Gangguan Kehamilan Part 5
Gangguan Kehamilan Part 5
GANGGUAN KEHAMILAN
1. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum terjadi ditandai dengan mual dan muntah pada
kehamilan yang berumur 16 minggu atau < 20 minggu. Mual dan muntah yang hebat
dapat menyebabkan kelemahan, kekurangan cairan dan gangguan keseimbangan
elektrolit. Penurunan BB sebelum hamil sebesar 5% dan ketonuria dapat terjadi pada
ibu dengan hiperemesis gravidarum.
Penyebab hiperemesis gravidarum masih belum diketahu secara pasti, tetapi
beberapa sumber menyebutkan bahwa hiperemesis gravidarum disebabkan oleh :
a) peningkatan aktivitas hormon yaitu hormon tiroksin dan serum beta HCG
b) kehamilan dengan DM yang biasa disebut dengan diabetik gastropati
c) riwayat hiperemesis
d) malnutrisi
e) gangguan psikologis, emosi dan stres berat
a) nausea b.d kehamilan dibuktikan dengan mengeluh mual, muntah, dan tidak
nafsu makan
b) risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan mencerrna makanan
c) ketidakseimbangan cairan dibuktikan dengan disfungsi intestinal
d) risiko ketidakseimbangan elektrolit ditandai dengan muntah
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari kasus ini adalah gastroesofagial refluk
disease (GRED), ruptur esofagus, pendarahan saluran cerna bagian atas, dan defisiensi
tiamin.
2. Anemia pada kehamilan
Terjadi jika kadar Hb pada kehamilan < 11 gr/dl pada trimester 1 dan 2, dan <
10,5 gr/dl pada trimester 3. Faktor predisposisi anemia salah satunya adalah
kekurangan asam folat dan B12, kelainan gastrointestinal, penyakit kronis, dan
riwayat anemia pada keluarga.
Kebutuhan zat besi kurang lebih 1000 mg, dan sekitar setengah jumlah
tersebut dibutuhkan pada akhir trimester kedua sampai menjelang persalinan. Tanda
anemia yang lain adalah lelah yang berkepanjangan, pucat, pingsan, dan sesak nafas.
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil antara lain yaitu :
a) Keletihan bd anemia pada kehamilan dibuktikan dengan tidak mampu
mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu, dan merasa kurang
tenaga
b) Risiko pendarahan dibuktikan dengan komplikasi kehamilan
c) Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder akibat penurunan Hb
4. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim, hal ini terjadi
karena kegagalan hasil konsepsi untuk turun ke rahim dan bernidasi atau terjadi
karena endometriosis (ketika endometrium tumbuh di luar rahim). Kehamilan ektopik
< 90 % terjadi pada tuba fallopi, sebagian yang lain terjadi di serviks, ovarium, dan
peritonium. Tuba fallopi yang sempit akhirnya menyebabkan kelangsungan
kehamilan terganggu sehingga terjadi KET.
Gejala yang ditimbukan biasanya nyeri abdomen dan pelvis, keluar darah per
vagina, hipotonse, hipovolemik, dan pasien terlihat pucat. Pada KET dapat terjadi
ruptur dan menyebabkan pendarahan masiv dan nyeri hebat. Penatalaksanaan KET
yang pertama adalah pembedahan :
a) Laparotomi untuk menilai kerusakan tuba
b) Tuba rusak ringan akan dilakukan salpingotomi dan pengambilan
konsepsi
c) Tuba rusak berat akan dilakukan mentode salpingektomi atau
pemotongan tuba di tempat terjadinya KET
Gangguan kehamilan lanjut terdiri dari pre eklampsi – eklampsi, stillbirth, diabetes
guestasional, preterm labour. Stillbirth adalah kematian janin dan berakhirnya kehamila
setelah usia 20 minggu. Penyebab belum ditemukan secara pasti, namun pada beberapa
penelitian disebutkan bahwa stillbirthdisebabkan oleh infeksi, abortio plasenta, hipertensi,
diabetes, gangguan koagulasi, ganggungan imunitas, dll.
Pada ibu dengan stillbirth mengalami distress yang berat, distress yang
berkepanjangan dapat menyebabkan post partum depresion yang menurunkan kualitas hidup
ibu. Konsep stillbirth adalah mengeluarkan semua hasil konsepsi yang ada di rahim ibu.
Dilatasi dan evakuasi merupakan pilihan utama untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
Risiko dari tindakan DNE (dilatasi dan evakuasi) adalah infeksi, pendarhan,
komplikasi kehamilan, dll. Pengeluaran hasil konsepsi yang mati dengan usia > 16 minggu
tidak dapat dilakukan dengan tindakan yang sederhana. Pasien dan keluarga harus diberi
edukasi mengenai prosedur yang akan dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman.