Anda di halaman 1dari 18

BAB II

DENSITAS, SAND CONTENT DAN PENGUKURAN


KADAR MINYAK PADA LUMPUR PEMBORAN

2.1 TUJUAN PERCOBAAN


1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi utamanya.
2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat mud
balance.
3. Menetukan kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam lumpur bor
4. Menentukan densitas lumpur pembran
5. Menentukan sand content.
2.2 TEORI DASAR
Lumpur sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan
suatu operasi pemboran sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari lumpur
tersebut, seperti densitas, viscositas, gel strenght ataupun filtration los.
Dalam percobaan ini akan dibahas salah satu sifat saja yaitu densitas.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang
sangat penting, karena peranannya berhubungan langsung dengan fungsi
lumpur pemboran sebagai penahan tekanan formasi. Adanya densitas
lumpur bor yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi
(lost circulation), sedang terlalu kecil akan menyebabkan “kick”. Maka
densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradien hidrostatik dari
lumpur bor dalam psi/ft. Tetapi dilapangan biasanya dipakai satuan ppg
(pound per gallon) yang diukur dengan menggunakan alat yang disebutkan
dengan mud balance.
Densitas lumpur bor berhubungan langsung dengan fungsi lumpur
bor sebagai penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang
terlalu besar akan menyebabkan lumpur bor akan hilang ke formasi (lost
circulation), sedangkan apabila terlalu kecil akan menyebakan kick

11
12

(masuknya Fluida formasi kelubang sumur). Maka densitas lumpur harus


disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan di bor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradien hidrostatik dari
lumpur bor dalam (psi/ft). Tetapi dilapangan biasanya dipakai satuan ppg
(pound per gallon).
Asumsi-asumsi:
Volume setiap material adalah additive:

Vs + Vml = Vmb

Jumlah berat adalah additive, maka :

ρsVs + ρmlVml = ρmbVmb

Keterang:
Vs = Volume solid, gallon
Vml = Volume Lumpur lama, gallon
Vmb = Volume Lumpur baru, gallon
ρs = Densitas solid, ppg
ρm = Densitas Lumpur lama, ppg
Vml = Densitas Lumpur baru, ppg
Dari persamaan 1 dan 2 didapat:

(  mb   ml )Vml
Vs 
 s   mb

Kerena zat pemberat (solid) beratnya adalah:

Ws  Vs x s
13

Bila dimasukkan dalam persamaan (3)

(  mb   ml )Vml
Ws  s
 s   mb

(%) Volume solid :

Vs (   )
x100  mb ml x100
Vmb  s   ml

(%) Berat solid :

 sVs (    ml )  s
x100  mb x100
 mbVmb (  s   ml )  ml

Maka bila yang digunakan sebagi solid adalah Barite dengan SG =


4,3 untuk menaikkan densitas dari lumpur lama seberat ρml ke Lumpur baru
sebesar ρmb setiap bbl lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak:

(  mb   ml )
Ws  684
(35.8   mb )

Keterang
Ws = berat solid/zat pemberat, kg Barite/bbl lumpur. Sedangkan jika yang
digunakan sebagai pemberat adalah bentonite dengan SG = 2.5 maka
untuk tiap barrel lumpur diperluk.

(  mb   ml )
Ws  398
Ws = kg bentonite/bbl lumpur lama (2.5   mb )
14

Sand content
Tercampurnya serpihan-serpihan formasi (cutting) ke dalam
pemboran akan membawa pengaruh pada operasi pemboran. Serpihan-
serpihan pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat mempengaruhi
karakteristik lumpur yang di sirkulasikan, dalam hal ini akan menambah
densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Bertambahnya densitas
lumpur yang tersirkulasi keprmukaan akan menambah beban pompa
sirkulasi lumpur. Oleh karena itu setelah lumpur di sirkulasikan harus
mengalami proses pembersiihan terutama menhhilangkan partikel-prtikel
yang masuk kedalam lumpur selama sirkulasi. Alat-alat ini yang biasanya
disebut “Conditioning Equipment” adalah:

 Shale shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau cutting
yang berukuran besar.

Gambar 2.1
Shale shaker
15

 Degasser
Fungsinya membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke
lumpur pemboran.

Gambar 2.2
Degasser

 Desander
Fungsinya membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan
yang berukuran kecil yang biasanya lolos dari shale shaker.

Gambar 2.3
Desander
16

 Desilter
Fungsinya sama dengan desanser tetapi desilter dapat
membersihkan lumpur dari partikel-partikel yang berukuran kecil.

Gambar 2.4
Desilter

Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah


merupakan prosentase volume dari partikel-partikel yang diameternya
lebin besar dari 74 Mikron. Hal ini dilakukan melalui pengukuran dengan
saringan tertentu. Jadi rumus untuk menentukan kandungan pasir (sand
content) pada lumpur pemboran adalah:

Vs
n x100%
Vm

Dimana:
n = Kandungan pasir
Vs = Volume pasir dalam lumpur
Vm = Volume lumpur
17

2.3 PERALATAN DAN BAHAN


2.3.1 Peralatan
1. Mud balance
2. Retort Kit
3. Multi mixer
4. Wetting Agent
5. Sand content Set
6. Gelas ukur 500 cc

Gambar 2.5
Mud Balance

Gambar 2.6
Retort Kit
18

Gambar 2.7
Multi mixer

Gambar 2.8
Wetting Agent

Gambar 2.9
Sand Content Set
19

Gambar 2.10
Gelas Ukur

2.3.2 Bahan
1. Barite
2. Bentonite
3. Air tawar (aquades)

Gambar 2.11
Barite

Gambar 2.11
Bentonite
20

Gambar 2.13
Aquades

2.4 PROSEDUR PERCOBAAN


2.4.1 Densitas lumpur
1. Mengkalibrasi peralatan Mud balance sebagai berikut:
 Membersihkan peralatan mud balance
 Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu ditutup dan dibersihkan
bagian luarnya. Keringkan dengan kertas tisue
 Meletakkan kembali mud balance pada kedudukan semula
 Rider ditempatkan pada skala 8.33 ppg
 Mencek pada level glass bila tidak seimbang atur calibration screw
sampai seimbang.
2. Menimbang beberapa zat yang digunakan
3. Menakar air 350cc dan dicampur dengan 22.5 gr bentonite. Caranya
air dimasukkan kedalam bejana lalu dipasang pada multi mixer dan
bentonite dimasukkan sedikit demi sedikit setelah multi mixer
dijalankan. Selang beberapa menit setelah dicampur, bejana diambil
dan isi cup mud balance dengan lumpur yang telah di buat.
4. Cup ditutup dan lumpur yang melekat pada dinding bagian luar dan
tutup dibersihkan dengan bersih.
5. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, lalu mengatur rider
hingga seimbang. Baca densitas yang ditunjukkan oleh skala.
6. Ulangi langkah lima untuk komposisi campuran yang berbeda.
21

2.4.2 Sand content


1. Isi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai, tambahkan
air pada batas berikutnnya. Tutup mulut tabung dan kocok dengan
kuat.
2. Tuangkan campuran tersebut kesaringan. Tambahkan air kedalam
tabung, kocok dan tuangkan kedalam saringan. Ulangi hingga tabung
menjadi bersih. Cuci pasir yang tersaring pada saringan untuk
melepaskan sisa lumpur yang melekat.
3. Pasang Funnel tersebut pada sisi atas dari sieve. Dengan perlahan-
lahan balik rangkaian peralatan tersebut dan masukkan ujung fannel
kedalam gelas ukur. Hanyutkan pasir kedalam tabung dengan
menyemprotkan air melalui saringan hingga semua pasir tertampung
kedalam gelas ukur. Biarkan pasir mengendap. Dari skala yang ada
pada tabung, baca prosen volume dari pasir yang menendap.
4. Catat sand content dari lumpur dalam prosen volume.

2.5 Hasil Percobaan dan Perhitungan


Setelah dilakukan beberapa langkah kerja diatas maka didapatkan
hasil sebagai berikut ini:
Tabel 2.1Data Densitas Dan Sand Content
NO Komposisi Lumpur Densitas (ppg) Sand Content
(% Volume)
1 Lumpur dasar (LD) 8,65 0,50
2 LD + 2 gr Barite 8,70 0,58
3 LD + 5 gr Barite 8,75 0,59
4 LD + 10 gr Barite 8,75 0,75
5 LD + 15 gr Barite 8,80 0,78
22

2.6 PEMBAHASAN
2.6.1 Pembahasan Praktikum
Pada percobaan ini kita ingin menentukan densitas dan sand conten
dari lumpur, yang merupakan sifat fisik dari lumpur sendiri. Jika densitas
lumpur terlalu besar dari pada tekanan formasi, dapat mengakibatkan loss
circulation, sedangkan jika densitas lumpur terlalu kecil dari pada tekanan
formasi, dapat mengakibatkan kick yang dapat berujung pada blow out.

Pada tabel 2.1 kita mempunya lumpur dasar yaitu campuran antara
air sebesar 350 cc dan bentonite sebesar 25. Lumpur dasar kita ini belum
kita tambahkan barite atau calcium carbonate. Densitas lumpur dasar kita
sebesar 8.65 ppg dan sand contentnya (kandungan pasir) sebesar 0.50.

Kemudian kita tambahkan Barite kedalam lumpur dasar kita tadi


sebesar 2 gram maka densitasnya naik menjadi 8.70 namun sand contenya
tetap sebesar 0.50. Kita tambahkan lagi Barite sebesar 5 gram kedalam
lumpur dasar kita tadi, maka densitasnya naik lagi menjadi 8.75 ppg dan
sand contenya tetap. Artinya penambahan Barite kedalam lupur hanya
menaikan densitasnya saja. Barite tidak mempengaruhi sand content pada
lumpur dasar kita.

Kemudia lumpur dasar kita tadi kita tambahkan lagi calcium


carbonate sebesar 10 gram namun tidak ada Barite yang kita tambahkan,
maka densitas lumpur naik menjadi 8.75 ppg setara dengan penambahan
Barite sebesar 5 gram tadi dan sand contenya juga naik menjadi 0.75. Lalu
kita tambahkan lagi calcium carbonate sebesar 15 gram kedalam lumpur
dasar kita, maka densitasnya semakin naik menjadi 8.80 ppg dan sand
contenya tetap yaitu 0.75. Artinya penambahan calcium carbonate ini
selain menambah densitas juga menaikan sand contend pada lumpur dasar
kita tadi.
23

Dalam dunia perminyakan yang lebih efisien kita gunakan sebagai


additive untuk menaikan densitas lupur adalah Barite, karena Barite tidak
menaikan sand content pada lumpur dasar kita (hanya menaikan densitas
saja). Dibandingkan dengan calcium carbonate yang menaikan densitas
tetapi juga menaikan sand contentnya juga. Sperti yang kita ketahui bahwa
sand content juga dapat mempengaruhi naiknya densitas lumpur.

2.6.2 Pembahasan Soal Analisis


1. Dilihat dari data percobaan tersebut, jelaskan apakah Barite dan
CaCO3 memiliki fungsi yang sama ?

Jawab:
Ya, karena CaCO3dan Barite memiliki fungsi yang sama sebagai zat
additive (material pemberat) untuk menaikkan densitas lumpur.
CaCO3 dan Barite juga digunakan pada lumpur di dasar minyak.

2. Jika saudara bekerja sebagai Mud Engineer pada suatu operasi


pemboran. Dari dua jenis material pemberat diatas, material manakah
yang akan saudara gunakan ? Berikan alasannya!

Jawab:
Dari dua material diatas saya akan cenderung memilih Barite, karena
kandungan pasirnya kecil dan sangat ekonomis bila digunakan untuk
meningkatkan densitas lumpur.
24

3. Barite (BaSO4) memiliki SG dari 4,2 – 4,5. Dari data diatas


perkirakan SG dari Barite tersebut. Jika diketahui SG Bentonite = 2,6
(ρ air = 8,33 ppg).

Jawab:
𝑉𝑠 ρlumpur − ρm
=
𝑉𝑚𝑙 (𝜌𝑚𝑙 𝑥 𝑆𝐺 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒 − 𝜌𝑚𝑙
21,658 𝑝𝑝𝑔−8,33 𝑝𝑝𝑔
0,50 = (
8,33 𝑝𝑝𝑔 𝑥 𝑆𝐺 𝐵𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒 )− 8,33 𝑝𝑝𝑔

4,165 ppg x SG Barite – 4,265 ppg = 13, 328 ppg


4,165 ppg x SG Barite = 13, 328 ppg + 4,165ppg
4,165 ppg x SG Barite = 17,493 ppg
17,493 𝑝𝑝𝑔
SG Barite =
4,165 𝑝𝑝𝑔

SG Barite = 4,2 ppg

4. Dari jawaban soal No. 3, perhatikan harga yang diperoleh tersebut


berada didalam range SG Barite seperti tertulis dalam soal ? jika ya,
tentukan apakah Barite tersebut termasuk Pure Barite / APIo Barite ?
Jika tidak jelaskan alasannya.

Jawab:
Berdasarkan jawaban No. 3, maka harga SG Barite yang didapat
sebesar 4,2 seperti yang termasuk didalam range SG dalam soal,
berarti Barite tersebut merupakan APIo Barite.
25

5. Dari tabel diatas terlihat bahwa selain densitas juga diukur kadar pasir.
Jelaskan secara singkat mengapa perlu dilakukan pengukuran kadar
pasir dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut dalam operasi
pemboran !

Jawab:
Pengukuran kadar pasir perlu dilakukan, karena dapat mempengaruhi
karakteristik lumpur yang disirkulasikan. Dalam hal ini akan
menambah densitas lumpur yang telah disirkulasi. Cara mengatasinya
adalah denan proses pembersihan menggunakan “Conditioning
Equipment” yang fungsinya ialah untuk menghilangkan partikel –
partikel yang masuk ke dalam lumpur selama disirkulasikan.

6. Pada saat ini, selain Barite dapat juga digunakan Hematite (Fe2O3)
dan Ilmenite (FeO.TiO2) sebagai density control additive. Hematite
mempunyai harga SG antara 4,9 – 5,3. Sedangkan Ilmenite dari 4,5 –
5,11 dengan kekerasan masing – masing 2 kali lebih dari Barite. Dari
data tersebut, buatlah analisa kelebihan dan kekerungan additive
tersebut jika dibandingkan dengan Barite.
Jawab:
Kelebihan:
a. Pengontrolan tekanan static lumpur akan lebih rendah
dilakukan.
b. Cocok untuk pemboran yang dangkal.
c. Loss Circulation akan lebih mudah untuk di tanggulangi.

Kekurangan:
a. Sukar larut dan bercampur dengan lumpur yang lama.
b. Tidak ekonomis apabila ingin menaikkan densitas.
c. Tidak sesuai dengan pemboran yang tekanan formasinya cukup
tinggi.
26

7. Galena (Pbs) mempunyai harga sekitar 7,5 dan dapat digunakan untuk
membuat lumpur dengan densitas lebih dari 19 ppg. Pada
penerapannya, galena jarang digunakan sebagai additive pemboran.
Jelaskan mengapa material ini jarang digunakan sebagai density
control additive dan hanya digunakan untuk masalah – masalah
pemboran khusus ?
Jawab:
Galena memang hanya digunakan untuk masalah pemboran khusus,
SG Galena (Pbs) tinggi, sehingga meningkatkan densitas mencapai
lebih dari 19 ppg. Dan juga, karena terdapat unsur (Pb = timbal) dan
(S = Belerang) yang apabila terjadi Loss Circulation sehingga akan
mencemari lingkungan (air tanah).

8. Suatu saat saudara berada dilokasi pemboran. Pada saat itu bit
mencapai kedalaman 1600 ft. Saudara diharuskan menaikan densitas
dari 200 bbl dengan catatan bahwa volume akhir tidak di batasi.
Hitung jumlah barite yang diperlukan (dalam lb) dan 200 bbl lumpur
11 ppg menjadi 11,5 ppg dengan menggunkana barite (SG = 4,2).
Jawab:
Diketahui: 𝜌 mb = 11,5 ppg

𝜌 ml = 11 ppg
Vml = 200 bbl

SG = 4,2
𝜌s = 4,2 x 8,33
= 34,986 ppg
27

Ditanya: W (lb) ...?


W =
( 11,5-11 )
W Barite = x Vml x ρBarite
ρs-ρmb
(11,5-11 )
= 34,986-11,5
x 200 bbl x 34,9865 ppg

= 148,936 lb

9. Sebutkan hal – hal yang terjadi akibat sand content terlalu besar !
Jawab:
Akibatnya adalah:
 Dapat mempengaruhi karakteristik lumpur yang akan
disirkulasikan.
 Meningkatkan densitas lumpur sehingga dapat menambah
beban pompa sirkulasi lumpur.
 Dapat merusak peralatan pemboran, karena sand content
bersifat abrasive.
 Rusaknya peralatan pemboran akibat sand content yang
abrasive, akan memperbesar cost.
28

2.7 KESIMPULAN
1. Kadar Minyak yang idea pada lumpur pemboran berkisarantara 15 – 20
%
2. Pada data yang ada zat aditif barite lebih efektif dan ekonomis dalam
meningkatkan densitas CaCO3.
3. Loss circulation, disebabkan karena besarnya harga densitas, namun
tidak disebabkan karena kecilnya harga densitas.
4. Pengertian material balance adalah material yang disebabkan untuk sifat
lumpur yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
5. Apabila zat additif barite dengan kalsium karbonat ditambahakan dengan
jumlah yang sama pada lumpur berbeda maka barite menaikan densitas
lumpur lebih besardibandingkan kalsium karbonat.

Anda mungkin juga menyukai