Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN
Keterkaitan antara lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pekerja di industri bata merah.
1. Lingkungan Tempat Penggilingan
Pada saat proses penggilingan tanah untuk menjadi bata dapat terjadi
gangguan kesehatan, seperti dehidrasi pada pekerja. Hal ini diakibatkan
karena lingkungan tempat kerja pada proses penggilingan tidak
dilakukan di dalam ruangan, melainkan langsung di area terbuka.
Sehingga, pada saat pekerja melakukan pekerjaannya dapat terpapar
langsung oleh sinar matahari. Bahkan, pekerja tidak menggunakan
pelindung kepala seperti topi. Selain itu, pekerja kurang mengonsumsi
air minum, meskipun telah disediakan oleh pemilik. Menurut Pakar
Fisiologi yang juga anggota Indonesian Hydration Working Group
(IHWG) dokter Ermita Ilyas mengunkapkan bahwa udara yang sangat
panas akan membuat kelembaban tubuh menjadi rendah. Cairan dalam
tubuh pun menguap dan mengeluarkan panas. Sementara itu, cuaca
sangat panas akan membuat kelembaban suhu udara menjadi tinggi.
2. Lingkungan Tempat Pencetakan Bata
Pada saat proses pencetakan bata dapat terjadi gangguan kesehatan
pada sistem pernapasan. Hal ini terjadi karena proses pencetakan ini
dilakukan di area terbuka, sehingga banyak debu yang dihasilkan oleh
lingkungan yang terbawa oleh angin serta debu dari kulit padi yang
digunakan sebagai pelapis antar bata saat bata telah dicetak. Maka
apabila debu tersebut terhirup oleh pekerja dapat menimbulkan
gangguan pada system pernapasan. Selain itu, debu tersebut dapat
menyebabkan iritasi pada mata jika terpapar terus menerus.
Debu yang dihasilkan oleh lingkungan, jika terpapar dalam
kapasitas tinggi dapat menyebabkan asma pada pekerja karena debu
tersebut akan tertimbun dan menyumbat saluran pernafasan. Sehingga
proses keluar masuknya udara ke dalam paru-paru jadi terhambat. Asma
pada pekerja merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh penyempitan
saluran nafas yang bervariasi akibat paparan debu, uap atau asap di
tempat kerja dan bukan akibat iritasi udara dingin atau latihan fisik.
Asma ini dapat terjadi karena pekerja tidak menggunakan masker saat
bekerja. Masker yang dianjurkan adalah masker debu 2 lapis karena
debu di lingkungan ini memiliki ukuran yang sangat kecil.
Sedangkan penyakit Asma juga dapat diakibatkan oleh debu yang
dihasilkan oleh kulit padi. Debu tersebut dapat menyumbat saluran
pernafasan, sehingga keluar masuknya udara ke dalam paru menjadi
terhambat. Hal ini dapat menimbulkan sesak pada pekerja.
3. Lingkungan Tempat Penjemuran Bata
Sama halnya pada tempat penggilingan serta pencetakan bata. Di
tempat proses penjemuran bata ini dapat mengakibatkan dehidrasi,
gangguan pernafasan, dan iritasi pada mata. Hal ini dikarenakan proses
penjemuran dilakukan di area terbuka dan banyak sekali debu yang
berterbangan akibat penggerusan tanah dan bata oleh angin. Efek yang
diakibatkan oleh debu tersebut jika kadarnya tinggi dapat mengendap di
saluran pernafasan. Endapan ini dapat mengakibatkan oedema mukosa
di dinding saluran pernafasan sehingga terjadi penyempitan pernafasan
yang menyebabkan pekerja terkena Asma. Sedangkan untuk
penjemuran bata diharuskan untuk di area terbuka. Hal ini dilakukan
agar bata dapat kering sempurna. Mungkin jika pekerja melakukan
penjemuran bata ini hanya dilakukan sebentar, sinar matahari bisa saja
hangat dirasakan dan menyehatkan bagi tubuh dan kulit. Akan tetapi
para pekerja di lingkungan tersebut bekerja sangat lama, di siang hari
terik dan tanpa menggunakan pelingdung apapun seperti pelindung
kepala. Tentunya sengatan sinar matahari yang dirasakan sangat panas.
Ada empat efek samping yang dapat terjadi jika pekerja terlalu
sering terpapar sinar matahari yang sangat menyengat, yaitu:
a. Mengalami Gejala Flu
Pekerja seharusnya memperhitungkan berapa lama akan berada di
bawah sinar matahari langsung saat proses penjemuran bata
berlangsung. Berada dalam waktu yang cukup lama di bawah sinar
matahari terik akan berpengaruh terhadap kesehatan. Sinar
ultraviolet yang terdapat dalam sinar matahari bisa melepaskan zat
kimia yang akan merusak system kekebalan tubuh. John Anthony,
seorang ahli penyakit kulit mengatakan zat kimia yang dilepaskan
Sinar Ultraviolet ketika terpapar pada kulit akan mempengaruhi
system kekebalan tubuh, sehingga seseorang akan merasakan tidak
nyaman seperti mengalami gejala flu.
b. Kulit Terasa Sakit Jika Disentuh
Jika pekerja sering terpapar sengatan sinar matahari akan
berpengaruh pada sensitifitas kulit. Kulit akan mulai terasa perih dan
sakit jika disentuh. Tekanan pada kulit dapat menimbulkan rasa
panas yang menyakitkan. Lebih parah lagi jika pekerja sudah
mengalami keracunan sinar matahari, seluruh tubuhnya akan terasa
seperti ditusuk-tusuk. Dalam hal ini pekerja dapat mengoleskan gel
lidah buaya untuk meredakan rasa sakit ataupun lotion. Untuk
menghindari kejadian tersebut, pekerja dapat mengoleskan lotion ke
seluruh tubuh untuk mengurangi paparan teriknya sinar matahari
masuk ke kulit.
c. Merasa Pusing
Berada di bawah terik sinar matahari dalam waktu yang lama tidak
hanya menimbulkan kepanasan pada pekerja. Pekerja juga dapat
merasa pusing dan mual akibat Dehidrasi. Menuru Dr. Richard
Foxx, pekerja mungkin merasa mual, sakit kepala dan timbul ruam
setelah diterpa sinar matahari yang panas. Meskipun gejala sengatan
sinar matahari berbeda dengan keracunan sinar matahari, namun jika
pekerja sudah merasa pusing akibat kepanasan segeralah terapi
dengan minum banyak banyak cairan selama beberapa hari.
Usahakan cairan ini mengandung elektrolit yang dapat
mengembalikan keseimbangan tubuh. Apabila hal ini dibiarkan
maka bisa saja pekerja mengalami Dehidrasi.
d. Merasa Demam
Merasa demam setelah berada di area tempat penjemuran bata
dengan sengatan panas sinar matahari, artinya tubuh sedang
melawan dari hal yang seharusnya tidak diterima oleh tubuh. Jika
demam pada pekerja ini didiamkan begitu saja tanpa ada
pengobatan, sebaiknya pekerja mencari tempat teduh dan minum air
putih.
Sinar matahari memang sangat dibutuhkan bagi manusia khususnya
para pekerja di industri bata merah. Hanya saja paparan sinar matahari
yang terik dan terlalu lama perlu dikurangi. Selain itu, pekerja tetap
memperhatikan kesehatan tubuhnya dengan menggunakan pelindung
seperti topi serta minum air putih yang banyak agar tetap terjaga
kesehatannya dan produktivitas dapat meningkat.
4. Lingkungan Tempat Pembakaran Bata
Pada lingkungan proses pembakaran bata ini menghasilkan asap
yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan khususnya pada system
pernapasan. Hal ini diakibatkan karena pada proses pembakaran bata,
pekerja tidak menggunakan APD seperti masker. Proses pembakaran
bata ini menggunakan bahan bakar kayu. Apabila kayu ini dibakar,
maka asap yang dihasilkan mengandung zat kimia dalam jumlah besar
dapat mengganggu kesehatan khususnya pada system pernafasan. Zat
kimia tersebut yakni partikel halus dan gas. Gas merupakan yang paling
dominan dalam asap pembakaran seperti, gas karbon monoksida (CO),
sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3).
Sedangkan partikel halusnya merupakan campuran karbon organik,
komponen karbon, serta sejumlah kecil zat organik. Partikel halus ini
berbahaya apabila berukuran 10 mikrogram (PM10) ke bawah. Sesuai
dengan Situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa
partikel halus PM10 atau lebih kecil berbahaya karena dapat masuk ke
saluran pernafasan bawah dan menempel di paru-paru.
CO pada asap pembakaran bata merupakan gas tidak berbau, tak
berwarna, dan tak berasa yang bersifat mengikat oksigen sehingga
mengganggu distribusi oksigen dalam jaringan tubuh. Paparan CO dapat
menyebabkan nyeri dada dan aritmia (ketidakteraturan detak) jantung.
Paparan CO selama 3-4 jam pada konsentrasi 35 ppm bisa menimbulkan
sakit kepala, disorientasi, dan keletihan pada pekerja. Sedangkan gas O3
dapat mengganggu fungsi paru, pembengkakan paru, dan keletihan.
Selain itu, menurut Sandra Duran dari British Columbia Center for
Disease Control Kanada menuliskan, NO2 merupakan gas beracun yang
dapat mengganggu fungsi paru terutama pada penderita Asma. Paparan
dalam waktu lama dapat menyebabkan Bronkitis pada orang sehat, serta
gangguan pada perkembangan fungsi paru pada anak-anak. SO2 juga
dapat menyebabkan terganggunya fungsi paru sehingga proses
pernafasan menjadi terganggu.
Paparan asap pembakaran bata dapat memunculkan kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang berhubungan dengan suhu panas
dari pembakaran serta dari kualitas udara yang telah terkontaminasi.
Saat kualitas udara semakin buruk, maka angka kejadian ISPA dapat
meningkat. Sehingga para perkerja dapat menimbulkan tanda-tanda
terjadinya ISPA, seperti batuk, sesak nafas, dan lain sebagainya.

www.Liputan6.com/search?q=sinar+matahari
Judul 4 Efek Anda Terlalu Lama Terpapar Sinar Matahari oleh Melia
Citra pada 22 Agsts 2017 tgl 20-05-2018

http://lifestyle.kompas.com/read/2015/09/14/141000323/Dampak.Asap
.pada.Kesehatan judul Dampak Asap pada Kesehatan
2015 20-05-2018 editor Lusiana Kus Anna, sumber Harian Kompas

Anda mungkin juga menyukai