Anda di halaman 1dari 5

Konseling Efektif sebagai Upaya Preventif Gangren pada Penderita Diabetes Mellitus (DM) di

RSUD Gambiran Kota Kediri

Alifa El Husna Dzatudzaka


Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
alifa.elh24@gmail.com

Abstract. Diabetes is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia due to a


disruption of insulin secretion or defective insulin action. Diabetes Mellitus can cause
several metabolic complications such as retinopathy, nephropathy, and neuropathy,
including diabetic gangrene. Gangrene is a state of tissue damage or necrosis that can be
triggered by bacterial infections, lack of self-care and a diet high in glucose. Patient's
attitudes influence the occurrence of complications. In this case, doctors and nurses have an
important role to provide counseling to patients as an effort to prevent the onset of
gangrene. This study applied qualitative research method which data was getting from the
true situation and use observation and interview with participant as an instruments. The
results of this study indicate that there are important things to do to realize effective
counseling as an effort to prevent gangrene. Cooperation between counselors, doctors and
nurses, with patients very decisive.
Keywords: Diabetes, gangrene, counseling

1. PENDAHULUAN
Diabetes merupakan suatu kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemi
akibat adanya gangguan dari sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya (Canivell & Gomis,
2014). Diabetes Mellitus adalah kombinasi dari gangguan heterogen ditandai dengan hiperglikemi
dan glukosa intoleran. Beberapa komplikasi timbul akibat adanya kekacauan sistem regulasi
penyimpanan maupun distribusi bahan-bahan metabolisme, seperti katabolisme dan anabolisme
karbohidrat, lemak dan protein (Piero, Nzaro, & Njagi, 2015). Poliuria (banyak urin), polidipsia
(banyak minum), polifagia (banyak makan), lemas, kesemutan, impotensi pada pria, pruritus vulva
pada wanita dan penurunan drastis berat badan merupakan gejala awal pada penderita Diabetes
Mellitus (Nur Ifa Rosikhoh, 2016).
Pada tahun 2016, data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa kurang
lebih 150 orang di dunia menderita Diabetes Mellitus, dan pada 2025 jumlah ini akan meningkat
dua kali lipat. Tahun 2007 prevalensi kejeadian diabetes 5,7% dan terjadi kenaikan pada tahun
2013 menjadi 6,9%. Kenaikan ini diakibatkan pola hidup yang tidak sehat, seperti konsumsi
junkfood berlebih dan makanan tinggi gula, alkohol, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik (WHO,
2016). Penyakit diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada seluruh organ tubuh.
Pasien diabetes memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena atherosklerosis kardiovaskular, periferal
arteri, dan cerebrovaskular. Hipertensi dan abnormalitas metabolisme lipoprotein sering dijumpai
pada penderita diabetes (Canivell & Gomis, 2014).
Komplikasi jangka panjang diabetes mellitus yang dapat melemahkan tubuh termasuk
kerusakan organ dan komplikasi metabolik seperti retinopathy, nephropathy, dan neuropathy.
Retinopathy yang berpotensi hilangnya fungsi penglihatan; nephropathy dengan kerusakan ginjal;
neuropathy autonomic yang dapat menimbulkan gejala gastrointestinal, genitourinary,
cardiovaskular, dan disfungsi seksual; serta neuropathy perifer dengan resiko gangren (ulcers
foot), amputasi, dan Charcot join (Piero et al., 2015).
Gangren adalah rusaknya jaringan atau nekrosis jaringan tubuh akibat adanya emboli
pembuluh darah, sehingga jaringan tidak mendapat suplai nutrisi dari aliran darah. Gangren sering
dijumpai pada bagian-bagian tubuh perifer seperti ujung kaki maupun ujung tangan. Gangren
timbul pada jaringan bisa akibat trauma (tekanan, suhu tinggi, bahan kimia, pukulan benda tajam)
yang akan menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan subkutan. Luka ini akan terinfeksi dengan
mudah dan akan membutuhkan terapi antimikroba serta prosedur operasi (Lipsky, 2016). Invasi
bakteri turut memicu timbulnya gangren sehingga terjadi infeksi dan pembusukan jaringan. Resiko
29 kali lebih tinggi terkena gangren dimiliki oleh penderita diabetes dari pada bukan penderita
diabetes. Hal ini dikarenakan bakteri dan kuman lebih mudah berkembang biak pada lingkungan
tinggi glukosa. Perilaku buruk seperti merokok juga turut memicu timbulnya gangren pada
penderita DM (Fransiscus, 2018).
Perluasan infeksi gangren apabila tidak ditangani dengan tepat maka akan mengakibatkan
kecacatan bahkan kematian. Sekitar 20% penderita diabetes sedang atau berat dengan gangren kaki
harus diamputasi. Penyakit arteri perifer secara independen meningkatkan resiko infeksi luka dan
amputasi yang tidak sembuh. Resiko kematian pasien diabetes selama 10 tahun dengan ulkus kaki
atau gangren dua kali lebih tinggi dari pada pasien tanpa gangren (Armstrong, Boulton, & Bus,
2017).
Karena tingginya resiko infeksi dan amputasi, pencegahan gangren menjadi salah satu hal
penting dalam pendekatan masa kini untuk penyakit gangren diabetik. Intervensi serta edukasi
penting diberikan pada masyarakat luas khususnya penderiata diabetes mellitus. Intervensi dan
edukasi dapat dikemas dalam suatu proses konseling. Konseling adalah suatu metode untuk
memecahkan masalah klien dengan melakukan percakapan dua arah. Diharapkan melalui
konseling, klien dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan baru guna menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi (Aurora, Sinambela, & Noviyanti, 2012). Konseling yang efektif adalah
komunikasi dua arah yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku. Menurut suatu
penelitian, bahwa adanya pengaruh antara koseling dengan pengetahuan dan perubahan perilaku
pada penderita diabetes mellitus. Konselor adalah orang yang ahli dibidangnya dan berinteraksi
secara langsung dengan klien atau pasien.
Berdasarkan fakta diatas, penulis ingin memaparkan bagaimana konseling efektif yang
dilakukan dokter dan perawat sehingga dapat menjadi upaya pencegahan timbulnya komplikasi
menahun diabetes mellitus terutama gangren diabetik.
2. METODE
Dalam tulisan ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah
suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral.
Untuk mengerti gejala sentral, penulis melakukan observasi lapangan dan mewawancarai peserta
penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan sedikit luas.
Pertanyaannya biasa dimulai dengan yang umum, tetapi kemudian meruncing dan mendetail
(Semiawan, 2010). Data yang dihasilkan bersifat deskriptif dan analisis data dilakukan secara
induktif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Observasi
Observasi pemeriksaan pasien di poli klinik RSUD Gambiran Kota kediri dilakukan pada
tanggal 21 Juni 2019. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui proses pemeriksaan dan
konseling yang dilakukan oleh dokter pada pasien DM. Pada kasus pertama, seorang penderita DM
dengan gangren pada pedis sinistra, usia 62 tahun. Hal pertama yang dilakukan yaitu perawatan
luka oleh perawat. Setelah dilakukan perawatan luka, pasien diperiksa oleh dokter. Saat memberi
konseling atau edukasi pada pasien, dokter menggunakan bahasa ibu atau bahasa jawa. Dokter
tidak menggunakan bahasa medis, lebih memakai bahasa awam yang sederhana. Dokter
memaparkan hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien. Saat memberi
penjelasan, dokter mengulangi kata-kata yang penting dan memberi penekanan lebih. Dokter juga
memperagakan secara langsung bagaimana cara merawat luka. Diakhir konseling, dokter
mempersilakan pasien untuk bertanya. Antusiasme pasien dalam bertanya tinggi. Pasien bertanya
menggunakan bahasa jawa mengenai rasa sakit yang dirasakan dan hal apa yang bisa dilakukan
untuk menghilangkan rasa sakit tersebut. Saat konseling berlangsung, pasien tampak menyimak
penjelasan dengan seksama. Interaksi berlangsung dua arah dan aktif.
Pada kasus kedua, seorang penderita DM tanpa gangren, usia 49 tahun. Pasien datang untuk
kontrol rutin. Pasien berkonsultasi dengan dokter mengenai hasil tes gula darah. Dokter
menjelaskan hasil tes pasien dengan bahasa yang sederhana dan tidak menggunakan bahasa medis.
Dokter memberi penjelasan secara perlahan dan memastikan pasien paham. Saat konseling, dokter
menunjukkan hasil tes laboratorium dan menjelaskannya dengan detail. Dokter memaparkan
bahwa kondisi pasien sekarang ini dapat memicu timbulnya komplikasi gangren, dan dokter
menjelaskan kepada pasien perilaku apa saja yang tidak baik untuk dilakukan. Selama proses
konseling, dokter menggunakan gambar yang menunjukkan keadaan komplikasi akibat DM.
Konsentrasi pasien terpusat pada gambar yang dijelaskan oleh dokter. Antusiasme pasien sangat
tinggi, yang terlihat dari keaktifan pasien untuk bertanya. Pasien bertanya mengenai diet yang baik
dan pola diet yang perlu dilakukan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Interaksi antara dokter
dan pasien berlangsung dua arah.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, bahasa yang digunakan oleh konselor sangatlah
penting. Dalam observasi ini konselor menggunakan bahasa ibu atau bahasa Jawa, yang dapat
meningkatkan pemahaman pasien terhadap penjelasan yang disampaikan. Menggunkan media
tambahan seperti gambar juga mempermudah selama proses konseling.
2. Hasil Wawancara
Wawancara dengan salah satu perawat di poli klinik RSUD Gambiran dilakukan pada
tanggal 21 Juni 2019. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana konseling yang
dilakukan perawat kepada pasien diabetes mellitus. Dari wawancara ini dapat diketaui faktor
pemicu timbulnya gangren yaitu perilaku buruk seperti merokok, kurangnya merawat diri, dan
tidak patuhnya pasien untuk meminum obat yang diberikan. Agar pasien tidak melakukan atau
berhenti melakukan hal tersebut, perawat memberikan konseling atau edukasi pada pasien setiap
kali pasien datang ke klinik. Agar pasien lebih mudah mengerti, konseling yang diberikan
menggunakan bahasa campuran, bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa. Untuk mempermudah
perawat dalam memberi konseling, digunakan media gambar yang ditunjukkan melalui
handphone.
Dari hasil wawancara, diketahui bahwa penggunaan bahasa ibu atau bahasa Jawa dapat
meningkatkan pemaham pasien terhadap penjelasan perawat. Penggunaan media tambahan seperti
gambar dapat mempermudah perawat saat menjelaskan dan mempermudah pasien untuk
menangkap penjelasan dari perawat. Intensitas konseling sangatlah penting untuk melakukan
konseling efektif pada penderita DM.
4. SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bagaimana konseling efektif yang
dilakukan dokter dan perawat kepada pasien DM sebagai upaya preventif gangren. Hal penting
yang perlu dilakukan yakni :
1. Menggunakan bahasa ibu yang digunakan pasien sehari-hari
2. Hindari kata-kata medis yang sulit dimengerti
3. Menggunakan media tambahan seperti gambar
4. Melakukan konseling secara rutin dan intensif
5. SARAN
Dokter dan perawat memiliki peran penting untuk memberikan konseling mengenai segala
hal yang bersangkutan dengan penyakit pasien. Konseling yang diberikan harus efektif, agar dapat
dimengerti dan dapat diterapkan dengan baik oleh pasien. Sebaiknya antara konselor, dokter dan
perawat, dengan pasien harus bekerjasama dengan baik. Konselor perlu menggunakan bahasa
yang sederhana dan media tambahanan agar pasien mudah mengerti. Sedangkan pasien perlu patuh
terhadap apa yang telah disampaikan oleh konselor. Dengan demikian konseling efektif dapat
terlaksana.
6. DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, D. G., Boulton, A. J. M., & Bus, S. A. (2017). Diabetic foot ulcers and their recurrence.
New England Journal of Medicine, 376(24), 2367–2375.
Aurora, R. G., Sinambela, A., & Noviyanti, C. H. (2012). Peran konseling berkelanjutan pada
penanganan pasien hiperkolesterolemia. J Indon Med Assoc, 62(5), 194–201.
Canivell, S., & Gomis, R. (2014). Diagnosis and classification of autoimmune diabetes mellitus.
Autoimmunity Reviews, 13(4–5), 403–407. https://doi.org/10.1016/j.autrev.2014.01.020
Fransiscus, A. (2018). Merokok Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Gangren pada Penderita Diabetes
Mellitus.
Lipsky, B. A. (2016). Diabetic foot infections: Current treatment and delaying the ‘post‐antibiotic
era.’ Diabetes/Metabolism Research and Reviews, 32, 246–253.
Nur Ifa Rosikhoh. (2016). Gambaran Penderita Gangren Dan Identifikasi Faktor Pemicu Kejadian
Gangren Pada Penderita Diabetes Mellitus.
Piero, M. N., Nzaro, G. M., & Njagi, J. M. (2015). Diabetes mellitus – a devastating metabolic
disorder. 04(40), 1–7. https://doi.org/10.15272/ajbps.v4i40.645
Semiawan, C. R. (2010). Metode penelitian kualitatif. Grasindo.
World Health Organization. (2016). Global report on diabetes. World Health Organization.
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/204871/9789241565257_eng.pdf;jsessionid=868
3BB84730AEBB280C77A9915C273AF?sequence=1

Anda mungkin juga menyukai