KELOMPOK 1
Erna Yusnina Eka Putri 05021281621030
Kania Zsalsabillah 05031181621082
M. Dio Muhajir 05021281621038
M. Refki Albar 05021181621007
Octaviantoro Putra 05031181621002
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
1.2.1. Mengetahui prinsip kerja dari mesin Paddy Mower
1.2.2. Menganalisa rancangan struktural, rancangan fungsional, analisa teknis dan analisa
finansial dari mesin Paddy Mower
1.3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah mesin satu jalur yang
berhasil dirancang, nantinya dapat digunakan secara luas, dan memudahkan proses
pemanenan padi yang menggunakan prinsip ani-ani.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ani-ani
Hingga saat ini panen padi Tradisional cara ani-ani masih eksis dan terus berlangsung
terutama terjadi di daerah pedalaman (Banten, Sumatera, Kalimantan, Papua) yaitu di daerah
yang menanam padi varietas lokal berumur panjang (6 bulan), kapasitas kerja cara ani-ani
berkisar antara 10 sampai 15 kg malai/jam dengan susut hasil (losses) berkisar antara 3,2 %.
Cara panen Tradisional ani-ani merupakan suatu “System” panen yang akrab dengan
kelestarian lingkungan dan terbukti mampu mengatasi ketahanan pangan rumah tangga petani
(lokal), dimana seluruh proses sejak padi di tanam (pra panen) hingga proses gabah menjadi
beras (pasca panen), secara keseluruhan ditangani oleh petani dan nilai tambah padi menjadi
beras adalah milik petani, tanpa menimbulkan kerusakan alam dan pencemaran lingkungan,
seluruh tubuh tanaman padi termanfaatkan mulai dari berasnya hingga jeraminya.
Tahapan proses panen padi cara Tradisional ani-ani berbeda dengan proses pada cara
Modern. Pada cara ani-ani (Gambar 1), padi dipanen dalam bentuk malai kemudian diangkut
untuk dijemur (proses pengeringan) kemudian disimpan di lumbung (proses penyimpanan).
Pelaksanaan proses perontokan dan pemberasan dilakukan sewaktu-waktu petani
membutuhkan beras, mempergunakan alat tradisional (lesung) ataupun menggunakan mesin
perotok Thresher untuk proses perontokannya dan Rice Milling Unit (RMU) untuk
pemberasan.
2.3. Padi
Padi (Orizae sativa L.) merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup dalam
hidupnya. Tanaman ini tergolong semi-aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang.
Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk
pertumbuhannya. Meskipun demikian padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau
ladang, istilahnya padi ladang. Namun demikian kebutuhan airnya tetap harus terpenuhi
(Baskoro, 2009). Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Fosil
butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM.
Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh Utara, Burma,
Thailand, Laos, Vietnam.
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp
(Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
1999).
Hasil panen padi disebut gabah. Gabah tersusun dari 15 – 30% kulit luar (sekam), 4 –
5% kulit ari, 12 – 14% katul, 65 – 67% endosperm dan 2 – 3% lembaga. Sekam membentuk
jaringan keras sebagai perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari
bersifat kedap terhadap oksigen, CO2 dan uap air, sehingga dapat melindungi butir beras dari
kerusakan oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang paling banyak
mengandung vitamin B1. Selain itu katul juga mengandung protein, lemak, vitamin B2 dan
niasin. Endosperm merupakan bagian utama dari butir beras.
Komposisi utamanya adalah pati. Selain pati, endosperm juga mengandung protein
dalam jumlah cukup banyak, serta selulosa, mineral dan vitamin dalam jumlah kecil. Sekam
merupakan 15 – 30% bagian gabah, fungsi sekam antara lain melindungi kariopsis dari
kerusakan, serangan serangga dan serangan kapang. Sekam terdiri dari palea dan lemma.
Struktur palea/lemma yaitu epidermis luar, sklerenimia (mengandung lignin), parenkimia,
dan epidermis dalam kariopsis terdiri dari kulit luar dan endosperm. Kulit luar terdiri dari
perikarp (10µm), seed coat (0.5µm), nucellus (2.5µm), dan aleuron (5.0µm).
1. Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen
padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan
hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dapat
dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis.
2. Pemanenan
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan
mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis
serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan
pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil
yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila
pemanen padi dilakukan secara tidak tepat. Proses selanjutnya adalah penumpukan
dan pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan, dan
penggilingan.
Keterangan :
KLT : Kapasitas Lapang Teoritis
KLE : Kapasitas Lapang Efektif
ELP : Efisiensi Lapang Pemanenan
Kecepatan maju (v) = 0.125 m/detik
Lebar kerja (l) = 1 meter
KLE = …………………………….…………….……….(3)
KP = ……………….………………………..…..…... (4)
Keterangan :
KLE : kapasitas lapang efektif mesin pemanen padi (ha/jam)
: luasan lahan aktual (ha)
: waktu efektif pemanenan (jam)
GKP : Gabah kering panen (ton)
KP : kapasitas pemanenan (ton/jam)
(KKM, ha/jam).
Bahan bakar yang dibutuhkan untuk panen dalam satu luasan lahan (KBB, l/ha).
Persentase padi yang rontok pada saat proses pemanenan (PKP, %).
Tahun pertama
Dn = (P – S) (𝐴⁄𝐹 , i, N) (𝐹⁄𝑃, i, n-1)
Tahun ketiga
Tahun keempat
Dn = (P – S) (𝐴⁄𝐹 , i, N) (𝐹⁄𝑃, i, n-1)
Tahun kelima
2. Biaya Pelumas
BP = OC x Pm x Op x wt
Keterangan :
BP = Biaya Pelumas
OC = Daya motor
Op = Harga pelumas
Wt = jam kerja
3. Biaya Grease
BG = 60% biaya pelumas
5. Biaya Operator
BOp = wt x Uop
BOp = 6.250 x 56 jam
= 350.000
Keterangan:
BOp = Biaya operator (Rp)
wt = Jam kerja
Uop = Upah operator (Rp/Hari)
2.9.3 Biaya Total
Biaya total adalah biaya keseluruhan yang diperlukan untuk
mengoprasikan suatu mesin pertanian, biaya ini merupakan penjumlahan dari
biaya tetap dan biaya tidak tetap.
B = BT + BTT
Keterangan :
B = Biaya Total (Rp/ha)
BT = Total Biaya tetap (Rp/ha)
BTT = Total Biaya Tidak Tetap (Rp/ha)
Keterangan :
B = Biaya Total
Wot = Waktu kerja
K = Kapasitas
Dari penelitian kali ini juga didapatkan hasil pengayunan mesin yang berbeda selama
selang waktu 1 menit, yaitu pada seng yang dilubangi mendapatkan hasil 20 kali pengayunan
mesin padi yang dihasilkan, sementara pada perebah menggunakan strimin nyamuk
didapatkan 17 kali pengayunan selama satu menit, sedangkan pada perebah asli hanya
mencapai 14 kali pengayunan selama satu menit. Hal ini terjadi karena selain dari beban
perebah yang memang berbeda juga lubang pada perebah mempengaruhi besar pengayunan
yang terjadi saat pemanenan. Semakin besar lubang yang terdapat pada perebah maka
semakin sedikit tekanan angin yang didapatkan oleh operator maka pengayunan juga akan
semakin cepat, namun sebaliknya semakin rapat lubang pada perebah maka tekanan anginnya
akan semakin besar, sehingga pengayunan yang dihasilkan oleh operator akan semakin
sedikit. Hal ini tentunya juga sagat berpengaruh kepada susut saaat pemanenan, karena
semakin besar lubang yang terdapat pada perebah maka padi yang tidak terpotong oleh mesin
dan terpental keluar dari perebah akan semakin besar.
Setiap hektar lahan memerlukan setidaknya 7 hari panen per tahun atau 3-4 hari
panen per musim dengan jam kerja 8 jam per hari menggunakan paddy mower, sedangkan
pemanenan manual memerlukan tenaga pemanen sebanyak 4 orang tenaga pemanen untuk
menyelesaikan pemanenan dalam 7 hari panen per tahun atau 3-4 hari per musim. Pada
kondisi di lapangan, sistem pembayaran tenaga pemanen dilakukan berdasarkan hasil
produksi panen yang didapat dengan sistem pembagian 1:10. Sistem pembayaran seperti itu
menyulitkan pembandingan metode pemanenan manual dengan metode mekanis karena
besarnya biaya pemanenan bergantung kepada hasil panen yang tidak pasti. Oleh karena itu
pada rancangan ini diasumsikan sistem pembayaran tenaga pemanen dilakukan berdasarkan
jam kerja yakni Rp. 6,250/jam kerja. Nilai upah harian tersebut merupakan nilai upah buruh
tani rata-rata.
Pada luas panen sebesar 1 ha per musim tanam, biaya pokok pemanenan dari
pemanenan mekanis lebih kecil dibandingkan pemanenan manual, yaitu masing-masing
sebesar Rp552,559 dan Rp520,833. Kegiatan perontokan yang menggunakan metode gebot
memiliki kapasitas perontokan hingga 53 kg/jam.orang dengan biaya pokok pemanenan
sebesar Rp270,272/ha sawah. Pada pemanenan mekanis, biaya pokok pemanenan
dipengaruhi oleh biaya tetap, biaya tidak tetap dan waktu operasional. Semakin lama waktu
operasional paddy mower per tahun (jam/tahun), akan menurunkan biaya pokok pemanenan
(Rp/ha). Lamanya waktu operasional tersebut bergantung kepada luas panen per tahun.
Paddy Mower sebagai barang modal dapat disewakan untuk usaha mendapatkan nilai
ekonomis. Pertimbangan penentuan harga sewa ditentukan berdasarkan biaya tetap yang
nilainya tidak berubah setiap tahunnya dan jam kerja yang dikehendaki, sedangkan biaya
tidak tetap menjadi tanggungan penyewa. Pada penelitian ini, biaya tetap penggunaan paddy
mower adalah Rp381,000/tahun, jika jam kerja sewa yang diinginkan minimal 56 jam/musim
atau 7 hari kerja/musim maka harga sewa minimumnya adalah Rp27,300/hari.
BAB 4
KESIMPULAN
Anonymus, 1992. Penanganan Pasca Panen Padi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Baskoro, Y. 2009. Analisis Ekonomi Alat Pengering Gabah Tipe Silinder Vertikal. Fakultas
Pertanian. Unila. Lampung
Daywin, Frans J. 1992. Mesin-mesin Budidaya Pertanian. Bogor (ID): IPB Press. [Deptan]
Departemen Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Edisi
Kedua. Departemen Pertanian. Jakarta. Hal 69.
Ikhsan, M. 2014. Studi Kapasitas Kerja dan Susut Saat Panen Padi (Oryza sativa L.) Varietas
Ciherang Menggunakan Paddy Mower. Skripsi. Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem, IPB, Bogor.
Prasetyo, Y. T. 2003. Betanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Rachmadiono. 1996. Perencanaan Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian. Makalah pada
Kursus Tim Pengawas PengelolaanPeralatan SKR. Palangka Raya.
Saputra, R. H. 2017. Modifikasi dan Uji Kinerja Stang Kendali dan Perebah Padi Pada Mesin
Pemanen Padi Tipe Sandang. Skripsi. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. IPB,
Bogor.
Smith, H. P., dan Wilkes, L. H.1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Terjemahan Tri
Purwadi. UGM Press, Yogyakarta.
Srivastava AK, Goering CE, Rohrbach RP. 1996. Engineering Principles of Agricultural
Machines. Michigan (US): ASAE.
Suismono, Djoko SD, Sutrisno, Udin SN. 1990. Studi Susut Panen dan Perontokan Dengan
Menggunakan Beberapa Jenis Sabit di Sukamandi. Jurnal Reflektor. 3(1).