Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA PASIEN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. Endang Margianti (2017.C.09a.0884)


2. Mia Yohana (2017.C.09a.0899)
3. Selvia Resi (2017.C.09a.0909)
4. Veronika (2017.C.09a.0912)
5. Windy (2017.C.09a.0916)
6. Wini Wahidawati (2017.C.09a.0917)
7. Yosep Ekstrada (2017.C.09a.0919)
8. Yulita (2017.C.09a.0921)
9. Yunira Pris)kila (2017.C.09a.0922)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan Proposal TAK ini dengan baik. Proposal
TAK yang berjudul ” Proposal Terapi Aktivitas Stimulasi Persepsi Harga Diri
Rendah” disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.
Adapun tujuan penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen pengajar, selain itu juga merupakan suatu standar pemberian
nilai pada mata kuliah yang bersangkutan. Kami menyadari bahwa proposal ini
masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kritik saran yang membangun sangat kami harapkan, supaya
Laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan agar pembaca mendapat
pengetahuan.Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Penyusun

Kelompok 4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa adalah suatu kondisi terganggunya fungsi mental, emosi,
pikiran, kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal, yang menjadi kelompok
gejala klinis yang disertai oleh penderita dan mengakibatkan terganggunya
fungsi humanistik individu. Gangguan jiwa dikarakteristikkan sebagai respon
maladaptif diri terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan pikiran,
perasaan, tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma setempat dan kultural
sehingga mengganggu fungsi sosial, kerja dan fisik individu.
Rata-rata prevalensi gangguan jiwa berat dan kronis atau skizofrenia yang
diderita masyarakat Indonesia tanpa batasan umur sekitar menunjukkan bahwa
penderita gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 1,7 per 1.000 orang.
Penelitian yang sama mencatat dari total populasi berisiko sebesar 1.093.150
orang, hanya 3.5% atau 38.260 orang yang terlayani dengan perawatan
memadai di berbagai fasilitas kesehatan (Riskesdas Indonesia 2013)
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan
sosial. Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah
harga diri rendah. Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk
megajarkan dan melatik pasien untuk beradaptasi dengan orang lain.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian Harga Diri Rendah ?
2) Apa Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah ?
3) Bagaimana Proses Terjadinya Masalah ?
4) Bagaimana Respon Rentang ?
5) Apa saja Faktor Predisposisi penyebab Harga Diri Rendah ?
6) Apa Saja Faktor Presipitas terjadinya Harga Diri Rendah ?
7) Bagaimana Pohon Masalah ?
1.3 Tujuan Masalah
1) Untuk Mengetahui Pengertian Harga Diri Rendah
2) Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
3) Untuk Mengetahui Penyebab Harga Diri Rendah
4) Untuk Mengetahui Respon Rentang
5) Untuk Mengetahui Faktor Predisposisi penyebab Harga Diri Rendah
6) Untuk Mengetahui Apa saja Faktor Presipitasi terjadinya Harga dir Rendah
7) Untuk mengetahui Pohon Masalah
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi Harga Diri Rendah
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang di pertahankan dalam waktu yang lama.
Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah
dari orang lain.
Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative
dan dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.
Perasaan negative terhadap diri sendiri,hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2.1.2 Tanda dan Gejala
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri
rendah :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi selera makan berkurang tidak berani menatap
lawan bicara
9. Lebih banyak menunduk
10. Bicara lambat dengan nada suara lemah
2.1.3 Proses Terjadinya Masalah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga
diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak ernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien
sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi
respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stresssor ( krisis ), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa
diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian
individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran
adalah kondisi harga diri rendah situasional jika lingkungan tidak memberi
dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus-
menerus akan mengakibatkan indivisu mengalami harga diri rendah kronis.
2.1.4 Respon Rentang

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan


Depersonalisasi Positif Rendah Identitas
Diri
Gambar 1: Rentang Respon Rentang Harga Diri Rendah Kronis
sumber : Keliat ( 1999 )
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana
aktivitas merupakan bentuk hukuman atau punishment. Depresi adalah emosi
normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu
perilaku sehari-hari, menjadi pervasif dan muncul bersama penyakit lain.
Tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku telah dipertahankan
dalam waktu yang lama ata kronik yang meliputi mengatakan hal yang negatif
tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus-menerus, mengekpresikan sikap
malu/minder/rasa bersalah,kontak mata kurang/tidak ada. Selalu mengatakan
ketidak mampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu,bergantung pada orang lain,
tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan
balik positif dan membesarkan umpan balik negatif mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang bisa dilakukan klien harga diri
randah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras nonton tv terus-menerus.kegiatan mengganti
identitas sementara, misalkan ikut kelompok sosial, keagamaan dan politik.
Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi
atau kontes pupoloritas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas
sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang diharapkan
individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang,antara lain
adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau
potensi diri sendiri, identitas negatif dimana asumsi yang bertentangan dengan
nilai dan harapan masyarakat. Sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering
digunakan adalah pantasi, regresi, disosasiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan
marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.terjadinya gangguan konsep diri
harga diri rendah kronis juga dipengaruhi beberapa faktor predisposisi seperti
faktor biologis, psikologis,sosial dan spritual.
Faktor biologis biasanya karna ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mengpengaruhi kerja hormon secara umum,yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransismitter dan otak,contoh kadar sorotin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecendrungan harga diri rendah kronis semakin besar karna klien lebih dikuasai
oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendah kronis adalah :
1. System Limbic yaitu pusat emosi,dilihat pada emosi pada klien dengan harga
diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak
berguna atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat
kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak
motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang
sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan
bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut
3. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah
apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang
masuk tidak dapat dicegah atau dipilih sehingga menjadi berlebihan yang
mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari
klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi
Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat
digunakan adalah :
1) Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
2) CT Scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga demensi.
3) Single Photon Emission Tomography (SPECT), Melihat wilayah otak
dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan
perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
4) Magnetic Resonance Imaging (MRI), Suatu teknik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk
mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi
perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak.
Beberapa prosedur menggunakan kontras gadolinium untuk
meningkatkan akurasi gambar.
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan ketidakseimbangan
neurotransmitter diotak seperti :
1. Actyelcholine ( ACH ), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami
penurunan.
2. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi
; mengatur “ fight-flight “ dan proses pembelajaran dan memori,
mengalami penurunan yang mengakibatkan kelemahan dan depresi.
3. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang
mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.
4. Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang
energi, selalu terlihat mengantuk. Selain itu berdasarkan diagnosa medis
klien yaitu Skizofrenia yang sering mengidentifikasi adanya penurunan
glutamat.
Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmiter yang dapat digunakan
adalah :
1) Positron Emisssion Tomography ( PET ), mengukur emisi/pancaran dari
bahan kimia radioaktif yang diberi label dan telah disuntik kedalam aliran
darah untuk menghasilkan gambaran dua atau tiga dimensi melalui
distribusi dari bahan kimia tersebut di dalam tubuh dan otak. PET dapat
memperlihatkan gambaran aliran darah, oksigen, metabolisme glukosa,
dan konsentrasi obat dalam jaringan otak. Yang merefleksikan aktifitas
otak sehingga dapat dipelajari lebih lanjut tentang fisiologi dan neuro-
kimiawi otak.
2) Transcranial Magnetic Stimulations ( TMS ) dikombinasikan dengan
MRI, para ahli dapat melihat dapat mengetahui fungsi spesifik dari otak.
TMS dapat menggambarkan proses motorik dan visual dan dapat
menghubungkan antara kimiawi dan strktur otak dengan perilaku manusia
dan hubungannya dengan gangguan jiwa.
Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis sangat berhubungan
dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-
hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis
meliputi penolakan orang tua , harapan orang tua yang tidak realitis,orang tua
yang tidak percaya pada anak ,tekanan teman sebaya,peran yang tidak sesuai
dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
Faktor sosial : secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah kronis , antara lain kemiskinan,tempat tinggal
didaerah kumuh dan rawan , kultur social yang berubah misal ukuran keberhasilan
individu.
Faktor kultural : tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan
kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus menikah jika
umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup individualisme.
Akumulasi faktor predisposisi ini baru menimbulkan kasus harga diri rendah
kronis setelah adanya faktor presipitasi. Faktor presipitasi dapat di sebabkan dari
dalam diri sendiri ataupun dari luar , antara lain ketegangan peran,konflik
peran,peran yang tidak jelas,peran berlebihan,perkembangan transisi,situasi
transisi peran dan transisu peran sehat-sakit.
2.1.5 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis,kegagalan berulang kali,kurang mempunyai
tanggung jawab personal,ketergantungan pada orang lain ,ideal diri yang tidak
realistis.
2.1.6 Faktor Presipitas
Faktor presipitas terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh , berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,mengalami kegagalan
serta menurunya produktivitas gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis ini
dapat terjadi secara situasional mapun kronik.
2.1.7 Pohon Masalah
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Effect Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial

Care Problem Harga Diri Rendah Kronis

Causa Koping Individu Tidak Efektif
Gambar 2 : Pohon Masalah Harga Diri Rendah

2.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
diakibatkan oleh paparan stimulasi kepadanya.
2) Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengenal harga diri rendah
2. Klien mengenal waktu terjadinya harga diri rendah
3. Klien mengenal situasi terjadinya harga diri rendah
4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi harga diri rendah
2.3 Karakteristik Pasien
Klien Pertama:
Nama : Veronika
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 tahun
Alamat : Puruk Cahu
Hobi : Memasak, Menyanyi

Riwayat Harga diri Rendah :


Klien mengatakan sebelumnya sering menunduk, kurang memperhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, tidak berani menatap lawan bicara dan
bahkan tidak mau berkomunikasi dengan orang lain.

Klien Kedua:
Nama : Windy
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 tahun
Alamat : Kuala Kurun
Hobi : Menyanyi, Membaca, Menari
Riwayat Harga diri Rendah :
Ibu klien mengatakan bahwa klien sebelum kerumah sakit sering bicara kalau
dirinya orang yang tidak pandai dan klien sering mengurung diri di kamar,
bicara sedikit dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain.

Klien Ketiga:
Nama : Wini Wahidawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Alamat : Katingan Hulu
Hobi : Menyanyi, Menari
Riwayat Harga diri Rendah :
Kaka klien mengatakan kalau adeknya saat disumah sering berkata kalau dirinya
jelek dan tidak mau keluar dari rumah dan tidak mau bersosialisasi dengan orang
lain.

2.4 Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan terdapat lima masalah keperawatan pada harga diri
rendah, diantaranya harga diri rendah kronis, koping individu tidak efektif, isolasi
social, perubahan persepsi sensori : halusinasi, risiko tinggi perilaku kekerasan.

2.5 Kriteria Evaluasi


2.5.1 Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi, kemampuan yang diharapkan
adalah mengenal halusinasi, waktu terjadinya, situasi terjadinya halusinasi, dan
perasaan saat terjadi halusinasi dan masukkan ke dalam formulir evaluasi pada
tabel.
2.5.2 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi: harga diri rendah. Klien mampu menyebutkan isi
(menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika sedang sendiri),
perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi
yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

2.6 Pengorganisasian TAK


Pengorganisasian TAK sebagai berikut :
 Terapis
a. Leader : Yosep Ekstrada
b. Co leader : Yulita
c. Fasilitator
1) Endang Margianti
2) Mia Yohana
3) Yunira Priskila
d. Observer : Selvia Resi
 Peran dan fungsi:
a. Pemimpin kelompok (leader)
1) Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal).
2) Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan.
3) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,
mengajukan pendapat, dan memberikan umpan balik.
4) Sebagai “role model”.
5) Memotivasi setiap anggota untuk mengemukakan pendapat dan
memberikan umpan balik.
b. Pembantu pemimpin kelompok (co-leader)
1) Tugasnya adalah membantu pemimpin dalam mengorganisir
anggota kelompok.
c. Fasilitator
1) Membantu pemimpin memfasilitasi anggota untuk berperan aktif
dan memotivasi anggota.
2) Memfokuskan kegiatan.
3) Membantu mengoordinasi anggota kelompok.
d. Observer
1) Mengobservasi semua respons pasien.
2) Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku
pasien.
3) Memberikan umpan balik pada kelompok.
 Seleksi klien :
1) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria berdasarkan
observasi dan wawancara
2) Menindak lanjuti asuhan keperawatan
3) Informasi dan keterangan dari klien sendiri dan perawatan
4) Penyelesian masalah berdasarkan masalah keperawatan
5) Klien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang
diberikan
6) Mengumpulkan pasien yang masukl kriteria
7) Mengadakan kontrak dengan klien, meliputi: menjelaskan tujuan
TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main
dalam kelompok.
 Nama klien yang ikut :
a. Windy
b. Wini Wahidawati
c. Veronika
 Hari/Tanggal : Rabu, 5 Februari 2020
 Waktu : Pukul 08.00 - selesai
 Tempat : Di kelas Tingkat 3 B
 Setting Tempat
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang
 Alat- alat :
 Papan nama sejumlah 3 buah (anggota)
 Bolpoin sejumlah 3 buah (anggota)
 Kertas putih 3 buah (anggota)
 Pensil 3 buah
 1 set pensil warna
 Spidol (observer dan co leader)
 Metode :
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi Tanya jawab
c. Bermain game
 Setting perawat dan klien :
L
F Co

K3 K1

F F
K2 O

O
Keterangan :
L : Leader
Co : Wakil Leader
K : Klien
F : Fasilitator
O : Observer
Posisi Klien saling berhadapan

2.7 Proses Terapi Aktivitas Kelompok


Sesi 1 : Identifikasi Hal Positif pada Diri
Tujuan
1. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
2. klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klie yang mengikuti TAK
Metode
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan
konsep diri : harga diri rendah
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evakuasi/Validasi
Menanyakan perasaan klie saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap tentang
hal positif diri sendiri.
2. terapis menjelaskan aturan main berikut :
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
2) Lama kegiatan 45 menit.
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis memperkenalkan diri nama lengkap dan nama panggilan serta
memakai papan nama.
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien
c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenagkan
d. Terapis memberi pujian atas peran serta klien.
e. Terapis membagikan kertas yang kedua
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri :
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan di rumah dan
di rumah sakit.
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis
secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran.
h. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak Lanjut
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri
yang dapat diterapkan dirumah sakit dan rumah
2. Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah sesi 1, kemampuan klien yang
diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek
positif (kemampuan) yang dimiliki.
Sesi 1
Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri
sendiri
No. Nama Klien Menulis Pengalaman yang Menulis hal positif
tidak Menyenangkan diri sendiri
1. Veronika
2. Windy
3. Wini Wahidawati
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman
yang tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda √ jika
klien mampu dan X jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1,
TAK stimulasi persepsi: harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga
hal pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan
menyebutkan hal positif diri. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal
positif dirinya dan tingkatkan reiforcrment ( pujian ).

Sesi 2 : Melatih Positif pada Diri


Tujuan
1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan
2. Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih
3. Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan
2. Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3. Kertas daftar kemampuan positif pada sesi 1
4. Jadwal kegiatan sehari-hari dan pulpen
Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada tambahan hal positif
c. Kontrak
1. Terapis menjelasan tujuan kegiatan, yaitu mealtih hal positif oada
klien
2. Terapis menjejalsjan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meningalkan kelompok,harus
meminta izin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapi meminta semua klien membaca ulang daftar
kemampuan positif pada sesi 1 dan memilih satu untuk di latih
b. Terapis meminta klien menyebutkan pilihannya dan ditulis di
papan tulis
c. Terapis meminta semua klien untuk memilih satu dari daftar di
whiteboard. Kegiatan yang paling banyak dipilih di ambil
untuk di latih
d. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan / kemampuan yang
dipilih dengan cara berikut.
1. Terapis memperagakan
2. Klien memperagakan ulang ( semua klien mendapat giliran)
3. Berikan pujian sesuai dengan keberhasilan klien
e. Kegiatan a sampai d , dapat di ulang untuk kemampuan /
kegiatan yang berbeda
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih
pada jadwal kegiatan sehari-hari
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal
positif lain
2. Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif
selesai dilatih.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi harga diri rendah sesi 2, kemapuan klien yang
diharapkan adalah memiliku suatu hal positif yang akan dilatih dan
memperagakannya.

Sesi 2
Stimulasi Persepsi : Harga Diri Rendah
Kemampuan melatih kegiatan positif

No. Nama Klien Membaca daftar Menulis Pengalaman Menulis hal positif
hal positif yang tidak diri sendiri
Menyenangkan
1. Veronika
2. Windy
3. Wini
Wahidawati
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman
yang tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda √ jika
klien mampu dan X jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1,
TAK stimulasi persepsi: harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga
hal pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan
menyebutkan hal positif diri. Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal
positif dirinya dan tingkatkan reiforcrment ( pujian ).

2.8 Antisipasi Masalah


Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien
lain
Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
1) Panggil nama klien
2) Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
Bila klien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih
2) Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh klien tersebut
3) Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini

2.9 Strategi Pelaksanaan


1. Fase Orientasi :
a) Salam terapeutik :
Selamat pagi ibu, bagaimana kabarnya hari ini?. Apakah masih
ingat dengan saya? Perkenalkan nama saya Yosep Ekstrada, bisa
dipanggil Yosep, saya dari STIKes Eka Harap Palangka Raya
yang akan memimpin jalannya permainan sampai dengan selesai,
dan tak lupa rekan disamping kiri saya Yulita.
b) Evaluasi/validasi :
Bagaimana perasaan ibu hari ini dan bagaimana tidurnya malam
tadi?
c) Kontrak :
Baik ibu, sesuai perjanjian kita kemaren. Hari ini kita akan
melukan sebuah permainan dengan tujuan ibu dapat menilai hal
positif diri yang dapat digunakan, ibu dapat memilih hal positif
diri yang akan dilatih/dilakukan, ibu dapat memperagakan hal
positif diri yang telah dipilih dan ibu juga dapat menjadwalkan
penggunaan kemampuan/hal positif diri yang telah dilatih
/diperagakan
Untuk aturan main dalam permainan kali ini sama dengan
permainan kemarin. Yaitu :
1) Bapak dan ibu disini harus mengikuti permainan ini dari awal
sampai akhir
2) Jika ada diantara bapak dan ibu ada yang akan keluar dari
kelompok, harus meminta izin kepada kami terlebih dahulu
dan
3) Kegiatan permainan ini akan berlangsung selama 60 menit
2. Fase Kerja
Baik pada permainan kali ini, terlebih dahulu saya akan membagikan
selembar kertas HVS dan satu buah bulpoin kepada bapak dan ibu
semuanya?
Apakah bapak dan ibu semuanya sudah memegang selembar kertas
HVS dan satu buah spidol semuanya?
Ya.. bagus, bapak ibu sekalian, disini terlebih dahulu saya akan
menjelaskan pentingnnya memiliki tujuan hidup. Bapak ibu
semuanya, dalam hidup ini kita harus memiliki tujuan hidup. Jika kita
memiliki tujuan hidup maka kita akan tahu apa saja yang akan dan
harus kita lakukan selama hidup ini. Tanpa memiliki tujuan hidup, kita
hanya akan namapak seperti orang yang tidak tahu apa-apa, dan tidak
tahu apa yang harus kita lakukan dalam menjalani hidup ini. Oleh
sebab itu, memiliki tujuan hidup adalah suatu hal yang sangat penting
dalam hidup ini, kita harus bersemangat dalam mewujudkan tujuan
hidup kita, dan kita harus optimis tujuan hidup kita bisa tercapai,
bagaimana ibu bapak semuanya, apakah bapak dan ibu sudah mengerti
akan pentingnya tujuan hidup?
Baik kalau bapak ibu sudah mengerti, coba sekarang tuliskan tujuan
hidup ibu dan bapak pada selembar kertas yang telah saya bagikan,,
tulis semua tujuan hidup yang ada difikiran bapak dan ibu,,, boleh
lebih dari satu kok..,,?
Apakah semuanya sudah selesai menulisnya? Baik kalau sudah
sekarang coba bapak ibu baca tujuan hidup yang sudah bapak ibu
tuliskan pada selembar kertas tadi, baik dimulai dari bapak A dulu
yang ada disamping kiri saya ini? Ayo coba baca tujuan hidup anda
bapak A?
Iya bagus sekali, tepuk tangan buat bapak A? Baik selanjutnya ibu X
ayo coba bacakan tujuan hidup anda? (begitu seterusnya berurutan
searah jarum jam)
Baik sekarang coba bapak dan ibu semua lihat kembali tujuan hidup
yang anda tuliskan tadi? Coba bapak ibu amati, mana kira-kira yang
tidak mungkin bisa anda capai, tolong dicoret? Sisakan tujuan hidup
yang menurut anda bisa anda capai (tujuan hidup yang realistis)
Baik apakah bapak dan ibu sudah selesai dalam memilah tujuan hidup
yang realistis?
Baik sekarang coba bapak ibu bacakan kembali, urut seperti tadi ya,
ayo dimulai dari bapak A dulu, silakan dibacakan tujuan hidup yang
realistis yang sudah mas pilih-pilih tadi?? Iya bagus sekali, kasih
tepuk tangan buat bapak A? Baik selanjutnya ibu X, silakan dibaca
tujuan hidup yang realistis yang udah dipilih-pilih barusan. (begitu
seterusnya berurtan searah jarum jam)..
3. Fase Terminasi
a) Evaluasi:
Bapak ibu semuanya, bagaimana perasaannya setelah melakukan
permainan tadi? Apakah bapak ibu merasa lebih senang dan
bersemangat lagi dalam memcapai tujuan hidup anda?
Iya, bagus,, tepuk tangan yang meriah buat diri anda dan kita
semua, karena acara pemainan ini telah belangsung dengan
lancar.
b) Tindakan lanjut
Baik, suatu saat nanti anda memiliki tujuan hidup yang lain yang
mungkin bisa anda capai,, silakan bapak ibu tulis lagi pada
selembar kertas lagi, simpan dan baca setiap hari tujuan hidup
anda yang sudah anda tuliskan, agar bapa ibu bisa lebih semangat
dan optimis untuk mencapai tujuan hidup anda
c) Kontrak yang akan datang:
Bapak ibu sekalaian cukup sampai disini ya pertemuan kita, tolong
diingat-ingat apa yang sudah saya ajarkan semuanya selama disini,
percyalah kepada kemampuan anda dan jadilah orang yang percya
diri, semoga sukses ya bapak ibu semuanya. saya pamit dulu, selamat
pagi.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.2012. Keperawan Jiwa: Teoridan Tindakan Keperawatan Jiwa.:


Depkes RI. (Diakses pada tanggal 3 Februari 2020).
Fajariah N. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah.
Jakarta : CV. Trans Info Media. (Diakses pada tanggal 3 Februari 2020).
Herman, Ade S. D. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa . Nuha Medika.
Yogyakarta.
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Buka
Kedokteran EGC. Jakarta.
Riyadi S dan Parwanto T. 2010. Asuhan Jiwa. Yogyakarta: GrahaIlmu. (Diakses
pada tanggal 3 Februari 2020).
Townsend, B.A. 2010. Keperawatan dengan Gangguan HargaDiri. Jakarta: Trans
Info Medika. (Diakses pada tanggal 3 Februari 2020).

Anda mungkin juga menyukai