DISUSUN OLEH
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal dengan Retensio Plasenta” untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Manternal dan Neonatal. Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah untuk mempelajari maksud dari Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
Status Kesehatan Perempuan. Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Susanti Pratamaningtyas, M.Keb selaku Ketua Program Studi
D-IV Kebidanan Kediri.
2. Rahajeng Siti Nur R, M.Keb selaku dosen mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal
3. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
4. Pihak Perpustakaan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan tugas ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Dan
semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah tugas dari seorang ibu yang harus dihadapi dengan tabah,
walaupun tidak jarang mereka merasa cemas dalam mengahadapi masalah tersebut. Oleh
karena itu, mereka memerlukan penolong yang dapat dipercaya, yang dapat memberikan
bimbingan dan semangat selalu siap di depan dalam mengatasi kesukaran. Namun tidak
semua persalinan berjalan normal tanpa komplikasi, dan akibat dari komplikasi tersebut
adalah kematian ibu bahkan bayi.
Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator yang mencerminkan status
kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi ibu pada waktu hamil dan persalinan WHO
pada tahun 2014 adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah
kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi. Indonesia sebagai salah
satu negara dengan AKI tertinggi di Asia. Menurut WHO, kematian maternal berjumlah
25% disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dan 16-17% disebabkan oleh retensio
plasenta.(1) Angka kematian ibu, di Indonesia masih cukup tinggi. Tujuan pembangunan
Sustainable Development Goals (SDGs) berkomitmen untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) menjadi 302 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan bahwa secara nasional Angka kematian Ibu pada tahun 2015 di Indonesia
adalah 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh 2 melonjak dibanding
hasil SDKI 2007 yang mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Menurut Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2015 penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan 30,3% yang terjadi
pada masa intra partum yaitu karena retensio plasenta, hipertensi dalam kehamilan (HDK)
27,1%, infeksi 7,3%, dan lain-lain yaitu penyebab kematian ibu tidak langsung seperti
eklamsi, partus lama 5%, dan abortus 5%.
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi dalam kehidupan. Akan
tetapi tidak semua persalinan berjalan normal. Salah satunya adalah terjadinya retensio
plasenta dalam proses persalinan. Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran
plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Salah satu faktornya yang
menyebabkan retensio plasenta adalah paritas.
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah persalinan abdominal dalam 24 jam
dan sebelum 6 minggu setelah persalinan.
Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan
primer dan perdarahan sekunder. Perdarahan primer adalah perdarahan yang terjadi dalam
24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa 3
sebagian plasenta dan gangguan pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah
perdarahan yang terjadi 24 jam persalinan, Penyebab utama perdarahan post partum
sekunder biasanya disebabkan sisa plasenta.
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dengan sempurna dan
menimbulkan hemorrhage yang tidak tampak, dan juga disadari pada lamanya waktu yang
berlalu antara kelahiran bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan yaitu 30 menit.
Adapun faktor predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah plasenta previa, bekas luka
section caesarea, pernah kuret berulang, dan paritas. Faktor predisposisi yang lain
menyebabkan terjadinya retensio plasenta adalah usia, riwayat manual plasenta, anemia,
riwayat pembedahan uterus destruksi endometrium dari infeksi sebelumnya atau bekas
endometritis dan implantasi corneal.
Retensio plasenta adalah penyebab signitifikan dari kematian maternal dan angka
kesakitan di seluruh Negara berkembang. Kasus ini merupakan penyulit pada 2% dari
semua kelahiran hidup dengan angka kematian mencapai 10% di daerah pedesaan.
Menurut studi lain, insiden dari retensio plasenta berkisar antara 1-2% dari kelahiran
hidup. Pada studi tersebut retensio plasenta lebih sering muncul pada pasien yang lebih
muda dengan multiparitas.
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktek Klinik Kebidanan I, Mahasiswa mampu melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin (INC) secara Komperehensif baik pada klien
dan keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada kasus ibu bersalin (INC)
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan data
subjektif dan objektif pada kasus ibu bersalin (INC)
3. Menentukan masalah potensial yang mungkin muncul
4. Menentukan kebutuhan segera
5. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan
6. Melaksanakan perencanaan yang telah dilakukan
7. Melaksanakan evaluasi mengaju pada tujuan dan kriteria hasil
1.3 Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti, metode
ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat digunakan instrumen
berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau cheklist.
b. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang telah di teliti.
c. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara
langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk mendapatkan data
yang objektif
d. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-buku serta
makalah
TINJAUAN TEORI
4. Kala IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan
observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2
jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kesadaran pasien
2. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
3. Kontraksi uterus
4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika masih
dalam batas 400-500cc. (Sulistyawati, 2013).
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
A. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas :
a. Bagian tulang panggul :
1. 2 tulang pangkal paha (os coxae). Terdiri atas os ilium, os ischiium,
dan os pubis.
2. Os sacrum
3. Os coccyges
Empat jenis panggul dasar dikelompokkan :
1. Ginecoid (type wanita klasik)
2. Antropoid (mirip panggul antropoid)
3. Android (type panggul pria)
4. Platipeloid (panggul pipih)
b. Bagian Pelvis Minor
1. Pintu Atas Panggul (PAP), merupakan bagian dari pelvis minor yang
terbentuk dari promontorium-sayap sacrum-linea terminalis-pinggir
atas sympisis- dan kembali lagi ke promontorium.
2. Cavum pelvis, berada diantara PAP dan PBP
3. Pintu Bawah Panggul, dari tuber ischiadicum-ujung sacrum-bawah
syimpisis
c. Bidang Hodge
- Hodge I : bidang yang dibentuk dari lngkaran PAP dengan bagian atas
sympisis dan promontorium
- Hodge II : sejajar HI setinggi bagian bawah sympisis
- Hodge III : sejajar HI setinggi spina ischiadica
- Hodge IV : sejajar HI setinggi tulang coccyges
d. Ukuran-ukuran panggul
- Distancia spinarum : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior
sinistra dan dekstra. (24-26 cm)
- Distancia cristarum : jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris
antara crista iliaka sinistra dan dekstra (28-30 cm)
- Conjugata eksterna (Boudelogue) : jarak antara bagian atas sympisis
dan prosesus spinosus lumbal V. (18-20 cm)
- Distancia intertrocanterika : jarak antara kedua trochanter mayor
- Distancia tuberum : jarak antara tuber ischiadicum dekstra dan sinistra
(10,5 cm)
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan
yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi deflesi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat
dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat. Jika tali pusat melilit leher secara
longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit kuat,
klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem.
21. Setelah kepala bayi lahir, tunggu putar paksi luar berlangsung secara spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah putaran paksi luar, pegang kepala bayi biparietal. Anjurkan ibu meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga muncul
bahu depan di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki.
VII. Asuhan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian selintas (bayi cukup bulan, menangis kuat, gerak aktif). Bila salah
satu jawaban tidak lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
26. Keringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali
kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk atau
kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah
ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal)
dan bukan kehamilan ganda (gameli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (IM) di 1/3 distal
lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan).
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu tangan
pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain
menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dan pusar bayi. Klem tali pusat
pada titik tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan
tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem
tali pusat pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara dua klem.
b. Ikat tali pusat dengan benang steril pada satu sisi lingkarkan lagi dan ikat dengan
simpul kunci pada sisi lain.
c. Lepas klem dan masukkan dalam wadah yang disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan bahu bayi
sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau aerola mamae ibu.
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
VIII. Manajemen Aktif Kala III Persalinan (MAK III)
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas sympisis), untuk
mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lain
mendorong uterus ke arah belakang atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya. Jika uterus
tidak segera berkontraksi, minta suami untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding dengan uterus ke arah dorsal ternyata
diikuti dengan pergeseran talipusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah
cranial hingga plasenta dilahirkan.
a. ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan sesuai sumbu jalan lahir (ke
arah bawah, sejajar lantai, atas).
b. jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem 5-10 cm dari vulva.
c. jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit ulangi pemberian oksitosin, lakukan
katerisasi jika kandung kemih penuh, ulangi PTT 15 menit berikutnya. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 menit atau terjadi perdarahan maka lakukan plasenta
manual.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput plasenta terpilin kemudian dilahirkan.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan
telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
IX. Periksa Perdarahan
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila
terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
X. Asuhan Pasca Persalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke larutan klorin 0,5%,
bersihkan noda darah dan cairan tubuh, celupkan. Cuci tangan.
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu atau keluarga melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
45. Evaluasi dan eliminasi jumlah kehilangan darah.
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit).
Kebersihan dan Keamanan
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas sertelah di dekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu makan dan minum yang diinginkan.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53. Clupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%. Rendam 10 menit.
54. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan.
55. Pakai sarung tangan bersih untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.
56. Dalam satu jam pertama, beri salep atau tetes mata profilaksis infeksi, vitamin K1 1
mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi
(normal 40-60 x/menit) dan themperatur tubuh (normal 36,5-37,5ºC) setiap 15 menit.
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan
bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat
susukan.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin 0,5%
selama 10 menit.
59. cuci kedua tangan.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
kala IV persalinan.
yang berlalu antara kelahiran bayi dan kelahiran plasenta yang diharapkan.
Dalam berbagai ilmu atau tenaga kesehatan khususnya bidan akan menunggu
selama setengah jam untuk mengetahui bahwa plasenta tertahan dalam uterus
atau belum lepas atau pun terlepas,namun tertahan akibat kontriksi yang terjadi
pada ostium uteri (Tando,2013: 90).
Plasenta yang tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala III dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta
dan uterus (Saifuddin,2014:526). Retensio plasenta merupakan tertahannya atau
belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir
(Nugroho T,2011 :158). Retensio plasenta merupakan kondisi di mana plasenta
belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, rata-rata gangguan pelepasan
plasenta disebabkan oleh kontraksi uterus (Kuswanti dan
Melina,2014:131).Retensio plasenta merupakan tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir, namun sebagian besar
gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus
( Nugroho,2010:143).
Faktor resiko yang dapat terjadi pada tertahannya plasenta atau plasenta
tidak lahir selama durasi 30 menit yakni riwayat retensio plasenta, persalinan
premature, bekas luka operasi uterus, usia diatas 35 tahun dan Grandemultipara
(Akinola,dkk:2013:280).
a. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
1) Bila plasenta belum lepas sama sekali, maka tidak akan terjadi
perdarahan tetapi bila sebagian plasenta telah terlepas maka akan
terjadi perdarahan, hal ini akan menjadi indikasi untuk segera
mengeluarkannya.
b. Plasenta telah terlepas dari dinding uterus, namun belum keluar karena atonia uteri
atau adanya konstriksi pada bagian bawah Rahim (akibat kesalahan penanganan kalau
di sudut tuba, bentuknya plasenta membranacea, plasenta anularis dan ukuran plasenta
sangat kecil disebut plasenta adhesive. Sedangkan
Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran dari diameter 15-20 cm,
tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram. Rata-rata plasenta atau uri berbentuk lengkap
pada kehamilan kira-kira 16 minggu, tampak ruang amnion telah mengisi seluruh
rongga uterus.
Letak plasenta normal umumnya pada korpus uteri bagian depan atau
belakang agak kearah fundus uteri. Apabila letak plasenta dibagian bawah
dikatakan plasenta previa parsial,marginal dan totalis.
3) Pembagian plasenta
Plasenta terbagi dua yakni pada bagian fetal (janin) terdiri dari karion
frondosom dan vili, di bagian permukaan janin terdapat amnion yang tampak
licin,sedangkan pada bagian bawah amnion terdapat banyak cabang-cabang
pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan melakukan insersi pada plasenta
bagian permukaan janin. Sedangkan pada bagian maternal (ibu) terdiri atas
desidua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledo (15-20 buah).
Desidua basalis plasenta matang disebut lempeng karion dimana sirkulasi utero-
4) Faal plasenta
5) Hormone plasenta
Hormone-hormon yang di hasilkan plasenta yakni HCG (human chorionic
gonadotropin), plasenta lactogen (chorionic somatomamotropin), estrogen,
progeteron serta hormone lainnya.
6) Tipe plasenta
b. Selaput ketuban
Ruang yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan karion) berisi air
ketuban (liquor amnii). Ciri-ciri kimiawi dari amnion yakni volume air ketuban pada
kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500cc. Bila volume air ketuban < 500cc
disebut oligohidramnion,volume air ketuban >2000cc disebut polihidramnion. Air
ketuban berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis. Reaksi agak alkalis
atau netral dengan beta jenis 1,0008 dengan komposisi terdiri dari 98% air,sisanya
albumin,urea,verniks caseosa,rambut lanugo,asam urine,kreatin sel-sel epitel dan
garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6% g/liter,terutama albumin.
Faal dari air ketuban yakni untuk proteksi janin,mencegah perlekatan janin
dengan amnion, janin dapat bergerak bebas, regulasi terhadap panas dan perubahan
suhu,meratakan tekanan intra uteri, membersihkan jalan lahir bila ketuban sudah
pecah, dapat mempercepat peredaran darah ibu dan perputaran cepat kira-kira 350-
500 cc.
Air ketuban berasal dari kencing janin (fetal urine), transfusi dari darah ibu,
sekresi dari epitel amnion da nasal campuran (mixed origin). Beberapa cara untuk
mengenali air ketuban di antaranya dengan lakmus yang akan berwarna biru ketika
lakmus terpapar air ketuban. Secara makroskopis akan berbau amis,adanya
lanugo,verniks caseosa dan ketuban akan bercampur mekonium. Namun secara
mikroskopis akan tampak lanugo dan rambut serta dalam pemeriksaan laboratorium
kadar urea rendah dibanding dengan air kemih (Jannah, 2012: 71).
d. Tali pusat
Struktur tali pusat merentang dari pusat janin hingga ke plasenta bagian
permukaan fetal janin. Warna bagian luar putih merupakan tali yang terpilin dengan
panjang rata-rata 55-59 cm, diameter 1-2,5 cm. Terdiri dari zat seperti agar-agar yang
disebut jelly harton yang mencegah kompresi pembuluh darah sehingga pemberian
makanan yang kontinu untuk embrio-janin. Struktur dari tali pusat terdiri atas 2 arteri
umbilikalis (menghubungkan sistem kardiovaskuler) terbentuk kira-kira minggu ke
sepuluh) serta jelly harton (jaringa lembek yang berfungsi untuk melindungi
pembuluh darah). Adapun jenis dari tali pusat yaitu insersi sentralis (di tengah),
insersi lateralis, insersi marginal dan insersi velamentosa (Jannah, 2012: 73).
Gejala yang secara umum selalu ada yakni plasenta belum lahir dalam
waktu 30 menit dan perdarahan segera kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang
timbul yakni tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan,
dan perdarahan lanjutan. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera dan kontraksi uterus baik tapi tinggi
fundus tidak berkurang.
Konstriksi
uterus Kenyal Keras Cukup
implantasi plasenta yang sangat kuat menempel pada dinding uterus, akibat dari tidak
adanya desidua basalis dan ketidaksempurnaan pembentukan lapisan fibrinoid atau
lapisan nitabuch. Plasenta akreta umumnya dapat diketahui ketika pecahnya ketuban
1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan dan jika
terasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Apabila diperlukan lakukan
kateterisasi kandung kemih.
3) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit secara Intamuskular,
jika belum dilakukan pada kala III.
1) Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang di
ambil.
2) Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta
tidak terjadi coba traksi terkontrol tali pusat.
3) Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan
satu tangan sejajar lantai.
5) Setelah mencapai ujung serviks, minta asisten atau penolong lain untuk
memengang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.
6) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
7) Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti posisi jari-jari merapat.
8) Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah.Bila plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap di
sebelah atas dan sisipkan ujung-ujung jari tangan diantara plasenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghadap kebawah.Bila korpus depan maka
pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung-ujung jari-jari
tangan diantara plasenta dan diding uters serta punggung tangan menghadap ke
atas.
9) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri
sambil digeserkan ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta
terlepas dari dinding uterus.
10) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
11) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah
uterus) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta keluar.
12) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisi) uterus kearah
dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam
wadah yang telah di sediakan.
13) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepas) dan peralatan lain yang
digunakan.
14) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
15) Cuci dengan sabun, kemudian keringkan dengan handuk bersih
16) Periksa kembali tanda-tanda vital
17) Mencatat keadaan umum ibu dan laporan tindakan
18) Menulis rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan asuhan
lanjutan.
19) Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu
masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
20) Melanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum
dipindahkan keruangan rawat gabung.
2. Tahapan Asuhan Manajemen kebidanan Varney
1) Data Subjektif
Data subyektif adalah data yang diperoleh dan hasil bertanya dari pasien, suami
atau keluarga.
a) Identitas klien
(1) Nama digunakan untuk membedakan klien, mengetahui dan mengenal pasien.
(3) Suku atau Bangsa untuk mengetahui social budaya ibu yang dapat
mempengaruhi perilaku kesehatan.
b) Keluhan Utama
d) Riwayat Perkawinan
Riwayat kehamilan yang lalu meliputi jumlah anak, anak yang lahir hidup,
persalinan aterm, persalinan premature, keguguran atau kegagalan kehamilan,
persalinan dengan tindakan (forceps, vakum atau operasi seksio sesaria), riwayat
perdarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya, kehamilan dengan
tekanan darah tinggi, berat badan bayi <2.500 gram atau > 4.000 gram dan
masalah-masalah lain yang dialami ibu.
Menurut Rohani,dkk (2011) data subjektif dari riwayat kehamilan antara lain:
(1) Haid pertama dan haid terakhir merupakan data dasar yang diperlukan untuk
menentukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau prematur.
(2) Kapan bayi lahir (menurut taksiran ibu) merupakan data dasar untuk
menentukan usia kehamilan menurut tafsiran atau perkiraan ibu.
(3) Tafsiran persalinan.
(5) 33
(6) Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya dan dimana ibu
memeriksakan kehamilannya. Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi
masalah potensial yang dapat terjadi pada persalinan ini.
(7) Imunisasi TT, sudah pernah diimunisasi TT atau belum, berapa kali,
dimana, teratur atau tidak.
g) Riwayat Keluarga Berencana
h) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang dikaji untuk mengetahui keluhan yang ibu
alami saat ini, yang berhubungan dengan kesehatannya.
(2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan
hidup sehat, merokok dan minuman-minuman keras, mengkonsumsi obat
terlarang, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang
diinginkan untuk membantu persalinan.
(1) Nutrisi digunakan untuk data nutrisi perlu diketahui pola makan dan
minum klien yang meliputi frekuensi, kualitas, porsi makan, jenis
makanan yang disukai dan jenis makanan pantangan.
(2) Eliminasi dapat menggambarkan berapa kali sehari klien BAK dan
BAB, warna fesesnya, konsistensi fesesnya dan keluhannya.
(3) Pola Istirahat untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa
lama ibu tidur pada malam hari.
(4) Pola Seksual untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan akseptor
dalam hubungan seksual.
(5) Pola Hygiene untuk mengetahui frekuensi mandi, gosok gigi, kebersihan
perawatantubuh terutama genetalia berapa kali dalam sehari.
(6) Aktivitas untuk mengetahui kondisi tubuh yang lemah atau adanya nyeri akibat
penyakit-penyakit yang dialaminya.
(7) Penggunaan Obat-obatan dan Rokok
(d) Suhu untuk mengetahui suhu badan waktu inpartu tidak melebihi
dari 37,2oC, sesudah partus dapat naik 0,5oC dari keadaan normal
tetapi tidak melebihi 38oC. Normalnya 36,5oC – 37,5oC.
(e) Nadi Untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan menghitung dalam 1
menit, sedangkan normal denyut nadi dalam 1 menit adalah 60-100 x/ menit.
(f) Pernapasan untuk mengetahui pernapasan pasien dalam waktu 1 menit.
Sedangkan normalnya pernapasan dalam 1 menit adalah 16-24 x/ menit.
(g) Berat Badan untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil,
penambahan badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu, tetapi nilai normal untuk
penambahan berat badan selama hamil 9-12 kg.
(h) Tinggi Badan untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145 cmatau
tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak.
(i) LILA untuk mengetahui lingkar lengan ibu 23,5 cm atau tidak, termasuk
resiko tinggi atau tidak.
(2) Pemeriksaan fisik
(a) Inspeksi
(b) Palpasi
(b) Mata untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah muda,
warna
(c) Leher untuk mengetahui ada pembesaran vena jugularis, kelenjar thyroid atau
kelenjar getah bening.
(d) Payudara untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, simetris
atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau nyeri tekan atau
tidak.
(e) Abdomen untuk mengetahui terdapat bekas operasi,strie, linea atau tidak serta
(f) Genetalia untuk mengetahui ada atau tidak oedema,varices, dan laserasi.
(h) Ekstremitas untuk mengetahui adanya oedema, varices dan kelainan atau
tidak,reflek patela apabila ada kontraksi berarti refleks otot baik
(Kusmiyanti,2012:155).
asuhan yang direncanakan harus disetujui oleh kedua pihak, yakni bidan dan
pasien (Mangkuji,dkk, 2013 : 6).
Retensio plasenta membutuhkan penganganan kegawatdaruratan obstetric
yakni penatalaksanaan manual plasenta, untuk menghindari perdarahan hebat.
Dengan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat sebelum dan
sesudah penatalaksanaan, persiapan darah untuk transfusi apabila dibutuhkan.
kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri,bidan tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksananya. Dalam situasi ini, bidan harus
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan
Evaluasi yang dapat dilakukan pada retensio plasenta yakni plasenta lahir
lengkap,keadaan umum,tanda-tanda vital,infus dan terapi obat,kontraksi, tinggi
fundus uteri dan perdarahan.
Data subyektif adalah data yang diperoleh dan hasil bertanya dari pasien, suami
atau keluarga.
b) Identitas klien
(1) Nama digunakan untuk membedakan klien, mengetahui dan mengenal pasien.
(3) Suku atau Bangsa untuk mengetahui social budaya ibu yang dapat
mempengaruhi perilaku kesehatan.
b) Keluhan Utama
d) Riwayat Perkawinan
Menurut Rohani,dkk (2011) data subjektif dari riwayat kehamilan antara lain:
1. Haid pertama dan haid terakhir merupakan data dasar yang diperlukan
untuk menentukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau prematur.
2. Kapan bayi lahir (menurut taksiran ibu) merupakan data dasar untuk
menentukan usia kehamilan menurut tafsiran atau perkiraan ibu.
3. Tafsiran persalinan.
4. Keluhan pada waktu trimester I, II, III.
5. Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya dan dimana ibu
memeriksakan kehamilannya. Hal ini diperlukan untuk
mengidentifikasi masalah potensial yang dapat terjadi pada persalinan
ini.
6. Imunisasi TT, sudah pernah diimunisasi TT atau belum, berapa kali,
dimana, teratur atau tidak.
h) Riwayat Keluarga Berencana
i) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang dikaji untuk mengetahui keluhan yang ibu
alami saat ini, yang berhubungan dengan kesehatannya.
(2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan
hidup sehat, merokok dan minuman-minuman keras, mengkonsumsi obat
terlarang, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang
diinginkan untuk membantu persalinan.
m) Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Nutrisi digunakan untuk data nutrisi perlu diketahui pola makan dan
minum klien yang meliputi frekuensi, kualitas, porsi makan, jenis
makanan yang disukai dan jenis makanan pantangan.
(2) Eliminasi dapat menggambarkan berapa kali sehari klien BAK dan
BAB, warna fesesnya, konsistensi fesesnya dan keluhannya.
(3) Pola Istirahat untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa
lama ibu tidur pada malam hari.
(4) Pola Seksual untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan akseptor
dalam hubungan seksual.
(8) Pola Hygiene untuk mengetahui frekuensi mandi, gosok gigi, kebersihan
perawatantubuh terutama genetalia berapa kali dalam sehari.
(9) Aktivitas untuk mengetahui kondisi tubuh yang lemah atau adanya nyeri akibat
penyakit-penyakit yang dialaminya.
(10) Penggunaan Obat-obatan dan Rokok
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan
atau jamu-jamuan selama hamil atau tidak. Jamu-jamuan dapat
menyebabkan perlekatan plasenta semakin kuat sehingga memicu
tejadinya retensio plasenta.
O : Data Objektif
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium
dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus. Seperti tanda tanda
vital, pembukaan serviks, ketuban, warna ketuban, penurunan kepala, presentasi
kepala, hasil laboratorium Hb, protein urine, golongan darah, dll.
Masalah potensial yang dapat terjadi akibat retensio plasenta adalah
perdarahan penatalaksanaan segera yang dapat dilakukan manual plasenta.
(a) Inspeksi
(b) Palpasi
(d) Auskultasi
(d) Mata untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah muda,
warna
(i) Leher untuk mengetahui ada pembesaran vena jugularis, kelenjar thyroid atau
kelenjar getah bening.
(j) Payudara untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, simetris
atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau nyeri tekan atau
tidak.
(k) Abdomen untuk mengetahui terdapat bekas operasi,strie, linea atau tidak serta
(l) Genetalia untuk mengetahui ada atau tidak oedema,varices, dan laserasi.
(n) Ekstremitas untuk mengetahui adanya oedema, varices dan kelainan atau
(Kusmiyanti,2012:155).
A : Analisa
Menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa/masalah, antisipasi
diagnosisi/kemungkinan masalah, dan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter. Contohnya pada kala I analisis yang dapat diberikan yaitu G2P1001 usia
kehamilan 38 minggu inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup intrauterine.
Masalah potensial yang dapat terjadi akibat retensio plasenta adalah
perdarahan penatalaksanaan segera yang dapat dilakukan manual plasenta.
P : Penatalaksaan
Pelaksanaan asuhan atau prosedur asuhan yang telah dilakukan.Observasi
kemajuan persalinan, memposisikan ibu dengan posisi yang nyaman, melakukan
IMD, melakukan penegangan tali pusat, memotivasi ibu untuk melakukan
mobilisasi dan memberikan asi ekslusif (Saminem. 2010).
1. Pasang infus set dan cairan infus.
2. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan.
3. Lakukan anastesi verbal atau analgesia per rectal.
4. Siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan infeksi.
5. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
6. Pasang sarung tangan panjang DTT
7. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
8. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan
satu tangan sejajar lantai.
9. Secara obstetric masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
10. Setelah mencapai ujung serviks, minta asisten atau penolong lain untuk
memengang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.
11. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
12. Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti posisi jari-jari merapat.
13. Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah.Bila plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap di
sebelah atas dan sisipkan ujung-ujung jari tangan diantara plasenta dan
dinding uterus dimana punggung tangan menghadap kebawah.Bila korpus
depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung-
ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan diding uters serta punggung
tangan menghadap ke atas.
14. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri
sambil digeserkan ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta
terlepas dari dinding uterus.
15. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
16. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah
uterus) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali
pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar.
17. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisi) uterus
kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah di sediakan.
18. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepas) dan peralatan lain yang
digunakan.
19. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
20. Cuci dengan sabun, kemudian keringkan dengan handuk bersih
21. Periksa kembali tanda-tanda vital
22. Mencatat keadaan umum ibu dan laporan tindakan
23. Menulis rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan asuhan
lanjutan.
24. Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu
masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
25. Melanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum
dipindahkan keruangan rawat gabung.
2.2.1 Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian secara SOAP
Masalah/Diagnosa
Antisipasi masalah
potensial
Assessment
Menetapkan kebutuhan
segera untuk
konsultasi/kolaborasi
I. Pengkajian
Tanggal : 02-03-2020 Jam : 15.00 WIB
No. RM : 061xxx
Nama : Ny. S Nama Suami: Tn. H
Umur : 35 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA
Alamat : Jl Merbabu no 206 8/1 Dermo Mojoroto Kediri
Cara Masuk :
Datang sendiri Rujukan dari :
Diagnosa MRS :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama :
Ari ari belum lahir 30 menit setelah bayi lahir dan badan terasa lemas
2. Kronologi persalinan :
Pada tanggal 02-03-2020 Jam 14.30 WIB ibu melahirkan anak ketiga, bayi lahir
normal, segera menangis , gerak aktif, kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki.
Menjepit tali pusat, kemudian potong tali pusat. Tali pusat terpotong dan tampak di
depan vulva, pada jam 14.31 WIB sudah disuntikkan oxytocin 10 IU dan belum ada
tanda - tanda pelepasan plasenta, jam 14.46 WIB disuntikkan oxytocin kedua (10 IU),
tidak ada tanda - tanda pelepasan plasenta. Keluar darah dari jalan lahir ± 400 cc.
Kontraksi uterus keras, TFU setinggi pusat.
3. Riwayat menstruasi
Usia menarche : 12 tahun
Jumlah darah haid : ganti pembalut 3-4 kali/hari
HPHT : 10 Juni 2019
Keluhan saat haid : tidak ada
Lama haid : 7-8 hari
Flour albus : ada menjelang menstruasi
TP : 17 Maret 2020
6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit :
Di dalam keluarga ibu maupun suami tidak pernah menderita dan tidak sedang
menderita sakit kencing manis, darah tinggi, batuk menahun, jantung, sesak nafas.
7. Status pernikahan : ya
Nikah 1 kali, nikah usia 28 tahun, lama menikah 7 tahun
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah Kesadaran : Composmentis
BB/TB : 63 kg/157 cm Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 100 kali/menit Suhu : 36,70C
Pernafasan : 22 kali/menit
2. Pemeriksaan Fisik
- Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda
- Rahang, gigi, gusi : tidak ada caries gigi, gusi tidak berdarah
- Leher : tidak ada bendungan atau pembesaran vena jugularis
- Dada : aerola hiperpigmentasi Kolostrum
Puting susu menonjol
- Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Sistem respiratori : tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
- Sistem kardio : tidak ada nyeri dada, tidak ada murmur, tidak ada palpitasi
- Keadaan ekstremitas (atas dan bawah) :
Ekstremitas atas : tidak oedema
Ekstremitas bawah : tidak oedema, reflek patella +/+
- Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
Inspeksi :
Tidak ada luka bekas operasi, terlihat linea nigra, striae albican
Palpasi : TFU setinggi pusat, UC keras, kandung kemih kosong
b. Ano genital
Inspeksi : tidak terlihat adanya varises dan luka, terlihat
perdarahan ± 400 cc, terlihat tali pusat di depan vulva, tidak ada hemoroid.
C. ANALISIS/INTERPRETASI DATA
P3003 dengan retensio plasenta
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 02-03-2020 Jam : 15.30 WIB
15.32 Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ari - arinya belum lahir, ibu mengetahui
tentang kondisinya saat ini.
15.33 Penatalaksanaan manual plasenta
- informed consent dan menjelaskan pada ibu tentang keadaan ibu saat ini dan
tindakan yang akan dilakukan, ibu mengetahui dan mau untuk dilakukan tindakan
tersebut
- pemasangan infus RL + oxytosin 2 ampul 20 tpm
15.40 Lakukan prosedure manual plasenta
1. Tegangkan ali pusat sejajar lantai
2. Secara obstetric masukkan satu tangan (punggung tangan kebawah)
kedalam vagina menelusuri tali pusat bagian bawah
3. Setelah tangan mencapai pembukaan servik, minta asisten untuk
memegang cocer, kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri
4. Sambil menahan fundus uteri masukkan tangan kedalam kavum uteri
sehingga mencapai tempat inplantasi plasenta
5. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam ( ibu jari merapat
kepangkal jari telunjuk)
6. Tentukkan inplantasi plasenta, temukan plasenta bagian bawah
7. Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambal bergeser ke
kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
8. Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
ulang untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uteri
9. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat
plasenta dikeluarkan
10. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambal tangan dalam menarik plasenta keluar ( hindari percikan darah)
11. Lakukan sedikit pendorongan uterus ( dengan tangan luar) ke dorso
cranial setelah plasenta lahir
15. 50 plasenta telah lahir lengkap, UC keras, TFU 1 jari bawah pusat, kandung kemih
kosong, perdarahan ± 50 cc,
15.53 Memeriksa laserasi, tidak ada laserasi jalan lahir
15.55 Mengobservasi TTV, UC, TFU, kandung kemih, perdarahan, hasil terlampir di
partograf
16.00 Kolaborasi dr SpOG :
- cek darah lengkap
- inj metergin 1 ampul IM
- ferosfat 2 x 1 tab
- laktamor 3 x 2 tab, obat sudah diberikan
16.30 Hasil pemeriksaan darah lengkap
- Hemoglobin : 10,2 gr/dl
- Leukosit : 150.000 /ul
- Trombosit : 384.000 /ul, hasil sudah dilaporkan
16.35 Lakukan dokumentasi, sudah dilakukan pendokumentasian pada status pasien
Lampiran
Jam Waktu Tekanan Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Perdarahan
ke Darah uterus kemih
16.10 100/70 93 37 1 jari Keras Kosong -
1. bawah
pusat
16.25 100/70 95 37,2 1 jari Keras Kosong ¼
bawah pembalut
pusat
16. 40 110/80 88 36,8 1 jari Keras Kosong tetap
bawah
pusat
16. 55 110/70 84 36,8 1 jari Keras Kosong ½
bawah pembalut
pusat
2. 17.25 110/80 86 36,6 1 jari Keras ±100cc tetap
bawah
pusat
17. 55 120/80 88 36,5 1 jari Keras kosong 1 pembalut
bawah
pusat
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hubungan antara tinjauan pustaka dan
pelaksanaan proses Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.‟S dengan Retensio Plasenta.
Untuk menguraikan kesenjangan antara teori dan praktek, maka digunakan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan serta dilakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan
dalam bentuk SOAP.
Pengkajian / Analisa Data Dasar Pada langkah pertama ini semua informasi yang
akurat dan lengkap dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dapat dilakukan melalui : Anamnesis, pemeriksaan fisik sesuai
kebutuhan, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan khusus, pemeriksaan penunjang. Retensio
plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi.
Retensio plasenta merupakan tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir (Nugroho T,2011 :158) Gejala yang secara umum selalu ada
yakni plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit , gejala yang kadang timbul yakni tali pusat
putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, dan perdarahan lanjutan. Plasenta
atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera dan
kontraksi uterus baik tapi tinggi fundus tidak berkurang.
Dalam kasus Ny”S Pada tanggal 02-03-2020 Jam 14.30 WIB ibu melahirkan jam
14.31 WIB sudah disuntikkan oxytocin 10 IU dan belum ada tanda - tanda pelepasan plasenta
hingga pukul 14.46 WIB. Dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Saat
melakukan tinjauan kasus Pada kasus NY “ S persalinan kala III ditemukan ari ari belum lahir
30 menit setelah bayi lahir dan ibu terasa lemas. antara kasus dan teori tidak ada kesenjangan.
Analisa pada kasus ini adalah P3003 dengan retensio plasenta
Penatalaksanaan pada retensio plasenta dapat melakukan peregangan tali pusat
terkendali. Untuk pelaksanaaan sebelumnya melakukan pemasangan infus oksitosin 20 unit
dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit. Bila perlu, kombinasikan dengan
misoprostol 400mg melalui rectal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi
tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri). Jika
peregangan tali pusat terkendali gagal maka lakukan manual plasenta. Pemberian cairan untuk
menghindari hipovolemia dan melakukan transfusi darah apabila diperlukan dan
pemberianantibiotika profilaksis (ampisilin 2g IV/oral dan metronidazol 1g supositoria/oral)
(Pudiastuti,2012:89 ).
Pada Ny”S dilakukan drip oxytosin 20 IU pada 500 CC infus RL, Kosongkan kandung
kemih, observasi perdarahan, beri intec yang adekuat, observari TTV, Observasi involusio
uteriberikan misoprostol dan plasenta manual. Dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Retensio plasenta merupakan tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
lebih dari 30 menit setelah bayi lahir, namun sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus ( Nugroho,2010:143)
Faktor resiko yang dapat terjadi pada tertahannya plasenta atau plasenta tidak lahir
selama durasi 30 menit yakni riwayat retensio plasenta, persalinan premature, bekas luka
operasi uterus, usia diatas 35 tahun dan Grandemultipara (Akinola,dkk:2013:280).
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu dalam menegakkan diagnosa dan memberikan
asuhan dengan penatalaksanaan yang sesuai dengan SOP dan kewenangan bidan.
5.2.2 Untuk Institusi
Diharapkan institusi tetap mempertahankan kualitas sehingga tetap mampu
mencetak lulusan yang berkualitas sehingga mampu menurunkan AKI dan AKB di
Indonesia.
5.2.3 Untuk Tenaga Kesehatan
Sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat melakukan dan memberikan
pelayanan yang tepat dan bermutu pada ibu bersalin dengan proses persalinan
fisiologis maupun patologis. .
5.2.4 Untuk Pasien dan Keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga dapat segera mendapat penanganan yang sesuai
dengan kebutuhannya dan proses persalinannya berjalan dengan lancar.
5.2.5 Untuk Masyarakat
Diharapkan masyarakat segera datang ke fasilitas kesehatan jika ditemukan tanda
bahaya pada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sehingga dapat dideteksi
secara dini masalah dan resikonya dan dapat segera ditangani.
5.2.6 Untuk Lahan Praktek
Dapat mempertahankan kualitas dalam bidang pelayanan ibu bersalin sehingga
dapat meminimalisir angka morbiditas dan mortalitas ibu.
DAFTAR PUSTAKA