Anda di halaman 1dari 3

Teori Pembentukan Minyak Bumi dan Gas

Alam
Thursday, September 4, 2014 Oil and Gas
Minyak Bumi dan Gas alam merupakan sumber energi utama dunia saat ini, penggunaannya
mencapai 65% dari total penggunaan sumber energi lainnya (batubara, tenaga air, energi nuklir,
geothermal dan lain sebagainya). Tingginya kebutuhan akan minyak mentah membuat banyak
negara berlomba-lomba melakukan explorasi dengan tujuan menemukan lokasi cadangan
minyak baru demi memenuhi kebutuhan energi maupun bahan bakar di negaranya.
Minyak bumi dalam dunia perminyakan disebut petroleum atau crude oil, yaitu cairan yang
terdiri dari berbagai campuran hidrokarbon, karena terdiri dari campuran hidrokarbon maka
minyak mentah sering juga disebut cairan hidrokarbon. Sifat fisik minyak bumi sendiri yakni
berbau kurang sedap, berwarna cokelat ataupun kehitam-hitaman, teksturnya licin dan tentunya
mudah terbakar. Komposisinya sendiri ketika diperoleh dari sumur dan belum diolah sama sekali
yakni terdiri dari 80-87% campuran hidrokarbon, sedangkan sisanya terdiri oksigen, hydrogen,
nitrogen, sulfur, metal dan air (H2O).

Sementara gas alam juga merupakan sumber daya alam dalam bentuk gas, dan hasil
pengilangannya banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari. Pemanfaatan gas alam lebih
dominan untuk keperluan bahan bakar rumah tangga, industri dan sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor. Selain itu, hasil ekstraksi gas alam juga banyak digunakan untuk pembuatan
amonia, yaitu sebagai bahan campuran pembuatan pupuk.

Teori Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam

Minyak dan gas alam merupakan salah satu komuditas utama saat ini, sehingga banyak negara
melalui perusahan-perusahaan minyaknya terus melakukan expansi pencarian bahan bakar fosil
ini, entah itu dilakukan di negaranya sendiri atau di negara lain. Kian tahun volume minyak dan
gas alam yang diangkat dari dalam perut bumi terus mengalami peningkatan, hal tersebut
didasari oleh semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar, terutama bahan bakar hasil
pengolahan minyak mentah. Tingginya kebutuhan tersebut membuat minyak dan gas alam juga
terus mengalami penurunan jumlah cadangan, padahal tahap pembentukannya membutuhkan
waktu
yang
lama,
bahkan
berjuta-juta
tahun.
Saat ini terdapat 3 teori yang mengemukakan tahap pembentukan minyak dan gas alam, yakni
teori biogenetik, anorganik dan teori duplex. Masing-masing teori tersebut mengemukanan tahap
pembentukan yang berbeda beda, tetapi kesamaanya teletak pada jangka waktu pembentukan
migas, yakni beribu-ribu higga berjuta-juta tahun. Di bawah ini adalah isi dari ketiga teori
tersebut:

1. Teori Biogenetik
Teori biogenetik menyebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam terbentuk dari beraneka ragam
hewan dan tumbuhan yang mati dan kemudian tertimbun dibawah endapan lumpur. Endapan
lumpur tersebut kemudian akan dibawa oleh arus air ke laut, sehingga mengendap di dasar laut.
Seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun, endapan lumpur tadi dan tertimbun berbagai
material, seperti tanah dan bebatuan sehingga membuatnya semakin jauh di dalam permukaan
tanah dan terakumulasi pada posisi tertentu. Karena tertimbun dalam waktu yang lama, maka
akan
berubah
menjadi
minyak
dan
gas.
Bila kita mendalami teori biogenetik di atas, sebenarnya bisa dikatan masuk akal, karena
memang kebanyakan lokasi penemuan minyak dan gas alam dalam jumlah besar umumnya
berada di dasar laut. Lalu bagaimana dengan teori anorganik dan duplex? Silahkan simak
teorinya di bawah ini.

2. Teori Anorganik
Pada teori ini disebutkan bahwa minyak bumi dan gas alam terbentuk karena adanya aktifitas
bakteri terhadap unsur-unsur nitrogen, oksigen, belerang serta zat-zat organik yang terkubur.
Akibat dari adanya aktifitas tersebut, maka bakteri tadi akan berubah menjadi substansi minyak
yang terdiri dari campuran hidrokarbon kompleks.

3. Teori Duplex
Teori duplex merupakan perpaduan antara teori biogeneik dan teori anorganik. Pada teori duplex
dijelaskan bahwa minyak bumi berasal dari organisme laut, baik itu hewani maupun nabati.
Diperkirakan bahwa minyak bumi berasal dari materi hewani, sedangkan gas bumi berasal dari
materi nabati. Akibat dari pengaruh waktu, suhu dan tekanan, maka endapan lumpur tersebut
berubah menjadi batuan sedimen, yaitu batuan lunak yang berasal dari lumpur dan mengandung
bintik-bintik minyak, batuan sedimen ini sering juga disebut dengan batuan induk (source rock).
Selanjutnya minyak akan bermigrasi ke tempat yang bertekanan lebih rendah sehingga

terakumulasi di tempat tersebut, tempat berkumpulnya minyak bumi tersebut disebut dengan trap
(perangkap) atau reservoir.
Ketiga teori pembentukan minyak bumi dan gas alam di atas tentu memiliki dasar yang kuat,
tetapi tergantung lagi dari bagi orang yang memahaminya, apakah bisa diterima atau tidak.
Namun intinya, karena proses pembentukan minyak bumi dan gas alam memerlukan waktu yang
sangat lama, maka saat ini perlu dilakukan pengalihan sumber energi untuk menghemat
ketersediaan
cadangan
minyak
dan
gas
alam
saat
ini.
Sekian artikel pengetahuan kali ini mengenai teori pembentukan minyak bumi dan gas alam,
semoga bermanfaat bagi anda, terima kasih.
0
inShare
Related Posts :

Anda mungkin juga menyukai