Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. “S” P3003 DENGAN RETENSIO PLASENTA


DI RS X KOTA KEDIRI

DISUSUN OLEH

Ana Wahyu K. P17321195029


Nour Fauziyah P17321195030
Defri Surya P P17321195031
Anita Arditama P17321195032
Lia Indrawati P17321195033
Silka Indria A P17321195034
Ika Kurnia P17321195035
Eryni Kartika P P17321195036
Fauziah Ulfi S P17321195037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal dengan Retensio Plasenta” untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Manternal dan Neonatal. Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah untuk mempelajari maksud dari Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
Status Kesehatan Perempuan. Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Susanti Pratamaningtyas, M.Keb selaku Ketua Program Studi
D-IV Kebidanan Kediri.
2. Rahajeng Siti Nur R, M.Keb selaku dosen mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal
3. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
4. Pihak Perpustakaan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan tugas ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Dan
semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Kediri, 2 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Persalinan adalah tugas dari seorang ibu yang harus dihadapi dengan tabah,
walaupun tidak jarang mereka merasa cemas dalam mengahadapi masalah tersebut. Oleh
karena itu, mereka memerlukan penolong yang dapat dipercaya, yang dapat memberikan
bimbingan dan semangat selalu siap di depan dalam mengatasi kesukaran. Namun tidak
semua persalinan berjalan normal tanpa komplikasi, dan akibat dari komplikasi tersebut
adalah kematian ibu bahkan bayi.
Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator yang mencerminkan status
kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu pada waktu hamil dan persalinan WHO
pada tahun 2014 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah
kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi. Indonesia sebagai salah
satu negara dengan AKI tertinggi di Asia. Menurut WHO, kematian maternal berjumlah
25% disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan 16-17% disebabkan oleh retensio
plasenta.(1) Angka kematian ibu, di Indonesia masih cukup tinggi. Tujuan pembangunan
Sustainable Development Goals (SDGs) berkomitmen untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) menjadi 302 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan bahwa secara nasional Angka kematian Ibu pada tahun 2015 di Indonesia
adalah 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh 2 melonjak dibanding
hasil SDKI 2007 yang mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Menurut Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2015 penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan 30,3% yang terjadi
pada masa intra partum yaitu karena retensio plasenta, hipertensi dalam kehamilan (HDK)
27,1%, infeksi 7,3%, dan lain-lain yaitu penyebab kematian ibu tidak langsung seperti
eklamsi, partus lama 5%, dan abortus 5%.
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi dalam kehidupan. Akan
tetapi tidak semua persalinan berjalan normal. Salah satunya adalah terjadinya retensio
plasenta dalam proses persalinan. Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran
plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Salah satu faktornya yang
menyebabkan retensio plasenta adalah paritas.
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan abdominal dalam 24 jam
dan sebelum 6 minggu setelah persalinan.
Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan
primer dan perdarahan sekunder. Perdarahan primer adalah perdarahan yang terjadi dalam
24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa 3
sebagian plasenta dan gangguan pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah
perdarahan yang terjadi 24 jam persalinan, Penyebab utama perdarahan post partum
sekunder biasanya disebabkan sisa plasenta.
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dengan sempurna dan
menimbulkan hemorrhage yang tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang
berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan yaitu 30 menit.
Adapun faktor predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah plasenta previa, bekas luka
section caesarea, pernah kuret berulang, dan paritas. Faktor predisposisi yang lain
menyebabkan terjadinya retensio plasenta adalah usia, riwayat manual plasenta, anemia,
riwayat pembedahan uterus destruksi endometrium dari infeksi sebelumnya atau bekas
endometritis dan implantasi corneal.
Retensio plasenta adalah penyebab signitifikan dari kematian maternal dan angka
kesakitan di seluruh Negara berkembang. Kasus ini merupakan penyulit pada 2% dari
semua kelahiran hidup dengan angka kematian mencapai 10% di daerah pedesaan.
Menurut studi lain, insiden dari retensio plasenta berkisar antara 1-2% dari kelahiran
hidup. Pada studi tersebut retensio plasenta lebih sering muncul pada pasien yang lebih
muda dengan multiparitas.
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktek Klinik Kebidanan I, Mahasiswa mampu melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin (INC) secara Komperehensif baik pada klien
dan keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada kasus ibu bersalin (INC)
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan data
subjektif dan objektif pada kasus ibu bersalin (INC)
3. Menentukan masalah potensial yang mungkin muncul
4. Menentukan kebutuhan segera
5. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan
6. Melaksanakan perencanaan yang telah dilakukan
7. Melaksanakan evaluasi mengaju pada tujuan dan kriteria hasil
1.3 Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti, metode
ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat digunakan instrumen
berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau cheklist.
b. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang telah di teliti.
c. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara
langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk mendapatkan data
yang objektif
d. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-buku serta
makalah

1.4 Sistematika Penulisan


Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Format Laporan Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Persalinan
2.1.2 Etiologi Persalinan
2.1.3 Tanda dan Gejala Persalinan
2.1.4 Tahapan Persalinan
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
2.1.6 Penatalaksanaan
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan
2. 2.1 Konsep Manajemen Suhan Varney
2. 2.2 Pendokumentasian Secara SOAP
2. 2.3 Bagan dan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian Secara SOAP
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi analisis tentang kesenjangan antara teori dan praktik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2014).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Marmi,
2016)
Persalinan adalah proses pengeluarn hasil konsepsi (janin dan
plasenta)yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). (Sulistyawati, 2013)
2.1.2 Etiologi Persalinan
Selama kehamilan dalam tubuh wanita terdapat 2 hormone.
a. Estrogen
Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim,
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
prostaglandin, dan mekanis.
b. Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat
rangsangan dari luar, gan oksitosin, prostaglandin, mekanis, serta
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesteron harus dalam komposisi seimbang, sehingga
kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan antara estrogen dan
progesteron memicu oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis posterior, hal tersebut
dapat menyebabkan kontraksi yang biasa disebut kontraksi Braxton Hicks,
akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya proses persalinan
sesungguhnya.
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan
belum diketahui secara benar. Namun ada beberapa teori yang menjelaskan
diantaranya :
a) Teori Penurunan Hormon
Saat 1 – 2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan
kadar estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang
otot – otot polos rahim. Jika kadar progesteron turun akan menyebabkan
tegangnya pembuluh darah dan timbulnya his.
b) Teori Plasenta Menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta
mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar
estrogen dan progesteron yang mengakibatkan tegangnya pembuluh
darah, sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.
c) Teori Distensi Rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan merenggang dalam batas
tertentu.Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai.
d) Teori Iritasi Mekanis
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhauser),
bila gangglion ini digeser dan ditekan oleh kepala janin, maka akan
timbul kontraksi.
e) Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya
konsentrasi progesteron karena matangnya usia kehamilan menyebabkan
oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam merangsang otot rahim untuk
berkontraksi, dan akhirnya persalinan dimulai.
f) Teori Hipotalamus – Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.Teori ini
menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.
g) Teori Prostagladin
Prostagladin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu
sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
prostagladin F2 dan E2 yang diberikan secara intravena menimbulkan
kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga disokong
dengan adanya kadar prostagladin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
persalinan.
h) Induksi Persalinan
Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut :
 Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukkan ke dalam
kanalis serviks dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
 Amniotomi : pemecahan ketuban.
 Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
(Sulistyawati, Ari 2013).

2.1.3 Tanda dan Gejala Terjadinya Persalinan


a. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya beberapa minggu
sebelumnya, wanita memasuki “bulan-nya” atau ”minggu-nya” atau “hari-
nya” yang disebut kala pendahuluan dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara kejadian tersebut
tidak begitu jelas.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena tertekan
oleh bagian bawah janin.
4. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang (false labour pains) oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah uterus.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah,
mungkin bercampur darah.(Sulistyawati, Ari.2013).
b. Tanda –Tanda Inpartu
1. Terjadinya His Persalinan, dengan ciri-ciri :
a) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan
b) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar
c) Terjadi perubahan pada serviks.
d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka
kekuatannya bertambah.
2. Pengeluaran lendir dan darah
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan :
a) Pendataran dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis terlepas.
c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
3. Pengeluaran cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput
ketuban. Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka
persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi
vakum, atau sectio caesaria.
c. Gejala Persalinan
1. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek. Terjadinya his akibat :
a. Kerja hormon oksitosin.
b. Regangnya dinding uterus.
c. Rangsangan terhadap pleksus saraf frankenhauser yang tertekan masa
konsepsi.
2. His yang baik dan ideal meliputi :
a. Kontraksi simultan diseluruh uterus.
b. Kekuatan terbesar (dominan) didaerah fundus.
c. Tempat periode relaksasi diantara dua periode kontraksi.
d. Terdapat retraksi otot – otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan
mendatar. Ostium uteri eksterna dan internumpun terbuka.
e. Iskemia dindinng korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di
pleksus hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi
nyeri.
f. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan
peritoneum menjadi rangsangan nyeri.
g. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas, atau
ekstensi.)
h. Prostagladin meningkat sebagai respon terhadap stress. (Prawirohardjo,
Sarwono. 2014)
3. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu pengeluaran lendir
bercampur darah akibat lepasnya sumbatan mukus yang selama kehamilan
menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskuler kepieler
serviks, dan akibat progesteron antara selaput ketuban dengan dinding
dalam uterus.
4. Dapat disertai ketuban pecah
Ketuban pecah spontan paling sering terjadi pada saat persalinan aktif
yaanng tampak sebagai semburan cairan yang normalnya jernih dan sedikit
keruh.

5. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :


a. Pendataran serviks (obliterasi), pemendekan saluran serviks dari
panjang sekitar 2 cm hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir
setipis kertas.
b. Pembukaan serviks (dilatasi serviks)
Selama terjadi kontraksi, serviks mengalami perenggangan, kontraksi
uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban sehingga akan
melebarkan saluran serviks. (Prawirohardjo, Sarwono 2014).

2.1.4 Tahapan Persalinan


Persalinan dibagi menjadi 4 fase, yaitu :
1. Kala I (Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahapan kala I, jika sudah terjadi pembukaan serviks
dan kontraksi terjadi teratur minimal kali dlam 10 menit selama 40 detik. Kala
I berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini
dibagi atas 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3
cm. Dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm.
(Sulistyawati, Ari.2013)
a. Fase Laten
 Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
 Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4cm.
 Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir hingga 8 jam.
 Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik.
b. Fase Aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadahi jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
 Dari pembukaan 3cm sampai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1cm/jam (nulipara atau primigravida)
atau >1cm hingga 2cm (multipara)
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin. (JNPK.2014)
 Fase Aktif dibagi menjadi 3 fase :
- Periode Akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4
cm.
- Periode Dilatasi Maksimal : Selama 2 jam berlangsung cepat dari 4
menjadi 9 cm.
- Periode Deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu
2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm. (Hidayat, Asri. 2010)
2. Kala II (Pengeluaran Bayi)
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan
hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses
ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala
janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut.
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan secara mendadak
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser
4) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga
kepala membuka pintu; suboksiput bertindak sebagai hipomochlion,
berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala
seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung
6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan berikut.
a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian
ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan curam ke atas
untuk melahirkan bahu belakang
b. Setelah kedua bahu bayi lahir ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan
bayi
c. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban
3. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah kala
II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar
5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta
lepas dari lapisan Nitabusch. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan
dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :
- Uterus menjadi berbentuk bundar
- Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim
- Tali pusat bertambah panjang
- Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada


fundus uteri.
 Sebab-sebab terlepasnya plasenta
1. Saat bayi dilahirkan, rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus
merupakan organ dengan dinding yang tebal dan rongganya hampir tidak
ada. Posisi fundus uteri turun sedikit dibawah pusat karena terjadi
pengecilan uterus, maka tempat perlekatan plasenta juga mengecil. Plasenta
harus mengikuti proses pengecilan ini hingga tebalnya menjadi dua kali
lipat daripada permulaan persalinan. Jadi yang paling penting dalam
pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi uterus setelah anak lahir.
2. Terjadi perdarahan ditempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan
desidua basalis, karena hematom ini membesar maka seolah-olah plasenta
terangkat dari dasarnya oleh hematom tersebut sehingga daerah pelepasan
meluas.

4. Kala IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan
observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2
jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kesadaran pasien
2. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
3. Kontraksi uterus
4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika masih
dalam batas 400-500cc. (Sulistyawati, 2013).
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
A. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas :
a. Bagian tulang panggul :
1. 2 tulang pangkal paha (os coxae). Terdiri atas os ilium, os ischiium,
dan os pubis.
2. Os sacrum
3. Os coccyges
Empat jenis panggul dasar dikelompokkan :
1. Ginecoid (type wanita klasik)
2. Antropoid (mirip panggul antropoid)
3. Android (type panggul pria)
4. Platipeloid (panggul pipih)
b. Bagian Pelvis Minor
1. Pintu Atas Panggul (PAP), merupakan bagian dari pelvis minor yang
terbentuk dari promontorium-sayap sacrum-linea terminalis-pinggir
atas sympisis- dan kembali lagi ke promontorium.
2. Cavum pelvis, berada diantara PAP dan PBP
3. Pintu Bawah Panggul, dari tuber ischiadicum-ujung sacrum-bawah
syimpisis
c. Bidang Hodge
- Hodge I : bidang yang dibentuk dari lngkaran PAP dengan bagian atas
sympisis dan promontorium
- Hodge II : sejajar HI setinggi bagian bawah sympisis
- Hodge III : sejajar HI setinggi spina ischiadica
- Hodge IV : sejajar HI setinggi tulang coccyges
d. Ukuran-ukuran panggul
- Distancia spinarum : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior
sinistra dan dekstra. (24-26 cm)
- Distancia cristarum : jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris
antara crista iliaka sinistra dan dekstra (28-30 cm)
- Conjugata eksterna (Boudelogue) : jarak antara bagian atas sympisis
dan prosesus spinosus lumbal V. (18-20 cm)
- Distancia intertrocanterika : jarak antara kedua trochanter mayor
- Distancia tuberum : jarak antara tuber ischiadicum dekstra dan sinistra
(10,5 cm)

B. Passanger (isi kehamilan/janin dan plasenta)


1. Tulang – tulang kepala janin terdiri dari :
a. Bagian Tengkorak
- Os frontal / tulang dahi.
- Os parietall / tulang ubun-ubun.
- Os occipital / tulang belakang kepala.
- Os temporal / tulang pelipis.
b. Bagian Muka
- Os nasalis / tulang hidung.
- Os maxilaris / tulang rahang atas.
- Os mandibularis / tulang rahang bawah.
- Os zygomatic / tulang pipi.
- Sutura
c. Merupakan sela ruang antara 2 tulang
- Sutura frontalis : antara 2 tulang frontal.
- Sutura sagitalis : antara kedua os parietal kanan dan kiri.
- Sutura koronaris : antara tulang parietal dan frontal.
- Suutura lamdoidea : antara tulang perietal dan oksipital.
- Frontanel / Ubun – Ubun
d. Rongga tulang tengkorak merupakan pertemuan beberapa sutura.
- Frontanel mayor / frontanel anterior / ubun – ubun besar.
Pertemuan antara sutura sagitalis, sutura frontalis, sutura
koronaria, berbentuk segiempat panjang. Fontanel ini menutup
pada bayi usia 18 bulan.
- Fontanel minor / fontanel posterior / ubun – ubun kecil. Berbentuk
segitiga dengan puncak segitiga runcing searah muka janin dan
dasar segitiga searah dengan punggung janin, merupakan
pertemuan antara sutura sagitalis dengan sutura lamboidea.
Fontanel ini menutup pada usia 6 – 8 minggu.
2. Ukuran Kepala Janin
a. Diameter
- Diameter sub ocipito breghmatika 9,5 cm.
- Diameter occipitofrontalis. Jarak antara tulang oksiput dan frontal ±
12 cm.
- Diameter mento occipito ± 13,5 cm. Merupakan diameter terbesar,
terjadi pada presentasi dahi.
- Diameter submento breghmatika ± 9,5 cm. Atau diameter
anteroposterior pada presentasi muka.
- Diameter melintang pada tengkorak janin adalah :
- Diameter biparientalis 9,5 cm.
- Diameter bitemporalis 8 cm.
b. Ukuran circum ferensia
- Circumferensia fronto oksipito ± 34 cm
- Circumferensia mento oksipito ± 35 cm
- Circumferensia sub mento oksipito ± 32 cm
c. Ukuran Badan Lain
a. Bahu
- Jaranya ± 12 cm (jarak antara kedua akromion)
- Lingkar bahu ± 34 cm.
b. Bokong
- Lebar bokong ± 12 cm
- Lingkar bokong ± 27 cm
C. Power (kekuatan)
Kekuatan terdri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter
sercara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi involunter disebut kekuatan primer, menandai dimulainya
persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai dari
mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini
memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
Kekuatan prmer berasal dari titik pemivu tertentu yang terdapat pada
penebalan lapisan otot disegmen uterus bagian atas titk pemicu, kontraksi
diantar ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi periode
istirhat singkat. Dalam kekuatan primer ada frekuensi yaitu waktu antar
kontraksi, durasi yaitu lama kontraksi, dan intensitas yaitu kekuatan kontraksi.
Kekuatan sekunder terjadi segera setelah bagian presentasi mencapai dasar
panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat endorong keluar sehingga
merasa ingin mengedan. Usaha mendorong kebawah ini disebut kekuatan
sekunder, kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi
setelah dilatasi lengkap, kekuatan ini penting untuk ,endorong bayi keluar dari
uterus dan vagina. (Sulistyawati, Ari.2013)
D. Psikologis
Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana
yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan
nyeri non farmakologis, memberi analgesia jika diperlukan, dan yang paling
penting berada disisi pasien adalah bentuk dukungan psikologis.
E. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam
menghadappi proses persalinan.
2.1.6 Penatalaksana
Setiap ibu bersalin mengahadapi resiko yang bisa jiwanya. Oleh karena itu, setiap
ibu bersalin harus mendapatkan pengawasan dan pemantauan yang terus menerus
sejak awal hingga persalinan berakhir.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

I. Mengenali tanda dan gejala kala dua


1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan.
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina.
c. Perineum tampak menonjol.
d. Vulva dan sfingter ani membuka.
II. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan melaksanakan komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.
a. Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan:
a) Tempat datar dan rata, bersih, kering dan hangat.
b) 3 handuk atau kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi).
c) Alat penghisap lendir.
d) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
b. Untuk ibu
a) Menggelar kain di perut bawah ibu.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit.
c) Alat suntik steril sekali pakai didalam partus set.
3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisu atau dengan
handuk yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior
(depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan
tersebut dalam larutan klorin 0,5%, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melaksanakan langkah selanjutnya.
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, bila selaput ketuban
masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit, cuci
tangan.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ masih
dalam batas normal (120-160x/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ dan asuhan yang diberikan
dalam partograf.
IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup
baik, bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran dan pastikan ibu nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat.
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran bila
belum selesai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman kecuali posisi berbaring terlentang
dalam waktu yang lama.
d. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi dan keluarga member dukungan.
e. Berikan cukup asupan peroral dan menilai DJJ setelah kontraksi.
f. Segera rujuk jika bayi belum lahir setelah pembukaan lengkap dan dipimpin
meneran 2 jam pada primigravida atau 1 jam pada multigravida.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok atau posisi yang nyaman jika belum ada
dorongan meneran.
V. Persiapan untuk melahirkan bayi.
15. Letakkan handuk bersih diperut bawah ibu untuk mengeringkan bayi, jika bayi telah
membuka vulva 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong.
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril ke kedua tangan.
VI. Pertolongan untuk melahirkan bayi.
Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan
yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi deflesi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat
dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat. Jika tali pusat melilit leher secara
longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit kuat,
klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem.
21. Setelah kepala bayi lahir, tunggu putar paksi luar berlangsung secara spontan.
Lahirnya Bahu

22. Setelah putaran paksi luar, pegang kepala bayi biparietal. Anjurkan ibu meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga muncul
bahu depan di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki.
VII. Asuhan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian selintas (bayi cukup bulan, menangis kuat, gerak aktif). Bila salah
satu jawaban tidak lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
26. Keringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali
kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau
kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah
ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal)
dan bukan kehamilan ganda (gameli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (IM) di 1/3 distal
lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan).
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu tangan
pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain
menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dan pusar bayi. Klem tali pusat
pada titik tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan
tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem
tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara dua klem.
b. Ikat tali pusat dengan benang steril pada satu sisi lingkarkan lagi dan ikat dengan
simpul kunci pada sisi lain.
c. Lepas klem dan masukkan dalam wadah yang disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan bahu bayi
sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau aerola mamae ibu.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
VIII. Manajemen Aktif Kala III Persalinan (MAK III)
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas sympisis), untuk
mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lain
mendorong uterus ke arah belakang atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya. Jika uterus
tidak segera berkontraksi, minta suami untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding dengan uterus ke arah dorsal ternyata
diikuti dengan pergeseran talipusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah
cranial hingga plasenta dilahirkan.
a. ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan sesuai sumbu jalan lahir (ke
arah bawah, sejajar lantai, atas).
b. jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem 5-10 cm dari vulva.
c. jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit ulangi pemberian oksitosin, lakukan
katerisasi jika kandung kemih penuh, ulangi PTT 15 menit berikutnya. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 menit atau terjadi perdarahan maka lakukan plasenta
manual.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput plasenta terpilin kemudian dilahirkan.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
IX. Periksa Perdarahan
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
X. Asuhan Pasca Persalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke larutan klorin 0,5%,
bersihkan noda darah dan cairan tubuh, celupkan. Cuci tangan.
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu atau keluarga melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
45. Evaluasi dan eliminasi jumlah kehilangan darah.
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit).
Kebersihan dan Keamanan
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas sertelah di dekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu makan dan minum yang diinginkan.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53. Clupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%. Rendam 10 menit.
54. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan.
55. Pakai sarung tangan bersih untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
56. Dalam satu jam pertama, beri salep atau tetes mata profilaksis infeksi, vitamin K1 1
mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi
(normal 40-60 x/menit) dan themperatur tubuh (normal 36,5-37,5ºC) setiap 15 menit.
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan
bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat
susukan.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin 0,5%
selama 10 menit.
59. cuci kedua tangan.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV persalinan.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Retensio Plasenta

1. Defenisi Retensio Plasenta

Retensio plasenta merupakan plasenta yang tidak terpisah dan


menimbulkan hemorhage yang tidak disadari dan disadari ketika durasi waktu

yang berlalu antara kelahiran bayi dan kelahiran plasenta yang diharapkan.
Dalam berbagai ilmu atau tenaga kesehatan khususnya bidan akan menunggu
selama setengah jam untuk mengetahui bahwa plasenta tertahan dalam uterus
atau belum lepas atau pun terlepas,namun tertahan akibat kontriksi yang terjadi
pada ostium uteri (Tando,2013: 90).
Plasenta yang tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala III dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta
dan uterus (Saifuddin,2014:526). Retensio plasenta merupakan tertahannya atau
belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir
(Nugroho T,2011 :158). Retensio plasenta merupakan kondisi di mana plasenta
belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, rata-rata gangguan pelepasan
plasenta disebabkan oleh kontraksi uterus (Kuswanti dan
Melina,2014:131).Retensio plasenta merupakan tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir, namun sebagian besar
gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus
( Nugroho,2010:143).

2. Klasifikasi Retensio Plasenta

Klasifikasi retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis yakni:

a. Plasenta adhesiva merupakan implantasi yang kuat dari jonjot karion


plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

b. Plasenta akreta merupakan implantasi jonjot karion plasenta hingga


menembus sebagian lapisan miometrium.

c. Plasenta inkreta merupakan implantasi jonjot karion plasenta hingga


mencapai atau menembus miometrium.

d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot karion plasenta yang menembus


lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata merupakan tertahannya plasenta di dalam
kavum

uteri,karena kontruksi ostium uteri.

3. Predisposisi Retensio Plasenta

Faktor resiko yang dapat terjadi pada tertahannya plasenta atau plasenta
tidak lahir selama durasi 30 menit yakni riwayat retensio plasenta, persalinan
premature, bekas luka operasi uterus, usia diatas 35 tahun dan Grandemultipara
(Akinola,dkk:2013:280).

Menurut Walyani,Purwoastuti (2013) bahwa predisposisi retensio


plasenta atau faktor resiko retensio plasenta adalah grandemultipara,bekas operasi
pada uterus,plasenta previa karena pada bagian ishmus uterus, pembuluh darah
sedikit sehingga menembus jauh kedalam dan kehamilan gemeli atau ganda yang
memerlukan implantasi plasenta yang sedikit luas serta infertilitas disebabkan
karena lapisan endometriumnya tipis.

4. Etiologi Retensio Plasenta

Penyebab retensio plasenta:

a. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :

1) Bila plasenta belum lepas sama sekali, maka tidak akan terjadi
perdarahan tetapi bila sebagian plasenta telah terlepas maka akan
terjadi perdarahan, hal ini akan menjadi indikasi untuk segera
mengeluarkannya.

2) Plasenta kemungkinan tidak keluar disebabkan oleh vesika urinaria


atau kandung kemih dan rektum penuh, hal yang harus dilakukan
dengan mengosongkannya.
3) Dapat diketahui plasenta telah lepas atau belum saat tindakan pemeriksaan
dalam dan tarikan tali pusat serta terjadi lebih dari 30 menit maka dapat
dilakukan plasenta manual (Maryunani, Yulianingsih, 2009).

b. Plasenta telah terlepas dari dinding uterus, namun belum keluar karena atonia uteri
atau adanya konstriksi pada bagian bawah Rahim (akibat kesalahan penanganan kalau

III) yang menyebabkan plasenta tidak lahir (plasenta inkarserata)


(Walyani,Purwoastuti, 2015:91). Penyebab funsional terjadinya retensio plasenta
yakni his kurang kuat (sebab terpenting), plasenta sukar terlepas karena tempat insersi

di sudut tuba, bentuknya plasenta membranacea, plasenta anularis dan ukuran plasenta
sangat kecil disebut plasenta adhesive. Sedangkan

sebab patologi-anatomis yakni klasifikasi dari perlekatan plasenta


(Pudiastuti,2012 :85).
5. Anatomi
a. Plasenta

1) Bentuk dan ukuran

Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran dari diameter 15-20 cm,
tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram. Rata-rata plasenta atau uri berbentuk lengkap
pada kehamilan kira-kira 16 minggu, tampak ruang amnion telah mengisi seluruh
rongga uterus.

2) Letak plasenta dalam uterus

Letak plasenta normal umumnya pada korpus uteri bagian depan atau
belakang agak kearah fundus uteri. Apabila letak plasenta dibagian bawah
dikatakan plasenta previa parsial,marginal dan totalis.
3) Pembagian plasenta

Plasenta terbagi dua yakni pada bagian fetal (janin) terdiri dari karion

frondosom dan vili, di bagian permukaan janin terdapat amnion yang tampak
licin,sedangkan pada bagian bawah amnion terdapat banyak cabang-cabang
pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan melakukan insersi pada plasenta

bagian permukaan janin. Sedangkan pada bagian maternal (ibu) terdiri atas
desidua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledo (15-20 buah).
Desidua basalis plasenta matang disebut lempeng karion dimana sirkulasi utero-

plasenta berjalan ke ruang-ruang intervili melalui tali pusat. Sehingga untuk


aliran darah ibu dan janin terpisah.

4) Faal plasenta

Nutrisi diperlukan untuk pemberian makanan terhadap janin. Respirasi


digunakan sebagai alat penyalur zat asam dan pembuangan co2. Ekskresi sebagai
alat pengeluaran sampah metabolisme. Produksi sebagai alat penghasil hormone-
hormon. Imunisasi sebagai alat penyalur bermacam-macam antibody ke janin.
Dan pertahanan digunakan sebagai alat menyaring obat-obatan dan kuman-
kuman yang dapat melewati plasenta.

5) Hormone plasenta
Hormone-hormon yang di hasilkan plasenta yakni HCG (human chorionic
gonadotropin), plasenta lactogen (chorionic somatomamotropin), estrogen,
progeteron serta hormone lainnya.
6) Tipe plasenta

Menurut bentuknya terdiri atas plasenta normal,plasenta membranosa


(tipis), plasenta suksenturiata (1 lobus), plasenta spuria, plasenta bilobus (2
lobus), dan plasenta trilobus (3 lobus). Menurut perlekatannya terdiri dari
plasenta adhesive(melekat),plasenta akreta (lebih melekat), plasenta ankreta
(melekat sampai ke otot polos) dan plasenta perkreta (sampai serosa)
(Jannah,2012: 75).

b. Selaput ketuban

Ruang yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan karion) berisi air
ketuban (liquor amnii). Ciri-ciri kimiawi dari amnion yakni volume air ketuban pada
kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500cc. Bila volume air ketuban < 500cc
disebut oligohidramnion,volume air ketuban >2000cc disebut polihidramnion. Air
ketuban berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis. Reaksi agak alkalis
atau netral dengan beta jenis 1,0008 dengan komposisi terdiri dari 98% air,sisanya
albumin,urea,verniks caseosa,rambut lanugo,asam urine,kreatin sel-sel epitel dan
garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6% g/liter,terutama albumin.

Faal dari air ketuban yakni untuk proteksi janin,mencegah perlekatan janin
dengan amnion, janin dapat bergerak bebas, regulasi terhadap panas dan perubahan
suhu,meratakan tekanan intra uteri, membersihkan jalan lahir bila ketuban sudah
pecah, dapat mempercepat peredaran darah ibu dan perputaran cepat kira-kira 350-
500 cc.

Air ketuban berasal dari kencing janin (fetal urine), transfusi dari darah ibu,
sekresi dari epitel amnion da nasal campuran (mixed origin). Beberapa cara untuk
mengenali air ketuban di antaranya dengan lakmus yang akan berwarna biru ketika
lakmus terpapar air ketuban. Secara makroskopis akan berbau amis,adanya
lanugo,verniks caseosa dan ketuban akan bercampur mekonium. Namun secara
mikroskopis akan tampak lanugo dan rambut serta dalam pemeriksaan laboratorium
kadar urea rendah dibanding dengan air kemih (Jannah, 2012: 71).

d. Tali pusat
Struktur tali pusat merentang dari pusat janin hingga ke plasenta bagian
permukaan fetal janin. Warna bagian luar putih merupakan tali yang terpilin dengan
panjang rata-rata 55-59 cm, diameter 1-2,5 cm. Terdiri dari zat seperti agar-agar yang
disebut jelly harton yang mencegah kompresi pembuluh darah sehingga pemberian
makanan yang kontinu untuk embrio-janin. Struktur dari tali pusat terdiri atas 2 arteri
umbilikalis (menghubungkan sistem kardiovaskuler) terbentuk kira-kira minggu ke

sepuluh) serta jelly harton (jaringa lembek yang berfungsi untuk melindungi
pembuluh darah). Adapun jenis dari tali pusat yaitu insersi sentralis (di tengah),
insersi lateralis, insersi marginal dan insersi velamentosa (Jannah, 2012: 73).

6. Tanda dan Gejala Retensio Plasenta

Gejala yang secara umum selalu ada yakni plasenta belum lahir dalam
waktu 30 menit dan perdarahan segera kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang
timbul yakni tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan,
dan perdarahan lanjutan. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera dan kontraksi uterus baik tapi tinggi
fundus tidak berkurang.

Tabel 1.1 Gambaran dan Dugaan Penyebab Retensio Plasenta


Plasenta
Gejala Separasi/akreta inkarserata Plasenta akreta
parsial

Konstriksi
uterus Kenyal Keras Cukup

Tunggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat

Bentuk fundus Diskoid Agak globuler Discoid


Sedikit atau
Perdarahan Sedang-banyak Sedang tidak
ada

Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur

Ostium uteri Terbuka Kontriksi Terbuka


Separasi Melekat
plasenta Lepas sebagian Sudah lepas seluruhnya

Syok Sering Jarang Jarang sekali

Sumber : Nugroho ,2011:144


Pada gambaran dan dugaan penyebab retensio, untuk jenis retensio plasenta
dengan separasi parsial penatalaksanaan tindakan, dapat melakukan peregangan tali

pusat terkendali. Untuk pelaksanaaan sebelumnya melakukan pemasangan infus


oksitosin 20 unit dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit. Bila perlu,
kombinasikan dengan misoprostol 400mg melalui rectal (sebaiknya tidak

menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan


plasenta terperangkap dalam kavum uteri). Jika peregangan tali pusat terkendali
gagal maka lakukan manual plasenta. Pemberian cairan untuk menghindari

hipovolemia dan melakukan transfusi darah apabila diperlukan dan


pemberianantibiotika profilaksis (ampisilin 2g IV/oral dan metronidazol 1g
supositoria/oral) (Pudiastuti,2012:89 ).

Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta dalam kavum uteri,


disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. Penanganan pada plasenta inkarserata yakni
dengan mencoba 1-3 kali dengan prasat Crede. Bila prasat Crede gagal, maka
lakukan manual plasenta,transfusi darah bila perlu dan pemberian uterotonika dan
antibiotik (Kuswanti dan Melina,2014:132).

Plasenta akreta adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

implantasi plasenta yang sangat kuat menempel pada dinding uterus, akibat dari tidak
adanya desidua basalis dan ketidaksempurnaan pembentukan lapisan fibrinoid atau
lapisan nitabuch. Plasenta akreta umumnya dapat diketahui ketika pecahnya ketuban

disertai perdarahan vagina,kegawatan janin, bahkan kematian janin. Ketika terjadi


perdarahan akut dari plasenta akreta yang pecah, direkomendasikan untuk segera
melahirkan. Plasenta akreta dapat didiagnosis sebelum kelahiran dengan

menggunakan USG. Penatalaksanaan utama untuk plasenta akreta bergantung pada


diagnosis prenatal yakni melalui tindakan operatif (Fauziyah,Yulia 2012:79-83).

7. Penanganan Retensio Plasenta


a. Penanganan secara umum

1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan dan jika
terasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Apabila diperlukan lakukan
kateterisasi kandung kemih.
3) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit secara Intamuskular,
jika belum dilakukan pada kala III.

4) Jangan berikan ergometri karena dapat menyebabkan kontraksi uterus yang


tonik yang bisa memperlambat pengeluaran plasenta.

5) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan


uterus teraba berkontraksi lakukan penarikan tali pusat terkendali.

6) Jika traksi pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk mengeluarkan


plasenta secara manual. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji
pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7
menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah
menunjukkan koagulapati.

7) Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam,secret vagina yang berbau), berikan


antibiotik untuk metritis.
b. Penanganan secara khusus

1) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang di
ambil.

2) Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta
tidak terjadi coba traksi terkontrol tali pusat.

3) Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes


permenit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal
(sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul
dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri).
4) Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan
perdarahan.
5) Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.
6) Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2g IV/oral+metronidazole 1g
supositorial/oral).
7) segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat,infeksi dan syok
hemoragik.
8. Penatalaksanaan Retensio Plasenta

Bagan 1.1 Penatalaksanaan Retensio Plasenta

Sumber: Kemenkes dan HOGSI,2013

Menurut WHO, Pengeluaran dengan manual plasenta merupakan prosedur


kebidanan yang umum dilakukan pada tahap kala III persalinan sebagai tindakan
segera terhadap plasenta yang tertahan selama durasi 30 menit (Akinola,dkk:2013).
Manual Plasenta adalah tindakan untuk melepaskan plasenta secara manual dengan
tindakan menjemput dengan tangan dari tempat implantasinya dan kemudian
melahirkan melalui kavum uteri.
Prosedur
a. Persiapan

1) Pasang infus set dan cairan infus.

2) Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.

3) Lakukan anastesi verbal atau analgesia per rectal.

4) Siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan infeksi.

b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri


1) Pasang sarung tangan panjang DTT

2) Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong

3) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan
satu tangan sejajar lantai.

4) Secara obstetric masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke


bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.

5) Setelah mencapai ujung serviks, minta asisten atau penolong lain untuk
memengang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.

6) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
7) Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti posisi jari-jari merapat.
8) Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah.Bila plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap di
sebelah atas dan sisipkan ujung-ujung jari tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghadap kebawah.Bila korpus depan maka
pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung-ujung jari-jari
tangan diantara plasenta dan diding uters serta punggung tangan menghadap ke
atas.

9) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri
sambil digeserkan ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta
terlepas dari dinding uterus.
10) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.

11) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah
uterus) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta keluar.

12) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisi) uterus kearah
dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam
wadah yang telah di sediakan.

13) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepas) dan peralatan lain yang
digunakan.

14) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
15) Cuci dengan sabun, kemudian keringkan dengan handuk bersih
16) Periksa kembali tanda-tanda vital
17) Mencatat keadaan umum ibu dan laporan tindakan
18) Menulis rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan asuhan
lanjutan.
19) Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu
masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
20) Melanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum
dipindahkan keruangan rawat gabung.
2. Tahapan Asuhan Manajemen kebidanan Varney

Langkah-langkah manajemen kebidanan merupakan suatu proses


penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis di dalam
mengantisipasi maslah. Ada tujuh langkah dalam manajemen kebidanan menurut
Varney yang akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Langkah I : Identifikasi data dasar


Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengakajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara
lengkap (Mangkuji,dkk,2013:5). Data yang dikumpulkan antara lain :

1) Data Subjektif

Data subyektif adalah data yang diperoleh dan hasil bertanya dari pasien, suami
atau keluarga.

a) Identitas klien
(1) Nama digunakan untuk membedakan klien, mengetahui dan mengenal pasien.

(2) Umur untuk mengetahui adanya faktor resiko

(3) Suku atau Bangsa untuk mengetahui social budaya ibu yang dapat
mempengaruhi perilaku kesehatan.

(4) Agama untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing


atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(5) Pendidikan untuk mengetahui konseling yang penting dalam pemberian KIE.

(6) Pekerjaan untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi.

(7) Alamat untuk mengetahui keadaan social,lingkungan dan mempermudah


kunjungan rumah bila perlu.

Pada pengumpulan data yakni identintitas pasien, umur merupakan


termasuk faktor resiko dari kasus retensio plasenta

b) Keluhan Utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke


fasilitas pelayanan kesehatan. Keluhan yang muncul adalah mengalami
perdarahan yang lebih banyak, lemas, pucat dan merasa mules.
c) Riwayat Menstruasi
Umur menarche, siklus, lamanya haid, dan adanya dismenorhoe.

d) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui pasien menikah umur berapa kali menikah, lama


menikah dan merupakan istri atau suami yang ke berapa.

e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Riwayat kehamilan yang lalu meliputi jumlah anak, anak yang lahir hidup,
persalinan aterm, persalinan premature, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (forceps, vakum atau operasi seksio sesaria), riwayat
perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya, kehamilan dengan
tekanan darah tinggi, berat badan bayi <2.500 gram atau > 4.000 gram dan
masalah-masalah lain yang dialami ibu.

f) Riwayat Kehamilan Sekarang

Menurut Rohani,dkk (2011) data subjektif dari riwayat kehamilan antara lain:

(1) Haid pertama dan haid terakhir merupakan data dasar yang diperlukan untuk
menentukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau prematur.

(2) Kapan bayi lahir (menurut taksiran ibu) merupakan data dasar untuk
menentukan usia kehamilan menurut tafsiran atau perkiraan ibu.
(3) Tafsiran persalinan.

(4) Keluhan pada waktu trimester I, II, III.

(5) 33
(6) Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya dan dimana ibu
memeriksakan kehamilannya. Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi
masalah potensial yang dapat terjadi pada persalinan ini.

(7) Imunisasi TT, sudah pernah diimunisasi TT atau belum, berapa kali,
dimana, teratur atau tidak.
g) Riwayat Keluarga Berencana

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut keluaga berencana


(KB) dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi.

h) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang dikaji untuk mengetahui keluhan yang ibu
alami saat ini, yang berhubungan dengan kesehatannya.
(2) Riwayat Kesehatan yang Lalu

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita suatu


penyakit kronis, menular maupun penyakit infeksi, apakah pasien pernah
menjalani operasi. Jika pernah jenis operasi apa yang dialami dan kapan operasi
tersebut berlangsung.

i) Riwayat Kesehatan Keluarga

Merupakan data mengenai latar belakang kesehatan keluarga yang meliputi


anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular,
penyakit yang dapat diturunkan, penyakit kronis dan penyakit menahun, seperti:
diabetes melitus, jantung hipertensi, ginjal, asma, TBC, gonorhoe, AIDS dan
kelainan pembekuan darah.
j) Riwayat Psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Dapat


menanyakan langsung kepada klien mengenai bagaimana perasaannya terhadap
kehamilannya.

k) Riwayat Sosial dan Ekonomi

Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan
hidup sehat, merokok dan minuman-minuman keras, mengkonsumsi obat
terlarang, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang
diinginkan untuk membantu persalinan.

l) Pola Kebiasaan Sehari-hari

(1) Nutrisi digunakan untuk data nutrisi perlu diketahui pola makan dan
minum klien yang meliputi frekuensi, kualitas, porsi makan, jenis
makanan yang disukai dan jenis makanan pantangan.
(2) Eliminasi dapat menggambarkan berapa kali sehari klien BAK dan
BAB, warna fesesnya, konsistensi fesesnya dan keluhannya.

(3) Pola Istirahat untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa
lama ibu tidur pada malam hari.

(4) Pola Seksual untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan akseptor
dalam hubungan seksual.
(5) Pola Hygiene untuk mengetahui frekuensi mandi, gosok gigi, kebersihan
perawatantubuh terutama genetalia berapa kali dalam sehari.

(6) Aktivitas untuk mengetahui kondisi tubuh yang lemah atau adanya nyeri akibat
penyakit-penyakit yang dialaminya.
(7) Penggunaan Obat-obatan dan Rokok

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan


atau jamu-jamuan selama hamil atau tidak. Jamu-jamuan dapat menyebabkan
perlekatan plasenta semakin kuat sehingga memicu tejadinya retensio plasenta.
2) Data Objektif

(1) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara memeriksa keadaan umum ibu


yakni:

(a) Keadaan Umum untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah


baik, sedang, atau buruk. Pada Ny’’H” dengan retensio plasenta,
keadaan umum ibu sedang.

(b) Kesadaran untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah


composmentis, somnolen atau koma. Kesadaran composmentis
pada ibu bersalin dengan retensio plasenta.

(c) Tekanan Darah untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dengan


dinilai hipertensi dengan satuan mmHg. Batas nomalnya tensi
adalah 90/60 – 130/90 mmHg.

(d) Suhu untuk mengetahui suhu badan waktu inpartu tidak melebihi
dari 37,2oC, sesudah partus dapat naik 0,5oC dari keadaan normal
tetapi tidak melebihi 38oC. Normalnya 36,5oC – 37,5oC.

(e) Nadi Untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan menghitung dalam 1
menit, sedangkan normal denyut nadi dalam 1 menit adalah 60-100 x/ menit.
(f) Pernapasan untuk mengetahui pernapasan pasien dalam waktu 1 menit.
Sedangkan normalnya pernapasan dalam 1 menit adalah 16-24 x/ menit.

(g) Berat Badan untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil,
penambahan badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu, tetapi nilai normal untuk
penambahan berat badan selama hamil 9-12 kg.

(h) Tinggi Badan untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145 cmatau
tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak.

(i) LILA untuk mengetahui lingkar lengan ibu 23,5 cm atau tidak, termasuk
resiko tinggi atau tidak.
(2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik menggunakan empat cara yakni :

(a) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan menggunakan indera


penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari
bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi
bentuk,warna,posisi,ukuran,tumor dan lainnya dari tubuh pasien (Ambarwati dan
Sunarsih,2011:119).

(b) Palpasi

Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakkan dengan perabaan


dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat
digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh,adanya
getaran,pergerakan,bentuk,konsisten dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan
dari jaringan atau organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan
tindakan penengasan dari hasil inspeksi, di samping untuk menemukan yang tidak
terlihat (Ambarwati dan Sunarsih,2011:120).
(c) Perkusi

Perkusi adalah tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran


atau gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh
yang diperiksa. Pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan ketokan jari
atau tangan pada permukaaan tubuh (Ambarwati dan Sunarsih,2011:121).
(d) Auskultasi

Auskultasi adalah suatu tindkan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi


yang berbentuk di dalam organ tubuh.untuk mendeteksi adanya kelainan dengan
cara membandingkan dengan bunyi normal (Ambarwati dan Sunarsih,2011:122).
(a) Wajah untuk mengetahui apakah oedema atau tidak

(b) Mata untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah muda,
warna

sclera putih atau kuning.

(c) Leher untuk mengetahui ada pembesaran vena jugularis, kelenjar thyroid atau
kelenjar getah bening.

(d) Payudara untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, simetris

atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau nyeri tekan atau

tidak.

(e) Abdomen untuk mengetahui terdapat bekas operasi,strie, linea atau tidak serta

ukuran, bentuk uterus dan tinggi fundus uterus (TFU).

(f) Genetalia untuk mengetahui ada atau tidak oedema,varices, dan laserasi.

(g) Anus untuk mengetahui adanya haemoroid

(h) Ekstremitas untuk mengetahui adanya oedema, varices dan kelainan atau
tidak,reflek patela apabila ada kontraksi berarti refleks otot baik
(Kusmiyanti,2012:155).

Data Pemeriksaan Laboratorium

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosis apabila


diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan
hemoglobin dan hemotokrit.

b. Langkah II: Interpretasi data dasar

Menginterpretasikan semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga


ditemukan diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada
nomenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan
pengalaman klien ditemukan dari hasil pengkajian (Mangkuji,dkk, 2013 : 5).
Dari data dasar yang diperoleh yakni plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit setelah bayi lahir,pemeriksaan fisik khususnya abdomen yakni tinggi fundus
uteri,penataksanaan manajemen aktif kala III yakni pemberian suntikan
oxytocindi paha dan drips pada cairan infus dan penegangan tali pusat terkendali
(PTT),faktor resiko,dan perdarahan,. Dengan demikian diagnosis nonmenklatur
yakni retensio plasenta.

c. Langkah III :Identifikasi diagnosis atau masalah potensial


Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan
rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah terindentifikasi. Berdasarkan temuan
tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis atau masalah tidak
terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis atau masalah tersebut
benar-benar terjadi (Mangkuji,dkk, 2013 : 5).

Masalah potensial yang dapat terjadi akibat retensio plasenta adalah


perdarahan penatalaksanaan segera yang dapat dilakukan manual plasenta.
d. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan
tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain
masih bisa menunggu beberapa waktu lagi (Mangkuji,dkk, 2013 : 6).

Tindakan segera yang harus dilakukan pada Ny’’S” dengan retensio


plasenta sesuai dengan keadaan umum dan tanda-tanda vital adalah memperbaiki
keadaan umum dengan pemasangan infus.

e. Langkah V: Perencanaan asuhan yang menyeluruh

Direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan


langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi hal yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi
selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien.Setiap

asuhan yang direncanakan harus disetujui oleh kedua pihak, yakni bidan dan
pasien (Mangkuji,dkk, 2013 : 6).
Retensio plasenta membutuhkan penganganan kegawatdaruratan obstetric
yakni penatalaksanaan manual plasenta, untuk menghindari perdarahan hebat.
Dengan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat sebelum dan
sesudah penatalaksanaan, persiapan darah untuk transfusi apabila dibutuhkan.

f. Langkah VI: Pelaksanaan


Melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara
aman dan efesien.kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim

kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri,bidan tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksananya. Dalam situasi ini, bidan harus
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan

harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh


yang telah dibuat bersama tersebut (Mangkuji,dkk, 2013 : 6).

Perencanaan penatalaksanaan manual plasenta untuk retensio plasenta,


dapat dilakukan dengan adanya kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi,
dan melakukan transfusi darah apabila diperlukan.

g. Langkah VII: Evaluasi

Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang


mengcakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar
terlaksana atau terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam
masalah dan diagnosis. Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak
efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak aktif
(Mangkuji,dkk,2013 :6).

Evaluasi yang dapat dilakukan pada retensio plasenta yakni plasenta lahir
lengkap,keadaan umum,tanda-tanda vital,infus dan terapi obat,kontraksi, tinggi
fundus uteri dan perdarahan.

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP terdiri
dari empat langkah yaitu;
S : Data Subjektif
Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien dapat berupa keluhan
yang dicatat langsung dan akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. Seperti
keluhan merasa kenceng-kenceng, nyeri pada punggung, ingin meneran
1) Data Subjektif

Data subyektif adalah data yang diperoleh dan hasil bertanya dari pasien, suami
atau keluarga.

b) Identitas klien

(1) Nama digunakan untuk membedakan klien, mengetahui dan mengenal pasien.

(2) Umur untuk mengetahui adanya faktor resiko

(3) Suku atau Bangsa untuk mengetahui social budaya ibu yang dapat
mempengaruhi perilaku kesehatan.

(4) Agama untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing


atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(5) Pendidikan untuk mengetahui konseling yang penting dalam pemberian KIE.

(6) Pekerjaan untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi.

(7) Alamat untuk mengetahui keadaan social,lingkungan dan mempermudah


kunjungan rumah bila perlu.

Pada pengumpulan data yakni identintitas pasien, umur merupakan


termasuk faktor resiko dari kasus retensio plasenta

b) Keluhan Utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke


fasilitas pelayanan kesehatan. Keluhan yang muncul adalah mengalami
perdarahan yang lebih banyak, lemas, pucat dan merasa mules.
c) Riwayat Menstruasi

Umur menarche, siklus, lamanya haid, dan adanya dismenorhoe.

d) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui pasien menikah umur berapa kali menikah, lama


menikah dan merupakan istri atau suami yang ke berapa.

e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu


Riwayat kehamilan yang lalu meliputi jumlah anak, anak yang lahir hidup,
persalinan aterm, persalinan premature, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (forceps, vakum atau operasi seksio sesaria), riwayat
perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya, kehamilan dengan
tekanan darah tinggi, berat badan bayi <2.500 gram atau > 4.000 gram dan
masalah-masalah lain yang dialami ibu.

f) Riwayat Kehamilan Sekarang

Menurut Rohani,dkk (2011) data subjektif dari riwayat kehamilan antara lain:

1. Haid pertama dan haid terakhir merupakan data dasar yang diperlukan
untuk menentukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau prematur.
2. Kapan bayi lahir (menurut taksiran ibu) merupakan data dasar untuk
menentukan usia kehamilan menurut tafsiran atau perkiraan ibu.
3. Tafsiran persalinan.
4. Keluhan pada waktu trimester I, II, III.
5. Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya dan dimana ibu
memeriksakan kehamilannya. Hal ini diperlukan untuk
mengidentifikasi masalah potensial yang dapat terjadi pada persalinan
ini.
6. Imunisasi TT, sudah pernah diimunisasi TT atau belum, berapa kali,
dimana, teratur atau tidak.
h) Riwayat Keluarga Berencana

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut keluaga berencana


(KB) dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi.

i) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat kesehatan sekarang dikaji untuk mengetahui keluhan yang ibu
alami saat ini, yang berhubungan dengan kesehatannya.
(2) Riwayat Kesehatan yang Lalu

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita suatu


penyakit kronis, menular maupun penyakit infeksi, apakah pasien pernah
menjalani operasi. Jika pernah jenis operasi apa yang dialami dan kapan operasi
tersebut berlangsung.

i) Riwayat Kesehatan Keluarga

Merupakan data mengenai latar belakang kesehatan keluarga yang meliputi


anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular,
penyakit yang dapat diturunkan, penyakit kronis dan penyakit menahun, seperti:
diabetes melitus, jantung hipertensi, ginjal, asma, TBC, gonorhoe, AIDS dan
kelainan pembekuan darah.
j) Riwayat Psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Dapat


menanyakan langsung kepada klien mengenai bagaimana perasaannya terhadap
kehamilannya.

k) Riwayat Sosial dan Ekonomi

Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan
hidup sehat, merokok dan minuman-minuman keras, mengkonsumsi obat
terlarang, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang
diinginkan untuk membantu persalinan.
m) Pola Kebiasaan Sehari-hari

(1) Nutrisi digunakan untuk data nutrisi perlu diketahui pola makan dan
minum klien yang meliputi frekuensi, kualitas, porsi makan, jenis
makanan yang disukai dan jenis makanan pantangan.

(2) Eliminasi dapat menggambarkan berapa kali sehari klien BAK dan
BAB, warna fesesnya, konsistensi fesesnya dan keluhannya.

(3) Pola Istirahat untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa
lama ibu tidur pada malam hari.

(4) Pola Seksual untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan akseptor
dalam hubungan seksual.
(8) Pola Hygiene untuk mengetahui frekuensi mandi, gosok gigi, kebersihan
perawatantubuh terutama genetalia berapa kali dalam sehari.

(9) Aktivitas untuk mengetahui kondisi tubuh yang lemah atau adanya nyeri akibat
penyakit-penyakit yang dialaminya.
(10) Penggunaan Obat-obatan dan Rokok
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan
atau jamu-jamuan selama hamil atau tidak. Jamu-jamuan dapat
menyebabkan perlekatan plasenta semakin kuat sehingga memicu
tejadinya retensio plasenta.
O : Data Objektif
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium
dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus. Seperti tanda tanda
vital, pembukaan serviks, ketuban, warna ketuban, penurunan kepala, presentasi
kepala, hasil laboratorium Hb, protein urine, golongan darah, dll.
Masalah potensial yang dapat terjadi akibat retensio plasenta adalah
perdarahan penatalaksanaan segera yang dapat dilakukan manual plasenta.

(1) Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara memeriksa keadaan umum ibu yakni:
a. Keadaan Umum untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,
sedang, atau buruk. Pada Ny’’H” dengan retensio plasenta, keadaan
umum ibu sedang.
b. Kesadaran untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah
composmentis, somnolen atau koma. Kesadaran composmentis pada ibu
bersalin dengan retensio plasenta.
c. Tekanan Darah untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dengan dinilai
hipertensi dengan satuan mmHg. Batas nomalnya tensi adalah 90/60 –
130/90 mmHg.
d. Suhu untuk mengetahui suhu badan waktu inpartu tidak melebihi dari
37,2oC, sesudah partus dapat naik 0,5oC dari keadaan normal tetapi tidak
melebihi 38oC. Normalnya 36,5oC – 37,5oC.
e. Nadi Untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan menghitung dalam 1
menit, sedangkan normal denyut nadi dalam 1 menit adalah 60-100 x/
menit.
f. Pernapasan untuk mengetahui pernapasan pasien dalam waktu 1 menit.
Sedangkan normalnya pernapasan dalam 1 menit adalah 16-24 x/ menit.
g. Berat Badan untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama
hamil, penambahan badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu, tetapi nilai
normal untuk penambahan berat badan selama hamil 9-12 kg.
h. Tinggi Badan untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145
cmatau tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak.
i. LILA untuk mengetahui lingkar lengan ibu 23,5 cm atau tidak, termasuk
resiko tinggi atau tidak.

Pemeriksaan fisik menggunakan empat cara yakni :

(a) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan menggunakan indera


penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari
bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi
bentuk,warna,posisi,ukuran,tumor dan lainnya dari tubuh pasien (Ambarwati dan
Sunarsih,2011:119).

(b) Palpasi

Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakkan dengan perabaan


dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat
digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh,adanya
getaran,pergerakan,bentuk,konsisten dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan
dari jaringan atau organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan
tindakan penengasan dari hasil inspeksi, di samping untuk menemukan yang tidak
terlihat (Ambarwati dan Sunarsih,2011:120).
(c) Perkusi

Perkusi adalah tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran


atau gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh
yang diperiksa. Pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan ketokan jari
atau tangan pada permukaaan tubuh (Ambarwati dan Sunarsih,2011:121).

(d) Auskultasi

Auskultasi adalah suatu tindkan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi


yang berbentuk di dalam organ tubuh.untuk mendeteksi adanya kelainan dengan
cara membandingkan dengan bunyi normal (Ambarwati dan Sunarsih,2011:122).
(c) Wajah untuk mengetahui apakah oedema atau tidak

(d) Mata untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah muda,
warna

sclera putih atau kuning.

(i) Leher untuk mengetahui ada pembesaran vena jugularis, kelenjar thyroid atau
kelenjar getah bening.

(j) Payudara untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, simetris

atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau nyeri tekan atau

tidak.

(k) Abdomen untuk mengetahui terdapat bekas operasi,strie, linea atau tidak serta

ukuran, bentuk uterus dan tinggi fundus uterus (TFU).

(l) Genetalia untuk mengetahui ada atau tidak oedema,varices, dan laserasi.

(m)Anus untuk mengetahui adanya haemoroid

(n) Ekstremitas untuk mengetahui adanya oedema, varices dan kelainan atau

tidak,reflek patela apabila ada kontraksi berarti refleks otot baik

(Kusmiyanti,2012:155).

Data Pemeriksaan Laboratorium

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosis apabila


diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan
hemoglobin dan hemotokrit.

A : Analisa
Menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa/masalah, antisipasi
diagnosisi/kemungkinan masalah, dan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter. Contohnya pada kala I analisis yang dapat diberikan yaitu G2P1001 usia
kehamilan 38 minggu inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup intrauterine.
Masalah potensial yang dapat terjadi akibat retensio plasenta adalah
perdarahan penatalaksanaan segera yang dapat dilakukan manual plasenta.
P : Penatalaksaan
Pelaksanaan asuhan atau prosedur asuhan yang telah dilakukan.Observasi
kemajuan persalinan, memposisikan ibu dengan posisi yang nyaman, melakukan
IMD, melakukan penegangan tali pusat, memotivasi ibu untuk melakukan
mobilisasi dan memberikan asi ekslusif (Saminem. 2010).
1. Pasang infus set dan cairan infus.
2. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.
3. Lakukan anastesi verbal atau analgesia per rectal.
4. Siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan infeksi.
5. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
6. Pasang sarung tangan panjang DTT
7. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
8. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan
satu tangan sejajar lantai.
9. Secara obstetric masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
10. Setelah mencapai ujung serviks, minta asisten atau penolong lain untuk
memengang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.
11. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
12. Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti posisi jari-jari merapat.
13. Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah.Bila plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap di
sebelah atas dan sisipkan ujung-ujung jari tangan diantara plasenta dan
dinding uterus dimana punggung tangan menghadap kebawah.Bila korpus
depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung-
ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan diding uters serta punggung
tangan menghadap ke atas.
14. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri
sambil digeserkan ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta
terlepas dari dinding uterus.
15. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
16. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah
uterus) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali
pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar.
17. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisi) uterus
kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah di sediakan.
18. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepas) dan peralatan lain yang
digunakan.
19. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
20. Cuci dengan sabun, kemudian keringkan dengan handuk bersih
21. Periksa kembali tanda-tanda vital
22. Mencatat keadaan umum ibu dan laporan tindakan
23. Menulis rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan asuhan
lanjutan.
24. Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu
masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
25. Melanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum
dipindahkan keruangan rawat gabung.
2.2.1 Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian secara SOAP

Alur pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses pendokumentasian Pendokumentasian


kebidanan 7 langkah Varney

7 langkah Varney SOAP Notes


Subjektif
Data
Objektif

Masalah/Diagnosa
Antisipasi masalah
potensial
Assessment
Menetapkan kebutuhan
segera untuk
konsultasi/kolaborasi

Merencanakan asuhan Penatalaksanaan :


yang menyeluruh 1. Konsul
2. Tes diagnisik
Melaksanakan asuhan 3. Rujukan
4. Pendidikan/konseling
Mengevaluasi keefektifan 5. Follow up
asuhan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114

Format Asuhan Kebidanan Pada Ibu bersalin (INC)

I. Pengkajian
Tanggal : 02-03-2020 Jam : 15.00 WIB
No. RM : 061xxx
Nama : Ny. S Nama Suami: Tn. H
Umur : 35 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA
Alamat : Jl Merbabu no 206 8/1 Dermo Mojoroto Kediri

Cara Masuk :
Datang sendiri Rujukan dari :
Diagnosa MRS :

A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama :
Ari ari belum lahir 30 menit setelah bayi lahir dan badan terasa lemas

2. Kronologi persalinan :
Pada tanggal 02-03-2020 Jam 14.30 WIB ibu melahirkan anak ketiga, bayi lahir
normal, segera menangis , gerak aktif, kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki.
Menjepit tali pusat, kemudian potong tali pusat. Tali pusat terpotong dan tampak di
depan vulva, pada jam 14.31 WIB sudah disuntikkan oxytocin 10 IU dan belum ada
tanda - tanda pelepasan plasenta, jam 14.46 WIB disuntikkan oxytocin kedua (10 IU),
tidak ada tanda - tanda pelepasan plasenta. Keluar darah dari jalan lahir ± 400 cc.
Kontraksi uterus keras, TFU setinggi pusat.

3. Riwayat menstruasi
 Usia menarche : 12 tahun
 Jumlah darah haid : ganti pembalut 3-4 kali/hari
 HPHT : 10 Juni 2019
 Keluhan saat haid : tidak ada
 Lama haid : 7-8 hari
 Flour albus : ada menjelang menstruasi
 TP : 17 Maret 2020

3. Riwayat hamil ini


 TM 1 : mual muntah, flek flek dan periksa sebanyak 2 kali di bidan, dokter
sebanyak 2 kali. Diberikan terapi asam folat, gastrusit dan obat penguat
kandungan ( utrogestan )
 TM 2 : tidak ada keluhan, periksa sebanyak 1 kali di bidan dan 1 kali di
Puskesmas. Diberikan terapi Bc, Kalk, Tablet Fe
 TM 3 : ibu sering kencing, sulit tidur di malam hari, sakit pinggang. Periksa
sebanyak 4 kali di bidan 1 kali di Rumah Sakit. Diberikan terapi etabion dan kalk
 Riwayat imunisasi TT :
TT 5
 Tanda bahaya dan penyulit kehamilan :
Flek flek pada kehamilan TM 1
 Obat yang pernah dan sedang di konsumsi :
Ibu mengkonsumsi obat penguat kandungan dari dokter kandungan saat hamil
muda
 Kekhawatiran khusus :
Ibu khawatir karena ari ari belum lahir

4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.


P 3003
Keadaan
Tgl,th Tempat Umur Jenis Penolong Anak anak
No Penyulit
partus partus kehamilan persalinan persalinan JK/BB sekarang

1. 2013 Rumah 9 bulan Normal Bidan Tidak Laki- Sehat


sakit ada laki/
2900
2. 2015 Rumah 9 bulan Normal Bidan Tidak gram Sehat
sakit ada Laki-
laki/2700
gram
3. 02- Rumah 7 bulan Normal Bidan Tidak Laki laki Sehat
03- sakit ada
2020

5. Riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita :


Ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita sakit kencing manis, darah tinggi, batuk
menahun, jantung, sesak nafas.

6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit :
Di dalam keluarga ibu maupun suami tidak pernah menderita dan tidak sedang
menderita sakit kencing manis, darah tinggi, batuk menahun, jantung, sesak nafas.

7. Status pernikahan : ya
Nikah 1 kali, nikah usia 28 tahun, lama menikah 7 tahun

8. Riwayat psiko sosial ekonomi


- Respon ibu dan keluarga terhadap persalinan
Ibu dan keluarga senang dengan kelahiran bayinya tetapi ibu khawatir karena ari
ari belum lahir
- Dukungan keluarga
Ibu mendapat dukungan keluarga berupa semangat maupun doa dan suami
mendampingi saat persalinan
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
Suami
- Kebiasaan hidup sehat
Ibu mandi 2 kali sehari, ganti baju dan pakaian dalam 2 kali sehari, ibu tidak
merokok dan tidak meminum minuman beralkohol
- Beban kerja sehari
Ibu sebagai ibu rumah tangga melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu,
memasak, mencuci
- Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan
Rumah sakit dan ditolong bidan
- Penghasilan keluarga
± Rp 2.000.000,- per bulan adalah penghasilan suami

9. Riwayat KB dan rencana KB


Metode yang pernah dipakai : ibu menggunakan KB implan
Lama : 3 tahun
Komplikasi dari KB : tidak ada
Rencana KB selanjutnya: belum tahu

10. Riwayat Ginekologi :


Ibu tidak pernah menderita kanker, kista, mioma, kemandulan

11. Pola nutrisi/ eliminasi/ istirahat


- Pola makan : 3 kali sehari 1 piring nasi, sayur, dan lauk ikan telur
- Pola minum : 6-8 gelas/hari
- Pola eliminasi :
BAK 5 x/hari, keterangan : Jernih
BAB 1 kali/hari, keterangan : lembek
- Keluhan BAK : tidak ada
- Keluhan BAB : tidak ada

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Composmentis
BB/TB : 63 kg/157 cm Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100 kali/menit Suhu : 36,70C
Pernafasan : 22 kali/menit

2. Pemeriksaan Fisik
- Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda
- Rahang, gigi, gusi : tidak ada caries gigi, gusi tidak berdarah
- Leher : tidak ada bendungan atau pembesaran vena jugularis
- Dada : aerola hiperpigmentasi Kolostrum
Puting susu menonjol
- Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Sistem respiratori : tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
- Sistem kardio : tidak ada nyeri dada, tidak ada murmur, tidak ada palpitasi
- Keadaan ekstremitas (atas dan bawah) :
Ekstremitas atas : tidak oedema
Ekstremitas bawah : tidak oedema, reflek patella +/+
- Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
Inspeksi :
Tidak ada luka bekas operasi, terlihat linea nigra, striae albican
Palpasi : TFU setinggi pusat, UC keras, kandung kemih kosong

b. Ano genital
Inspeksi : tidak terlihat adanya varises dan luka, terlihat
perdarahan ± 400 cc, terlihat tali pusat di depan vulva, tidak ada hemoroid.

Inspekulo : Tidak dilakukan

3. Pemeriksaan laboratorium : ( saat di UGD )


Tanggal : 02-03-2020 Jam : 10.00 WIB
Laboratorium lengkap.
- Hemoglobin : 12,4 gr/dl
- Leukosit : 100.000 /ul
- Trombosit : 395.000 /ul
- HIV : Non Reaktif
- HbSAg : Negatif
- Protein : Negatif
- Reduksi : Negatif

C. ANALISIS/INTERPRETASI DATA
P3003 dengan retensio plasenta

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 02-03-2020 Jam : 15.30 WIB
15.32 Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ari - arinya belum lahir, ibu mengetahui
tentang kondisinya saat ini.
15.33 Penatalaksanaan manual plasenta
- informed consent dan menjelaskan pada ibu tentang keadaan ibu saat ini dan
tindakan yang akan dilakukan, ibu mengetahui dan mau untuk dilakukan tindakan
tersebut
- pemasangan infus RL + oxytosin 2 ampul 20 tpm
15.40 Lakukan prosedure manual plasenta
1. Tegangkan ali pusat sejajar lantai
2. Secara obstetric masukkan satu tangan (punggung tangan kebawah)
kedalam vagina menelusuri tali pusat bagian bawah
3. Setelah tangan mencapai pembukaan servik, minta asisten untuk
memegang cocer, kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri
4. Sambil menahan fundus uteri masukkan tangan kedalam kavum uteri
sehingga mencapai tempat inplantasi plasenta
5. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam ( ibu jari merapat
kepangkal jari telunjuk)
6. Tentukkan inplantasi plasenta, temukan plasenta bagian bawah
7. Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambal bergeser ke
kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
8. Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
ulang untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uteri
9. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat
plasenta dikeluarkan
10. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambal tangan dalam menarik plasenta keluar ( hindari percikan darah)
11. Lakukan sedikit pendorongan uterus ( dengan tangan luar) ke dorso
cranial setelah plasenta lahir
15. 50 plasenta telah lahir lengkap, UC keras, TFU 1 jari bawah pusat, kandung kemih
kosong, perdarahan ± 50 cc,
15.53 Memeriksa laserasi, tidak ada laserasi jalan lahir
15.55 Mengobservasi TTV, UC, TFU, kandung kemih, perdarahan, hasil terlampir di
partograf
16.00 Kolaborasi dr SpOG :
- cek darah lengkap
- inj metergin 1 ampul IM
- ferosfat 2 x 1 tab
- laktamor 3 x 2 tab, obat sudah diberikan
16.30 Hasil pemeriksaan darah lengkap
- Hemoglobin : 10,2 gr/dl
- Leukosit : 150.000 /ul
- Trombosit : 384.000 /ul, hasil sudah dilaporkan
16.35 Lakukan dokumentasi, sudah dilakukan pendokumentasian pada status pasien
Lampiran
Jam Waktu Tekanan Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Perdarahan
ke Darah uterus kemih
16.10 100/70 93 37 1 jari Keras Kosong -
1. bawah
pusat
16.25 100/70 95 37,2 1 jari Keras Kosong ¼
bawah pembalut
pusat
16. 40 110/80 88 36,8 1 jari Keras Kosong tetap
bawah
pusat
16. 55 110/70 84 36,8 1 jari Keras Kosong ½
bawah pembalut
pusat
2. 17.25 110/80 86 36,6 1 jari Keras ±100cc tetap
bawah
pusat
17. 55 120/80 88 36,5 1 jari Keras kosong 1 pembalut
bawah
pusat
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hubungan antara tinjauan pustaka dan
pelaksanaan proses Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.‟S dengan Retensio Plasenta.
Untuk menguraikan kesenjangan antara teori dan praktek, maka digunakan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan serta dilakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan
dalam bentuk SOAP.
Pengkajian / Analisa Data Dasar Pada langkah pertama ini semua informasi yang
akurat dan lengkap dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan melalui : Anamnesis, pemeriksaan fisik sesuai
kebutuhan, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan khusus, pemeriksaan penunjang. Retensio
plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi.
Retensio plasenta merupakan tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir (Nugroho T,2011 :158) Gejala yang secara umum selalu ada
yakni plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit , gejala yang kadang timbul yakni tali pusat
putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, dan perdarahan lanjutan. Plasenta
atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera dan
kontraksi uterus baik tapi tinggi fundus tidak berkurang.
Dalam kasus Ny”S Pada tanggal 02-03-2020 Jam 14.30 WIB ibu melahirkan jam
14.31 WIB sudah disuntikkan oxytocin 10 IU dan belum ada tanda - tanda pelepasan plasenta
hingga pukul 14.46 WIB. Dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Saat
melakukan tinjauan kasus Pada kasus NY “ S persalinan kala III ditemukan ari ari belum lahir
30 menit setelah bayi lahir dan ibu terasa lemas. antara kasus dan teori tidak ada kesenjangan.
Analisa pada kasus ini adalah P3003 dengan retensio plasenta
Penatalaksanaan pada retensio plasenta dapat melakukan peregangan tali pusat
terkendali. Untuk pelaksanaaan sebelumnya melakukan pemasangan infus oksitosin 20 unit
dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit. Bila perlu, kombinasikan dengan
misoprostol 400mg melalui rectal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi
tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri). Jika
peregangan tali pusat terkendali gagal maka lakukan manual plasenta. Pemberian cairan untuk
menghindari hipovolemia dan melakukan transfusi darah apabila diperlukan dan
pemberianantibiotika profilaksis (ampisilin 2g IV/oral dan metronidazol 1g supositoria/oral)
(Pudiastuti,2012:89 ).
Pada Ny”S dilakukan drip oxytosin 20 IU pada 500 CC infus RL, Kosongkan kandung
kemih, observasi perdarahan, beri intec yang adekuat, observari TTV, Observasi involusio
uteriberikan misoprostol dan plasenta manual. Dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Retensio plasenta merupakan tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
lebih dari 30 menit setelah bayi lahir, namun sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus ( Nugroho,2010:143)
Faktor resiko yang dapat terjadi pada tertahannya plasenta atau plasenta tidak lahir
selama durasi 30 menit yakni riwayat retensio plasenta, persalinan premature, bekas luka
operasi uterus, usia diatas 35 tahun dan Grandemultipara (Akinola,dkk:2013:280).
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu dalam menegakkan diagnosa dan memberikan
asuhan dengan penatalaksanaan yang sesuai dengan SOP dan kewenangan bidan.
5.2.2 Untuk Institusi
Diharapkan institusi tetap mempertahankan kualitas sehingga tetap mampu
mencetak lulusan yang berkualitas sehingga mampu menurunkan AKI dan AKB di
Indonesia.
5.2.3 Untuk Tenaga Kesehatan
Sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat melakukan dan memberikan
pelayanan yang tepat dan bermutu pada ibu bersalin dengan proses persalinan
fisiologis maupun patologis. .
5.2.4 Untuk Pasien dan Keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga dapat segera mendapat penanganan yang sesuai
dengan kebutuhannya dan proses persalinannya berjalan dengan lancar.
5.2.5 Untuk Masyarakat
Diharapkan masyarakat segera datang ke fasilitas kesehatan jika ditemukan tanda
bahaya pada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sehingga dapat dideteksi
secara dini masalah dan resikonya dan dapat segera ditangani.
5.2.6 Untuk Lahan Praktek
Dapat mempertahankan kualitas dalam bidang pelayanan ibu bersalin sehingga
dapat meminimalisir angka morbiditas dan mortalitas ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati,Eny Retna dan Tri Sunarsih.2011.KDPK Kebidanan Teori dan


Aplikasi.Yogyakarta: Nuha Medika.
Eniyati dan Putri R.2012. asuhan Kebidanan pada IbuBersalin.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Eniyati dan Sholihah 2013.Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fauziyah,Yulia.Obstetri Patologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan.2012.Yogyakarta:Nuha Medika.
Kusmiyati Yuni.2012.Penuntun BelajarKeterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya
Jannah Nurul.2012.Buku Ajar Asuhan Kehamilan.Yogyakarta: Ansi Pffesr
Kuswanti Ina dan Fitria Melina.2014. Askeb II Persalinan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Maryuni dan Yulianingsih.2009.Asuhan Kegawatdaruratan dalam
Kebidanan.Jakarta:Trans Info Media.
Mangkuji,Betty.dkk.2013.Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney SOAP.Jakarta.:EGS.
Nurhayati,dkk.2013.Konsep Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika.
Nugraheny,Esti.2010.Asuhan Kebidanan Patologi.Yogyakarta:Pustaka Rihama.
Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica (YEM)
Prawirohardjo,Sarwono.2014.Ilmu Kebidananan.Jakarta:PT Bina Pustaka.
Pudiastuti Ratna Dewi.2012.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin
Patologi.Yogyakarta:Nuha Medical.
Rohani,dkk.2010.Asuhan Kebidanan II (persalinan).Jakarta:Cv Trans Info
Media.
Saleha Sitti.2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.Jakarta:Salemba
Medika.
Saminem. 2010.Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik.
Jakarta:EGC.
Sudarti,Afroh Fauziah.2011.Buku Ajar Dokumentasi
Kebidanan.Yogyakarta:Nuha Medika.
Saifuddin Abdul Bari.2014.Ilmu Kebidananan.Jakarta:PT Bina Pustaka.
Tando Naomy Marie.2013.Asuhan Kebidanan persalinan dan Bayi Baru
Lahir.Jakarta:In Media.
Uliyah,Musrifatul dan Aziz Alimul Hidayat.2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik
untuk Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.
Walyani dan purwoastuti.2015. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir.Yogyakarta:Pustaka Baru.
Wylie,Linda dan Helen Bryce.2010.Manajemen Kebidanan Gangguan Medis &
Persalinan.Jakarta:EGC.
Yulifah,Rita dan Surachmindari.2014.Konsep Kebidanan untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai