Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL BOOK REPORT

MK.PSIKOLOGI PENDIDIKAN

CRITICAL BOOK REPORT

PENGANTAR ILMU BAHASA

SKOR NILAI:

JUDUL BUKU : PENGANTAR PSIKOLOGI INTELEGENSI

NAMA PENGARANG : Dr.Saifuddin Azwar,M.A.

PENERBIT/TAHUN TERBIT/JUMLAH HALAMAN : PUSTAKA PELAJAR/2017/184

NAMA MAHASISWA : SRI YULIANA S

NIM/PRODI : 2181111024/PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang berkuasa atas
seluruh alam semesta, karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya jugalah maka Critical Book
Report mata kuliah Psikologi Pendidikan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini saya sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu selesainya pembuatan Critical Book Report ini.Saya menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat jauh dari
sempurna.Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi sempurnanya makalah ini.

Saya berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua.Semoga Tuhan yang Maha Esa mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua.

Medan, Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………1

A. LATAR BELAKANG PENULISAN CBR…...……………………………….1


B. TUJUAN PENULISAN CBR………………………………………………….1
C. MANFAAT CBR………………………………………………………………1

BAB II ISI BUKU.......................………………………………………………………….2-9

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………..10

A.KEUNGGULAN BUKU…………………………………………………………10

B.KELEMAHAN BUKU…………………………………………………………...10

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………...11

A.KESIMPULAN…………………………………………………………………...11

B.SARAN……………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG PENULISAN CBR


Melakukan Critical Book Report pada suatu buku sangat penting untuk dilakukan dari
kegiatan ini kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku.Dari mengkritik inilah
kita juga mendapatkan informasi yang kompeten dengan cara merangkum bab yang terdapat pada
buku tersebut.

B.TUJUAN PENULISAN CBR


1.Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
2.Mengulas isi sebuah buku
3.Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku
4.Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab dari
buku Psikologi Intelegensi.

C.MANFAAT CBR
Manfaat yang dapat saya simpulkan pada hal diatas ialah:
i. Menambah wawasan pengetahuan tentang psikologi intelegensi
ii. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi dengan
ringkasan buku , pembahasan isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku tersebut

1
BAB II
ISI BUKU

BAB I INTELEGENSI : DEFENISI DAN TEORI


Andrew Crider mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik,gampang untuk diukur
tapi hampir mustahil untuk didefenisikan (Crider,dkk.1983).Kata kata ini memang benar.Tes
intelegensi sudah dibuat orang sejak delapan dekade yang lalu,akan tetapi sejauh ini belum ada
defenisi intelegensi yang dapat diterima secara universal.Pada akhirnya perkembangan faham
dalam psikologi selanjutnya menggeser pandangan yang bersifat fisikal seperti itu kearah
pandangan yang lebih bersifat mentalistis.Hal itu tampak dalam beberapa defenisi inetelegensi
sebagaiaman dirumuskan oleh para ahli seperti yaitu :
1.Alfred Binet bersama Theodore Simon mendefenisikan intelegensi terdiri atas tiga komponen
yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran,kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila
tindakan tersebut telah dilaksanakan,dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri
2.Ditahun 1916 Lewis Madison Terman mendefeniskan intelegensi secara abstrak sedangkan
H.H.Goddard pada tahun 1946 mendefenisikan intelegesi sebagai tingkat kemampuan pengalaman
seseorang untuk menyelesaikan masalah masalah yang langsung dihadapi dan untuk
mengantisipasi masalah masalah yang akan datang
3.V.A.C.Henmon mengatakan bahwa intelegensi terdiri atas dua macam factor yaitu kemampuan
untuk memperoleh pengetahuan,dan pengetahuan yang telah diperoleh
4.Edward Lee Thorndike(1913) mengatakan bahwa inetelegensi adalah kemampuan dalam
memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta
5.Di tahun 1941,George D.Stoddard menyebut intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk
memahami masalah masalah yang bercirikan mengandung
kesukaran,kompleks,abstrak,ekonomis,diarahkan pada suatu tujuan,mempunyai nilai
social,berasal dari sumbernya
6.Walters dan Gardner (1986) mendefeniikan intelegensi sebagai suatu kemampuan kemampuan
yang memnugkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagi konsekuensi eksistensi
suatu budaya tertentu(Stenberg&Frensch,1990).
2
Sehingga dapat disimpulkan dari batasan batasan para ahli diatas ternyata banyak selaras
dengan konsepsi orang awam.Hal itu ditunjukkan oleh penelitian Robert J.Stenberg tentang
bagaimana pengertian orang kebanyakan tentang intelegensi dimana ia mengambil 61 sampel
mahasiswa,63 orang yang kebetulan sedang menunggu kereta api dan 62 orang yang sedang
berbelanja di pasar raya.Dalam kesimpulannya bahwa konsepsi orang awam mengenai intelegensi
mencakup tiga faktor kemampuan utama yaitu kemampuan memecahkan masalah praktis yang
berciri utama adanya kemampuan berpikir logis,kemampuan verbal yang berciri utama adanya
kecakapan yang jelas dan lancar,dan kompetensi sosial yang berciri utama adanya kemampuan
untuk menerima orang lain sebagaimana adanya.
Menurut sudut pandang mengenai faktor yang mempengaruhi elemen intelegensi maka
teori intelegensi dapat digolongkan dalam paling tidak tiga golongan.Penggolongan pertama
adalah teori yang berorientasi pada faktor tunggal,golongan kedua berorientasi pada dua faktor
dan golongan ketiga berorientasi pada faktor ganda.Terdapat salah satu tokoh yang menggunakan
golongan pertama dalam teori intelegensi.Tokoh tersebut bernama Alfred Binet.Menurut Alfred
Binet,Intelegensi menggambarkan intelegensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga
memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar
suatu kriteria tertentu.Jadi untuk melihat apakah seseorang itu intelejen atau tidak,dapat diamati
dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan kemampuannya untuk
mengubah arah tindakannya itu apabila perlu.Inilah yang dimaksudkan denagn komponen
arah,adaptasi,dan kritik dalam defenisi intelegensi.Golongan teori kedua digunakan oleh tokoh
yang bernama Charles E.Spearman.Teorinya itu mengenai kemampuan mental yang populer
dengan nama teori dua faktor (two factor theory).

Berikut adalah ilustrasi model teori Spearman mengenai kemampuan mental.

g
3 2

3
Dalam model ini,dua tes akan berkolerasi tinggi satu satu sama lain hanya bila masing masing
mengandung factor g dalam proporsi besar.Jika semakin besar korelasi suatu tes dengan g maka
akan semakin besar pula korelasinya dengan tes yang lain yang juga mengandung g.Korelasi anatar
dua tes dapat diprediksikan dari korelasi masing masing dengan factor g.

Dalam golongan teori ketiga digunakan oleh tokoh yang bernama Edward Lee
Thorndike.Thorndike adalah bapak psikologi pendidikan menggunakan aliran psikologi
fungsionalisme.Thorndike mengatakan bahwa intelegensi terdiri atas berbagai kemampuan
spesifik yang ditampilkan dalam wujud perilaku inteligen.Oleh karena itu,teorinya dikategorikan
ke dalam teori intelegensi factor ganda.Thorndike mengkarifikasikan intelegensi kedalam tiga
bentuk kemampuan yaitu kemampuan abstraksi atau kemampuan bekerja dengan menggunakan
gagasan,kemampuan mekanik atau kemampua bekerja menggunakan alat alat dan kemampuan
social atau kemampuan untuk menghadapi orang lain diseitar diri sendiri.Ketiga kemampuan ini
tidak terpisah secara eksklusif dan juga tidak selalu berkorelasi satu sama lain dalam diri
seseorang,ada orang yang sangat cakap dalam kemampuan abstraksi tetapi belum cakap dalam
bidang mekanik.Jadi,Thorndike percaya bahwa tingkat intelegens tergantung pada banyaknya
ikatan syaraf antara rangkaian stimulus dan respon dikarenakan adanya penguatan yang dialami
seseorang.

BAB II INTELLIGENCE QUOTIENT


Istilah Intelligence quotient diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun 1912 oleh
seorang ahli psikologi berkebangsaan Jerman bernama William Stern.Kemudian ketika Lewis
Madison Terman ,seorang psikologi berkebangsaan Amerika menerbitkan revisi tes binet di tahun
1916 istilah IQ mulai digunakan secara resmi.Sewaktu pertama kali digunakan secara resmi angka
IQ dihitung dari hasil tes intelegensi Binet yaitu dengan membandingkan skor tes yang diperoleh
seseorang anak dengan usia anak tersebut.Gagasan pokok dalam perumusan rasio MA/CA adalah
perbandingan relative antara usia kronologis dengan usia mentalyang telah ditentukan berdasar
rata rata skor pada kelompok usia tersebut.

4
Seseorang yang berintelegensi normal,diharapkan pada usia 5 tahun akan mencapai usia
mental 5 tahun,demkian seterusnya karena memang seperti itu batasan pengertian intelegensi
normal.Tetapi,hubungan linier seperti itu tidakla ditemui dalam kenyataanya.Setelah memasuki
usia remaja akhir,rupanya usia mental seseorang tidak lagi banyak berubah bahkan cenderung
menurun.Dengan demikian,apabila terus dilakukan perbandingan MA/CA maka angka IQ yang
diperoleh akan semakin mengecil sejalan bertambahnya usia kronologis.Dengan kata lain semakin
tua seseorang semakin bodoh.Ini adalah sesuatu yang tidak logis maka perhitungan IQ dengan
perbandingan MA dan CA tidak dapat diteruskan lagi dan digantikan dengan IQ-deviasi.
IQ-deviasi ditentukan berdasarkan besarnya norma kelompok(mean) dan dinyatakan
dalam besarnya penyimpangan (deviasi standar) dari norma kelompok tersebut.Dalam
statistika,angka yang dinyatakan dalam satuan devaisi standar disebut skor standar.IQ yang
diperoleh dari hasil tes,yang dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan klarifikasi tingkat
intelegensi,diasumsikan sebagai mengikuti suatu model distribusi angka teoritis.Distribusi angka
IQ akan mengikuti suatu model sebaran normal yang berbentuk lonceng simetris dengan harga
mean terletak di tengah sumbu,angka angka yang lebih kecil daripada mean di sebelah kiri,dan
angka angka yang lebih besar daripada mean terletak disebelah kanan.Hal itu terjadi sesuai dengan
deskripsi matematis Quatlet.Dengan demikian dapatlah dimengerti mengapa kita tidak sering
menjumpai orang orang yang mempunyai IQ sangat rendah dan tinggi.Mereka ini memang
termasuk kedalam intelegensi tidak normal atau diluar kewajaran.
Selain itu,terdapat metode untuk mempelajari perkembangan kemampuan mental
sepanjang kehidupan yaitu studi longitudinal dan studi cross sectional.Metode studi
longitudinal,pertumbuhan dan perubahan yang mungkin terjadi diikuti dan direkam dengan
pencatatan hasil pengamatan pada subjek tertentu saja.Oleh karena iti,biasanya metode ini hanya
dapat dilakukan dengan menggunakan subjek yang jumlahnya tidak banyak dan pelaksanaanya
memakan waktu yang lama.Sedangkan metode cross sectional,waktu studi yang diperlukan akan
menjadi lebih singkat dikarenakan perekaman dan pengukuran hanya dilakukan pada kelompok
kelompok subjek yang mewakili periode kehidupan yang berbeda.

5
BAB III FAKTOR BAWAAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN

Pada masa kini yang menjadi pokok perdebatan ialah faktor manakah yang lebih
menentukan terjadinya perbedaan intelegensi individu yang satu dari individu yang lainnya,apakah
faktor bawaan yang diwariskan berdasar keturunan ataukah faktor lingkungan yang dipelajari oleh
individu.Dimana faktor bawaan yang disebut juga faktor keturunan atau faktor herediter,adalah
faktor-faktor yang menjadi penyebab mengapa ikan berenang,burung terbang,sapi berkaki
empat,harimau makan daging,dan sebagaimananya.Hal yang sama menentukan mengapa ada
manusia yang bermata biru,ada yang pendek,ada yang berkuit putih.Faktor herediter menentukan
batas dan kemungkinan apa yang terjadi pada organisme dalam lingkungan kehidupannya.

Selain itu,pengaruh lingkungan juga semakin penting dan besar pada saat seteleh
kelahiran.Proses yang paling berpengaruh setelah masa kelahiran adalah proses belajar yang
menyebabkan perilaku individu satu dengan yang lainnya.Faktor lingkungan baik lewat proses
belajar,pengaruh budaya juga secara tidak langsung mempengaruhi individu.Standar dan norma
sosial yang berlaku pada suatu kelompok budaya tempat individu berada akan menentukan apa
yang benar dan apa yang salah,apa yang dianggap baik dan buruk.Norma inilah yang menjadi
acuan individu dalam berfikir dan berperilaku.Sehingga Komorita dkk.(1967) menyimpulkan
secara umum mengenai efek hereditas dan lingkungan terhadap sifat manusia,termasuk
intelegensi,yaitu hereditas yang menetapkan batas perkembangan yang dapat dilakukakan oleh
lingkungan,lingkungan dapat memodifikasi efek hereditas,tidak ada satupun karakteristik atau
perilaku yang tidak ditentukan bersama oleh faktor lingkungan dan faktor keturunan,ada beberapa
macam karakteristik yang lebih dipengaruhi oleh salah satu diantara faktor hereditas dan faktor
keturunan.

6
BAB IV PENGUKURAN INTELEGENSI

Terdapat beberapa tes intelegensi populer yaitu :

a.Stanford-Binet Intelligence Scale

Tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai dari Usia-II sampai dengan
Usia Dewasa-Superior.Diantara Usia-II dan Usia-IV tesnya meningkat dengan interval setengah
tahunan sehingga terdapat tes untuk level Usia-II,untuk level Usia-II-6,untuk level Usia-III,untuk
level Usia-III-6,dan seterusnya.Diantara Usia-V dan Usia-XIV,level usia meningkat dengan
interval satu tahunan.Level level selanjutnya dimaksudkan sebagai level Dewasa.Rata-rata dan
level Dewasa-Superior I,II,dan III.Skala ini tidak cocok untuk dikenakanpada orang deasa
sekalipun terdapat level usia dewasa superior dalam tesnya,karena level tersebut merupakan level
intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh
anak-anak.IQ yang dihasilkan oleh skala ini merupakan IQ-deviasi yang mempunyai rata-rata
sebesar 100 dan deviasi standar sebesar 16.

b.The Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised(WISC-R)

WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diataranta digunakan hanya sebagai persediaan apabila
diperlukan penggantian subtes.Keduabelas subtes tersebut dikelompokkan menjadi daua
golongan,yaitu skala verbal dan skala performansi.Keunikannya adalah urutan penyajian
subtesnya selain itu keunikan lainnya adalah WISC-R diperoleh rata-rata IQ yang sangat mirip
dengan IQ Stanford-Binet versi 1972.Pemberian skor pada subtes WISC-R didasarkan atas
kebenaran jawaban dan waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban yang
benar.

c.The Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised(WAIS-R)

Skala ini terdiri atas sebelas subtes yang dimaksudkan untuk mengukur berbagai macam
kemampuan yang berbeda pada setiap subtesnya.

7
Selain itu,juga terdapat berbagai pendapat keliru mengenai tes inteligensi yaitu denagn
adanya tes intelegensi mengukur kemampuan bawaab,prediksi dari hasil tel intelegensi tentu
akurat,skor intelegensi sangat reliable,tes intelegensi dapat mengungkapkan semua informasi
mengenai kompetensi potensiak dan actual yang dimiliki siswa dan kemampuannya sebagai
manusia.

BAB V EKSEPSIONALITAS INTELEGENSI

Intelegensi manusia dapat digolongkan secara tradisional kedalam golongan normal dan
golongan tidak normal atau luar biasa atau yang disebut juga golongan eksepsional.Normalitas
dapat dipandang dari segi statistika dan segi situasi yaitu norma situasi dan kondisi tertentu sesuai
dengan waktu dan tempat.Eksepsionalitas dalam intelegensi dapat mengambil salah satu dari dau
bentuk yaitu bekemampuan superior atau istimewa dan lemah mental atau mental terhambat.
Dalam menentukan kemampuan mental superior tentu saja terdapat batasan tunggal yang dapat
disepakati oleh semua pihak tidak mudah untuk dirumuskan dan mungkin juga tidak
diperlukan.Adalah lebih berguna menetapkan batasan intelegensi superior itu bila dikaitkan
dengan tujuan praktis penggolongan tersebut.Misalnya,identifikasi intelegensi superior untuk
keperluan data statistic mungkin akan berbeda kriterianya dari indetifikasi intelegensi superior
untuk keperluan penyelenggaraan kelas khusus,dll.Bila satu sisi terdapat kemampuan mental
superior maka pada sisi lain yang negative terdapat klasifikasi kondisi mental atau intelegensi
yang sangat rendah atau disebut dengan kemampuan mental subnormal.Intelegensi subnormal
terbagi atas dua macam,yaitu mental terhambat atau mental terkebelakang atau lemah mental dan
cacat mental.Penderita mental terhambat biasanya tidak menunjukkan tanda tanda kelainan
fisik.Pada penderita cacat mental,kelainan ini disebabkan oleh terjadinya luka diotak,penyakit
atau kecelakaan yang menyebabkan pertumbuhan mental yang tidak normal.

8
BAB VI INTELEGENSI DAN PRESTASI BELAJAR

Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggp memegang peranan yang cukup


penting.Sebagian orang bahkan menganggap bahwa hasil tes intelegensi yang tinggi merupakan
jaminan kesuksesan dalam belajar sehingga bila terjadi kasus kegagalan belajar pada anak yang
IQ tinggi akan timbul reaksi berlebihan berupa kehilangan kepercayaan pada institusi yang
menggagalkan anak tersebut atau kehilangan kepercayaan pada pihak yang telak memberikan
diagnos IQnya.

9
BAB III

PEMBAHASAN

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

KEUNGGULAN :

1.Daftar isi buku cukup jelas karna juga menjelaskan halaman pada pada setiap bab dan subbab

2.Buku ini juga memberikan daftar gambar mengenai topik yang berkaitan dengan intelegensi
sehingga penjelasan materinya tidak monoton dan membuat pembaca lebih tertarik untuk
membacanya.

3.Buku ini memberikan daftar tabel mengenai pengukuran dan persentase intelegensi sehingga
penjelasan pada materi lebih rinci

4.Jenis kertas yang dipakai dalam buku tebal sehingga buku tidak mudah rusak.

5.Terdapat banyak referensi dalam bukunya yang dapat dilihat dihalaman kepustakaan buku
tersebut

6.Pembahasan materi jelas dan lengkap dengan disertai banyak pendapat dari para ahli.

KELEMAHAN :

1.Hanya terdapat kesimpulan umum dalam satu bab saja sehingga pembaca tidak mengetahui
rangkuman dari setiap bab.

2.Warna buku gelap dan masih terlalu sederhana sehingga kurang menarik pembaca

3.Pada subbab dituliskan dengan penjelasan saja tanpa disertai dengan contoh yang rinci

10
BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Intelegensi berarti kemampuan adaptasi dan menggunakan pengetahuan yang di miliki dalam
menghadapi berbagai masalah dalam hidup seseorang.IQ adalah hasil dari perhitungan intelegensi
seseorang.Dalam menghitung IQ menggunakan perumusan IQ-deviasi.Terdapat faktor yang
mempengaruhi intelegensi adalah faktor bawaan dan faktor lingkungan.Dalam pengukuran
intelegensi,ada beberapa tes intelegensi polpuer seperti Stanford-Binet Intelligence Scale,WISC-
R,WAIS-R,dll. Dalam intelegensi manusia juga terdapat dua golongan yaitu golongan normal dan
golongan tidak normal atau eksepsional.Dalam menentukan apakah seseorang tersebut memiliki
kemampuan normal atau superior terlihat dari penggunaan IQ.Sedangkan golongan eksepsional
atau kemampuan mental subnormal terbagi atas dua macam yaitu lemah mental dan cacat
mental.Lemah mental biasanya tidak menujukkan kelainan fisik sedangkan cacat mental
disebabkan oleh kelainan seperti luka diotakl,penyakit,dll yang menyebabkan pertumbuhan
mentalnya tidak normal.Pada umumnya juga sudah banyak orang yang berpendapat bahwa
intelegensi merupakan bekal potensial yang memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan
menghasilkan performasi yang optimal.Hal ini didukung oleh fakta bahwa lembaga-lembaga
pendidikan lebih bersedia menerima calon siswa yang menampakkan indikasi kemampuan
intelektual tinggi daripada yang tidak.

B.Saran

Menurut saya , cover buku sangatlah penting untuk menarik minat calon pembaca,ketika
calon pembaca kurang suka membaca buku , hal utama yang dilihat pembaca yang malas adalah
tampilan buku..Selain itu,sebaiknya setiap buku dalam buku diberi kesimpulan buku serta setiap
subbab diberikan contoh agar penjelasan materi yang dibuku lebih jelas,lengkap dan dapat
membuat pembaca lebih mudah memahami isi buku.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azwar,Saifuddin.2017.Pengantar Psikologi Intelegensi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

12

Anda mungkin juga menyukai