Anda di halaman 1dari 28

Makalah Tentang Minyak Bumi

Disusun oleh :

Nama : Okto Roberto Simbolon


NPM : 17510016

Fakultas Teknik Sipil


Universitas Tama Jagakarsa
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Minyak Bumi adalah salah satu sumber energi yang paling berperan dalam
kehidupan manusia Minyak Bumi merupakan salah satu sumber energi yang
paling sering digunakan oleh manusia. Berdasarkan model OWEM (OPEC
World Energy Model), permintaan minyak dunia pada periode jangka
menengah (2002-2010) diperkirakan meningkat sebesar 12 juta barel per hari
(bph) menjadi 89 juta bph atau tumbuh rata-rata 1.8% per tahun. Sedangkan
pada periode berikutnya (2010-2020), permintaan naik menjadi 106 juta bph
dengan pertumbuhan sebesar 17 juta bph.

Tak hanya untuk bahan bakar mesin, namun minyak bumi juga digunakan
untuk sumber energi dalam memasak, bahkan lilin pun terbuat dari minyak
bumi. Minyak bumi berasal dari sisa sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati
kemudian diuraikan oleh tanah, sehingga Sumber Daya Alam ini tergolong
lambat dalam pembaharuan, sehingga dapat dikategorikan sumber daya alam
tak terbaharui. Minyak bumi yang telah diolah dan dimanfaatkan oleh manusia
contohnya seperti pelumas, plastik, karet, bahan bakar minyak, bitumen, lilin,
pestisida, cat).

Minyak bumi merupakan senyawa hidrokarbon. Sifat dan karakteristik dasar


minyak bumi inilah yang menentukan perlakuan selanjutnya untuk mengolah
minyak bumi itu Hal ini juga akan mempengaruhi produk yang dihasilkan dari
pengolahan minyak tersebut.Maka dari itu pengetahuan tentang minyak bumi
sangat penting, mengingat SDA yang paling banyak digunakan ini tidak dapat
diperbahrui sehingga kita harus berusaha mencari alternatif dan berusaha
menghemat minyak bumi ini
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pembentukan Minyak Bumi?
2. Bagaimana Cara Pengolahan Minyak Bumi?
3. Apa saja Pemanfaatan Minyak Bumi
4. Bagaimana Cara Penghematan Minyak Bumi?

C. Tujuan
1. Agar mengetahui pembentukan minyak bumi
2. Mengetahui cara pengolahan minyak bumi
3. Mengetahui pemanfaatan minyak bumi
4. Mengetahui cara penghematan minyak bumi
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pembentukan Minyak Bumi

A.1. Proses Pembentukan Minyak Bumi

Kondisi saat pembentukan yang membuat minyak bumi menjadi spesifik dan tidak
sama antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi lainnya. Pemahaman tentang
proses pembentukan minyak bumi Akan diperlukan sebagai bahan pertimbangan
untuk menginterpretasikan hasil identifikasi. Ada beberapa hipotesa tentang
terbentuknya minyak bumi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya
adalah:

a. Teori Biogenesis (Organik)

Macqiur (Perancis, 1758) adalah orang yang pertama kali mengemukakan pendapat
bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W. Lamanosow
(Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung
oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl
(1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: “minyak dan gas bumi berasal dari
organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan membentuk sebuah
lapisan dalam perut bumi.”

b. Teori Abiogenesis (Anorganik)

Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam alkali,
yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO2
membentuk Ocetylena. Ocetylena akan berubah menjadi benzena karena suhu tinggi.
Kelemahan logam ini adalah logam alkali tidak terdapat bebas di kerak bumi.

Reaksi yang terjadi::

Alkali metal + CO2 karbida

karbida + H2O ocetylena

C2H2 C6H6 komponen-komponen lain


Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat
adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. kelemahannya
tidak cukup banyak karbida di alam. Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan
beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman
prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses terbentuknya
bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon
dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain.

Dari sekian banyak hipotesa tersebut yang sering dikemukakan adalah Teori
Biogenesis, karena lebih memungkinkan untuk terjadi. Teori pembentukan minyak
bumi terus berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi dan teknik analisis
minyak bumi, sampai kemudian pada tahun 1984 G. D. Hobson dalam tulisannya
yang berjudul “The Occurrence and Origin of Oil and Gas”.

Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil
yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan
permukaan bumi, yang digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan,
dimana karbon diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama,
karbon dioksida di atmosfir berasimilasi, artinya CO2 dihasilkan dari atmosfir oleh
organisme fotosintetik darat dan laut.

Pada arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk
hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). Dalam proses ini, terjadi kebocoran
kecil yang memungkinkan satu bagian kecil karbon yang tidak dibebaskan kembali ke
atmosfir dalam bentuk CO2, tetapi mengalami transformasi yang akhirnya menjadi
fosil yang dapat terbakar. Bahan bakar fosil ini jumlahnya hanya kecil sekali. Bahan
organik yang mengalami oksidasi selama pemendaman. Akibatnya, bagian utama dari
karbon organik dalam bentuk karbonat menjadi sangat kecil jumlahnya dalam batuan
sedimen.

Pada mulanya senyawa tersebut (seperti karbohidrat, protein dan lemak) diproduksi
oleh makhluk hidup sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk mempertahankan diri,
untuk berkembang biak atau sebagai komponen fisik dan makhluk hidup itu.
Komponen yang dimaksud dapat berupa konstituen sel, membran, pigmen, lemak,
gula atau protein dari tumbuh-tumbuhan, cendawan, jamur, protozoa, bakteri,
invertebrata ataupun binatang berdarah dingin dan panas, sehingga dapat ditemukan
di udara, pada permukaan, dalam air atau dalam tanah.

Apabila makhluk hidup tersebut mati, maka 99,9% senyawa karbon dan makhluk
hidup akan kembali mengalami siklus sebagai rantai makanan, sedangkan sisanya
0,1% senyawa karbon terjebak dalam tanah dan dalam sedimen. Inilah yang
merupakan cikal bakal senyawa-senyawa fosil atau dikenal juga sebagai embrio
minyak bumi.

Embrio minyak ini mengalami perpindahan dan akan menumpuk di salah satu tempat
yang kemungkinan menjadi tempat penampungan dan ada yang hanyut bersama aliran
air sehingga tertumpuk di dasar laut, dan karena perbedaan tekanan di bawah laut
beberapa muncul ke permukaan dan ada pula yang terendapkan di permukaan laut
dalam yang arusnya kecil.

Embrio kecil ini menumpuk dalam kondisi lingkungan lembab, gelap dan berbau
tidak sedap di antara mineral-mineral dan sedimen, lalu membentuk molekul besar
yang dikenal dengan geopolimer. Senyawa-senyawa organik yang terpendam ini akan
tetap dengan sifat masing-masing yang sesuai dengan bahan dan lingkungan
pembentukannya. Selanjutnya senyawa organik ini akan mengalami proses geologi
dalam bumi. Pertama akan mengalami proses diagenesis, dimana senyawa organik
dan makhluk hidup sudah merupakan senyawa mati dan terkubur sampai 600 meter
saja di bawah permukaan dan lingkungan bersuhu di bawah 50°C.

Pada kondisi ini senyawa-senyawa organik yang berasal dan makhluk hidup mulai
kehilangan gugus beroksigen akibat reaksi dekarboksilasi dan dehidratasi. Semakin
dalam pemendaman terjadi, semakin panas lingkungannya, penam-bahan kedalaman
30 – 40 m akan menaik-kan temperatur 1°C. Di kedalaman lebih dan 600 m sampai
3000 m, suhu pemendaman akan berkisar antara 50 – 150 °C, proses geologi kedua
yang disebut katagenesis akan berlangsung, maka geopolimer yang terpendam mulal
terurai akibat panas bumi.

Komponen-komponen minyak bumi pada proses ini mulai terbentuk dan senyawa–
senyawa karakteristik yang berasal dan makhluk hidup tertentu kembali dibebaskan
dari molekul. Bila kedalaman terus berlanjut ke arah pusat bumi, temperatur semakin
naik, dan jika kedalaman melebihi 3000 m dan suhu di atas 150°C, maka bahan-bahan
organik dapat terurai menjadi gas bermolekul kecil, dan proses ini disebut
metagenesis.

Setelah proses geologi ini dilewati, minyak bumi sudah terbentuk bersama-sama
dengan bio-marka. Fosil molekul yang sudah terbentuk ini akan mengalami
perpindahan (migrasi) karena kondisi lingkungan atau kerak bumi yang selalu
bergerak rata-rata sejauh 5 cm per tahun, sehingga akan ter-perangkap pada suatu
batuan berpori, atau selanjutnya akan bermigrasi membentuk suatu sumur minyak.
Apabila diambil, batuan yang mengandung minyak ini (batuan induk) atau minyak
yang terperangkap dalam rongga bumi, akan ditemukan fosil senyawa-senyawa
organik. Fosil-fosil senyawa inilah yang ditentukan strukturnya menggunaan beberapa
metoda analisis, sehingga dapat menerangkan asal-usul fosil, bahan pembentuk,
migrasi minyak bumi serta hubungan antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi
lain dan hubungan minyak bumi dengan batuan induk.
CaCO3 + Alkali → CaC2 + HO → HC = CH → Minyak bumi.

A.2. Komposisi Minyak Bumi

Minyak Bumi merupakan campuran dari berbagai macam hidrokarbon, jenis molekul
yang paling sering ditemukan adalah alkana (baik yang rantai lurus maupun
bercabang), sikloalkana, hidrokarbon aromatik, atau senyawa kompleks seperti
aspaltena. Setiap minyak Bumi mempunyai keunikan molekulnya masing-masing,
yang diketahui dari bentuk fisik dan ciri-ciri kimia, warna, dan viskositas. Minyak
bumi merupakan campuran rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya
tersusun atas 85% karbon (C) dan 15% hidrogen (H).
Selain itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen
(O), sulfur(S) atau nitrogen(N).

Ada 4 macam kategori minyak bumi yang digolongkan menurut umur dan
letak kedalamannya, yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep, dan old-deep.
Minyak bumi young-shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak
bahan aromatik, sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi. Minyak old-shallow
biasanya kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai paraffin yang lebih
pendek.Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik
didihnya paling rendah dan juga viskositasnya paling encer.

Sulfur yang terkandung dapat teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas,
sehingga old-deep adalah minyak mentah yang dikatakan paling “sweet”. Minyak
semacam inilah yang paling diinginkan karena dapat menghasilkan bensin (gasoline)
yang paling banyak.

Alkana, juga disebut dengan parafin, adalah hidrokarbon tersaturasi dengan rantai
lurus atau bercabang yang molekulnya hanya mengandung unsur karbon dan hidrogen
dengan rumus umum CnH2n+2. Pada umumnya minyak Bumi mengandung 5 sampai
40 atom karbon per molekulnya, meskipun molekul dengan jumlah karbon lebih
sedikit/lebih banyak juga mungkin ada di dalam campuran tersebut.

Alkana dari pentana (C5H12) sampai oktana (C8H18) akan disuling menjadi
bensin, sedangkan alkana jenis nonana (C9H20) sampai heksadekana (C16H34) akan
disuling menjadi diesel, kerosene dan bahan bakar jet). Alkana dengan atom karbon
16 atau lebih akan disuling menjadi oli/pelumas. Alkana dengan jumlah atom karbon
lebih besar lagi, misalnya parafin wax mempunyai 25 atom karbon, dan aspal
mempunyai atom karbon lebih dari 35. Alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai
4 akan berbentuk gas dalam suhu ruangan, dan dijual sebagai elpiji (LPG). Di musim
dingin, butana (C4H10), digunakan sebagai bahan campuran pada bensin, karena
tekanan uap butana yang tinggi akan membantu mesin menyala pada musim dingin.
Penggunaan alkana yang lain adalah sebagai pemantik rokok. Di beberapa negara,
propana (C3H8) dapat dicairkan dibawah tekanan sedang, dan digunakan masyarakat
sebagai bahan bakar transportasi maupun memasak.

Sikloalkana, juga dikenal dengan nama naptena, adalah hidrokarbon tersaturasi yang
mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada karbonnya, dengan rumus umum
CnH2n. Sikloalkana memiliki ciri-ciri yang mirip dengan alkana tapi memiliki titik
didih yang lebih tinggi.

Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon tidak tersaturasi yang memiliki satu atau
lebih cincin planar karbon-6 yang disebut cincin benzena, dimana atom hidrogen akan
berikatan dengan atom karbon dengan rumus umum CnHn. Hidrokarbon seperti ini
jika dibakar maka akan menimbulkan asap hitam pekat. Beberapa bersifat
karsinogenik.

Semua jenis molekul yang berbeda-beda di atas dipisahkan dengan distilasi fraksional
di tempat pengilangan minyak untuk menghasilkan bensin, bahan bakar jet, kerosin,
dan hidrokarbon lainnya. Contohnya adalah 2,2,4-Trimetilpentana (isooktana),
dipakai sebagai campuran utama dalam bensin, mempunyai rumus kimia C8H18 dan
bereaksi dengan oksigen secara eksotermik:

2 C8H18(l) + 25 O2(g) → 16 CO2(g) + 18 H2O(g) + 10.86 MJ/mol (oktana)

Pembakaran yang tidak sempurna dari minyak Bumi atau produk hasil olahannya
akan menyebabkan produk sampingan yang beracun. Misalnya, terlalu sedikit oksigen
yang bercampur maka akan menghasilkan karbon monoksida. Karena suhu dan
tekanan yang tinggi di dalam mesin kendaraan, maka gas buang yang dihasilkan oleh
mesin biasanya juga mengandung molekul nitrogen oksida yang dapat menimbulkan
polusi.

Komposisi minyak bumi dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:

a. Hidrokarbon Jenuh (alkana)

§ Dikenal dengan alkana atau parafin

§ Keberadaan rantai lurus sebagai komponen utama (terbanyak)

§ Sedangkan rantai bercabang lebih sedikit

§ Senyawa penyusun diantaranya:

1. Metana CH4
2. Etana CH3 – CH3

3. Propana CH3 – CH2 – CH3

4. Butana CH3 – (CH2)2 – CH3

5. n-heptana CH3 – (CH2)5 – CH3

6. iso oktana CH3 – C(CH3)2 – CH2 – CH – (CH3)2

b. Hidrokarbon Tak Jenuh (alkena)

§ Dikenal dengan alkena

§ Keberadaannya hanya sedikit

§ Senyawa penyusunnya:

- Etena, CH2 = CH2

- Propena, CH2 = CH – CH3

- Butena, CH2 = CH – CH2 – CH3

c. Hidrokarbon Jenuh berantai siklik (sikloalkana)

§ Dikenal dengan sikloalkana atau naftena

§ Keberadaannya lebih sedikit dibanding alkana

§ Senyawa penyusunnya:

d. Hidrokarbon aromatik

§ Dikenal sebagai seri aromatik

§ Keberadaannya sebagai komponen yang kecil/sedikit


§ Senyawa penyusunannya:

e. Senyawa Lain

§ Keberadaannya sangat sedikit sekali; diantaranya:

1. Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang
lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak
menimbulkan akibat, misalnya dalam bensin dapat menyebabkan korosi (khususnya
dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari
oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air. Sulfur merupakan senyawa
yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau gas, namun keberadaannya
tidak dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk di antaranya
korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau yang
kurang sedap, atau produk samping pembakaran berupa gas buang yang beracun
(sulfur dioksida, SO2) dan menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai
upaya dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi disebut
Desulfurisasi, antara lain:

1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta

2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi dalam


bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan disulfida) secara katalitik dengan proses
hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon asal
dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang dihasilkan dari dekomposisi
senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan cara fraksinasi atau
pencucian/pelucutan.

Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain yaitu
bio-desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara selektif dari
minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme, yaitu dengan
mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis oleh enzim hasil
metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa mengubah senyawa
hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerobik, dan
dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses ini adalah dapat
menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan, misalnya alkylated
dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan untuk proses bio-
desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun penelitian lebih lanjut
juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme dari jenis lain.
Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan
kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit jika
disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk disingkirkan
menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon, bio-desulfurisasi
juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.

Proses Shell-Paques Untuk Bio-Desulfurisasi Aliran Gas


Salah satu lisensi proses bio-desulfurisasi untuk aliran gas adalah Shell Paques dari
Shell Global Solutions International dan Paques Bio-Systems. Proses ini sudah
diterapkan secara komersial sejak tahun 1993, dan saat ini kurang lebih terdapat
sekitar 35 unit bio-desulfurisasi dengan lisensi Shell-Paques beroperasi di seluruh
dunia.
Proses ini dapat menyingkirkan sulfur dari aliran gas dan menghasilkan hidrogen
sulfida dengan kapasitas mulai dari 100 kg/hari sampai dengan 50 ton/hari,
menggunakan mikroorganisme Thiobacillus yang sekaligus bertindak sebagai katalis
proses bio-desulfurisasi. Dalam proses ini, aliran gas yang mengandung hidrogen
sulfida dilewatkan pada absorber dan dikontakkan pada larutan soda yang
mengandung mikroorganisme. Senyawa soda mengabsorbi hidrogen sulfida, dan
kemudian dialirkan ke bioreaktor THIOPAQ berupa tangki atmosferik teraerasi
dimana mikroorganisme mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer secara
biologis dalam kondisi pH 8,2-9. Sulfur hasil reaksi kemudian melalui proses
dekantasi untuk memisahkan dengan cairan soda. Cairan soda dikembalikan ke
absorber, sedangkan sulfur diperoleh sebagai padatan atau sebagai sulfur cair murni.
Karena sifatnya yang hidrofilik sehingga mudah diabsorpsi oleh tanah, maka sulfur
yang dihasilkan dari proses ini dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku
pupuk.Tahapan reaksi bio-desulfurisasi dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Absorpsi H2S oleh senyawa soda

Pembentukan sulfur elementer oleh mikroorganisme


Keunggulan dari proses Shell-Paques adalah: dapat menyingkirkan sulfur dalam
jumlah besar (efisiensi penyingkiran hidrogen sulfida dapat mencapai 99,8%) hingga
menyisakan kandungan hidrogen sulfida yang sangat rendah dalam aliran gas (kurang
dari 4 ppm-volume)
pemurnian gas dan pengambilan kembali (recovery) sulfur terintegrasi dalam 1
proses- gas buang (flash gas/vent gas) dari proses ini tidak mengandung gas
berbahaya, sehingga sebelum dilepas ke lingkungan tidak perlu dibakar di flare. Hal
ini membuat proses ini ideal untuk lokasi-lokasi dimana proses yang memerlukan
pembakaran (misalnya flare atau incinerator) tidak dimungkinkan.
menghilangkan potensi bahaya dari penanganan solvent yang biasa digunakan
untuk melarutkan hidrogen sulfida dalam proses ekstraksi
sifat sulfur biologis yang hidrofilik menghilangkan resiko penyumbatan (plugging
atau blocking) pada pipa
Bio-katalis yang digunakan bersifat self-sustaining dan mampu beradaptasi pada
berbagai kondisi proses
Konfigurasi proses yang sederhana, handal dan aman (antara lain beroperasi pada
suhu dan tekanan rendah) sehingga mudah untuk dioperasikan
Proses Shell-Paques ini dapat diterapkan pada gas alam, gas buang regenerator
amine, fuel gas, synthesis gas, serta aliran oksigen yang mengandung gas limbah yang
tidak dapat diproses dengan pelarut.

2. Senyawa Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan
menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa meningkat apabila
produk itu lama kontak dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam
bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa
monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat
(asam alisiklik) dan asam alifatik.

3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-
0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat
racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan
nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang
mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral
encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak
dengan asam mineral encer.

4. Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses
catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan kualitas
produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan coke. Pada power
generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam
terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan
dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat
bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur
campuran sehingga merusakkan refractory itu.
B. Pengolahan Minyak Bumi
Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi
diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampung
dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang
minyak.

Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap.
Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan
lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500
jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon
meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam molekulnya.
Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat,
dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan
titik didih yang mirip.

Secara umum Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai berikut:

1. Minyak Mentah
2. Penyimpanan
3. Penghilangan Garam
4. Destilsi Frasinasi
5. Fraksi Berat dan Ringan
6. Proses Hidrokarbon: Craking; Reforming ;Pemurnian ;Pemurnian ;Pencampuran
7. Produk akhir minyak bumi

Proses Pengolahan Minyak Bumi


1. DESTILASI

Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik


didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah
dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 370°C.
Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom
fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah
kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu
pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan
selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik
didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang
titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-
sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam
kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik
didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih
rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen
yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas.
Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan
disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).

Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi
meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah
lebih dari 20.

Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain
sebagai berikut :

1. Gas

Rentang rantai karbon : C1 sampai C5

Trayek didih : 0 sampai 50°C

2. Gasolin (Bensin)

Rentang rantai karbon : C6 sampai C11

Trayek didih : 50 sampai 85°C

3. Kerosin (Minyak Tanah)

Rentang rantai karbon : C12 sampai C20

Trayek didih : 85 sampai 105°C


4. Solar

Rentang rantai karbon : C21 sampai C30

Trayek didih : 105 sampai 135°C

5. Minyak Berat

Rentang ranai karbon : C31 sampai C40

Trayek didih : 135 sampai 300°C

6. Residu

Rentang rantai karbon : di atas C40

Trayek didih : di atas 300°C

Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut
yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.
2. CRACKING

Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing fraksi yang dihasilkan dimurnikan


(refinery)

Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar


menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil.

Contoh cracking ini adalah pada pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi
bensin. Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan
fraksi gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock
(ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan pada
isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang istimewa,
dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat anti knock yang
buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-
heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.

Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :

1. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan
yang rendah.

Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :


2. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang
digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik
melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat
asam menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana
sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :

3. Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk


menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi.
Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung
dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.

3. REFORMING

Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang
baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai
karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama
bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi.
Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.

Contoh reforming adalah sebagai berikut :

Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon


parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini
digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3 atau platina dalam
lempung.Contoh reaksinya :

4. ALKILASI dan POLIMERISASI

Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi molekul


yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan katalis asam
kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi secara umum
adalah sebagai berikut:
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi
molekul besar. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :

Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa


isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.
5. TREATING

Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor-


pengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :

 Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor


yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
 Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
 Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul
tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas
dengan pour point yang rendah.
 Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk
minyak pelumas
 Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.

Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau
gas, namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai
masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam
proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk samping pembakaran berupa
gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2) dan menimbulkan polusi udara serta
hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari
minyak bumi, antara lain menggunakan proses oksidasi, adsorpsi selektif, ekstraksi,
hydrotreating, dan lain-lain. Sulfur yang disingkirkan dari minyak bumi ini kemudian
diambil kembali sebagai sulfur elemental.

Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan senyawa sulfur


dari minyak bumi. Pada dasarnya terdapat 2 cara desulfurisasi, yaitu dengan :

1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta


2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi
dalam bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan disulfida) secara katalitik
dengan proses hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan
senyawa hidrokarbon asal dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida
yang dihasilkan dari dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian
dipisahkan dengan cara fraksinasi atau pencucian/pelucutan.

6. BLENDING

Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi minyak bumi
dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin yang memiliki
berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi yang paling
banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca. Untuk
memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan pencampur yang dapat
ditambanhkan pada proses pengolahannya.

Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL). TEL
berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan pelumas,
agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses pengolahan diperlukan
penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan bilangan oktan, tetapi
dapat menimbulkan pencemaran udara
C. Pemanfaatan Minyak Bumi

Keberadaan minyak bumi dan berbagai macam produk olahannya memiliki


manfaat yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai contoh
penggunaan minyak tanah, gas, dan bensin. Tanpa ketiga produk hasil olahan minyak
bumi tersebut mungkin kegiatan pendidikan, perekonomian, pertanian, dan aspek-
aspek lainnya tidak akan dapat berjalan lancar. Dibawah ini adalah beberapa produk
hasil olahan minyak bumi beserta pemanfaatannya:

1. Bahan bakar gas

Elpiji, LPG (liquified petroleum gas,harfiah: "gas minyak bumi yang


dicairkan"), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang
berasal darigas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan
suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana dan
butana . Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah
kecil, misalnya etana dan pentana .

Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji


dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat
yang sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-
tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas
(thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak
diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara
volume gas bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi
tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasaya sekitar
250:1.
Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya,
juga bervariasi tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh,
dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa (2.2 bar) bagi butana murni pada 20
°C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar) bagi propana murni
pada 55°C (131 °F).
Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji
campuran, elpiji propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing
elpiji tercantum dalam keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi
Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah
elpiji campuran.

a. Sifat elpiji.
Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:

· Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar

· Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat

· Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau


silinder.

· Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.

· Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati
daerah yang rendah.

b. Penggunaan elpiji.
Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar
alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur,
Elpiji juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor (walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih
dahulu).
c. Bahaya elpiji.
Salah satu resiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran pada
tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan
kebakaran. Pada awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi bila demikian akan
sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Menyadari itu
Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk
hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi
kebocoran tabung gas. Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120
psig), sehingga kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan
merubah volumenya menjadi lebih besar.
2. Naptha atau Petroleum eter, biasa digunakan sebagai pelarut dalam
industri.

3. Gasolin (bensin), biasa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan


bermotor.

4. Kerosin (minyak tanah), biasa digunakan sebagai bahan bakar untuk


keperluan rumah tangga. Selain itu kerosin juga digunakan sebagai bahan
baku pembuatan bensin melalui proses cracking.

Minyak tanah (bahasa Inggris: kerosene atau paraffin) adalah cairan


hidrokarbon yang tak berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan
cara distilasi fraksional dari petroleum pada 150°C and 275°C (rantai karbon
dari C12 sampai C15). Pada suatu waktu dia banyak digunakan dalam lampu
minyak tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar mesin
jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Sebuah bentuk dari
kerosene dikenal sebagai RP-1dibakar dengan oksigen cair sebagai bahan
bakar roket. Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani keros (κερωσ, wax
). Biasanya, kerosene didistilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan
perawatan khusus, dalam sebuah unit Merox atau, hidrotreater untuk
mengurangi kadar belerangnya dan pengaratannya. Kerosene dapat juga
diproduksi oleh hidrocracker, yang digunakan untuk mengupgrade bagian dari
minyak mentah yang akan bagus untuk bahan bakar minyak. Penggunaanya
sebagai bahan bakar untuk memasak terbatas di negara berkembang, di mana
dia kurang disuling dan mengandung ketidakmurnian dan bahkan "debris".

Bahan bakar mesin jet adalah kerosene yang mencapai spesifikasi yang
diperketat, terutama titik asap dan titik beku.
Kegunaan lain. Kerosene biasa di gunakan untuk membasmi serangga seperti
semut dan mengusir kecoa. Kadang di gunakan juga sebagai campuran dalam
cairan pembasmi serangga seperti pada merk/ brand baygone.
5. Minyak solar atau minyak diesel, biasa digunakan sebagai bahan bakar
untuk mesin diesel pada kendaraan bermotor seperti bus, truk, kereta api dan
traktor. Selain itu, minyak solar juga digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bensin melalui proses cracking.

6. Minyak pelumas, biasa digunakan untuk lubrikasi mesin-mesin.


D. Penghematan Minyak Bumi
Seperti yang kita semua ketahui hampir semua manusia di dunia ini menggunakan
minyak bumi sebagai sumber kehidupan dari sumber daya alam. Minyak bumi
mempunyai warna yang gelap dan berbentuk cair. Minyak bumi terbentuk secara
alami karena adanya fosil-fosil yang terkubur didalam tanah lalu bereaksi dengan
panas bumi dan gas alam. Minyak bumi banyak ditemukan di Arab Saudi, Irak, Iran,
Indonesia, China, dan Amerika. Banyak sekali pemanfaatan dari minyak bumi yaitu
sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM), pembangkit listrik, produk yang yang
menggunakan senyawa kimia dan minyak bumi, minyak tanah, gas cair, lilin, dan
masih banyak lagi manfaatnya. Karena penduduk juga sudah semakin bertambah
padat otomatis penggunaan minyak bumi juga semakin bertambah untuk memenunhi
kebutuhan manusia, sedangkan sepengetahuan saya minyak bumi adalah salah satu
SDA yang tidak dapat diperbaharui sehingga bisa menjadi punah apabila penggunaan
tidak terkontrol. Kita perlu mencari inovasi baru untuk bahan pengganti minyak bumi
dan harus melakukan penghematan pada minyak bumi. Dari beberapa sumber yang
saya baca kita dapat melakukan pencehagan agar minyak bumi tetap terjaga.

- Beberapa cara menghemat pemakaian minyak bumi;

1. Mengganti penggunaan minyak tanah ke gas

Sebab minyak tanah diciptakan dari minyak bumi. Terbayang kan dari semua manusia
di dunia ini atau sebagian kecil seperti di Indonesia kalau masyarakatnya masih
memasak menggunakan minyak tanah? Butuh berapa juta liter minyak bumi yang
diolah untuk menjadi minyak tanah? Jadi, pergantian dari minyak tanah ke gas sangat
signifikan juga untuk mengurangi pemakaian minyak bumi.

2. Menghemat pengunaan listrik

Menghemat listrik juga membantu mencegah kepunahan minyak bumi karena


sebagian besar pembangkit listrik masih menggunakan mesin diesel yang kita ketahui
mesin diesel bergerak karena adanya minyak bumi. Semakin banyak penggunaan
listrik yang kita gunakan, semakin banyak juga minyak bumi yang harus dikeluarkan.
Berhemat listrik tidak hanya menghemat minyak bumi tetapi juga mencegah global
warming.
3. Mencari sumber energi alternatif baru

Sudah semakin banyak orang-orang yang membuat penemuan untuk mencari energi
alternatif agar pemakain minyak bumi berkurang. Semakin berkembangnya zaman
pasti akan ada penemuan-penemuan baru untuk dapat menggantikan minyak bumi.
Karena energi alternatif baru dapat dipernaharui sedangkan minyak bumi tidak.

4. Menggunakan BBM secara bijak

Kepadatan penduduk bertambah sehingga kendaraan juga semakin banyak yang


menggunakan khususnya kendaraan-kendaraan pribadi. Menurut saya sudah
sepantasnya khususnya untuk rakyat Indonesia lebih menggunakan transportasi umum
yang sudah disediakan pemerintah. Hal ini benar-benar dapat mengurangi pemakaian
minyak bumi dan juga mengurangi kemacetan di kota-kota besar, juga polusi.

Diatas merupakan beberapa pencegahan agar minyak bumi tidak punah. Menurut
saya efek dari pencegahan itu sangat besar hasilnya bukan hanya untuk minyak bumi,
tetapi juga kelestarian negara khususnya Indonesia. Menjadikan masyarakat memiliki
sikap disiplin dan lebih peduli terhadap lingkungan. Pola pikir masyarakat juga harus
diubah supaya lebih peduli dengan bumi. Sebagian hal kecil kebaikan dan
kedisiplinan yang kita lakukan secara rutin dengan perlahan akan berubah menjadi
hasil yang lebih baik.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

- minyak bumi berada pada lapisan bawah permukaan laut.


- minyak bumi terbentuk dari fosil makhluk hidup yang telah mati.
- minyak bumi terbentuk dalam waktu jutaan tahun.
- minyak bumi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
- minyak bumi juga bisa membahayakan kehidupan manusia jika dipergunakan secara
boros atau berlebihan.

B. SARAN
Jadi gunakanlah minyak bumi se-efisien mungkin, kurangi pemakaian alat
transportasi bermotor. Karena pemakaian minyak bumi yang berlebihan juga dapat
menyebabkan pembakaran yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan polusi.
Karena selain dapat mengurangi polusi penghematan juga dapat menyimpan minyak
bumi untuk kehidupan di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai