Anda di halaman 1dari 5

Cakaran Mikosis Sistemik

Untuk semua infeksi ini, pertahanan inang awal disediakan oleh makrofag alveolar, yang
biasanya mampu menonaktifkan konidia dan menginduksi respons imun yang kuat. Proses ini
biasanya mengarah pada peradangan granulomatosa dan produksi kedua antibodi dan imunitas
yang diperantarai sel. Induksi sitokin Th1 (misalnya, interleukin-12, interferon-Γ, faktor nekrosis
tumor α) akan memperkuat pertahanan seluler, mengaktifkan makrofag, dan meningkatkan
kapasitas fungisida mereka. Pada host imunokompeten, respons ini mengarah pada resolusi lesi
inflamasi. Namun, residu granulomata dapat mempertahankan organisme aktif dengan potensi
untuk reaktivasi berikutnya, yang merupakan bentuk laten dari penyakit.
Strain sebagian besar jamur patogen menunjukkan variasi besar dalam uji laboratorium
patogenisitas. Untuk agen mikosis endemik, virulensi dikaitkan dengan α-glukan di dinding sel
mereka, mungkin dengan menutupi pola molekuler terkait patogen yang memicu respons imun
protektif.

Mikosis profunda adalah infeksi jamur yang menyerang jaringan subkutan dan secara
sistemik mengenai organ-organ di bawah kulit seperti traktus respiratorius, traktus
gastrointestinal, traktus urogenitalis, sistem kardiovaskular, susunan saraf pusat, otot,
tulang, dan sebagainya. Mikosis profunda terdiri dari dua kondisi, yaitu mikosis subkutan
dan mikosis sistemik.2,5 Mikosis sistemik memiliki dua varian utama, yaitu mikosis
oportunistik dan mikosis respiratori endemik.5,6 Mikosis sistemik oportunistik yang sering
ditemukan pada manusia adalah kandidiasis profunda/sistemik, aspergilosis dan
zigomikosis sistemik. Mikosis ini menyerang pasien yang memiliki penyakit dasar seperti
AIDS, neutropenia yang terkait dengan keganasan, transplantasi organ padat atau tindakan
pembedahan yang luas.9 Kondisi-kondisi dasar yang berbeda merupakan predisposisi bagi
mikosis yang berbeda pula.(Tabel 2.2) Secara umum, mikosis sistemik jarang
menyebabkan lesi pada kulit, namun manifestasi klinis mikosis sistemik memang beragam
karena tergantung dari lokasi masuknya organisme dan penyakit yang mendasari.

Coccidioidomycosis
Lesi-lesi kulit (Gambar 190-15) berupa papul, nodul, abses, granuloma, ulkus atau sinus yang
mengeluarkan cairan dimana ada penyakit tulang dan sendi yang mendasarinya.

Beberapa lesi tampak sebagai plak yang datar dengan atropi pada bagian sentral. Meningitis
adalah sebuah komplikasi dari penyebaran infeksi dan biasanya tidak dihubungkan dengan
tanda-tanda infeksi dari tempat lain. Pada pasien AIDS, pneumonia persisten, lesi kulit dan
penyebaran yang luas sering terjadi.

Tes kulit dengan coccidioidin nilainya rendah untuk mendiagnosis infeksi. Spherulin adalah
antigen yang dihasilkan spherule C.immitis dan mungkin lebih baik daripada coccidioidin dalam
mendeteksi sensitisasi. Walaupun demikian, pada infeksi yang berat, anergi kutaneus terhadap
keduanya sering terjadi.

Blastomycosis
Lesi-lesi kulit merupakan gambaran yang sering didapatkan pada blastomycosis diseminata. Lesi
kulit sering simetris dan biasanya mengenai wajah dan ekstremitas. Lesi awalnya adalah papul
atau nodus yang dapat mengalami ulserasi dan mengeluarkan nanah. Sejalan dengan waktu, lesi
ini meluas membentuk lesi hiperkeratotik, sering dengan ulserasi dan/atau parut di bagian
tengah.

a. Parococcidioidomycosis
Paracoccidiodes brasiliensis adalah jamur dimorfik yang menyebabkan infeksi
penafasan dengan kecenderungan menyebar ke membran mukosa dan kelenjar limfe. Lesi
oral atau circumoral sering terdapat pada bentuk paracocidioidomycosis mukokutaneus;
lesi juga dapat mengenai hidung, konjungtiva atau disekitar anus. Lesi-lesi ini dapat
berupa granuloma kecil atau ulkus. Penyembuhannya dengan parut yang menyebabkan
kecacatan yang berat.
Kelenjar limfe leher kadang-kadang membesar, nyeri dan terikat dengan kulit
dibawahnya; jarang supuratif. Lokasi sistemik lain yang terlibat antara lain limfa, usus
kecil, paru dan hati. Paracocidioidomycosis jarang pada pasien AIDS meskipun terdapat
variasi yang sangat luas diamana bentuk progresif yang lebih cepat dari infeksi
diseminata

1. Mikosis sistemik (coccidioidomycosis, histoplasmosis, blastomycosis, dan


paracoccidioidomycosis) ditandai dengan wilayah distribusi yang berbeda dan disebabkan oleh
lingkungan dimorfik.
2. Lebih dari 90% mikosis endemik diawali dengan menghirup konidia fungi penyebab. Di
dalam paru-paru, konidia berubah menjadi sel ragi yang khas (H capsulatum, B dermatitidis, dan
P brasiliensis) atau spherules (Coccidioides).

3. Di daerah endemiknya, tingkat infeksi dengan Coccidioides H capsulatum, dan P brasiliensis


sangat tinggi, tetapi sekitar 90% infeksi terjadi pada individu yang imunokompeten, dan infeksi
tersebut asimptomatik.

4. Individu dengan pertahanan imun yang dimediasi sel (Th1) yang dikompromikan memiliki
risiko yang secara signifikan lebih besar terhadap penyakit yang disebarluaskan (misalnya,
pasien yang imunodefisiensi atau imunosupresi, seropositif HIV, cenderung bawaan, kurang gizi,
sangat muda, atau sangat tua).

5. Untuk keempat mikosis endemik, kejadian penyakit diseminata secara signifikan lebih tinggi
pada pria.

6. Tes serologis untuk antibodi serum terhadap jamur endemik memiliki nilai diagnostik dan
prognostik.

HIPOTALAMUS DIAGNOSIS BANDING. Organisme ini mempunyai ukuran yang sama


dengan sejumlah organisme lain yang menyebabkan mikosis profunda seperti P. Marnaffei dan
bentuk kecil dari Blastomyces dan Cryptococcus (lihat pemeriksaan laboratorium). Organisme
ini juga mempunyai ukuran yang sama dengan Leishmania sp., dan pada daerah tropis, penyakit
kala-azar merupakan diagnosis banding yang penting. Temuan ini menegaskan pentingnya
melakukan pemeriksaan laboratorium yang sesuai untuk mengkonfirmasi diagnosis.

Coccidioides species and Coccidioidomycosis


In culture at ambient temperatures, Coccidioides posadasii produces hyaline, septate hyphae, and arthroconidia.
400

In culture at ambient temperatures, H capsulatum produces hyaline, septate hyphae bearing microconidia and
large, spherical macroconidia. 400.

In culture at ambient temperatures, B dermatitidis produces hyaline, septate hyphae, and single conidia. 400.

Paracoccidioidomycosis. Large, multiply budding yeast cells (15–30 m) are observed in cutaneous lesion. KOH
400×.
Cryptococcosis
Cryptococcosis adalah infeksi yang disebabkan oleh ragi cryptococcus neoformans yang
berkapsul. Meskipun jalan utamanya melalui inhalasi ke dalam paru-paru, penyakit ini biasanya
menunjukkan tanda-tanda penyebaran ekstra paru seperti meningitis. Lesi-lesi kulit dapat terjadi
sebagai akibat perluasan atau jarang melalui inokulasi. Penyakit ini dihubungkan dengan infeksi
HIV.
manifestasi klinis yang lebih umum pada penyakit ini adalah meningoencephalitis. Ditandai
dengan tanda-tanda klasik : meningismus, perubahan penurunan kesadaran, perubahan mental,
dan kelemahan syaraf. Pasien AIDS tanda-tanda ini terlihat kurang jelas. Infeksi saluran
pernafasan dapat ditemukan sekitar 10% dari yang mengalami meningitis. Lesi-lesi kulit
berkembang sekitar 10% pada kasus-kasus, tapi jarang patognomonik.
DIAGNOSA BANDING
Lesi-lesi kulit cryptococcal dapat menyerupai banyak kondisi lain, khususnya mikosis sistemik
lain pada pasien AIDS. Jadi penting dilakukan biopsi dan kultur untuk lesi-lesi yang dicurigai
pada pasien imunokompromis.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Cryptococci mempunyai ukuran yang besar (5-15µm), budding cell dengan kapsul yang paling
bagus dilihat dengan mikroskop langsung dengan pewarnaan India Ink atau Nigrosin.
Tes serologis adalah tes yang cepat dan spesifik. Tes yang utama adalah antigen-detection assay
yang menggunakan latex agglutination atau enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) yang
mudah dan sangat cepat untuk memeriksa darah dan CSF.
PENGOBATAN
Regimen obat yang paling sering digunakan pada pasien non AIDS adalah amfoterisin B
intravena di kombinasi dengan flucytosine. Pada pasien dengan lesi-lesi kulit tunggal dan tidak
ada tanda-tanda infeksi lain, dapat dipakai obat alternatif seperti flukonazol atau itrakonazol.
Pada pasien AIDS, terdapat angka kekambuhan sangat tinggi dan biasanya diberikan selama 10-
14 hari amfoterisin B dengan atau tanpa flusytosine diikuti dengan flukonazol jangka panjang.

DIAGNOSIS BANDING. Organisme ini mempunyai ukuran yang sama dengan sejumlah
organisme lain yang menyebabkan mikosis profunda seperti P. Marnaffei dan bentuk kecil dari
Blastomyces dan Cryptococcus (lihat pemeriksaan laboratorium). Organisme ini juga mempunyai
ukuran yang sama dengan Leishmania sp., dan pada daerah tropis, penyakit kala-azar merupakan
diagnosis banding yang penting. Temuan ini menegaskan pentingnya melakukan pemeriksaan
laboratorium yang sesuai untuk mengkonfirmasi diagnosis.

Anda mungkin juga menyukai