• Farmakologis: injeksi • Hipoglikemia karena • >60% pasien tidak • Faktor genetik tidak
insulin kesalahan mengalami komplikasi dapat dihindari
• Non farmakologis: pengobatan serius dalam jangka • Faktor lingkungan
Modifikasi gaya hidup, • Peningkatan risiko waktu yang lama, dapat dikendalikan:
olahraga, diet infeksi • namun pada akhir infeksi virus, bahan
• Komplikasi penyakit banyak yang kimia, dan paparan
mikrovaskular mengalami kebutaan, susu formula sapi saat
• Komplikasi neuropati end-stage renal bayi
• Macrovascular disease (ESRD), dan
diseases kematian dini
• Laki-laki 2X lebih tinggi
mengalami retinopati
proliferatif dan ESRD
ETIOLOGI
•Akibat kombinasi resistensi insulin pada jaringan perifer,
•Inadekuat sekresi insulin oleh sel beta pankreas,
•Sekresi glukagon yang berlebih oleh sel alfa pankreas
FAKTOR RISIKO
Usia diatas 45 tahun, berat badan lebih (indeks masa tubuh > 25),
Riwayat keluarga, riwayat intoleransi glukosa, hipertensi,
dislipidemia, riwayat diabetes gestasional/melahirkan bayi > 4000
gr, PCOS
DIABETES MELITUS TIPE 2 (4A)
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
•Gejala klasik: poliuri, polifagi, polidipsi, penurunan berat badan
•Gejala lain: penglihatan kabur, paresthesia pada tungkai bawah,
mudah terinfeksi jamur. Beberapa pasien dapat tidak menunjukkan
gejala (asimptomatik)
•Acantosis nigricans pada tengkuk dan area lipatan badan , hipertensi
akibat komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular, polycystic ovarian
syndrome (PCOS) pada perempuan, retinopati
Pemeriksaan penunjang
•Glukosa darah acak (≥200 mg/dL), glukosa
darah puasa (≥ 126 mg/dL), glukoda darah 2
jam pp (≥200 mg/dL)
•HbA1c ≥6,5%.
Diagnosis Banding
•Diabetes melitus tipe 1
•Atypical diabetes mellitus (ADM)
•Maturity-onset diabetes of the young
(MODY)
•Endocrinopathies
DIABETES MELITUS TIPE 2 (4A)
TERAPI, KOMPLIKASI,PROGNOSIS, PENCEGAHAN
TERAPI KOMPLIKASI
•Farmakologis: Obat • Hipoglikemia karena kesalahan
antihiperglikemik oral, Obat pengobatan
antihiperglikemik suntik • Peningkatan risiko infeksi
•Non farmakologis: Modifikasi • Komplikasi mikrovaskular
gaya hidup, olahraga, diet • Komplikasi neuropati
•Macrovascular diseases
PROGNOSIS PENCEGAHAN
•Dipengaruhi tingkat kontrol penyakit •Menjaga pola makan atau diet
•Hiperglikemia kronis berhubungan •Olahraga,
dengan peningkatan risiko
komplikasi mikrovaskular •Tidak merokok,
•Tatalaksana secara dini, intensif dan •Tidak minum alkohol
multifaktorial (tekanan darah, •Pola diet
kolesterol) komplikasi menurun
Referensi:
Baynes HW. 2015. Classification, Pathophysiology, Diagnosis and Management of Diabetes Mellitus. J
Diabetes Metab 6: 541. doi:10.4172/2155-6156.1000541.
Khardori R. 2018. Type 2 Diabetes Mellitus. https://emedicine.medscape.com.
PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta. PB
PERKENI.
The American Diabetes Association’s. 2018. Standards of Medical Care in Diabetes-2018. The Journal of
Clinical and Applied Research and Education
DIABETES MELITUS TIPE LAIN
(INTOLERANSI GLUKOSA AKIBAT PENYAKIT LAIN ATAU OBAT-
Etiologi : OBATAN) 3A
Penyakit pada
kelenjar pankreas Endokrinologi Obat-obatan
Pankreatitis, cystic Chusing syndrom, Glukocorticoid,
fibrosis, akromegali, neurelptics,
hemochromatosis pheochromocyto pentamidin, alpha-
ma interferons
•Penurunan relatif insulin yang bersikulasi bersamaan dengan peningkatan counterregulatory hormones.
Diuresis osmotik menyebabkan penurunan total air dalam tubuh.
•Diuresis juga menyebabkan hilangnya elektrolit, seperti sodium dan potasium.
PATOFISIOLOGI •Peningkatan konsentrasi glukosa disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi.
•Diuresis osmotik menyebabkan penurunan total air dalam tubuh.
•Diuresis juga menyebabkan hilangnya elektrolit, seperti sodium dan potasium.
•Peningkatan konsentrasi glukosa disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi.
Referensi:
The American Diabetes Association’s Standards of Medical Care in Diabetes-2018
Baynes HW. 2015. Classification, Pathophysiology, Diagnosis and Management of Diabetes Mellitus. J Diabetes Metab 6: 541.
doi:10.4172/2155-6156.1000541
Hamdy O. 2018. Diabetic Ketoacidosis. https://emedicine.medscape.com
KETOASIDOSIS DIABETIKUM (3B)
DIAGNOSIS, DD, TERAPI
Anamnesis dan
Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan Terapi
Fisik Penunjang Banding
•Rasa haus (polidipsi) dan •Kadar glukosa darah > 250 •Metabolik asidosis •Koreksi kehilangan cairan
kencing (poliuri) yang mg/dL, kadar bikarbonat < •Koma hyperosmolar dengan cairan intravena
semakin meningkat, 18 mEq/L, dan pH < 7,30, •Syok septik •Koreksi hiperglikemia
•Malaise, kelemahan dan dengan ketonemia dan dengan insulin
•Ketoasidosis alkoholik
kelelahan, mual dan ketonuria •Koreksi gangguan elektrolit
muntah, keringat yang •Pemeriksaan laboratorium terutama kalium
menurun dan perubahan pada DKA meliputi: •Koreksi keseimbangan
kesadaran Tes glukosa darah tiap asam basa
•Tampak sakit, kulit kering, 1-2 jam sampai pasien •Pengobatan infeksi
membran mukosa kering, stabil, kemudian tiap 4- kambuhan bila ada
penurunan turgor kulit, 6 jam
penurunan refleks, dan bau Elektrolit serum tiap 1-2
napas aseton (ketotik) jam sampai pasien
•Takikardi, hipotensi, stabil, kemudia tiap 4-6
takipnea, hipotermia, dan jam
demam jika terjadi infeksi Blood urea nitrogen
(BUN)
Analisa gas darah
arterial, dilanjutkan
dengan pemeriksaan
bikarbonat
SINDROM METABOLIK (3B)
Kombinasi beberapa faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner, diabetes, perlemakan hati, dan beberapa kanker
memenuhi minimal 3 kriteria dari kriteria obesitas sentral, resistensi insulin, dislipidemia, hipertensi, hiperglikemia serta
mikroalbuminuria
Resistensi insulin
Obesitas dan
Disfungsi jaringan peningkatan Riwayat keluarga,
adiposa dan resistensi lingkaran perut pola diet yang buruk,
insulin Dislipidemia dan kurang olahraga.
Intoleransi glukosa
Hipertensi
Referensi:
Aganovic I., Dusek T. 2007. Pathophysiology of Metabolic Syndrome. EJIFCC. Vol 18(1): pp. 3-6.
Wang SS. 2017. Metabolic Syndrome. https://emedicine.medscape.com .
SINDROM METABOLIK (3B)
DIAGNOSIS, DD, TERAPI
Terapi
DD •menurunkan kadar LDL-C
dengan obat statin
•meningkatkan kadar HDL-
Pemeriksaan penunjang •Dislipidemia C dengan niacin
•Berdasarkan AHA, 3 dari 5 •Diabetes melitus tipe 2 •menurunkan kadar
kondisi di bawah ini: •Hipertensi trigliserida dengan niacin,
Anamnesis dan Pemeriksaan serat dan asam lemak
Fisik •Glukosa darah puasa ≥100 •Obesitas sentral
omega 3
mg/dL (atau sedang
menjalani terapi •pada hiperglikemia
•Hipertensi, hiperglikemia, hiperglikemia) dapat diberikan obat
hipertrigliserida, penurunan yang meningkatkan
• Tekanan darah ≥130/85 sensitivitas insulin, seperti
kolesterol HDL (HDL-C), mmHg (atau sedang
obesitas abdominal, nyeri metformin
menjalani terapi hipertensi)
dada atau napas •perubahan gaya hidup
• Trigliserida ≥150 mg/dL ( atau dan penurunan berat
memendek, acanthosis
sedang menjalani terapi badan
nigricans, xanthomas atau
untuk hipertrigliserida)
xanhelasmas pada pasien
dengan dIslipidemia berat • HDL-C < 40 mg/dL pada laki-
laki atau < 50 mg/dL in
•Pemeriksaan fisik:
wompada perempuan (atau
peningkatan tekanan darah
sedang menjalani terapi
dan obesitas abdominal,
penurunan HDL-C)
acanthosis nigricans,
hirsutism, neuropati perifer, •Lingkar pinggang ≥102 cm
retinopati, xanthomas atau laki-laki , ≥88 cm perempuan;
xanthelasmas Asia America ≥90 cm laki-laki
atau ≥80 cm perempuan
SINDROM METABOLIK (3B)
HIPERURISEMIA (4A)
Hiperurisemia merupakan sindrom metabolik dan sering terjadi. Terdapat dua bentuk,
1) deposisi kristal asam urat dalam bentuk gout;
2) peningkatan kadar asam urat dihubungkan dengan adanya hipertensi, resistensi insulin, penyakit ginjal kronik,
penyakit kardiovaskular, dan obesitas
Referensi:
Lohr JW. 2018. Hyperuricemia. https://emedicine.medscape.com .
Aggarwal R., Dua D., Jain SK., Sud R., Meena SR. 2018. Hyperuricemia: a
lifestyle change. Urol Nephrol Open Access J. Vol 6(4): pp. 119‒121
PORFIRIA (1)
ETIOLOGI PATOFISIOLOGI
• Akibat mutasi pada salah satu • Mutasi enzim porphobilinogen deaminase
atau lebih gen pembentuk heme (PBGD)menurunkan fungsi enzim tersebut
Faktor genetik yang diturunkan defisiensi pada jalur biosintesis heme
secara autosomal dominan/resesif
atau X-linked dominan atau
didapat (jarang). add
FAKTOR RISIKO
• Faktor genetik merupakan faktor utama
Referensi:
Balwani M., Denick RJ. 2019. The porphyrias: advances in diagnosis and treatment.
Bloodjournal. Vol 120 (23): pp. 4496-4504.
Mir MA. 2009. Porphyria Overview. https://emedicine.medscape.com
OBESITAS (4A)
PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI • Adiposit merupakan dasar seluler obesitas
yang dapat meningkat ukuran dan
•Ketidakseimbangan antara asupan jumlahnya pada orang dengan obesitas.
energi dan pengeluaran energi Beberapa hormon terlibat pada nafsu
akumulasi jaringan lemak makan dan intake makanan
berlebihan, terjadi bila besar dan Ambang deteksi bau
jumlah sel lemak bertambah besar Leptin
dan banyak Genetik
FAKTOR RISIKO
•Faktor metabolik, faktor genetik, tingkat
aktivitas, faktor endokrin, faktor usia, jenis
kelamin, dan ras, faktor etnik dan kultural,
status sosioekonomik, kebiasaan diet,
kebiasaan merokok, kehamilan dan
menopause, faktor psikologikal, riwayat
diabetes gestasional, riwayat menyusui
OBESITAS(4A)
DIAGNOSIS DAN DD
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
•Mengeluhkan masalah berat badan dan kegagalan
berulang penurunan berat badan
•Riwayat diet dan aktivitas pasien harus ditanyakan
•Riwayat masalah berat badan dalam keluarga
•Berat badan lebih atau overweight apabila IMT 23-
24,9 kg/m2 dan obesitas apabila IMT 25-30 kg/m2
DD
Pemeriksaan
• Ascites
penunjang • Cushing syndrome
• Profil lipid • Hipotiroidim
• Tes fungsi hati • Adiposa dolorosa (Dercum
• Tes fungsi tiroid disease)
• Insulinoma
TERAPI KOMPLIKASI PROGNOSIS PENCEGAHAN
OBESITAS (4A)
TERAPI, KOMPLIKASI,PROGNOSIS,
PENCEGAHAN
Referensi:
Hamdy O. 2018. Obesity. https://emedicine.medscape.com .
NHLBI Obesity Education Initiative. 2000. The Practical Guide Identification, Evaluation, and Treatment of Overweight and Obesity in Adults. https://www.nhlbi.nih.gov
HIPOGLIKEMIA RINGAN (4A)
HIPOGLIKEMIA BERAT (3B)
Etiologi :
• Kelebihan dosis obat, Trias whipple:
terutama insulin atau Obat 1. Gejala yang konsisten
Hipoglikemia Oral (OHO) yaitu
sulfonylurea dengan hipoglikemia
• Asupan makan tidak adekuat 2. Kadar glukosa plasma
• Kegiatan jasmani berlebihan rendah
Faktor risiko: 3. Gejala mereda setelah
- Pasien dengan DM kadar glukosa plasma
- Geriatri meningkat
HIPOGLIKEMIA RINGAN (4A)
HIPOGLIKEMIA BERAT (3B)
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang
• Rasa gemetar, • Vital sign • GDS <60 mg/dl
perasaan lapar, (tekanan darah
pusing, keringat menurun,
dingin, jantung frekuensi denyut
berdebar, gelisah, jantung
penurunan meningkat)
kesadaran bahkan • Dapat ditemukan
sampai koma diaphoresis
dengan atau (keringat
tanpa kejang berlebih)
• Waktu makan • Penurunan
terakhir kesadaran
• Aktivitas fisik
yang dilakukan
HIPOGLIKEMIA RINGAN (4A)
HIPOGLIKEMIA BERAT (3B)
HIPOGLIKEMIA RINGAN (4A)
HIPOGLIKEMIA BERAT (3B)
Terapi hipoglikemia
Etiologi:
Produksi growth
hormone berlebihan
Faktor risiko
Tumor pada kelenjar
hipofisis atau pituitari
AKROMEGALI,
Pada gigantisme terjadi pada saat
GIGANTISME (1) lempeng epifisis di dalam tulang
belum menutup.
Faktor risiko
genetik keluarga yang
Penyakit autoimun menderita
hipoparatiroid
Post-op
tiroidektomi, Mengalami penyakit
paratiroidektomi, autoimun atau
diseksi radikal penyakit endokrin,
kelenjar leher, seperti penyakit
atropi kelenjear Addison
paratiroid Riwayat operasi
pada leher
HIPOPARATIROID (3A)
Diagnosis
Nyeri otot atau kram Kondisi kulit dan otot Tes darah untuk
yang menyerang otot Parastesia melihat kadar kalsium,
wajah, perut, kaki, dan fosfor, magnesium
tungkai Gangguan irama serta hormon
jantung paratiroid
Otot berkedut atau
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis
Pemeriksaan penunjang
tegang di area mulut, Foto rontgen dan tes
tenggorokan, dan kepadatan tulang
lengan untuk melihat efek
Nyeri haid kalsium yang rendah
pada tulang
Depresi atau
perubahan suasana
hati
Kulit yang kering dan
kuku yang rapuh
Kejang
HIPOPARATIROID (3A)
Farmakologis
Terapi
Tablet kalsium karbonat
Suplemen vitamin D
(Calcitriol atau
alphacalcidol)
Non Farmakologis
Mengatur pola makan yang
kaya akan kandungan kalsium
seperti sayuran berdaun hijau
HIPERTIROID (3A) Anamnesis:
Etiologi: Tidak tahan udara panas, berdebar, berat
badan cenderung menurun
Penyakit Graves
Tiroiditis (fase akut)
Adenoma toksik
Tumor pensekresi TSH
Pemeriksaan fisik:
Pembesaran kelenjar tiroid yang
menyebabkan terjadinya pembengkakan
pada leher, tremor, palpitasi, dapat disertai
gangguan irama jantung atrial fibrilasi
Faktor risiko:
Wanita Riwayat
penyakit autoimun
Pemeriksaan penunjang:
FT3 dan FT4 meningkat, TSH(s) menurun
HIPERTIROID (3A)
Terapi
Thionamid
Beta-bloker
(propanolol)
Komplikasi
Oftalmopati graves
Badai tiroid (thyroid
storm)
Kelainan irama
jantung
TIROTOKSIKOSIS (3B)
Etiologi:
• Graves disease
• Adenoma toksik
• Struma multinodular
• Tiroditis subakut
• Fase hipertiroid dari tiroditis Hashimoto
• Tiroiditis faktitia
• Bentuk jarang dari tirotoksikosis:
struma ovarium, karsinoma metastatik
tiroid (folikular), mola hidatidosa, TSH-
secreting pituitary tumor.
TIROTOKSIKOSIS (3B)
Pemeriksaan
penunjang:
• TSHs menurun
• FT4 dan T4 total
serum
meningkat
• FT3 dan T3 total
serum
meningkat
Diagnosis
Banding
• Keadaan
gaduh gelisah
• Goiter eutiroid
• Feokromosito
ma
TIROTOKSIKOSIS (3B)
Penyekat adrenergik
Tindakan operatif
3x100-200 mg/hari, terapi, subtotal: bila sudah
dosis maksimal 2000 Sementara eutiroid
mg/hari, setelah 4-6 menunggu pasien
minggu dapat menjadi eutiroid
diturunkan menjadi setelah 6-12 minggu
setengahnya pemberian
• -Karbimazol antitiroid.
(Neomerkazol) dosis
3x10-20 mg/hari Propanolol dosis 40-
• -Metimazol dosis awal 200 mg/hari
20-30 mg/hari
HIPOTIROID (2)
Etiologi:
• Hipotiroid sentral disebabkan oleh
karena kerusakan
hipofisis/hipotalamus
• Anamnesis:
Berat badan cenderung meningkat,
edema (miksedema), tidak tahan
dingin, konstipasi
• Pemeriksaan fisik :
Kulit kering, edema wajah, kulit
dingin, rambut rapuh, suara serak,
kulit pucat
• Pemeriksaan penunjang:
FT3 dan FT4 menurun, TSH
meningkat
GOITER (3A)
Etiologi:
Defisiensi yodium,
autoimun
Faktor risiko:
Usia, risiko gondok
akan meningkat pada
usia 40 tahun ke atas
Jenis kelamin, wanita
memiliki risiko lebih
tinggi untuk
mengalami gangguan
pada tiroid
Faktor keturunan
GOITER (3A)
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
• Benjolan/ • Vital sign • Tes darah
pembengkakan • Status general untuk
pada leher • Pemeriksaan mengukur
• Kesulitan kelenjar tiroid kadar hormon
menelan T3, T4, TSH
• Suara serak
• Kesulitan
bernafas
Terapi
Diagnosis Banding
Rendahnya kadar yodium
Kista duktus tiroglosus garam yang tinggi
Limpadenopati Yodium
Tiroiditis
Kanker tiroid Thionamid (carbimazole
atau propylthiouracil)
TIROIDITIS (2)
Etiologi, tergantung
jenisnya
• Vital sign
Pemeriksaan • Nyeri tekan pada kelenjar tiroid
Fisik • Pembengkakan pada leher
• Fluktuasi dan eritema
• Peningkatan
Etiologi produksi kortisol
oleh adrenal
• Neoplasia adrenal
Faktor • Penggunaaan
risiko: glukokortikoid
jangka lama
CHUSHING’S DISEASE (3B)
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Penunjang
Kelemahan otot •Striae kulit Tes supresi
Kelelahan •Moon face deksametason
Mudah •Buffalo hump
berdarah •Obesitas badan
dibawah kulit
•Hipertensi
Perubahan
emosional •Hirsutisme
Jerawat
Oligomenorea
atau amenorea
KRISIS ADRENAL (3B)
Faktor risiko:
Diagnosis Terapi
• Nyeri kepala
Anamnesis • Mual, muntah
- Nacl 0,9% intravena 1 liter/jam
• Diare
dan pada setiap liter ditambahkan
deksamethason sodium fosfat 4
mg dan aqueos tetrosuctin 200 mg
Pemeriksaan • Hipotensi
Fisik • Penurunan kesadarn -Glukosa intravena
Insufisiensi
adrenal primer
• Kerusakan pada
kelenjar adrenal
Insufisiensi
adrenal sekunder
• Gangguan pada
kelenjar pituitari
atau hipofisis
PUBERTAS PREKOKS (2)
Boys Girls
PUBERTAS PREKOKS (2)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar LH, FSH
Tes stimulasi GnRH
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan kadar
Adanya jerawat estrogen/testosterone
Pertumbuhan tubuh yang CT/MRI otak
Anamnesis cepat
Sebelum usia 8 tahun pada CT adrenal
Bau badan seperti orang
perempuan dan 9 tahun dewasa
pada laki-laki.
Pertumbuhan rambut
Pada anak laki-laki, gejala kemaluan atau bulu ketiak
tambahan suara yang lebih
berat,
Pada anak perempuan
gejala khusus lainnya
menstruasi pertama dan
pertumbuhan payudara
HIPOGONADISME (2)
HIPOGONADISME (2)
Pemeriksaan fisik
Gejala hipogonadisme pada pria: Pemeriksaan massa
Kehilangan rambut di tubuh otot, rambut di
Payudara membesar tubuh
Gejala hipogonadisme pada
Kehilangan masa otot wanita:
Impotensi Pertumbuhan payudara berjalan
Pertumbuhan penis dan testis lambat atau bahkan tidak tumbuh Pemeriksaan penunjang
terhambat sama sekali
Tes darah untuk mengukur
Osteoporosis Masa mestruasi berkurang atau
bahkan tidak terjadi sama sekali
kadar hormone LH dan FSH
Kehilangan gairan seksual
Pemeriksaan sperma pada
Kesulitan konsentrasi
pria
Infertilitas
Pemeriksaan kadar hormon
prolaktin
HYPERPROLAKTINEMIA (1)
Etiologi: Patofisiologi:
Hipersekresi fisiologis Hiperprolaktinemia: kadar
(kehamilan, menyusui) hormon prolaktin dalam
darah lebih tinggi dari
Kerusakan pada kadar normal. Prolaktin
hipotalamus-pituitari diproduksi oleh kelenjar
(Craniopharyngioma, pituitari. Kerusakan pada
meningioma, adenoma) jalur hipotalamus-
Hipersekresi pituitari hipofisis dapat
(Prolaktinoma, akromegali) mengganggu sintesis
dopamin sehingga
Penyakit sistemik (Gagal mengakibatkan
ginjal kronis) hiperprolaktinemia.
Patofisiologi
ADENOMA TIROID (2)
Lingkungan,
genetik, dan
proses autoimun
Etiologi
Proses
autoimun, A.Pemeriksaan
genetik, penunjang
lingkungan A.Pemeriksaan fisik B.Biopsi Aspirasi
Jarum Halus (BAJAH)
B.Nodul padat, keras,
Anamnesis tidak rata, dan Laboratorium
Sakit tenggorokan terfiksir (sulit Pencitraan : USG
Suara serak yang tidak digerakkan) Tiroid, Skintigrafi
kunjung menghilang Limfadenopati Tiroid
Pembengkakan kelenjar servikal Histopatologi
getah bening di bagian leher
Kesulitan dalam menelan
Riwayat keganasan tiroid
sebelumnya
KARSINOMA TIROID (2)
Etiologi: Idiopatik
-Faktor Risiko:
-Riwayat gangguan pada
tiroid
-Pajanan radiasi
-Riwayat keluarga dengan
karsinoma tiroid
KARSINOMA TIROID (2)
• Sakit tenggorokan
P. Fisik • Tes fungsi tiroid
• Suara serak yang tidak • Sitologi aspirasi jarum halus
kunjung menghilang • Teraba benjolan / • USG Tiroid
• Pembengkakan kelenjar pembengkakan pada bagian • CT scan Tiroid
getah bening di bagian leher depan leher
• Kesulitan dalam menelan
Anamnesis: P. Penunjang
Malnutrisi energi-protein (4A)
Faktor risiko
Berat badan lahir
rendah
Etiologi
HIV
Asupan energi yang
tidak mencukupi Infeksi TB
kebutuhan tubuh Pola asuh yang salah
Malnutrisi energi-protein (4A)
Marasmus
Kwashiorkor,
oMarasmus: dengan keluhan
kombinasi dari
oSangat kurus
oKwashiorkor : ke-2 penyakit
oEdema
oCengeng tersebut
oWajah sembab oRewel
oPandangan sayu oKulit keriput
oKelainan kulit
(kulit kering, A. Pemeriksaan fisik
dengan garis-garis
yang dalam dan BB/TB < -3SD atau 70% dari
lebar)/crazy median (marasmus).
pavement Edema pada kedua punggung
dermatosis kaki sampai seluruh tubuh
oRambut tipis, (kwashiorkor: BB/TB >3SD
kemerahan seperti atau marasmik-kwashiorkor
warna rambut
jagung, mudah BB/TB <-3SD)
dicabut tanpa Dapat terjadi hepatomegali
sakit, rontok, anak pada Kwashiorkor
rewel, apatis.
DEFISIENSI VITAMIN (4A)
Etiologi
Asupan vitamin yang tidak mencukupi
kebutuhan tubuh. Batas konsumsi
terendah yang menyebabkan defisiensi
terdapat di Tabel 10 pada kolom etiologi
DEFISIENSI VITAMIN (4A)
Terapi
100-200 mg nikotinamid
atau asam nikotinat tiga
kali sehari selama 5 hari
800-1200 mg α-
tokoferol per hari
DEFISIENSI MINERAL (4A)
Faktor risiko
Hanya terdapat pada
copper: bayi yang diberi
Etiologi diet susu dan pada bayi
dengan malabsorpsi.
Asupan vitamin Zinc: diabetes mellitus,
yang tidak HIV / AIDS, sirosis,
alkoholisme, penyakit
mencukupi radang usus, sindrom
kebutuhan tubuh malabsorpsi, dan
penyakit sel sabit. terapi
penicillamine. Yang lain
belum ditemukan
dengan pasti.
DISLIPIDEMIA (4A)
Etiologi
peningkatan atau Faktor risiko
penurunan fraksi lipid
dalam plasma: Diet tinggi lemak
Kenaikan kolesterol Kurangnya
total, kolesterol LDL, aktivitas fisik
trigliserida, serta Familial (genetik)
penurunan kolesterol
HDL.
YAKIN PASTI LULUS!