Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MAKROSOMIA (BAYI BESAR)

Kelompok 2

Delia Widarateni

Dhiya Aulia Marwa

Dina Yuliarty

Dinda Alya Maulidya

Dinda Puspita Rahardjo

Dini Khairunnisa

Elva Ambarwati

Elvira Anggraeni

Elvrida Triana Purba

Ena Dea Morlina

TINGKAT IIA

DOSEN: RITA ARIYANI S, S.ST., M.M

AKBID RSPAD GATOT SOEBROTO

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas rahmat dan karunianya kita
dapat mengenal ilmu, pengetahuan, tidak lupa kita haturkan shalawat beserta salam atas
junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad saw. Dan kami mengucapkan terimakasih
kepada ibu dosen yang telah mengajari kami ilmu yang sangat banyak, berkat ilmu itu juga kami
mampu menyelesaikan makalah ini pada waktunya.

Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Jakarta, 29 April 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makrosomia merupakan komplikasi diabetes mellitus gestasional tersering. Makrosomia didefinisikan


bayi lahir dengan berat badan ≥ 4000g. Hasil penelitian di ujung pandang dari 40 pasien diabetes
gestasional yang dipantau selama 3,5 tahun mempunyai kompliksai yang paling sering adalah terjadinya
makrosomia, hal ini mungkin karena pada umumnya diabetes mellitus gestasional didiagnosis terlambat
terutama di negara kita (Adam, 2007).

Menurut Siregar (2011) prevalensi makrosomia di dunia pada ibu diabetes mellitus gestasional adalah
50%. Diabetes mellitus gestasional yang tidak ditatalaksana dengan optimal akan menyebabkan
morbiditas pada ibu dan bayi. Kejadian makrosomia pada diabetes mellitus gestasional dengan kendali
glikemik buruk adalah 40% (Purnamasari, 2008).

Kekhawatiran utama pada pelahiran bayi makrosomia adalah distosia bahu dengan resiko penyerta
kelumpuhan pleksus brakhialis permanen. Distosia bahu terjadi jika panggul ibu berukuran cukup untuk
melahirkan kepala janin, tetapi tidak cukup besar untuk melahirkan bahu janin yang berdiameter sangat
besar (chunningham,2006).

Faktor resiko tersering penyebab bayi lahir makrosomia yaitu diabetes mellitus yang dialami ibu atau
yang sering disebut diabetes mellitus gestasional. Diabetes adalah penyulit medis yang tersering pada
kehamilan. Pasien dapat dipisahkan menjadi mereka yang diketahui mengidap diabetes sebelum hamil
(overt nyata) dan mereka yang didiagnosis saat hamil (gestasional) (Cunningham, 2006).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Bayi besar atau istilah latin dikenal makrosomia atau “giant baby ” adalah bayi raksasa yaitu bayi dengan
berat badan diatas 4000g. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih
dari 4500 gram adalah 0,4%. Kejadian sangat bervariasi antara 8 s/d 10% total kelahiran. Kasus bayi
besar dengan berat badan dibawah 5000 gram masih sering terjadi. Akan tetapi, bayi yang lahir dengan
berat ekstrim antara 6000 gram masih sangat jarang terjadi.

Menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan dytosia kalau beratnya melebihi
4500gram. Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya
bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar dapat menimbulkan inertia dan
kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar.

B. Etiologi

Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar / baby giant.

Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :

a. Diabetes Mellitus (DM)

DM mengakibatkan ibu melahirkan bayi besar (makrosomia) dengan berat badan lahir mencapai 4000-
5000 gr atau lebih. Namun bisa juga sebaliknya, bayi lahir dengan berat lahir rendah yaitu dibawah 2000-
2500 gr. Dampak yang lebih parah yaitu mungkin janin meninggal dalam kandungan karena mengalami
keracunan.

Kehamilan merupakan sesuatu keadaan diabetogenik dengan resistensi insulin yang meningkat dan
ambilan glukosa perifer yang menurun akibat hormon plasenta yang memiliki aktivitas anti-insulin.
Dengan cara ini janin dapat menerima pasoka glukosa secara kontiniu. Insidennya 3-5% dari seluruh
kehamilan.

Melalui difusi terfasilitas dalam membrane plasenta, dimana sirkulasi janinjuga ikut terjadi komposisi
sumber energy abnormal. Menyebabkan kemungkinan terjadi sebagai sumber komplikasi. Selain itu,
terjadi juga hiperinsulinanemi sehingga janin juga mengalami ganggun metabolic (hipoglikemi,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

Seorang ibu dengan riwayat sakit gula, bila hamil harus melakukan pemeriksaan laboratoriumtentang gula
darah untuk mencegah terjadinya komplikasi kematian bayi dalam rahim. Pemeriksaan kadar gula darah
sebaiknya dilakukan saat usia kehamilan 24-28 minggu, bila kadar gula darah tidak normal dengan
menggunakan suntikan hormone insulin. Karena penggunaan obat penurunan gula darah tablet tidak
dibenarka, sebab bias membahayakan bayi.

b. Keturunan ( Orangtuanya besar )

Seorang ibu hamil gemuk berisiko 4-12 kali untuk melahirkan bayi besar. Bayi besar dapat disebabkan
berat badan ibu yang berlebihan baik sebelum hamil (obesitas) maupun kenaikkannya selama hamil lebih
dari 15 kg. Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam kebidanan dan kandungan tersebut. Penelitian
melibatkan partisipasi lebih dari 40.000 wanita Amerika dan bayinya. Setelah dianalisis, diperoleh data
bahwa satu dari lima wanita mengalami peningkatan bobot berlebih semasa hamil yang membuatnya
berisiko dua kali lipat melahirkan bayi besar.

c. Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya

Apabila ibu hamil mempunyai riwayat melahirkan bayi makrosomia sebelumnya. Maka berisiko 5-10 kali
lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia dibandingkan wanita yang belum pernah
melahirkan bayi makrosomia karena umumnya berat seorang bayi yang akan lahir berikutnyabertmbah
sekitar 80 sampai 120 gr. Bayi besar atau bayi dengan berat badan lahir besar lebih dari 4000 gr dan
sering terjadi pada ibu yang telahsering melahirkan (multipara) dibandingkan dengan kehamilan pertama
(primipara).

d. Mengandung bayi dengan jenis kelamin laki-laki. Secara umum, janin laki-laki akan lebih besar
ketimbang wanita.

e. Memiliki rasa hispanik atau orang kulit putih. Orang Asia jarang sekali mengalami ini karena bentuk
tubuhnya cenderung lebih mungil.

f. Kehamilan terjadi lebih lama dan melebihi waktu lahir yang sudah ditetapkan sebelumnya.

g. Memiliki riwayat dari keluarga misal ibu atau nenek yang melahirkan bayi dengan ukuran lebih besar.
Kemungkinan besar saat hamil juga akan mengalami hal serupa.

h. Kehamilan terjadi pada usia di atas 35 tahun. Seharusnya wanita hamil sebelum usia itu agar tidak
terkena banyak sekali efek samping.

C. Tanda dan gejala

Tanda-tanda makrosomia

Makrosomia memiliki beberapa tanda yang terlihat atau bisa dirasakan. Dokter biasanya mewaspadai
kondisi ini agar komplikasi tidak terjadi.
o Ukuran perut yang bertambah besar di luar ekspektasi. Dokter biasanya sudah
memperkirakan berapa panjang dari janin. Kalau pertumbuhan terlalu besar, bisa jadi
tanda makrosomia.
o Berat badan meningkat cukup signifikan. Dokter akan langsung menyarankan ibu hamil
untuk tidak boleh makan ini dan itu kalau hal ini sampai terjadi.
o Mengetahui ukuran bayi dengan USG. Dengan melihat secara langsung, dokter akan tahu
apakah ukurannya sudah sesuai dengan usia atau memang terlalu bear sejak awal.
o Banyak memiliki cairan amniotik di dalam rahim khususnya yang menyelimuti bayi.
Cairan ini berhubungan dengan ukuran bayi, kalau ukurannya besar, artinya ukuran bayi
memang besar.

D. Pemeriksaan diagnostik

§ Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah

§ Hemoglobin (hb), hematokrit (ht).

 Komplikasi

Komplikasi akibat makrosomia

Komplikasi akibat makrosomia terdiri dari susahnya janin saat akan lahir hingga cedera yang
terjadi pada ibu dan janin. Bayi juga memiliki kemungkinan mengalami hipoglikemia sejak
dilahirkan. Obesitas sejak kecil bisa juga bisa terjadi, gangguan pernapasan, hingga yang
paling berbahaya adalah kematian bayi.
 Ibu hamil juga bisa mengalami perdarahan, kerusakan organ, trauma pasca melahirkan, dan
mengalami kematian. Mengingat risiko pada dua sisi sangat berisiko, ada baiknya kita lebih
memperhatikan masalah kesehatan ibu hamil. Nutrisi dan makanan boleh saja dikonsumsi,
tapi tetap dalam kontrol yang baik agar tidak terjadi obesitas pada bayi sejak di dalam rahim.
 Makrosomia adalah kondisi yang sangat berbahaya dan bisa terjadi pada banyak wanita
hamil. Cara termudah untuk menghindari risiko atau komplikasi akibat bayi terlalu besar
adalah melakukan pencegahan sejak dini, bahkan sejak janin baru saja tumbuh dan
melakukan implantasi di rahim.
 Penatalaksanaan Medis

Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang tumbuh, disertai dengan
faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan
dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan. Pemantauan glukosa darah ( Pada
saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila kadar glukosa ≥ 45 gr% dua
kali berturut-turut). Pemantauan elektrolit Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi Bolus glukosa
parenteral sesuai indikasi Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa
parenteral tidak efektif.

 Alasan Merujuk

Bila dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat rencana asuhan kebidanan untuk
segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah
untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.

 Masalah potensial yang akan dialami adalah:

a. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan
intracranial

b. Distosia bahu

c. Ruptur uteri

d. Robekan perineum

e. Fraktur anggota gerak

 Tindakan Selama Rujukan :

a. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah Sakit karena
bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.

b. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak diharapkan baik bagi
ibu maupun janin. Seperti : Resiko dari trauma lahir, distosia bahu, robekan perineum, dll.

c. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.

d. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik oleh tenaga
kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.

F. Penatalaksanaan medis

Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang tumbuh, disertai dengan
faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan
dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar jika
kehamilan dibiarkan hingga aterm harus diingat dan seksio sesarea efektif harus dilakukan kapan saja
persalinan pervaginam.

 Pemantauan glukosa darah


 (pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila kadar glukosa
≥ 45 gr% dua kali berturut-turut.
 Pemantauan elektrolit
 Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi
 Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi
 Hidrokortison 5 mg/kg/hari im dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak efektif.

E. Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara teratur, pengukuran tinggi
fundusuteri dan pola makan yang benar, ANC teratur, USG. Pemeriksaan besar bayi dengan USG akan
memberikan ketempatan sampai 90% sedangkan dengan pemeriksaan fisik saja misal dengan berat badan
ibu dan tinggi fundus uteri memberikan ketepatan sampai 50%.

Cara pencegahan bayi makrosomia

Kemudian dibawah ini merupakan beberapa tips cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
bayi makrosomia yang diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Rutin memeriksa kehamilan dan mengontrol gula darah.

2. Mengatur pola makan yang sehat dengan gizi seimbang.

3. Menjaga berat badan.

4. Olahraga teratur, cukup dengan olahraga ringan yang aman untuk kehamilan contohnya adalah
berenang.

Cara mencegah makrosomia

o Membatasi makanan yang masuk ke dalam tubuh. Membatasi bukan berarti hanya makan
sedikit makanan saja. Kebutuhan gizi tetap harus terpenuhi, tapi tidak boleh sampai
surplus berlebihan.
o Selalu melakukan cek berat badan setiap seminggu sekali. Dokter biasanya akan
memberikan rekomendasi kenaikan berat badan wajar. Kalau kenaikan berat badan itu
sampai melebihi, perbaiki pola makan.
o Kendalikan makanan yang terlalu manis atau mengandung karbohidrat kompleks tinggi.
Kalau sampai Anda tidak bisa mengontrolnya, kemungkinan terjadi diabetes gestasional
akan besar.
o Rutin melakukan pengecekan gula darah pada tubuh. Pengecekan ini dilakukan untuk
menurunkan risiko diabetes gestasional.
o Membuat pola makan yang sesuai. Ada baiknya Anda menggunakan ahli gizi untuk
mengatur apa saja yang boleh dan tidak boleh dimakan. Jangan mengatur semuanya
sendiri karena bisa memicu kekurangan gizi.
o Persiapan awal bisa dilakukan jauh sebelum Anda hamil. Misal meminta rekomendasi
dari dokter atau ahli gizi terkait dengan cara mencegah makrosomia.
o Melakukan olahraga ringan sangat dianjurkan. Dengan melakukan olahraga kemungkinan
tubuh mengalami surplus kalori akan rendah. Sebagian besar akan dibakar saat olahraga.

· Persalinan dengan makrosomia

Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. Kadang-kadang baru diketahui adanya janin besar
setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan his yang kuat. Periksa dalam panggul
normal, janin dengan berat badan 4000-5000 kg. Pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam
melahirkan, tapi mengingat ibu hamil dengan makrosomia mempunyai resiko besar pada saat persalinan
maka lebih baik melahirkan dengan operasi sesar.

Persalinan dengan makrosomia

Persalinan dengan kondisi bayi cukup besar di dalam janin memang sangat berbahaya. Biasanya
persalinan dilakukan dengan beberapa cara di bawah ini.

 Persalinan normal. Dokter akan memastikan apakah ukuran panggul bisa digunakan untuk
jalan lahir atau tidak. Selain itu, kemungkinan terjadi kerusakan pada vagina akan besar atau
tidak. Kalau kemungkinan terjadi kerusakan besar, operasi Caesar harus dilakukan.
 Operasi Caesar. Digunakan untuk melakukan persalinan bayi yang memiliki ukuran sekitar 4
kg atau lebih. Beberapa janin ada yang sampai memiliki berat hingga 5 kg.
 Persalinan lebih awal. Dilakukan untuk menghindari pertumbuhan janin semakin besar dan
menimbulkan banyak komplikasi.

F . SOAP persalinan dengan giant baby

Data subjektif: Ny.A umur 28 tahun datang pada pukul 24.00 wib mengaku hamil Sembilan bulan dan
tidak pernah keguguran, ibu mengatakan anaknya sehat dengan berat badan 3,3 kg dan anak keduanya
lahir sehat dan normal dengan berat badan 4 kg, ibu mengatakan sudah merasakan mules sejak jam 12.00
wib dengan frekuensi 3 kali dalam 10 menitllamanya 45 detik. Ibu mengatakan mulesnya menjalar dari
pinggang ke perut bagian bawah dan jika dibawah jalan mulesnya tidak hilang malah semakin kuat, ibu
mengatkan sering sesak nafas, sering BAK dengan frekuensi 12 kali sehari dari 1 minggu yang lalu, ibu
mengatakan bahwa kandunganya terasa lebih berat dan kalau ditekan perutnya keras seperti tidak ada
ruang lagi, ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin, dan ibu mengatakan mempunyai riwayat
penyakit DM dari ibunya.
Data Objektif: keadaan umum: ibu kurang baik dan ibu mengatakan merasa ketakutan dan gelisah,
kesadaran: composmenthis, TD: 120/80 mmHg, nadi :85 x/s, suhu: 37°c, RR: 28 x/s, LILA: 25 cm, BB:
78 kg, BB sebelum hamil 60 kg, kenaikan BB selama kehamilan 18 kg, TB: 157 cm, pada pemeriksaan
kepala, muka, dada, leher, tidak ditemukan adanya kelainan. Pemeriksaan abdomen inspeksi perutlebih
besar tidak sesuai dengan masa kehamilan, tidak ada striae dan linea nigra, palpasi TFU 43 cm, FU teraba
satu bagian yang lunak, kurang bundar, kurang melenting yaitu bokong. Leopold II palpasi pada sisi
kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil dari janinyaitu ekstremitas. Dan palpasi pada sisi kiri perut ibu
teraba satu bagian keras, memanjang seperti papan yaitu punggung. Leopold III palpasi teraba satu bagian
yang keras, melenting, mundar yaitu kepala, sudah tidak bias digoyangkan. Leopold IV posisi tangan
divergen dengan kepala 2/5 masuk ke PAP. HIS 3 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik, TBJ (43-
11)x155=4960 gr, DJJ (+) 135 x/s regular, [pemeriksaan anogenital inspeksi tidak ada tumor, tidak ad
avarices, tidak ada oedema, VT suhu hangat, posisi portio posterior, konsistensi lunak, dilatasi 5 cm,
penipisan 50%. Pemeriksaan ekstremitas tidak ada kelainan. Pemeriksaan laboratorium glukosa urine (+3)
penunjang USG didapatkan hasil taksiran berat janin 4960 gr, tidak ada kehamilan ganda, tidak ada
hidramnion. HB 11,5 gr/%. Pemeriksaan kadar gula glukosa darah sewaktu >200 mg/%.

Assement Diagnosa ibu: G3P2A0 hamil 36 minggu partus kala I dengan fase aktif dengan partus lama
yang disebabkan oleh giantbaby karena ibu memiliki riwayat DMG.

Diagnosa janin : janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.

Penatalaksanaan:

a. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan seperti TD=120
mmHg, nadi 55x/s, suhu 37°c, RR 28 x/s, pemeriksaan dalam dengan dilatasi 7 cm. Pemeriksaan
penunjang USG di dapatkan hasil TBJ 4960 kg, tidak ada kehamilan ganda, tidak ada hidramnion, HB
11,5 gr%. Pemeriksaan kadar glukosa darahsewaktu >200 mg%. Bahwa saat ini keadaan ibu kurang baik
dan harus segera dirujuk kerumah sakit.

b. Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar suplai oksigen ke janin berjalan dengan lancar. Ibu telah
miring kiri dengan dibantu oleh keluarga atau suami.

c. Memberikan dukungan pada ibu berupa mendengarkan keluhan ibu dan menganjurkan keluarga
untuk memberikan dukungan pada ibu dan menemani ibu. Ibu telah diberikan dukungan agar terlihat
tenang.

d. Memberikan ibu rehidrasi peroral agar ibu tidak kekurangan energy. Ibu telah diberikan minum the
manis ½ gelas.

e. Evaluasi eliminasi ibu 15 menit kemudian. Mengevaluasi jumlah urine yang keluar agar tidak terjadi
overload cairan. Ibu telah dievaluasi jumlah urine + 200 cc.
f. Membuat informend consent untuk meminta persetujuan tindakan rujukan ke rumah sakit dan
menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi pada ibu apabila kondisi ibu seakin memburuk. Maka ibu
akan melahirkan secara sesar. Ibu dan keluarga telah menyetujuin dan menandatangani informed consent.

g. Menyiapkan manajemen rujukan dengan BAKSOKUDO. ( B: bidan menemani selama perjalan


merujuk kerumah sakit , A: siapkan alat-alat kegawatdaruratan seperti oksigen, ambu bag, infuse set, K:
keluarga menemani ibu selama proses merujuk kerumah sakit dan menyiapkan pendonoran darah, S: surat
rujukan kerumah sakit, O: obat yang diperlukan, K: kendaraan, U: uang. Rujukan telah disipakan.

h. Merujuk ibu kerumah sakit yang memiliki fasilitas bedah sesar dan NICU. Ibu telah dirujuk.

i. Memantau TTV dan HIS selama perjalanan menuju kerumah sakit. TD 110/80 mmHg, nadi 70 x/s,
RR 16 x/s, HIS 3x dalam 30 detik.

j. Ibu telah sampai dirumah sakit dan telah diterima oleh dokter SpoG. Dan dokter memberikan
instruksi agar pasien dikateterisasi persiapkan untuk ruang operasi. Bayi lhir sesar dengan selamat.

k. Dokumentasikan hasil pemeriksaan, mendokumentasikan hasil pemeriksaan, dan asuhan tersebut


telah didokumentasikan
BAB III

KESIMPULAN

Makrosomia merupakan komplikasi diabetes mellitus gestasional tersering. Makrosomia didefinisikan


bayi lahir dengan berat badan ≥ 4000g. Hasil penelitian di ujung pandang dari 40 pasien diabetes
gestasional yang dipantau selama 3,5 tahun mempunyai kompliksai yang paling sering adalah terjadinya
makrosomia, hal ini mungkin karena pada umumnya diabetes mellitus gestasional didiagnosis terlambat
terutama di negara kita (Adam, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Achadi. (2004). Woman’s Nutritional Status, Iron Consumption and

Weight Gain During Pregnancy in Relation To Neonatal Weight and

Length in WestJava Indonesia, draf 1-2.

Adamson, Harold. (2007). Low birth weight relation to maternal age and multipe

pregnancies at Muhimbili Nasional Hospital. Akses at 18.30 pm, 29 oktober 2014

Alin, P. (2010). Faktor Mempengaruh Peningkatan Berat Badan Kehamilan. akses at 20:12 pm, 8 mei
2014

.http://www.bascomworld.com/2010/03/faktoryangmempengaruhikenaikan-berat-badan-ibu-hamil.html

Alwan, M. (2008).Informasi Kesehatan. akses at15:35 am, 2 mei 2014.

http://www.iInformasikesehatanobatuntukibu hamil.go.id

Azwar, Saifudin. (2001). Metodepenelitian Jogjakarta : pustaka pelajar

Bobok, Irene, M., leonar, D., Lowdermilk, Margaret, Jensen. M. D. & Perry. S. E.

(2005). Buku Ajar KeperawatanMaternitas(2nded). Jakata : EGC

Budiman, C. (2011). Korelasi antaran Berat Badan Ibu dengan Berat Lahir Bayi.

Akses 12:30 pm 23 desember 2014

Cunningham, Leveno, Steven, Bloom, Hauth, J, C., Rouse, &Spong. (2013) :Obstetriwilliams,New York
Ed. 23, Vol. 1 .jakarta EGC

Cunningham, Gary, F., Leveno, K, J., Bloom, S, L.,Hauth, J, C.,J, Dwight.,Rovse,


Catherine y. &Spong. (2013) : Obstetriwilliams. New York :Mcgraw – hill

Depkes. (2012). Profil Kesehatan Indonesia 2012, akses 20 Desember 2013 at

Anda mungkin juga menyukai