Disusun oleh :
Minyak Bumi adalah salah satu sumber energi yang paling berperan dalam
kehidupan manusia Minyak Bumi merupakan salah satu sumber energi yang
paling sering digunakan oleh manusia. Berdasarkan model OWEM (OPEC
World Energy Model), permintaan minyak dunia pada periode jangka
menengah (2002-2010) diperkirakan meningkat sebesar 12 juta barel per hari
(bph) menjadi 89 juta bph atau tumbuh rata-rata 1.8% per tahun. Sedangkan
pada periode berikutnya (2010-2020), permintaan naik menjadi 106 juta bph
dengan pertumbuhan sebesar 17 juta bph.
Tak hanya untuk bahan bakar mesin, namun minyak bumi juga digunakan
untuk sumber energi dalam memasak, bahkan lilin pun terbuat dari minyak
bumi. Minyak bumi berasal dari sisa sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati
kemudian diuraikan oleh tanah, sehingga Sumber Daya Alam ini tergolong
lambat dalam pembaharuan, sehingga dapat dikategorikan sumber daya alam
tak terbaharui. Minyak bumi yang telah diolah dan dimanfaatkan oleh manusia
contohnya seperti pelumas, plastik, karet, bahan bakar minyak, bitumen, lilin,
pestisida, cat).
C. Tujuan
1. Agar mengetahui pembentukan minyak bumi
2. Mengetahui cara pengolahan minyak bumi
3. Mengetahui pemanfaatan minyak bumi
4. Mengetahui cara penghematan minyak bumi
BAB II
LANDASAN TEORI
Kondisi saat pembentukan yang membuat minyak bumi menjadi spesifik dan tidak
sama antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi lainnya. Pemahaman tentang
proses pembentukan minyak bumi Akan diperlukan sebagai bahan pertimbangan
untuk menginterpretasikan hasil identifikasi. Ada beberapa hipotesa tentang
terbentuknya minyak bumi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya
adalah:
Macqiur (Perancis, 1758) adalah orang yang pertama kali mengemukakan pendapat
bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W. Lamanosow
(Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat di atas juga didukung
oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler (1909), Bruk (1936), Bearl
(1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: “minyak dan gas bumi berasal dari
organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan membentuk sebuah
lapisan dalam perut bumi.”
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam alkali,
yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO2
membentuk Ocetylena. Ocetylena akan berubah menjadi benzena karena suhu tinggi.
Kelemahan logam ini adalah logam alkali tidak terdapat bebas di kerak bumi.
Dari sekian banyak hipotesa tersebut yang sering dikemukakan adalah Teori
Biogenesis, karena lebih memungkinkan untuk terjadi. Teori pembentukan minyak
bumi terus berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi dan teknik analisis
minyak bumi, sampai kemudian pada tahun 1984 G. D. Hobson dalam tulisannya
yang berjudul “The Occurrence and Origin of Oil and Gas”.
Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil
yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan
permukaan bumi, yang digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan,
dimana karbon diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama,
karbon dioksida di atmosfir berasimilasi, artinya CO2 dihasilkan dari atmosfir oleh
organisme fotosintetik darat dan laut.
Pada arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk
hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). Dalam proses ini, terjadi kebocoran
kecil yang memungkinkan satu bagian kecil karbon yang tidak dibebaskan kembali ke
atmosfir dalam bentuk CO2, tetapi mengalami transformasi yang akhirnya menjadi
fosil yang dapat terbakar. Bahan bakar fosil ini jumlahnya hanya kecil sekali. Bahan
organik yang mengalami oksidasi selama pemendaman. Akibatnya, bagian utama dari
karbon organik dalam bentuk karbonat menjadi sangat kecil jumlahnya dalam batuan
sedimen.
Pada mulanya senyawa tersebut (seperti karbohidrat, protein dan lemak) diproduksi
oleh makhluk hidup sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk mempertahankan diri,
untuk berkembang biak atau sebagai komponen fisik dan makhluk hidup itu.
Komponen yang dimaksud dapat berupa konstituen sel, membran, pigmen, lemak,
gula atau protein dari tumbuh-tumbuhan, cendawan, jamur, protozoa, bakteri,
invertebrata ataupun binatang berdarah dingin dan panas, sehingga dapat ditemukan
di udara, pada permukaan, dalam air atau dalam tanah.
Apabila makhluk hidup tersebut mati, maka 99,9% senyawa karbon dan makhluk
hidup akan kembali mengalami siklus sebagai rantai makanan, sedangkan sisanya
0,1% senyawa karbon terjebak dalam tanah dan dalam sedimen. Inilah yang
merupakan cikal bakal senyawa-senyawa fosil atau dikenal juga sebagai embrio
minyak bumi.
Embrio minyak ini mengalami perpindahan dan akan menumpuk di salah satu tempat
yang kemungkinan menjadi tempat penampungan dan ada yang hanyut bersama aliran
air sehingga tertumpuk di dasar laut, dan karena perbedaan tekanan di bawah laut
beberapa muncul ke permukaan dan ada pula yang terendapkan di permukaan laut
dalam yang arusnya kecil.
Embrio kecil ini menumpuk dalam kondisi lingkungan lembab, gelap dan berbau
tidak sedap di antara mineral-mineral dan sedimen, lalu membentuk molekul besar
yang dikenal dengan geopolimer. Senyawa-senyawa organik yang terpendam ini akan
tetap dengan sifat masing-masing yang sesuai dengan bahan dan lingkungan
pembentukannya. Selanjutnya senyawa organik ini akan mengalami proses geologi
dalam bumi. Pertama akan mengalami proses diagenesis, dimana senyawa organik
dan makhluk hidup sudah merupakan senyawa mati dan terkubur sampai 600 meter
saja di bawah permukaan dan lingkungan bersuhu di bawah 50°C.
Pada kondisi ini senyawa-senyawa organik yang berasal dan makhluk hidup mulai
kehilangan gugus beroksigen akibat reaksi dekarboksilasi dan dehidratasi. Semakin
dalam pemendaman terjadi, semakin panas lingkungannya, penam-bahan kedalaman
30 – 40 m akan menaik-kan temperatur 1°C. Di kedalaman lebih dan 600 m sampai
3000 m, suhu pemendaman akan berkisar antara 50 – 150 °C, proses geologi kedua
yang disebut katagenesis akan berlangsung, maka geopolimer yang terpendam mulal
terurai akibat panas bumi.
Komponen-komponen minyak bumi pada proses ini mulai terbentuk dan senyawa–
senyawa karakteristik yang berasal dan makhluk hidup tertentu kembali dibebaskan
dari molekul. Bila kedalaman terus berlanjut ke arah pusat bumi, temperatur semakin
naik, dan jika kedalaman melebihi 3000 m dan suhu di atas 150°C, maka bahan-bahan
organik dapat terurai menjadi gas bermolekul kecil, dan proses ini disebut
metagenesis.
Setelah proses geologi ini dilewati, minyak bumi sudah terbentuk bersama-sama
dengan bio-marka. Fosil molekul yang sudah terbentuk ini akan mengalami
perpindahan (migrasi) karena kondisi lingkungan atau kerak bumi yang selalu
bergerak rata-rata sejauh 5 cm per tahun, sehingga akan ter-perangkap pada suatu
batuan berpori, atau selanjutnya akan bermigrasi membentuk suatu sumur minyak.
Apabila diambil, batuan yang mengandung minyak ini (batuan induk) atau minyak
yang terperangkap dalam rongga bumi, akan ditemukan fosil senyawa-senyawa
organik. Fosil-fosil senyawa inilah yang ditentukan strukturnya menggunaan beberapa
metoda analisis, sehingga dapat menerangkan asal-usul fosil, bahan pembentuk,
migrasi minyak bumi serta hubungan antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi
lain dan hubungan minyak bumi dengan batuan induk.
CaCO3 + Alkali → CaC2 + HO → HC = CH → Minyak bumi.
Minyak Bumi merupakan campuran dari berbagai macam hidrokarbon, jenis molekul
yang paling sering ditemukan adalah alkana (baik yang rantai lurus maupun
bercabang), sikloalkana, hidrokarbon aromatik, atau senyawa kompleks seperti
aspaltena. Setiap minyak Bumi mempunyai keunikan molekulnya masing-masing,
yang diketahui dari bentuk fisik dan ciri-ciri kimia, warna, dan viskositas. Minyak
bumi merupakan campuran rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya
tersusun atas 85% karbon (C) dan 15% hidrogen (H).
Selain itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen
(O), sulfur(S) atau nitrogen(N).
Ada 4 macam kategori minyak bumi yang digolongkan menurut umur dan
letak kedalamannya, yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep, dan old-deep.
Minyak bumi young-shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak
bahan aromatik, sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi. Minyak old-shallow
biasanya kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai paraffin yang lebih
pendek.Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik
didihnya paling rendah dan juga viskositasnya paling encer.
Sulfur yang terkandung dapat teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas,
sehingga old-deep adalah minyak mentah yang dikatakan paling “sweet”. Minyak
semacam inilah yang paling diinginkan karena dapat menghasilkan bensin (gasoline)
yang paling banyak.
Alkana, juga disebut dengan parafin, adalah hidrokarbon tersaturasi dengan rantai
lurus atau bercabang yang molekulnya hanya mengandung unsur karbon dan hidrogen
dengan rumus umum CnH2n+2. Pada umumnya minyak Bumi mengandung 5 sampai
40 atom karbon per molekulnya, meskipun molekul dengan jumlah karbon lebih
sedikit/lebih banyak juga mungkin ada di dalam campuran tersebut.
Alkana dari pentana (C5H12) sampai oktana (C8H18) akan disuling menjadi
bensin, sedangkan alkana jenis nonana (C9H20) sampai heksadekana (C16H34) akan
disuling menjadi diesel, kerosene dan bahan bakar jet). Alkana dengan atom karbon
16 atau lebih akan disuling menjadi oli/pelumas. Alkana dengan jumlah atom karbon
lebih besar lagi, misalnya parafin wax mempunyai 25 atom karbon, dan aspal
mempunyai atom karbon lebih dari 35. Alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai
4 akan berbentuk gas dalam suhu ruangan, dan dijual sebagai elpiji (LPG). Di musim
dingin, butana (C4H10), digunakan sebagai bahan campuran pada bensin, karena
tekanan uap butana yang tinggi akan membantu mesin menyala pada musim dingin.
Penggunaan alkana yang lain adalah sebagai pemantik rokok. Di beberapa negara,
propana (C3H8) dapat dicairkan dibawah tekanan sedang, dan digunakan masyarakat
sebagai bahan bakar transportasi maupun memasak.
Sikloalkana, juga dikenal dengan nama naptena, adalah hidrokarbon tersaturasi yang
mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada karbonnya, dengan rumus umum
CnH2n. Sikloalkana memiliki ciri-ciri yang mirip dengan alkana tapi memiliki titik
didih yang lebih tinggi.
Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon tidak tersaturasi yang memiliki satu atau
lebih cincin planar karbon-6 yang disebut cincin benzena, dimana atom hidrogen akan
berikatan dengan atom karbon dengan rumus umum CnHn. Hidrokarbon seperti ini
jika dibakar maka akan menimbulkan asap hitam pekat. Beberapa bersifat
karsinogenik.
Semua jenis molekul yang berbeda-beda di atas dipisahkan dengan distilasi fraksional
di tempat pengilangan minyak untuk menghasilkan bensin, bahan bakar jet, kerosin,
dan hidrokarbon lainnya. Contohnya adalah 2,2,4-Trimetilpentana (isooktana),
dipakai sebagai campuran utama dalam bensin, mempunyai rumus kimia C8H18 dan
bereaksi dengan oksigen secara eksotermik:
Pembakaran yang tidak sempurna dari minyak Bumi atau produk hasil olahannya
akan menyebabkan produk sampingan yang beracun. Misalnya, terlalu sedikit oksigen
yang bercampur maka akan menghasilkan karbon monoksida. Karena suhu dan
tekanan yang tinggi di dalam mesin kendaraan, maka gas buang yang dihasilkan oleh
mesin biasanya juga mengandung molekul nitrogen oksida yang dapat menimbulkan
polusi.
1. Metana CH4
2. Etana CH3 – CH3
§ Senyawa penyusunnya:
§ Senyawa penyusunnya:
d. Hidrokarbon aromatik
e. Senyawa Lain
1. Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang
lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak
menimbulkan akibat, misalnya dalam bensin dapat menyebabkan korosi (khususnya
dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari
oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air. Sulfur merupakan senyawa
yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau gas, namun keberadaannya
tidak dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk di antaranya
korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau yang
kurang sedap, atau produk samping pembakaran berupa gas buang yang beracun
(sulfur dioksida, SO2) dan menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai
upaya dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi disebut
Desulfurisasi, antara lain:
Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain yaitu
bio-desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara selektif dari
minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme, yaitu dengan
mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis oleh enzim hasil
metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa mengubah senyawa
hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerobik, dan
dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses ini adalah dapat
menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan, misalnya alkylated
dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan untuk proses bio-
desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun penelitian lebih lanjut
juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme dari jenis lain.
Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan
kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit jika
disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk disingkirkan
menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon, bio-desulfurisasi
juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.
2. Senyawa Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan
menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa meningkat apabila
produk itu lama kontak dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam
bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa
monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat
(asam alisiklik) dan asam alifatik.
3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-
0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat
racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan
nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang
mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral
encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak
dengan asam mineral encer.
4. Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses
catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan kualitas
produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan coke. Pada power
generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam
terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan
dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat
bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur
campuran sehingga merusakkan refractory itu.
B. Pengolahan Minyak Bumi
Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi
diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampung
dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang
minyak.
Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap.
Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan
lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500
jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon
meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam molekulnya.
Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat,
dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan
titik didih yang mirip.
1. Minyak Mentah
2. Penyimpanan
3. Penghilangan Garam
4. Destilsi Frasinasi
5. Fraksi Berat dan Ringan
6. Proses Hidrokarbon: Craking; Reforming ;Pemurnian ;Pemurnian ;Pencampuran
7. Produk akhir minyak bumi
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi
meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah
lebih dari 20.
Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain
sebagai berikut :
1. Gas
2. Gasolin (Bensin)
5. Minyak Berat
6. Residu
Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut
yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.
2. CRACKING
Contoh cracking ini adalah pada pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi
bensin. Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan
fraksi gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock
(ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan pada
isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang istimewa,
dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat anti knock yang
buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-
heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.
1. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan
yang rendah.
3. REFORMING
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang
baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai
karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama
bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi.
Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau
gas, namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai
masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis dalam
proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk samping pembakaran berupa
gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2) dan menimbulkan polusi udara serta
hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari
minyak bumi, antara lain menggunakan proses oksidasi, adsorpsi selektif, ekstraksi,
hydrotreating, dan lain-lain. Sulfur yang disingkirkan dari minyak bumi ini kemudian
diambil kembali sebagai sulfur elemental.
6. BLENDING
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi minyak bumi
dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin yang memiliki
berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi yang paling
banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca. Untuk
memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan pencampur yang dapat
ditambanhkan pada proses pengolahannya.
Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL). TEL
berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan pelumas,
agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses pengolahan diperlukan
penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan bilangan oktan, tetapi
dapat menimbulkan pencemaran udara
C. Pemanfaatan Minyak Bumi
a. Sifat elpiji.
Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:
· Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati
daerah yang rendah.
b. Penggunaan elpiji.
Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar
alat dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur,
Elpiji juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor (walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih
dahulu).
c. Bahaya elpiji.
Salah satu resiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran pada
tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan
kebakaran. Pada awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi bila demikian akan
sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Menyadari itu
Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk
hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi
kebocoran tabung gas. Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120
psig), sehingga kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan
merubah volumenya menjadi lebih besar.
2. Naptha atau Petroleum eter, biasa digunakan sebagai pelarut dalam
industri.
Bahan bakar mesin jet adalah kerosene yang mencapai spesifikasi yang
diperketat, terutama titik asap dan titik beku.
Kegunaan lain. Kerosene biasa di gunakan untuk membasmi serangga seperti
semut dan mengusir kecoa. Kadang di gunakan juga sebagai campuran dalam
cairan pembasmi serangga seperti pada merk/ brand baygone.
5. Minyak solar atau minyak diesel, biasa digunakan sebagai bahan bakar
untuk mesin diesel pada kendaraan bermotor seperti bus, truk, kereta api dan
traktor. Selain itu, minyak solar juga digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bensin melalui proses cracking.
Sebab minyak tanah diciptakan dari minyak bumi. Terbayang kan dari semua manusia
di dunia ini atau sebagian kecil seperti di Indonesia kalau masyarakatnya masih
memasak menggunakan minyak tanah? Butuh berapa juta liter minyak bumi yang
diolah untuk menjadi minyak tanah? Jadi, pergantian dari minyak tanah ke gas sangat
signifikan juga untuk mengurangi pemakaian minyak bumi.
Sudah semakin banyak orang-orang yang membuat penemuan untuk mencari energi
alternatif agar pemakain minyak bumi berkurang. Semakin berkembangnya zaman
pasti akan ada penemuan-penemuan baru untuk dapat menggantikan minyak bumi.
Karena energi alternatif baru dapat dipernaharui sedangkan minyak bumi tidak.
Diatas merupakan beberapa pencegahan agar minyak bumi tidak punah. Menurut
saya efek dari pencegahan itu sangat besar hasilnya bukan hanya untuk minyak bumi,
tetapi juga kelestarian negara khususnya Indonesia. Menjadikan masyarakat memiliki
sikap disiplin dan lebih peduli terhadap lingkungan. Pola pikir masyarakat juga harus
diubah supaya lebih peduli dengan bumi. Sebagian hal kecil kebaikan dan
kedisiplinan yang kita lakukan secara rutin dengan perlahan akan berubah menjadi
hasil yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Jadi gunakanlah minyak bumi se-efisien mungkin, kurangi pemakaian alat
transportasi bermotor. Karena pemakaian minyak bumi yang berlebihan juga dapat
menyebabkan pembakaran yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan polusi.
Karena selain dapat mengurangi polusi penghematan juga dapat menyimpan minyak
bumi untuk kehidupan di masa yang akan datang.