Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN

KELOMPOK II

DISUSUN OLEH :

1. UTIYA QURR0TU MA’WA 173241004


2. ALIZA NABILA 173241016
3. YOGA PRATAMA 173241032
4. LUCI INDRIANI P 173241034

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA


TAHUN 2019
1) PENELITIAN KUANTITATIF

A. Hakikat Metodologi Kuantitatif

Pada hakikatnya setiap penelitian kuantitatif dalam ilmu-ilmu sosial menerapkan


filosofi yang disebut deducto hipothetico verifikatif artinya, masalah penelitian
dipecahkan dengan bantuan cara berpikir deduktif melalui pengajuan hipotesis yang
dideduksi dari teori-teori yang bersifat universal dan umum, sehingga kesimpulan dalam
bentuk hipotesis inilah yang akan diverifikasi secara empiris melalui cara berpikir
induktif dengan bantuan statistika inferensial.
Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu.
Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang
menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat pengamat mulai mencatat atau menghitung
dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian,
kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap penelitian
yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan perhitungan statistik lainnya.
Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau
kuantitas. hasil analisis kuantitatif cenderung membuktikan maupun memperkuat teori-
teori yang sudah ada.1

A. Jenis-jenis Metodologi Kuantitatif

Penelitian Kuantitatif merupakan metode penelitian yang lebih menekankan pada


aspek pengukuran yang objektif terhadap fenomena sosial. Untuk melakukan
pengukuran, setiap fenomena sosial dijabarkan dalam beberapa komponen masalah,
variabel dan indikator. Tujuan penelitian kuantitatif yaitu untuk mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori atau hipotesis yang membahas
fenomena alam. Proses penilaian adalah bagian dari penelitian kuantitatif, karena hal ini
memberikan hubungan yang mendasar antara pengamatan empiris dan ekspresi
matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan baik dalam ilmu-ilmu alam, maupun
ilmu-ilmu sosial, seperti pada ilmu fisika dan biologi hingga ilmu sosiologi dan
jurnalisme.
Jenis Metode Penelitian
Menurut beberapa ahli dalam penelitian kuantitatif Beberapa metode atau jenis penelitian
yang digunakan, evaluasi berikut:
1. Metode Deskriptif

1
https://www.google.com/amp/s/dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/hakikat-dan-perbedaan-jenis-penelitian-
kualitatif-dan-kuantitatif/amp/
Menurut Whitne (1960), metode deskriptif merupakan suatu pencarian fakta
menggunakan interprestasi yang tepat. Dalam penelitian ini, membahas tentang masalah-
masalah yang ada di dalam masyarakat dan juga tata cara yang digunakan dalam
masyarakat serta dalam situasi tertentu.
Penelitian deskriptif merupakan jenis metode yang menggambarkan objek dan subjek
yang sedang dibahas tanpa adanya rekayasa. Mengenai hubungan tentang kegiatan,
pandangan, sikap, dan proses-proses yang mempengaruhi suatu fenomena yang terjadi.
2. Metode Komparatif
Metode komparatif sering dilakukan pada jenis penelitian yang mengarah pada perbedaan
variabel dalam suatu aspek yang disebut. Dalam penelitian ini tidak terjadi manipulasi
dari peneliti, hingga datanya benar-benar akurat.
Penelitian ini dilakukan sealami mungkin dengan melakukan pengumpulan data dengan
suatu perintah. Dan hasilnya dapat di analisa secara statistik untuk mencari suatu
perbedaan variabel yang sedang diadakan.
3. Metode Korelasi
Merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menguji dua atau
lebih fakta dan juga sifat-sifat objek yang sedang dibahas.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan antar perbedaan dengan fakta atau
didasarkan pada pemikiran yang sudah ada.
4. Metode Survei
Menurut Zikmund (1997), metode survei merupakan metode dalam penelitian yang
mengumpulkan informasi dari beberapa sampel.
Menurut Gay dan Diel (1992), metode survei adalah metode yang digunakan
penggunaannya sebagai kategori umum dalam penelitian yang langsung menggunakan
kuesioner dan wawancara.
Menurut Bailey (1982), metode survei adalah metode penelitian yang memiliki teknik
pengambilan keputusan data berupa pertanyaan yang diajukan sebagai lisan.
5. Metode Ex Post Facto
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk penelitian yang terkait hubungan
antara sebab dan yang dapat dimanipulasi oleh peneliti.
6. Metode Percobaan Sejati
Dinamakan sebagai Metode Eksperimen Benar karena kita dapat mengontrol semua
variabel luar yang ada, dan dapat mempengaruhi jalannya suatu eksperimen.
Ciri utama dari Metode Eksperimen Sejati yaitu sampel yang digunakan untuk
melakukan eksperimen yaitu dapat diambil secara acak dari peserta tertentu.
7. Metode Eksperimen Kuasi
Desain dalam Metode Quasi Eksperimen memiliki kelompok kontrol yang dapat
membantu proses penelitian, akan tetapi tidak berfungsi untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang masih meningkatkan pelaksanaan percobaan.
8. Metode Subjek Tunggal
Dalam Metode Subjek Tunggal sering disebut dengan "eksperimen subjek tunggal" yaitu
percobaan ini dilakukan terhadap subjek dengan jumlah tunggal saja.2

B. Prosedur Penelitian Kuantitatif

penelitian selalu berangkat dari masalah, namun masalah yang dibawa peneliti
kuantitatif dan kualitatif berbeda. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh
peneliti itu harus sudah jelas, sedangkan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan.
Setelah masalah diidentifikasikan, dan dibatasi, maka selanjutnya masalah
tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat
pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan
penelitian selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti
menggunakan berbagai teori untuk menjawabnya. Jadi teori dalam penelitian kuantitatif
ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian tersebut. Jawaban terhadap
rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis, maka
hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian.
Hipotesis yang masih merupakan jawaban sementara tersebut, selanjutnya akan
dibuktikan kebenarannya secara empiris (nyata). Untuk itu peneliti melakukan
pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi terlalu luas, sedangkan peneliti memiliki
keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi tersebut. Bila peneliti bermaksud membuat membuat generalisasi,
maka sampel yang diambil harus representative, dengan teknik random sampling.
Meneliti adalah mencari data yang teliti dan akurat. Untuk itu peneliti
menggunakan instrument penelitian. Dalam ilmu-ilmu alam, teknik, dan ilmu-ilmu
empirik lainnya, instrument penelitian seperti termometer untuk mengukur suhu,
timbangan untuk mengukur berat, semuanya sudah ada, sehingga tidak perlu membuat
instrumen. Tetapi dalam penelitian sosial, sering instrumen yang akan digunakan untuk
meneliti belum ada, sehingga peneliti harus membuat atau mengembangkan sendiri. Agar
instrumen dapat dipercaya, maka harus diuji validitas dan relibilitasnya.
Setelah instrumen teruji validitas dan relibilitasnya, maka dapat digunakan untuk
mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk pengumpulan
data dapat berbentuk test atau non-test. Untuk instrumen yang berbentuk non-test, dapat
digunakan sebagai kuisioner pedoman observasi dan wawancara. Dengan demikian
teknik pengumpulan data selain berupa test dalam penelitian ini dapat berupa kuesioner,
observasi dan wawancara.
2
Https://www.pelajaran.co.id/2016/21/jenis-jenis-metode-dalam-penelitian-kuantitatif-dan-pengertian-
terlengkap.html
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk
menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian kuantitatif
analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik
deskriptif dan inferensial atau induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik
paramentris dan statistik non-paramentris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila
penelitian dilakukan pada sampel yang diambil secara random (acak).
Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberi pembahasan. Penyajian data
dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart
(diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan
penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.
Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat
disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah
berdassarkan data yang telah terkumpul. Jadi kalo rumusan masalah ada lima, maka
kesimpulannya juga ada lima. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk
memecahkan masalah,maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran dari
setiap rumusan masalah tersebut, dengan tujuan masalah dapat diselesaikan dan
dipecahkan. Jadi jangan sampai membuat saran yang tidak berdasaran hasil penelitian
yang telah dilakukan.
Apabila hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek
apakah ada yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data,
atau rumusan masalah yang diajukan.

2) VARIABEL
A. Pengertian Variabel
Pada dasarnya, variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari. Dengan demikian itu,
seorang peneliti tersebut akan memperoleh beberapa informasi tentang hal tersebut,
kemudian baru bisa menarik kesimpulannya. Secara teoritis, variabel dapat diartikan
sebagai suatu atribut seseorang atau obyek yang di dalamnya memiliki variasi yang
berbeda-beda antara satu obyek dengan obyek yang lain. Jadi, bisa dinamakan sebagai
variabel karena ada variasinya.
Akan tetapi apabila variabel tersebut tidak ada variasinya, tidak bisa dikatakan
sebagai variabel. Oleh karena itu, agar bisa bervariasi maka penelitian tersebut harus
didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi. Dengan
pengertian lain, variabel bisa diartikan sebagai sifat yang akan dipelajari, misalnya:
tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji,
produktivitas kerja, dan lain sebagainya.
Dari penjelasan diatas, bisa disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau penilaian dari orang, obyek atau kegiatan yang memiliki variasi
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
B. Jenis-jenis Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka jenis-jenis
variabel dalam penelitian ini bisa dibagi menjadi:
a. Variabel Independen (Bebas)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Variabel
bebas ini merupakan suatu variabel yang mempengaruhi atau justru yang menjadi
penyebab perubahannya dan juga timbulnya variabel dependen (terikat).
b. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen. Variabel
terikat merupakan suatu variabel yang dipengaruhi atau justru yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.
c. Variabel Moderator
Variabel moderat merupakan suatu variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
d. Variabel Intervening
Variabel intervening merupakan suatu variabel yang kalau secara teoritis itu
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,
yang pada akhirnya menjadi suatu hubungan yang tidak langsung dan tidak bisa
diamati dan juga diukur. Dengan istilah lain, variabel ini bisa diartikan sebagai suatu
variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan juga variabel
dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya
ataupun timbulnya suatu variabel dependen.
e. Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan suatu variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan,
sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel ini sering digunakan oleh
peneliti, apabila akan melakukan penelitian yang sifatnya membandingkan,
C. Contoh Hubungan Antar Variabel
a. Contoh Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen.
Dalam hubungan ini, diberikan contoh mengenai pengaruh jumlah tugas kuliah dan
tingkat stress mahasiswa. Jumlah tugas kuliah ini berperan sebagai variabel
independen, sedangkan tingkat stress mahasiswa berperan sebagai variabel
dependen.
b. Contoh Hubungan Variabel Independen, Dependen, dan Moderator
Dalam hal ini, akan diberikan contoh mengenai perilaku seorang suami yang
mempengaruhi perilaku istri. Hubungan perilaku suami dan istri ini akan semakin
baik apabila keduanya mempunyai anak. Di sini, anak dianggap sebagai variabel
moderator yang bisa memperkuat hubungan, sedangkan pihak ketiga disini dianggap
sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan.
c. Contoh Hubungan Variabel Independen, Moderator, Intervening, dan Dependen.
Pada contoh berikut, akan dijelaskan suatu masalah mengenai tinggi rendahnya suatu
penghasilan seseorang, secara tidak langsung akan mempengaruhi harapan hidup
(panjang pendeknya umur). Dalam hal ini, yang berperan sebagai variabel
intervening yaitu yang berupa gaya, sedangkan antara variabel pengahasilan dengan
gaya hidup terdapat variabel moderator yaitu budaya lingkungan tempat tinggal.
d. Contoh Hubungan Antara Varibel Independen, Kontrol, dan Dependen.
Dalam hubungan kali ini, akan dibahas mengenai pengaruh jenis pendidikan
terhadap keterampilan mengetik. Untuk variabel independennya di misalkan
pendidikan SMA dan SMK. Sedangkan untuk variabel kontrol yang ditetapkan
dimisalkan, naskah yang diketik sama, mesin tik yang digunakan sama, dan ruang
tempat ketik yang sama juga. Dengan adanya variabel tersebut, maka besarnya
pengaruh jenis pendidikan tehadap keterampilan mengetik dapat diketahui lebih
pasti.
3) MASALAH
A. Rumusan Masalah

Sebuah rumusan masalah berbeda dengan sebuah masalah. Rumusan masalah merupakan
suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Sedangkan
masalah merupakan ketidak simetrisnya antara sesuatu yang diharapkan dengan yang terjadi.
Sugiyono (2000) menyebutkan ada tiga bentuk rumusan masalah, antara lain:

1. Rumusan Masalah Deskriptif


Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaaan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau
lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel lain dan mencari hubungan dengan variabel yang
lain.
Contoh:a. Bagaimana tingkat keefektifan pembelajaran pada sore hari?
b. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan
Hukum?
2. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
Contoh:a. Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negeri dengan swasta?
b. Adakah perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD,
SMP, dan SMA?
3. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat hubugan
antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut bisa simetris, kausal, maupun hubunga
timbal balik.
a. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan muncul secara bersamaan.
Contoh: Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat
manisnya buah?
b. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Dalam hal ini ada
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel
yang dipengaruhi).
Contoh: Seberapa besar pengaruh kepemimpinan nasional terhadap masyarakat?
c. Hubungan Interaktif/Timbal Balik
Hubungan timbal balik atau interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
Disini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen.
Contoh: Hubungan antara motivasi dengan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi
mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi prestasi.

Rumusan masalah yang baik dan benar mempunyai ciri-ciri dibawah ini:

1. Rumusan masalah yang berkualitas dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.


2. Rumusan masalah jelas, padat, tidak bertele-tele.
3. Dapat memberikan petujuk atau sebagai titik sentral dalam sebuah proses penelitian agar
memungkinkan menampung data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dalam sebuah rumusan masalah.
4. Mampu mengarahkan cara berpikir kita terhadap suatu permasalahan.
5. Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian.
6. Masalah yang dipilih harus memiliki fisibilitas.
7. Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi peneliti

Ada beberapa kriteria yang harus kamu perhatikan dalam membuat rumusan masalah
yang baik, antara lain:

1. Masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.


2. Rumusan masalah yang dirumuskan hendaknya jelas dan padat.
3. Rumusan masalah berisi implikasi adanya data untuk mencari sebuah solusi dalam suatu
permasalahan.
4. Masalah harus menjadi dasar bagi judul dalam sebuah proses penelitian.
Selain kriteria diatas, ada beberapa cara untuk membuat formulasi sebuah permasalahan
yang baik antara lain:

1. Dengan menurunkan masalah dari teori yang sudah ada, seperti permasalahan pada
penelitian eksperimental.
2. Dari observasi langsung dilapanga, seperti yang sering dilakukan oleh para ahli sosiologi.
Jika masalah sudah dapat dari lapangan, maka sebaiknya harus menghubungkan masalah
tersebut dengan teori-teori yang sudah ada sebelumnya.

4) TEORI

A. Pengertian teori

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori teori, konsep konsep, dan generalisasi generalisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian . landasan teori
ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba coba. Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian ini
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

Ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan teori.
Tentunya ada banyak definisi “teori”. Para pakar mendefinisikan “teori” dengan aneka ragam
cara. Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary memberikan pengertian sebagai berikut:
“Teori adalah seperangkat gagasan formal yang dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa
sesuatu terjadi atau ada.” Menurut Judee Burgoon, seseorang yang berkontribusi banyak
dalam ilmu komunikasi, teori tak lebih dari seperangkat firasat yang diinformasikan secara
sistematis mengenai bagaimana suatu hal berlangsung (Griffin, 2009). Selanjutnya, teori
adalah seperangkat konsep atau konstruk, definisi, dan proposisi yang mengedepankan
pandangan sistematis pada beberapa gejala dengan menguraikan hubungan antarvariabel
untuk menjelaskan dan memperkirakan suatu gejala (Kerlinger, 1974). teori adalah
rangkaian konsep, penjelasan, dan prinsip yang terorganisir dari beberapa aspek pengalaman
manusia (Littlejohn, 2008). Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena. (Kerlinger 1978). Definisi lain mengatakan teori adalah generalisasi atau kumpulan
generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.
(Wiliam Wiersma 1986).
B. Fungsi Teori
. Teori mempunyai peran yang sangat penting dalam penelitian kuantitatif.
Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu menjelaskan (explanation),
meramalkan, (prediction), dan mengendalikan (control) suatu gejala. Contoh Mengapa
kalau besi kena panas memuai, dapat diajawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan.
Kalau besi dipanaskan 75 C berapa pemuainya, dijawab dengan teori yang berfungsi
meramalkan. Selanjutnya berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai
dengan kondisi iklim Indonesia sehingga kereta api jalannya tidak terganggu karena
sambungan, dijawab dengan teori yang berfungsi mengendalikan.
. Selain fungsi fungsi tersebut Teori juga mempunyai peran dalam menemukan
masalah penelitian, menyusun hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan
metodologi, dan menemukan alat analisis data.
Dalam menemukan masalah penelitian, teori yang diketahui oleh seorang peneliti
dapat memunculkan suatu pertanyaan, terutama apabila teori yang diketahuinya tampak
bertentangan dengan suatu fenomena yang diamati peneliti. Dapat pula pertanyaan
muncul ketika peneliti menangkap suatu teori tampak bertentangan dengan teori lainnya.
Bahkan Bungin (2005) mengatakan apabila seorang peneliti ingin mengembangkan ilmu
pengetahuan atau mengkritisi konsep kebijakan maupun perundang-undangan tertentu,
seyogianya ia menemukan motif penelitian dari kejanggalan-kejanggalan teoretis, dan
dalam hal ini masalah yang muncul merupakan masalah teoretis (theoretical problem).
Dalam menyusun hipotesis, teori-teori yang ada digunakan sebagai dasar pijakan
untuk menghasilkan jawaban sementara atau kemungkinan jawaban terhadap pertanyaan
penelitian. Langkah penyusunan hipotesis dalam metode kuantitatif dilakukan setelah
penyusunan kerangka pemikiran dan premis-premis. Dalam rangka menjawab masalah
penelitian, peneliti kuantitatif mencari teori-teori yang sudah ada yang relevan dengan
masalah penelitian. Pencarian teori-teori itu misalnya dilakukan melalui studi
kepustakaan (studi literatur). Dari teori-teori tersebut peneliti kemudian menyusun esei
argumentasi, yang menampilkan sikap dan pandangan peneliti yang kritis dan analitis
dalam mengkaji masalah yang bersangkutan (Atmadilaga, 1994). Esei argumentasi ini
kemudian “ditutup” dengan penyajian premis-premis. Dengan metode pengambilan
kesimpulan secara deduktif, dari premis-premis ini disusunlah satu atau beberapa
hipotesis. Perlu digarisbawahi bahwa kesimpulan yang dihasilkan dengan metode
deduktif ini perlu diuji “kebenaran”-nya secara empiris, dalam arti bahwa harus
dilakukan pengumpulan data dari populasi yang menjadi objek penelitian untuk
menjawab apakah pernyataan yang tertuang dalam hipotesis didukung oleh data empiris
atau tidak. Upaya menjawab apakah hipotesis tersebut didukung “fakta lapangan” ini,
mengutip tulisan Suriasumantri (2005), merupakan “interogasi terhadap alam”.
Dalam menemukan konsep-konsep, dari bacaan di atas mengenai pengertian teori,
jelas bahwa konsep-konsep dapat ditemukan dengan mempelajari teori. Sebagai contoh,
dalam penelitian yang berjudul “Hubungan antara Iklim Komunikasi dengan Kepuasan
Organisasi”, untuk mengukur “iklim komunikasi” dan “kepuasan organisasi”, kita perlu
mengetahui konsep tentang “iklim komunikasi” dan juga konsep tentang “kepuasan
organisasi”. Untuk menjawab ini, peneliti kuantitatif biasa mencari konsep-konsep
tersebut dari berbagai teori terkait, misalnya dari teori-teori yang terkait dengan
komunikasi organisasi. Contoh lain, dalam menjawab “Apakah Agenda Media
memengaruhi Agenda Publik?” kita perlu mengetahui konsep “agenda media” dan
konsep “agenda publik”. Konsep-konsep tersebut biasa kita dapatkan dari teori-teori
dalam ilmu komunikasi.
Dalam hal menemukan metodologi, teori mengarahkan peneliti dalam memilih
metode yang cocok diterapkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Metodologi
penelitian merupakan suatu kajian dari aturan-aturan yang terdapat metode penelitian,
sedangkan metode itu sendiri merupakan suatu prosedur/cara untuk mengetahui sesuatu,
yang memiliki langkah-langkah yang sistematis (Suriasumantri, 2005). Dengan
mengetahui metodologi, kita akan dapat menentukan metode apa yang cocok untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Dalam metodologi penelitian kuantitatif misalnya, ada
beberapa metode yang dapat digunakan seperti survei, analisis isi, eksperimen.
Dalam menemukan alat analisis data, teori menjadi panduan peneliti bagaimana
mempelajari data yang diperoleh sebagai hasil pengumpulan data untuk tujuan agar kita
lebih memahami apa yang menjadi pertanyaan penelitian. Dalam penelitian komunikasi
dengan metodologi kuantitatif, banyak statistical tools yang dapat digunakan, tergantung
dari masalah penelitian yang diajukan. Sebagai contoh, untuk mengetahui pengaruh suatu
variabel terhadap variabel lain kita dapat menggunakan analisis regresi (dalam statistika).
Untuk mengetahui hubungan antara dua buah variabel atau lebih, kita dapat
menggunakan analisis korelasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.google.com/amp/s/dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/hakikat-dan-perbedaan-
jenis-penelitian-kualitatif-dan-kuantitatif/amp/
2. Https://www.pelajaran.co.id/2016/21/jenis-jenis-metode-dalam-penelitian-kuantitatif-dan-
pengertian-terlengkap.html
3. http://edsyclopedia.com/fungsi-teori-dalam-penelitian-kuantitatif/
4. Sugiyono. Metode penelitian pendidikan, Alfabeta,Bandung 2015

Anda mungkin juga menyukai