PENDAHULUAN
1
mengatasi hal tersebut pihak pimpinan sebaiknya memberikan program orientasi
kepada para pegawai pada hari pertama mereka bekerja, karena karyawan/pegawai
tidak dapat diharapkan bekerja dengan baik dan patuh, apabila peraturan/prosedur
atau kebijakan yang ada tidak diketahui, tidak jelas, atau tidak dijalankan sebagai
mestinya. Selain memberikan orientasi, pimpinan harus menjelaskan secara rinci
peraturan peraturan yang sering dilanggar, berikut rasional dan konsekwensinya.
Demikian pula peraturan/prosedur atau kebijakan yang mengalami perubahan atau
diperbaharui, sebaiknya diinformasikan kepada staf melalui diskusi aktif.
Ada kalanya pegawai atau karyawan melakukan pelanggaran untuk itu
diperlukan disiplin kerja agar dapat memperbaiki perilaku-perilaku menyimpang
dari pegawai atau karyawan tersebut Setelah terwujudnya motivasi kerja maka akan
timbul disiplin kerja yang baik. Untuk mewujudkan keduanya, maka diperlukan
adanya kerjasama antara atasan dan para pegawai bawahannya, agar tercipta
lingkungan kerja yang kondusif untuk mendukung kinerja para pegawai secara
maksimal di dalam organisasi ataupun perusahaan tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dari beberapa pengertian yang diungkapkan di atas tampak bahwa disiplin
pada dasarnya merupakan tindakan manajemen untuk mendorong agar para anggota
organisasi dapat memenuhi berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam
suatu organisasi, yang di dalamnya mencakup:
1. Adanya tata tertib atau ketentuan-ketentuan,
2. Adanya kepatuhan para pengikut,
3. Adanya sanksi bagi pelanggaran
4
efisien. Pada dasarnya disiplin kerja bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi
yang teratur, tertib, dan pelaksanaan pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan
rencana sebelumnya.
Disiplin kerja yang di lakukan secara terus-menerut oleh manajemen di maksudkan
agar para pegawai memiliki motivasi untuk mendisiplinkan diri, bukan karena
adanya sanksi tetapi timbul dari dalam dirinya sendiri.
Sementara Reza Aryanto dalam Republika ( 2003:32) yang di kutip dari
Rusmiati Ernawati (2003:32) mengemukakan tujuan di laksanakannya disiplin
kerja, sebagai berikut
a. Pembentukan sikap kedali diri yang Positif.
Sebuah organisasi sangat mengharpakan para pegawainya memiliki sikap kendali
yang positif, sehingga ia akan berusaha untuk mendisiplinkan dirinya sendiri tanpa
harus ada aturan yang akan memaksanya dan ia pun akan memiliki kesadaran untuk
menghasilkan produk yang berkualitas tanpa perlu banyak di atur oleh atasanya.
b. Pengendalian kerja.
Agar pekerjaan yang di lakukan oleh para pegawai berjalan efektif dan sesuai
dengan tujuan daro organisasi, maka di lakukan pengendalian kerja dalam bentuk
standar dan tata tertib yang di berikan oleh organisasi.
c. Perbaikan sikap.
Perubahan sikap dapat di lakukan dengan memberikan orentasi, pelatihan,
pemberlakuan sanksi dan tindakan-tindakan lain yang di perlukan pegawai.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka disiplin kerja bertujuan untuk
memperbaiki efektivitas dan mewujudkan kemampuan kerja pegawai dalam
nrangka mencapai sasaran yang telah di tetapkkan oleh organisasi.
5
2.1.4 Fungsi disiplin kerja
Disiplin kerja sangat di butuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi
prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang
akan membuat para pegawai mendapat kemudahan dalam bekerja. Dengan begitu
akan menciptakan suasana kerja yang kondusif dan mendukung usaha pencapaian
tujuan.
Pendapat tersebut di pertegas oleh pernyataan Tulus Tu’u (2004:38) yang
mengemukakan beberapa fungsi disiplin, antara lain :
a. Menata kehidupan bersama
b. Membangaun kepribadian
c. Melatih kepribadian
d. Hukuman
e. Menciptakan lingkungan kondusif.
Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok
tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan yang terjalin antara
individu satu dengan lainnya menjadi lebih baik dan lancar.
Disiplin juga dapat membangun kepribadian seorang pegawai. Lingkungan
yang memiliki disiplin yang baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian
seseorang. Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan yang tenang, tertib dan
tenteram, sangat berperan dalam membanguan kepribadian yang baik.
6
2.1.5 Konsep kedisiplinan
Konsep disiplin terbagai menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
1. Disiplin Berdasarkan Tradisi
Disiplin merupakan cara kuno yaitu cara yang terdiri dari pendaftaran
pelanggaran dan catatan dari hukuman terhadap setiap pelanggaran. Disiplin ini
dilaksanakan secara kaku dan tegas tanpa kompromi dan cenderung penegakan
disiplin secara otoriter. Tindakan disiplin ini diterapkan oleh atasan kepada
bawahan dan tidak perna sebaliknya, (suatu tindakan yang sepihak). Hal ini
disebabkan pemahaman kurang efektif yang dianut oleh pemimpin perusahaan,
yang menganggap karyawan adalah bawahannya untuk menuruti dan mematuhi
segala keputusan yang ada tanpa perna karyawan diajak berunding untuk diminta
pendapatnya apakah mereka merasa keberatan atau tidak, sedangkan atasan
mempunyai kebebasan untuk berbuat apa saja tanpa terikat oleh sebuah perusahaan.
Jadi disiplin menurut konsep tradisi ini dipahami sebagai suatu batasan atas
kesalahan yang diperbuatnya atau lebih tepatnya disiplin adalah suatu sanksi bukan
suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Adapun tujuan dari hukuman adalah
agar orang yang melakukan kesalahan atau pelanggaran merasa takut dan berjanji
untuk tidak melakukan kesalahan yang telah dilakukan karyawan tersebut.
2. Disiplin Berdasarkan Sasaran
Disiplin berdasarkan sasaran ini dianggap sebagai lawan dari disiplin tradisi bila
dilihat dari tujuannya. Disiplin dianggap secara sah atau berlaku apabila dapat
diterima secara sukarela oleh semua kompenen didalam organisasi tersebut, apabila
tidak dapat diterima maka secara otomatis disiplin tersebut tidak sah untuk
diterapkan dalam organisasi. Fungsi dari disiplin ini adalah sebagai suatu fungsi
pembentukan tingkah laku sebagai hukuman. Masa lampau dipandang sebagai
suatu yang sangat berharga, sesuatu yang dianggap memberi pengalaman dan
berguna dalam merumuskan dan merubah tingkah laku, tetapi tidak merupakan
penuntut yang pasti benar dalam menentukan benar atau salah, karena disini
berbagai kemungkinan dapat saja terjadi diluar jangkauan kemampuan manusia
7
sehingga apabila hal itu terjadi, maka disiplin tidak akan mampu menangani dan
menjawab itu semua.
2.1.6 Cara menegakkan disiplin kerja
Ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan:
a. Disiplin Harus Ditegakkan Seketika
Hukuman harus dijatuhkan sesegera mungkin setelah terjadi pelanggaran
Jangan sampai terlambat, karena jika terlambat akan kurang efektif.
b. Disiplin Harus Didahului Peringatan Dini
Dengan peringatan dini dimaksudkan bahwa semua karyawan hams benar-
benar tahu secara pasti tindakan-tindakan mana yang dibenarkan dan mana yang
tidak.
c. Disiplin Harus Konsisten
Konsisten artinya seluruh karyawan yang melakukan pelanggaran akan
diganjar hukuman yang sama. Jangan sampai terjadi pengecualian, mungkin karena
alasan masa kerja telah lama, punya keterampilan yang tinggi atau karena
mempunyai hubungan dengan atasan itu sendiri.
d. Disiplin Harus Impersona
Seorang atasan sebaiknya jangan menegakkan disiplin dengan perasaan
marah atau emosi. Jika ada perasaan semacam ini ada baiknya atasan menunggu
beberapa menit agar rasa marah dan emosinya reda sebelum mendisiplinkan
karyawan tersebut. Pada akhir pembicaraan sebaiknya diberikan suatu pengarahan
yang positif guna memperkuat jalinanhubungan antara karyawan dan atasan.
e. Disiplin Harus Setimpal
Hukuman itu setimpal artinya bahwa hukuman itu layak dan sesuai dengan
tindak pelanggaran yang dilakukan. Tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat.
Jika hukuman terlalu ringan, hukuman itu akan dianggap sepele oleh pelaku
pelanggaran dan jika terlalu berat mungkin akan menimbulkan kegelisahan dan
menurunkan prestasi.
8
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja
dalam suatu perusahaan. Menurut Gouzali Saydan (1996:202), faktor-faktor
tersebut antara lain :
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
b. Ada tidaknya pengawasan pimpinan.
c. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan.
d. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat di jadikan pegangan.
e. Keberatan pimpinan dalam mengambil tindakan.
f. Tidak adanya perhatian kepada pada karyawan.
Prestasi Kerja (work performance) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
9
Sebelum membahas mengenai prestasi kerja, terlebih dahulu penyusun
menjabarkan pengertian tentang prestasi. Prestasi adalah catatan tentang hasil hasil
yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama
kurun waktu tertentu. (Achmad. S. Ruky, 2003:15)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil atau
(outcomes). Setelah memahami pengertian prestasi maka kita dapat menguraikan
beberapa pendapat para ahli tentang prestasi kerja.
Prestasi kerja seorang pegawai adalah hal yang sangat penting artinya bagi
suksesnya sebuah instansi/organisasi/manajemen, karena manusia sebagai salah
satu faktor produksi yang merupakan basis atau penggerak atas faktor-faktor yang
lain harus dapat dirangkum menjadi satu kesatuan di dalam melaksanakan proses
produksi pada instansi/organisasi dengan cara yang paling efektif dan efisien
sehingga dapat menghasilkan profit.
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. (Hasibuan, 2007:94)
10
1. Kecakapan, total dari semua keahlian yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang bisa dipertanggungjawabkan. Kecakapan merupakan
kumpulan pengetahuan (tanpa memperhatikan cara mendapatkannya)
yang diperlukan untuk memenuhi hal-hal berikut :
a. Kecakapan dalam pelaksanaan prosedur kerja yang praktis,
teknikteknik khusus dan disiplin ilmu pengetahuan.
b. Kecakapan dalam menyatukan dan menyelaraskan
bermacammacam elemen yang semuanya terlibat di dalam
penyusunan kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.
c. Kecakapan dalam memberikan motivasi secara langsung.
11
tenaga pengajar, staf serta atasan ke dalam bidang operasional lembaga
pendidikan secara menyeluruh, yang pada intinya individu – individu
tersebut memahami tugas, fungsi serta
tanggung jawabnya.
3. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan
untuk bekerja sama dengan orang lain dan memotivasi diri sendiri.
Veitzhal Rivai (Mangkunegara,2006:50)
Penilaian prestasi kerja adalah hasil secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangkunegara, 2001:67)
2. Penyesuaian-Penyesuaian Kompensasi
12
lainnya.
3. Keputusan-Keputusan Penempatan
7. Ketidak-akuratan Informasional
tidak tepat.
13
Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan
dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa
kesalahan-kesalahan tersebut.
14
8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahankelemahan
di masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan
selanjutnya.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Karyawan harus disiplin
pada dirinya, tugas-tugasnya, serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku baik
tertulis maupun kebiasaan. Hal ini akan menunjang pada hasil kerja setiap
karyawan yang dapat dipertanggungjawabkan kualitas maupun kuantitas dan
bekerja secara efektif dan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan dapat
memanfaatkan waktu dan mempergunakan alat-alat dengan baik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwasannya disiplin kerja sebagai input sedangkan prestasi kerja
sebagai output.
3.2 Saran
Disiplin itu sangat diperlukan. Karena dalam aplikasinya, kedisiplinan
sangat berguna sebagai tolak ukur mampu atau tidaknya seseorang dalam mentaati
aturan yang sangat penting bagi stabilitas kegiatan. Selain itu sikap disiplin sangat
diperlukan untuk pengembangan watak dan pribadi seseorang, sehingga menjadi
tangguh dan dapat diandalkan bagi seluruh pihak dalam suatu perusahaan.
16