Isolasi sosial adalah merupakan sikap individu yang menghindari diri dari
interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab
dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau
kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang
lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan
tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Fitria, 2010).
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Hubungan yang sehat dapat
digambarkan dengan adanya komunikasi yang terbuka, mau menerima orang lain,
dan adanya rasa empati. Pemutusan hubungan interpersonal berkaitan erat dengan
ketidakpuasan individu dalam proses hubungan yang disebabkan oleh kurang
terlibatnya dalam proses hubungan dan respons lingkungan yang negatif. Hal tersebut
akan memicu rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk menghindar dari orang lain.
3. Faktor Biologis
b. Faktor presipitasi
Dari faktor sosio cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah
dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa
tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespon menghindar
dengan menarik diri dengan lingkungan.
Menurut Stuart (2007) faktor presipitasi atau stresor pencetus pada umumnya
mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres seperti kehilangan, yang
memenuhi kemampuan individu berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu sebagai
berikut :
Daftar Pustaka :
Keliat, Budi Anna, dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta.
EGC.
Fitria , Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba. Medika.
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.