Disusun oleh :
BETTY NOVITASARI
P1337420515037
KRESNA 1
B. Etiologi
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan
dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta
dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya
pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding
pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease
(RHD).
Myokard infark
Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
C. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat)
pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh
karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik
sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari
flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah
akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh
pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Area edema
ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari.
Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak. Kematian dapat
disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak
sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak
terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak
akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya
tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah
yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan
neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60
cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada
perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara
30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc
dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)
PATHWAY
D. Tanda dan Gejala
1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam)
Sakit kepala secara tiba-tiba, pusing, bingung
Penglihatan kabur atau kehilangnya ketajaman penglihatan pada satu atau
kedua mata
Kehilangan keseimbangan (limbung), lemah
Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh
2. Gejala stroke ringan
Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara
Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
Bicara tidak jelas
3. Gejala stroke berat (sembuh/mengalami perbaikan dalam beberapa bulan/tahun,
atau tidak bisa sembuh sama sekali)
Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara dan ringan
Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
Bicara tidak jelas/hilangnya kemampuan bicara
Sukar menelan
Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan fases
Kahilangan daya ingat dan konsentrasi
Terjadi perubahan perilaku misalnya : bicara tidak menentu, mudah marah,
tingkah laku seperti anak kecil, dan lain-lain.
E. Manifestasi Klinik
1. Defisit motorik yang umum
a. Hemiparesis atau hemiplegia
b. Disartria
c. Disfagia
2. Defisit sensori yang umum
a. Defisit fisual
b. Hilang respon terhadap sensasi superfisial
c. Hilang respon terhadap propriresepsi
d. Defisit perseptual
3. Defisit bahasa
4. Defisit Intelektual
5. Defisit Emosional
6. Disfungsi kandung kemih
7. Disfungsi usus
F. Komplikasi
Ada 3 komplikasi utama:
1. Vasospasme
2. Hidrosefalus
3. Disritmia
G. Penatalaksanaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi :
1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3-5
hari setelah infark serebral
2. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/memberatnya trimbosis
atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler
3. Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran
sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi
4. Memberikan obat tertentu yang berfungsi menghancurkan bekuan darah (misal:
striptokinase atau plasminogen jaringan) diberikan dalam waktu 3 jam setelah
timbulnya stroke, hal ini dapat mencegah dan memulihkan kelumpuhan dan gejala
lainnya
5. Monitol atau kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan didalam
otak pada penderita stroke akut
6. Respirator diberikan pada penderita stroke yang sangat berat untuk
mempertahankan pernapasan yang adekuat
7. Terapi psikis atau obat-obatan diberikan setelah serangan stroke yang biasanya
terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi)
8. Mengajarkan cara latihan ROM, dengan tujuan untuk menjaga atau memelihara
kekakuan otot dan mobilitas persendian
9. Penyuluhan. Penyuluhan ini ditunjukan untuk peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit stroke sehingga klien sadar menghindari faktor-faktor pencetus,
menggunakan obat secara benar dan berkonsultasi pada tim kesehatan lain.
10. Rehabilitas pasien juga diajarkan untuk melakukan penyesuaian dan mengatasi
kesulitan yang dapat dihadapi.
H. Pencegahan
Pencegahan stroke iskemik adalah memungkinkan pendekatan yang paling baik.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah stroke antara lain :
1. Pengendalian hipertensi
2. Mencegah kolesterol tinggi
3. Mengendalikan dan mengatur makan dan minum
4. Jangan mengkonsumsi alkohol
5. Hindari memakai obat-obatan terlarang (kokain)
6. Hidari merokok
7. Hindari kontrasepsi oral
8. Kurangi makan-makanan yang berlemak, kolentrol, dan terlalu manis
9. Hindari kontrasepsi oral (khususnya disertai hipertensi, merokok dan kadar
estrogen tinggi)
I. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan infark dengan
pendarahan.
2. Sken resonasi magnetik (MRI) lebih sensitif dari CT Scan dalam mendeteksi infark
serebri dini dan infark batang otak
3. Ekokardiografi untuk mendeteksi adanya sumber emboli dari jantung. Pada
pasien, ekokardiografi transtorakal sudah memadai. Ekokardiografi transesofageal
memberikan hasil yang lebih mendetail, terutama kondisi atrium kiri dan arkus
aorta, serta lebih sensitif untuk mendeteksi trombus mural atau vegetasi katup.
4. Ultrasonografi Doppler Karotis diperlukan untuk menyingkirkan stenosis karotis
yang simtomatis serta lebih dari 70% yang merupakan indikasi untuk enarterektomi
karotis.
5. Ultrasonografi Doppler Transkranial dapat dipakai untuk mendiagnosis oklusi atau
stenosis arteri intrakranial besar. Gelombang intrakanial yang abnormal dan pola
aliran kolateral dapat juga dipakai untuk menentukan apakan suatu stenosis pada
leher menimbulkan gangguan hemodinamik yang bermakna.
6. Angiografi resonansi magnetik dapat dipakai untuk mendiagnosis stenosis atau
oklusi arteri ekstrakranial atau intrakranial.
7. Pemantauan Holter dapat dipakai untuk mendeteksi fibrilasi atrium intermiten.
J. Prognosis
Prognosis penyakit tergantung tingkat keparahan lesi pada otak. Semakin parah
dan luas kerusakan, semakin jelek prognosisnya. Pada stroke terdapat fenomena
plastisitas otak, dimana bagian otak yang tidak terkena serangan dapat berperan
menggantikan fungsi bagian otak yang rusak. Namun begitu, fungsi tersebut tidak
sesempurna fungsi pada bagian aslinya.
B. Pengkajian Keluarga
1. Data Umum
a. Kepala Keluarga (KK) : Tn.H
b. Alamat : Jumprit, Tegalrejo, Ngadirejo, Temanggung
c. Umur : 64 tahun
d. Pekerjaan : Petani
e. Pendidikan Kepala Keluarga : SD
f. Komposisi Keluarga
Tabel 3.1 komposisi keluarga Tn.H
Hubungan keluarga Umur
No Nama Jenis Pendidikan
kepala keluarga (tahun)
1 Tn.H L Suami/KK 64 SD
2 Ny. N P Istri 58 SD
3 Tn. R L Anak 43 SMP
4 Tn. D L Anak 40 SMP
5 Tn. Y L Anak 29 SMP
6 Nn. Y P Anak 26 S1
GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Keluarga
X : Meninggal
g. Tipe Keluarga : Keluarga inti
h. Suku Bangsa : Jawa
i. Status Sosial Ekonomi
1. Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari Ny.N dan Nn.Y sejumlah ± Rp
2.100.000/bulan. Kebutuhan yang diperlukan keluarga :
Makan :Rp 750.000
Bayar Listrik/PDAM :Rp 200.000
Lain-lain :Rp 150.000
Total :Rp 1.100.000
Sisanya ditabungkan untuk kebutuhan yang mendadak.
2. Barang-barang yang dimiliki
2 buah TV, 1 kipas angin dan 2 sepeda motor. Pada ruang tamu terdapat 2 set kursi
dan 1 lemari, pada ruang tengah terdapat 1 lemari dan 1 set meja makan.
j. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn.H berekreasi setahun hanya beberapa kali dengan tujuan berlibur,namun
semenjak 3 tahun terakhir ini sudah jarang hal itu dilakukan karena Tn.H mengalami
sakit dan mengalami hambatan mobilitas fisik.
2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga dengan tahap anak usia dewasa, dengan tugas keluarga:
1. Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi besar.
2. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
3. Penataan kembali peran orang tua dirumah.
4. Mempertahankan keintiman pasangan.
b. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Sebagai orang tua Tn.H merasa belum mampu memenuhi kebutuhan keluarganya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Tn.H mengalami kelumpuhan sebagian badan akibat pasca stroke 3 tahun yang lalu
dengan kondisi saat ini, Tn.H sering sakit kepala,tidur tidak nyenyak, tidak dapat
bergerak dengan bebas, dan mudah berkeringat dan tampak gelisah namun tidak ada
anggota keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan Tn.H.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Dari pengakuan keluarga tidak ada anggota keluarga sebelumnya yang mengalami
stroke atau penyakit yang berisiko menimbulkan stroke seperti hipertensi, diabetes,
maupun kolesterol.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati keluarga Bpk. M.Y adalah milik pribadi dengan tipe rumah
permanen dengan luas 6x7 m2 dan berlantai keramik di dalam rumah ada ada 2 kamar
dengan ventilasi yang bagus namun jarang di buka, 1 kamar mandi, 1 gudang, dan 1
ruang tamu. Keadaan rumah bersih, SPAL dengan kondisi bersih, sumber air bersih,
dan sumber air minum berasal dari air mineral isi ulang.
b. Karakteristik Tetangga Dan Komunitasnya
Keluarga Tn.H tinggal di dusun Jumprit, Tegalrejo, Ngadirejo, Temanggung dengan
sebagian tetangganya merupakan saudara kandung dari Tn.H dan hampir semua
tetangganya berprofesi sebagai petani. Tetangga Tn.H sudah mengetahui kondisi
kesehatan anggota keluarga yang sudah menderita stroke dan sudah lumpuh makanya
tak jarang saudara dan tetangganya sering menjenguk Tn.H.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Tn.H merupakan penduduk asli di desa dan sudah tinggal di tempat tersebut semenjak
berkeluarga sekitar 46 tahun yang lalu dan keluarga Tn.H merupakan desa keluarganya
sedangkan Ny.N bertempat tinggal di daerah Gembyang, Candiroto, Temanggung.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Tn.H tidak aktif dalam kegiatan di masyarakat dalam 3 tahun terakhir karena
penglihatannya yang kurang jelas dan sering sakit-sakitan, dan sudah tidak mampu
berjalan karena lumpuh pasca stroke. Sedangkan anak dan istrinya rutin mengikuti
setiap kegiatan di desanya.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Lingkungan tempat tinggal keluarga Tn.H berada bersampingan dengan saudaranya
jadi jika keluarga Tn.H membutuhkan bantuan akan sangat memudahkan keluarga
dalam kondisi apapun untuk meminta bantuan, selain itu keluarga Tn.H juga
mempunyai transportasi yang memadai untuk berbagai keperluan.
4. Struktur Keluarga
a. Struktur Peran
Tn.H berperan sebagai kepala keluarga yang harus membantu memenuhi kebutuhan
istri dan anak-anaknya, namun belakangan ini tugas Tn.H.Y tidak bisa dipenuhinya
karena kondisi Tn.H sudah tidak mungkin untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarganya. Tugas sebagai kepala keluarga kini sebagian diambil oleh istri dan anak
bungsunya. Ny.N membantu ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai petani yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga sedangkan anak-anaknya sesekali
membantu Ny.N bertani atau mencari pekerjaannya sendiri. Tn.R, Tn.D sudah
berkeluarga, sedangkan Tn.Y belum menikah dan seringkali membantu Ny.N bertani,
sedangkan Nn.Y membantu memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja di bank
Yogyakarta.
b. Nilai Dan Norma Budaya Keluarga
Nilai dan norma budaya keluarga tidak ada penerapan peraturan khusus dalam keluarga
Tn.H terhadap anggota keluarga hanya saja aturan yang sudah biasa di jalankan seperti
saling menghormati yang tua dan menghargai yang muda dan saling terbuka satu sama
lain jika sedang ada masalah.
c. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga biasanya berkomunikasi saat makan bersama, saat kumpul bersama atau
khusus langsung dipanggil bila memang sangat dibutuhkan dengan saling terbuka satu
sama lain, Tn.H selalu menanyakan pendapat keluarga untuk mengambil keputusan.
d. Struktur Pendukung Kekuatan Keluarga
Keluarga Tn.H tidak ada yang berlatar belakang pendidikan kesehatan atau setidaknya
mengetahui tentang kesehatan terutama yang berhubungan dengan penyakit stoke
sehingga sangat di khawatirkan keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga yang
sakit dan mengambil tindakan yang tepat untuk berupaya meningkatkan status
kesehatan anggota keluarga.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Pendidikan/Afektif
Tn.H mengajarkan kepada anggota keluarganya terutama anak-anaknya pendidikan
baik pendidikan dunia maupun akhirat.
b. Fungsi Sosialisasi
Tn.H mengajarkan anak-anaknya saling menghargai, menghormati dan mengasihi
kepada sesama anggota keluarga dan berperilaku baik dirumah dan di masyarakat.
c. Fungsi Ekonomi
Pemenuhan kebutuhan pokok keluarga saat ini bertumpu pada istrinya yaitu Ny. N yang
seharinya-hari bertani dan anaknya sesekali membantu memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga, serta anak bungsunya yang bekerja di bank.
d. Fungsi Pemenuhan (Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan)
1. Mengenal Masalah Kesehatan
Saat terjadi stroke pada Tn.H keluarga merasa panik dan tidak mengetahui apa
yang terjadi pada Tn.H tiba-tiba tidak bisa bergerak setelah bangun dari duduk
bersama dan keluarga terlambat membawa Tn.H yang akhirnya mengalami
kelumpuhan sebagian badan hingga saat ini.
2. Mengambil Keputusan Mengenai Tindakan Kesehatan
Berdasarkan cerita keluarga membuktikan bahwa keluarga kurang mengenal
masalah kesehatan dan tidak tanggap dalam menghadapi masalah kesehatan pada
saat terjadi gangguan kesehatan secara tiba-tiba pada Tn.H
3. Kemampuan Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Keluarga Tn.H tidak bisa mencegah dan mengatasi masalah yang terjadi pada Tn.H
keluarga yang sampai saat ini Tn.H masih mengeluh nyeri dan menderita
kelumpuhan.
4. Kemampuan Keluarga Memelihara/Memodifikasi Lingkungan Rumah Yang Sehat
Karakteristik rumah Tn.H tergolong rumah yang sehat karena semua fasilitas
rumah dalam keadaan yang baik diantaranya ventilasi yang baik dengan jumlah
udara yang masuk cukup, keadaan rumah yang bersih, dan saluran pembuangan
yang tertutup..
5. Kemampuan Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Keluarga Tn.H saat ini sudah jarang membawa Tn.H berobat bila Tn.H tidak
mengeluh sakit kepala dan susah tidur padahal kondisi Tn.H belum sembuh total
dan harus menjalani terapi rehab medik pasca stroke dan mengontrol tekanan darah
anggota keluarganya.
e. Fungsi Religius
Tn.H sebelum sakit pernah mengikuti pengajian bersama warga di manasah dan aktif
di berbagai tempat pengajian di desanya, namun setelah sakit Tn.H dan anggota
keluarga tidak lagi aktif di tempat pengajian hanya bisa mengerjakannya dirumah
bersama keluarga.
f. Fungsi Rekreasi
Keluarga Tn.H jarang berekreasi di luar rumah atau ke tempat rekreasi lainya selama
dalam keadaan sakit Tn.H.
g. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn.H keluarga tidak memilki keinginan untuk menambah anak lagi, Ny.N
juga pernah menggunakan kontrasepsi pil dan suntik sebelumnya dan 10 tahun terakhir
sudah menopouse.
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor (Masalah) Jangka Pendek
Saat terjadi masalah kesehatan/hambatan fisik Tn.H sangat khawatir karena tidak ada
lagi peran Tn.H dalam kegiatan dan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b. Stress (Masalah) Jangka Panjang
Tn.H dan anggota keluarga sangat cemas tentang kondisi Tn.H yang sudah terbaring
lama, lemas yang sudah 3 tahun dan entah kapan bisa sembuh supaya biasa melakukan
aktivitas kembali.
c. Kemampuan Keluarga Berespons Terhadap Stressor (Masalah)
Tn.H selalu merasa gelisah terhadap dirinya yang tak kunjung sembuh dan sudah di
bawa berobat kemana-mana namun anggota tubuhnya tidak kunjung sembuh dan
bahkan sudah pernah berobat ke berbagai daerah di seluruh aceh baik secara medis
maupun tradisional.
d. Strategi Koping yang digunakan
Ny.N selalu merasa gelisah namun terhadap Tn.H yang selalu mengeluh sakit dan tak
mampu beraktifitas secara mandiri dan harus terbantu setiap saat sehingga
menghalangi dan menghambat kerjanya untuk memenuhi kebutuhan lainya.
e. Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga merasa cemas dan gelisah namun perilaku maladaptif keluarga tidak terlihat
dalam menghadapi masalah kesehatan maupun masalah keuangan.
7. Pemeriksaan kesehatan tiap anggota keluarga (head to toe)
Tabel 3.2: Pemeriksaan kesehatan Tn.H dan Ny.N
No Area Hasil
pemeriksaan Tn.H Ny.N
1 Kepala Rambut beruban sebagian, Rambut beruban,bersih,
bebas ketombe lebat, lurus dan bebas
ketombe
2 Mata/ wajah Konjungtiva tidak anemis, Sklera mata kiri dan kanan
sklera tidak ikterik, wajah tidak anemis dan palpebra
simetris merah mudah
3 Hidung Lubang hidung simetris, tidak Tidak bersekret, dan tidak
ada secret ada kelainan penciuman
4 Mulut Mulut simetris, lidah normal, Mukosa lembab, tidak ada
mukosa lembab kesulitan menelan, gigi utuh
5 Leher Tidak ada pembesaran kelenjar Tidak ada benjolan, tidak
thyroid ada pembesaran kelenjar
thyroid
6 Dada Dada simetris, berdebar-debar, Simetris, bunyi jantung dan
dan sering berkeringat paru dalam batas normal
7 Abdomen Nyeri abdomen, sakit perut. Tidak ada distensi,
tidak ada masalah BAB peristaltik (+), tidak
terdapat kelainan/ masalah
kesehatan
8 Tangan Kelumpuhan (hemiplegia) Tidak terdapat kelainan/
tangan kiri dan berkeringat masalah kesehatan
dingin
9 Kaki Kelumpuhan Tidak terdapat kelainan/
(hemiplegia) di kaki kiri masalah kesehatan
10 Skala 3333 5555 5555 5555
kekuatan 4444 5555 5555 5555
otot
ekstremitas
11 Keadaan Lemas, sulit berjalan dan tirah Tidak terdapat masalah
Umum baring. kesehatan
12 Lain-lainnya:
Berat badan 70 Kg 60 Kg
Tinggi badan 170 cm 155 cm
Vital sign TD: 186/106 mmHg, Pulse: TD: 120/80 mmHg, Pulse:
100x/ i, RR: 24x/ i, T: 37oC 80x/ i, RR: 20x/ i, T: 36oC
8. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan adanya perawat yang datang kerumahnya dapat mengurangi
rasa cemas dan masalah kesehatan anggota keluarga terutama Tn. H yang mengalami sakit
pasca stroke.
9. Data Tambahan
Skala kekuatan otot ekstremitas Tn. H:
3333 5555
4444 5555
C. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
Tabel 3.4: Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 Tanggal: 28 Juli 2017 Resiko ketidakefektifan -
DS: Perfusi jaringan
Tn. H mengatakan sering pusing serebral
sejak pagi-malam dan tidak bisa
tidur nyenyak dimalam hari
sering berkeringat dingin dan
pusing
DO:
o TD: 186/106 mmHg
o N: 100 x/menit
o Tn. H tampak gelisah
o Tn. H berkeringat dingin
2 Tanggal : 28 Juli 2017 Hambatan mobilitas Gangguan
DS: fisik neurovaskuler
TN.H mengatakan semenjak
terjadi serangan stroke bagian
tubuh kirinya tidak bisa
digerakkan.
DO:
o Tn. H mengalami
hemiplegia sinistra
o Tn. H tidak mampu berjalan
dan hanya mampu miring
kiri miring kanan di tempat
tidur.
Skala kekuatan otot
ekstremitas :
3333 5555
4444 5555
Diagnosa Keperawatan 3
Defisit perawatan diri pada keluarga Bpk. M.Y terutama Bpk. M.Y berhubungan
dengan kerusakan neuromuskular.
Tabel 3.8: Skoring Diagnosa Keperawatan 3
D. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Resiko Setelah dilakukan Berikan Keluarga lebih
Ketidakefektifan tindakan keperawatan penjelasan berpartisipasi dalam
Perfusi jaringan selama 2 x 24 jam, kepada proses
serebral diharapkan suplai keluarga klien penyembuhan
aliran darah keotak tentang sebab- Untuk mencegah
lancar dengan kriteria sebab perdarahan ulang
hasil: gangguan Mengetahui setiap
Klien merasa perfusi perubahan yang
nyaman jaringan otak terjadi pada klien
Klien tidak dan akibatnya secara dini dan
gelisah Anjurkan untuk penetapan
Tidak ada kepada klien tindakan yang tepat
keluhan nyeri untuk bed rest Mengurangi tekanan
kepala total arteri dengan
Tanda-tanda Observasi dan meningkatkan
vital catat tanda- draimage vena dan
normal(nadi : tanda vital memperbaiki
60-100 kali Berikan posisi sirkulasi serebral
permenit, kepala lebih Rangsangan
suhu: 36-36,7 tinggi 15-30 aktivitas yang
C, pernafasan Ciptakan meningkat dapat
16-20 kali lingkungan meningkatkan
permenit) yang tenang kenaikan TIK.
Istirahat total dan
ketenangan
mungkin diperlukan
untuk pencegahan
terhadap perdarahan
dalam kasus stroke
hemoragik /
perdarahan lainnya
E. Implementasi
No Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf
dx
1. Sabtu, Memberikan penjelasan kepada S:
05Agustus keluarga klien tentang sebab- Tn.H mengatakan setelah
2017 sebab gangguan perfusi dijelaskan, sekarang sudah
09.10 jaringan otak dan akibatnya mengetahui tentang sebab-sebab
terjadinya gangguan perfusi
jaringan dan akibatnya.
O:
Tn.H tampak faham dan mampu
menjelaskan ulang.
09.15 Anjurkan kepada klien untuk S :
bed rest total Tn.H mengatakan akan
mengikuti anjuran
O:
Tn.H tampak mengerti dan Tn.H
tampah menganggukan kepala
O:
TD : 186/106mmHg
N : 100X/menit
S : 36,30 C
RR : 28X/menit
O:
Tn.H melakukan seluruh aktifitas
di tempat tidur
O:
Tn.H cooperative
Tn.H masih memerlukan
bantuan
3. Sabtu, 05 Mempertimbangkan usia klien S :
Agustus saat mempromosikan aktifitas Istri Tn.H mengatakan usia
2017 perawatan dir Tn.H 64 tahun dan klien tidak
10.40 mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri
O:
Klien tampak dibantu dalam
melakukan perawatan diri
10.50 Memonitor integritas kulit klien S :
Istri Tn.H mengatakan Tn.H
tidak mengalami gangguan pada
kulit
O:
Tidak tampak ada kerusakan
integritas kulit seperti integritas
atau semacamnya
11.00 Menyediakan alat bantu S :
(Misalnya : kateter, pampers Istri Tn.H mengatakan Tn.H
dengan tepat) menggunakan pampers untuk
mempermudah klien dalam
BAK
O:
Tn.H nampak memakai
pampers untuk mempermudah
dalam berkemih
O:
Klien tampak bersih tidak ada
bekas urin
1 Minngu, 6 Observasi dan catat tanda-tanda S : Tn. H mengatakan masih
Agustus vital merasa sedikit sakit kepala.
2017
09.10 O:
TD : 172/102mmHg
N : 98X/menit
S : 360 C
RR : 28X/menit
O:
Tn.H sedikit demi sedikit bisa
makan sendiri meski
membutuhkan bantuan keluarga,
toileting ditempat tidur masih
bergantung
O:
Tn.H cooperative
Tn.H masih memerlukan
bantuan
3 Minggu, 6 Memonitor integritas kulit klien S :
Agustus Istri Tn.H mengatakan Tn.H
2017 tidak mengalami gangguan pada
10.50 kulit
O:
Tidak tampak ada kerusakan
integritas kulit seperti integritas
atau semacamnya
F. EVALUASI
Tgl/Jam No.dx Data Perkembangan Paraf
Sabtu, 5 1. S : Tn. H mengatakan masih merasa sakit kepala dan pusing.
Agustus
2017 O:
11.30 TD : 186/106mmHg
N : 100X/menit
S : 36,30 C
RR : 28X/menit
Sabtu, 5 2. S:
Agustus Tn.H mengatakan sudah tidak bisa berdiri dan duduk
2017
11.30 Tn.H mengatakan tidak bias menggerakkan kaki kirinya lagi.
Sabtu, 5 3. S:
Agustus Istri Tn.H mengatakan usia Tn.H 64 tahun dan klien tidak
2017 mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
11.30
Istri klien mengatakan klien menggunakan pampers umtuk
mempermudah klien dalam BAK
O:
Tn.H sedikit demi sedikit bisa makan sendiri meski
membutuhkan bantuan keluarga, toileting ditempat tidur masih
bergantung
Tn.H perlahan bisa latihan duduk meskipun dibantu keluarga
dan belum bisa melakukan secara mandiri
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan Penyakit
Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo