Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Latar Belakang

Pada masa ini, desa dijadikan ujung tombak pembangunan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Terlebih semenjak presiden Joko Widodo menjabat, desa lebih diberi ruang
untuk mengatur urusan emerintah dan kepentingan masyarakat setempat. Hal ini diperkuat
dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Dengan adanya
UU tersebut semakin memperkuat posisi desa sebagai penyelenggara urusan
pemerintahannya sendiri sehingga desa diberikan dukungan materiil berupa dana desa.

Salah satu tujuan program Dana Desa yaitu memajukan perekonomian desa. Tujuan ini
diuraikan pada buku saku dana desa yang diterbitkan oleh Kementrian Keuangan. Namun
pada kenyataannya, tujuan ini belum terrealisasi secara optimal. Hal ini karena prioritas
pemerintah desa adalah mengelola pembangunan fisik seperti infrastruktur jalan, sarana dan
prasarana, serta fasilitas umum.

Fenomena ini terjadi hampir di seluruh desa yang berada di Banyumas, tidak terkecuali di
Desa Beji, Kecamatan Kedungbanteng. Dalam pelaksanaanya, Desa Beji hanya
memfokuskan pada pembangunan fisik saja seperti pembangunan jalan dan drainase untuk
pengairan sawah warga. Sedangkan aspek-aspek pemberdayaan masyarakat kurang
diperhatikan terlebih komoditas utama Desa Beji yaitu di sektor budidaya perikanan. Ikan
gurami merupakan komoditas yang paling dikembangkan dalam sektor budidaya perikanan
ini. Ikan gurami sebagai produk andalan justru tidak dikelola dengan optimal karena
kurangnya dukungan dari pemerintah desa. Dukungan yang dimaksud adalah dukungan moril
dan dukungan materiil. Dukungan moril dapat diberikan dengan cara memberi pelatihan,
sedangkan dukungan materiil dapat diberikan dalam bentuk dana. Sebagai imbasnya,
produksi ikan gurami kian lama kian menurun. Desa Beji yang dikenal sebagai Desa Sentra
Industri Ikan Gurami dikhawatirkan akan kehilangan namanya di kancah nasional.
Apa yang ada dalam pikiran anda tentang desa? Seperti yang kita ketahui, banyak sekali
daerah di indonesia yang mengalami kesenjangan antara desa dan kota. Desa dianggap
sebagai daerah primitif yang hanya diperas sumber dayanya untuk melayani permintaan
masyarakat kota. Desa yang tiap tahun ditinggalkan pemudanya hanya karena untuk mencari
hingar bingar di kota. Desa yang kian lama hanya sekedar menjadi tempat transit manusia
yang kadang bosan akan kehidupan kota. Realitas semacam ini sudah sangat lumrah terjadi di
indonesia bukan?

Pemerintah saat ini adalah pemerintah yang berusaha merubah image desa yang terlanjur
dikenal buruk oleh masyarakat. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, salah satunya
dengan peluncuran dana desa. Dana Desa berasal dari dana APBN yang diperuntukkan bagi
Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk pelaksanaan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.Adanya dana desa ini diharapkan
kesenjangan kota dengan desa akan semakin berkurang. Kemandirian masyarakat dalam
mengembangkan perekonomian menjadi tujuan yang diidam-idamkan oleh pemerintah pusat.
Kuantitas anggaran dana desa pun selalu meningkat tiap tahun demi menunjukkan komitmen
pemerintah untuk mengurangi kesenjangan yang sudah mengakar sampai saat ini.
Ditunjukkan dengan statistik besaran anggaran dana desa, yaitu ± Rp 280 juta/desa tahun
2015, ± Rp 628 juta/desa tahun 2016, ±800 juta tahun 2017, dan ± Rp 863 juta/desa tahun
2018.

Dana desa diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dana Desa
dihitung berdasarkan jumlah Desa dan dialokasikan berdasarkan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis. Dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 pasal 72 ayat 1 dijelaskan bahwa alokasi dana desa bersumber dari dana
perimbangan kabupaten/kota. Dalam buku saku dana desa yang diterbitkan oleh Kemenkeu
menyebutkan bahwa dana desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel,
partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran sehingga mencegah
penyelewengan dari pemerintah desa.

Pelaksanaan program dana desa juga terdapat pada Desa Beji kecamatan kedungbanteng
kabupaten Banyumas.desa beji memiliki luas 241 hektar dan merupakan desa dengan
populasi terbanyak di kecamatan kedungbanteng. Mayoritas matapencaharian masyarakatnya
adalah PNS, Buruh, dan karyawan.
Desa beji dikenal juga sebagai desa mina yang terkenal dengan sentra budidaya sektor
perikanan, ikan gurami khususnya. Sentra budidaya ini sudah terkenal dalam cakupan kancah
nasional. Banyak prestasi dan penghargaan yang telah diperoleh desa beji. Sebagai desa
sentra industri pembibitan ikan gurami di Banyumas, desa beji sendiri ditunjang dengan
lingkungan yang memadai , suhu udara yang sejuk, serta sumber air yang cukup untuk
pengelolaan pembibitan ikan gurami. Tak heran jika industri ini masih dapat bertahan sampai
saat ini secara turun-temurun.

Desa yang mayoritas beragama Islam ini punya alasan tersendiri mengembangkan ikan
gurami sebagai komoditas ikan air tawar yang mereka kelola, yaitu karena..... desa beji pun
tidak main-main dalam mengembangkan pembibitan ikan gurami, karena hingga saat ini telah
terbentuk sekitar empat belas paguyuban yang dikenal dengan sebutan Pokdakan. Pokdakan
itu sendiri merupakan singkatan dari Kelompok Budidaya Ikan. Dari ke-14 Pokdakan ini,
tersebar dalam dua dusun, yaitu sebanyak 12 Pokdakan di dusun 1 dan terdapat 2 Pokdakan
di dusun 2. Sudah banyak kolam yang saat ini dikelola oleh orang-perorangan maupun oleh
Pokdakan itu sendiri.

Pasar ikan pun sudah dibangun di desa ini sebagai sarana pemasaran ikan. Tidak hanya ikan
gurami, ikan lainnya pun tersedia dalam pasar ini, seperti ikan mas, lele, mujair dan lain
sebagainya. Para pedagang ikan di pasar ini biasa mendapatkan pasokan ikan dari petani lokal
sehingga tidak perlu susah payah mencarinya dan dapat untuk menekan biaya modal dalam
memasok ikan. Di sana pun sudah disediakan ruko disamping pasar untuk berjualan warga
denagn sewa ruko sebesar Rp 15 juta/10 tahun.

Untuk menunjang perekonomian desanya, desa beji menggunakan dana desanya untuk
pembangunan infrastruktur, seperti jalan setapak di persawahan dan pembuatan irigasi.
Sektor-sektor vital lainnya misalnya sektor pendidikan, sektor kesehatan, dan sektor
peningkatan kapasitas aparatur desa juga tidak luput dari perhatian pemerintah desa.
Sehingga nantinya dengan dana desa yang terbatas tersebut masih dapat dikembangkan dan
menjangkau bidang-bidang yang sangat berarti perannya dalam kehidupan bermasyarakat di
desa. Dari anggaran sebesar Rp 1,2 milyar, Rincian alokasi dana desa digunakan untuk;
Pendidikan sebanyak Rp 24 Juta: Kesehatan sebanyak Rp 269 Juta; Peningkatan kapasitas
aparatur desa sebesar 11 juta.
Pelaksanaan program dana desa tentu bukan tanpa kendala. Banyak masalah yang terjadi
mulai dari masalah yang dikeluhkan warga desa. Khususnya banyak keluhan dari Kelompok
Budidaya Ikan (Pokdakan). Mereka mengeluhkan tidak adanya bantuan secara langsung
untuk kelompoknya dalam mengelola budidaya perikanan. Terkait budidaya perikanan,
bantuan yang diberikan hanya berupa fasilitas umum yang tidak berdampak signifikan untuk
Pokdakan. Bantuan pembangunan sarana dan prasarana seperti penambahan lahan kolam
untuk budidaya ikan adalah salah satu contohnya. Selaim itu, bantuan yang diberikan berupa
fasilitas umum seperti pembangunan pasar ikan. Bantuan-bantuan tersebut memang berguna
bagi kemaslahatan banyak orang, namun sangat sedikit pengaruhnya untuk Pokdakan itu
sendiri.

Kurangnya bantuan secara langsung untuk Pokdakan dikarenakan desa memprioritaskan dana
desa untuk pembangunan fisik. Hal ini patut dipertanyakan karena program dana desa sendiri
telah berjalan selama lima tahun, tetapi masalah mendasar seperti pembangunan infrastruktur
belum juga selesai. Akibat dari kurang optimalnya pelaksanaan program dana desa adalah
terbengkalainya upaya untuk pemberdayaan masyarakat desa.

Bukti nyatanya dapat dilihat dari (((ntar ceritain yg pengolahan ikan gurami nanggung Cuma
sampe pembibitan doang padahal kalo SDM nya punya skill bisa menghasilkan uang lebih
banyak karena ikan olahan lebih mahal ga sih? Iya kan?))) (((nah SDM nya kurang skill tu ya
gara2 gada pelatihan------ntar disambungin ke kurang optimalnya desa dalam upaya
pemberdayaan masy)))

Anda mungkin juga menyukai