orang untuk menghentikannya secara manual. Ketika saklar level telah
menyala maka orang tersebut harus menghentikannya secara manual dan ketika saklar levelnya
tidak menyala maka proses pengisian air masih berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai